IDENTIFIKASI LOKASI
KTP2D
KAWASAN TERPILIH PUSAT
PENGEMBANGAN DESA
Buku ini masih jauh dari sempurna, yang masih terbuka untuk
masukan-masukan yang bersifat memperbaiki.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
1. Pendahuluan 1
2. Pengertian 1
3. Maksud dan Tujuan Identifikasi KTP2D 2
4. Konsepsi KTP2D 3
5. Kriteria KTP2D 5
6. Bentuk KTP2D 8
7. Langkah Kegiatan Secara Umum 10
a. Persiapan 10
b. Pemilihan alternatif perangkat 11
c. Pelaksanaan kegiatan 12
d. Survey potensi dominan 13
e. Investigasi kawasan terpilih 13
f. Penentuan peringkat KTP2D 14
g. Legalisasi hasil identifikasi 14
8. Tindak Lanjut Kegiatan Identifikasi 15
a. Identifikasi kebutuhan investasi Prasarana dan Sarana 15
b. Identifikasi Kegiatan Pokok dan Penunjang 15
c. Alokasi Pendanaan di Tingkat Provinsi/kabupaten 16
9. Penutup 16
LAMPIRAN
1. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif I
2. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif II
3. Perangkat Identifikasi KTP2D alternatif III
ii
1. PENDAHULUAN
2. PENGERTIAN
TUJUAN
Hasil kegiatan identifikasi lokasi KTP2D ini ditujukan untuk :
4. KONSEPSI KTP2D
5. KRITERIA KTP2D
KRITERIA UMUM
a. KTP2D merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan
Lokasi KTP2D adalah satu kesatuan kawasan perdesaan, yang
terdiri dari desa pusat pertumbuhan dan desa-desa
hinterlandnya. Pada umumnya desa-desa tersebut memiliki
ikatan, baik secara ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga
batasan wilayah bagi lokasi KTP2D dapat merupakan suatu
batasan fisik dan fungsional. Unutk menjaga effisiensi dan
efektifitas penanganannya, maka jumlah desa dalam KTP2D
minimal 3 dan maksimal 5 termasuk Desa Pusat
Pertumbuhannya.
b. KTP2D tidak memiliki ciri perkotaan
Kawasan perdesaan adalah sasaran dari program KTP2D ini,
dengan demikian wilayah-wilayah yang mencirikan kawasan
perkotaan bukan merupakan alternatif lokasi KTP2D.
Berdasarkan Undang-undang Penataan Ruang No. 4 Tahun
KRITERIA KHUSUS
6. BENTUK KTP2D
a. PERSIAPAN
Berdasarkan alokasi paket kegiatan KTP2D dari Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Kabupaten melakukan beberapa persiapan
untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan perdesaan yang
diindikasi sebagai KTP2D ini antara lain :
1) Menyampaikan informasi program kepada instansi terkait
secara berjenjang. Di Kabupaten informasi disampaikan oleh
Bupati dalam rangka :
- Menyamakan persepsi tentang KTP2D
- Konstribusi sektor terkait yang diharapkan dapat mengisi
pengembangan KTP2D
1) alternatif I
Alternatif 1 dikhususkan untuk menilai desa-desa yang
mempunyai data sangat lengkap, sehingga hasilnyapun sangat
akurat. Hampir semua asupan data yang diproses mempunyai
dasar yang legal, seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dll
langsung dimasukkan dalam sebagai komponen perhitungan
yang dapat menentukan score desa.
2) alternatif 2
Alternatif 2 diperuntukkan bagi desa-desa yang lemah dalam
data, atau bahkan sulit sekali didapatkan data tertulis. Cara
3) alternatif 3
Alternatif 3 ini lebih mudah diterapkan, bisa dipergunakan
untuk desa-desa yang datanya kurang lengkap namun untuk
beberapa hal sudah tersedia dengan baik. Hasilnya tidak dapat
seakurat pada scoring system yang dilakukan pada alternatif 1.
Ketiga ALTERNATIF diatas disediakan dalam Panduan Praktis ini.
c. PELAKSANAAN KEGIATAN
9. PENUTUP
KTP2D
ALTERNATIF I
Alternatif 1 dikhususkan untuk menilai desa-desa yang
mempunyai data sangat lengkap, sehingga hasilnyapun sangat
akurat. Hampir semua asupan data yang diproses mempunyai
dasar yang legal, seperti jumlah penduduk, jumlah industri, dll
langsung dimasukkan dalam sebagai komponen perhitungan
yang dapat menentukan score desa.
BAGAN ALIR PROSES PENENTUAN KTP2D
TIDAK PENGITUNGAN
APAKAH DESA POTENSI
IDENTIFIKASI TERTINGGAL DESA (TAHAP I)
AWAL SELURUH ATAU SEDANG
KECAMATAN
DESA DALAM IKUT PROGRAM
(1)
KECAMATAN PENGEMBANGAN
(2) DARI CIPTA KARYA MASUKAN
(3) DARI
STAKEHOLDER
YA RANGKING SELURUH
DESA YANG MEMENUHI
PERSYARATAN POIN 3
(HASIL PROSES
TAHAP I)
TIDAK DAPAT
IKUT PROGRAM PENENTUAN AREA
KTP2D
KPT2D BERDASARKAN
RANGKING DESA, RANGKING DESA DALAM KAWASAN
KONDISI GEOGRAFIS, DAN PENENTUAN
DAN JUMLAH DESA
DPP, DESA DESA HINTERLAND
DALAM 1 KTP2D
SERTA KLASIFIKASI DESA DAN
(3 / 4 / 5)
KAWASAN
PENGISIAN BORANG
SKOR DESA DAN
KTP2D (PERHITUNGAN PENGISIAN DATA RUANG UNTUK
TAHAP II) KESIMPULAN (KONDISI EKSISTING
DAN REKOMENDASI
I. PROSES SELEKSI AWAL
Dasar penghitungan Tahap 1 sama seperti dasar penghitungan Tahap 2, hanya pada
penghitungan Tahap I semua desa dihitung.. Setelah dilakukan penghitungan maka
akan didapat satu Rekapitulasi Kecamatan. Data diurutkan berdasarkan Nilai Skor
dimulai dari Skor tertinggi seperti Tabel dibawah ini.
Data skor pada tabel tersebut sudah terisi secara otomatis dari hasil Borang
penghitungan Pengisian Skor Desa. Sedangkan untuk data Kriteria yang
terdiri dari 9 kolom harus diisi sesuai dengan kondisi Desa. Ke 9 kriteria
tersebut adalah :
1) Desa-desa yang akan menjadi bagian KTP2D bukan desa tertinggal dan
tidak sedang dalam melaksanakan program akselerasi dari pemerintah
(Cipta Karya). Filter awal tersebut bisa didapatkan dari data sekunder baik
yang didapat dari BPS Pusat atau data dari BPS Daerah maupun sumber
lain.
2) Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai potensi
a
Lamp I - 3
Data skor pada tabel tersebut sudah terisi secara otomatis dari hasil Borang
penghitungan Pengisian Skor Desa. Sedangkan untuk data Kriteria yang
terdiri dari 9 kolom harus diisi sesuai dengan kondisi Desa. Ke 9 kriteria
tersebut adalah :
1) Desa-desa yang akan menjadi bagian KTP2D bukan desa tertinggal dan
tidak sedang dalam melaksanakan program akselerasi dari pemerintah
(Cipta Karya). Filter awal tersebut bisa didapatkan dari data sekunder baik
yang didapat dari BPS Pusat atau data dari BPS Daerah maupun sumber
lain.
2) Merupakan satu kesatuan kawasan perdesaan yang mempunyai potensi
andalan untuk cepat bertumbuh kembang. Artinya terbentuknya suatu
sinergi dari factor social, ekonomi, budaya yang saling mendukung serta
terdapatnya potensi khusus yang dapat diandalkan untuk
mengembangkan ekonomi kawasan secara menyeluruh.
3) Kawasan yang rawan terkena bencana, seperti banjir, longsor, kawasan
rentan gempa, serta pengaruh negative gunung berapi dan wabah
penyakit yang bersifat periodik, dapat dipertimbangkan menjadi lokasi
KTP2D asalkan memiliki potensi unggulan yang relatif sangat layak untuk
dikembangkan
4) Menjadi prioritas pengembangan daerah yang berada dalam konteks
pencapaian visi dan misi daerah (Rencana Strategis Daerah).
5) Merupakan kawasan strategis dalam system pusat-pusat
pemukiman/pertumbuhan wilayah sehingga mampu menjadi lokomotif
hinterlandnya dan berdaya tarik terhadap kontra-urbanisasi.
6) Mempunyai akses yang memadai, baik antar desa dalam kawasan
maupun ke pusat-pusat lain di luar kawasan
7) Mempunyai sumber daya yang potensial sehingga mampu tumbuh
secara mandiri dalam penguatan masyarakat, memacu keunggulan
komparatif ekonomi masyarakat dan mempunyai kemampuan untuk
mendayagunakan dan mengembangkan sarana dan prasarana
pemukiman
Lamp I - 4
8) Sikap masyarakat yang terbuka dan mudah menerima pembaharuan
termasuk kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ini artinya
keberhasilan program KTP2D sangat tergantung dari tingkat partisipasi
dan kontribusi masyarakat pada kawasan tersebut.
9) Mempunyai kelembagaan dan kepemimpinan (formal atau informal)
yang berjalan dengan baik.
Lamp I - 5
F. Akses desa ke kota terdekat
Setiap Aspek tersebut akan diberi Nilai Bobot yang berbeda disesuaikan pada
keseimbangan Potensi desa / kawasan.
Penjelasan :
a. Kolom per desa diisi sesuai dengan data Potensi Desa, setelah
semua data diisi selanjutnya data dijumlahkan kebawah untuk
mendapatkan Nilai Pembagi.
b. Kolom Bobot berisi Nilai 40,30,20,10 adalah nilai bobot yang telah
didefinisikan sebelumnya.
c. Nilai bobot per desa adalah hasil perkalian Data Potensi Desa / Nilai
Pembagi x Bobot
d. Kolom Skor merupakan penjumlahan dari hasil penghitungan Nilai
Bobot
Lamp I - 6
e. Kolom 20% dari A didapat dari Perkalian Skor per desa x 20 % (20 %
adalah nilai bobot untuk Potensi Sektor Unggulan Produksi dan
Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan).
f. Kolom 20 % dari Total didapat dari hasil Perkalian Nilai 20% dari A x
20% (20 % adalah nilai bobot untuk Potensi Sektor Unggulan
Produksi dan Jasa sebagai Penggerak Pertumbuhan
g. Nilai 20 % dari Total per desa akan dijumlahkan dengan Nilai dari
aspek lainnya dan akan terlihat pada Tabel Rekapitulasi Pengisian
Data KTP2D
Data Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan di Desa diisi sesuai data yang
berasal dari Potensi desa juga data Perdagangan dan Jasa serta data
Pertanian dan Perkebunan.
Lamp I - 7
Setelah data di isi maka sistem akan menghitung secara otomatis sesuai
bobot yang sudah didefinisikan sebelumnya.
Data perhitungan tersebut akan diisikan kedalam kolom 40,30,20,10
Kolom Skor berisi akumulasi data kolom bobot
Kolom 20 % dari A berisi data perhitungan dari Kolom Skor x 20 % (Nilai
20 % adalah bobot untuk Aspek A.1)
Kolom 20 % dari Total berisi data perhitungan dari Kolom 20 % dari A x
20 % (Nilai 20 % adalah bobot untuk Aspek A) demikian juga untuk item
A.2 dan seterusnya
Lamp I - 8
A.5. Tingkat Pendapatan Dominan Masyarakat BOBOT (20%)
a. < Rp 800.000 per bln (10)
b. Rp 800 rb s/d Rp 1.4 juta per bln (20)
c. Rp 1.4 juta s/d Rp 2 juta per bln (30)
d. > Rp 2 juta per bln (40)
Berisi data penghasilan rata rata warga desa per bulan
Lamp I - 9
Berisi data jumlah warga pembuangan limbahnya sudah dikelola oleh
Pemda/Swasta ; pembuangan limbahnya ke Septitank atau sungai.
Lamp I - 10
a. Bank (45)
b. KUD (35)
c. Koperasi lainnya (20)
Berisi data jumlah Bank (bank umum atau BPR), KUD atau koperasi
lainnya yang dapat menyalurkan kredit kepada warga
Lamp I - 11
C.7. Fasilitas olah raga BOBOT ( 5%)
a. Lap. Sepakbola (50)
b. Lap. Volley (35)
c. Lainnya (15)
Berisi data jumlah Lapangan Sepak Bola, Volley atau lainnya(Basket,
Badminton dll)
Lamp I - 12
D.3. Kelembagaan Masyarakat BOBOT (30%)
a. LKMD (45)
b. LMD (45)
c. Lainnya (10)
Berisi data jumlah kelembagaan masyarakat yang ada di desa antara lain :
LKMD, LMD dan lainnya
E.4. Apakah akses dari satu desa ke desa lain yang terdekat dalam kawasan
BOBOT (20%)
a. Ada ke semua desa (50)
Lamp I - 13
b. Ada ke sebagian desa (35)
c. Tidak ada (15)
Berisi data adanya akses jalan dari satu desa ke desa lainnya dalam satu
kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 50, jika hanya
sebagian desa isi dengan 35 dan jika belum ada sama sekali akses
tersebut isi dengan 15
E.5. Apakah ada pergerakan barang antar desa dalam kawasan BOBOT
(20%)
a. Ada ke semua desa (60)
b. Ada ke sebagian desa (40)
c. Tidak ada (0)
Berisi data adanya pergerakan Barang dari satu desa ke desa lainnya
dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 60, jika
hanya sebagian desa isi dengan 40
E.6. Apakah ada pergerakan orang antar desa dalam kawasan (20%)
a. Ada ke semua desa (50)
b. Ada ke sebagian desa (35)
c. Tidak ada (0)
Berisi data adanya pergerakan Orang dari satu desa ke desa lainnya
dalam satu kawasan; Jika ada kesemua desa isi dengan angka 60, jika
hanya sebagian desa isi dengan 40
F.1. Jarak Pusat Desa desa dalam kawasan dengan Kota orde yang lebih
tinggi diluar kawasan Terdekat BOBOT (50%)
a. > 10 km (15)
b. 6 10 km (35)
c. < 5 km (50)
Berisi data Jarak tempuh dari desa dalam kawasan ke kota dengan orde
yang lebih tinggi (Kota Kecamatan). Jika jarak tempuh < 5 km isi dengan
angka 50, jika jarak tempuh antara 6 10 km isi dengan 35 dan jika jarak
tempuh lebih dari 10 km isi dengan 15
Lamp I - 14
F.2. Waktu Tempuh dari DPP/Desa dalam kawasan ke Kota / orde yang lebih
tinggi diluar kawasan Terdekat dengan menggunakan sarana tercepat
yang ada BOBOT (50%)
a. > 3 jam (15)
b. 1 3 jam (35)
c. < 1 jam (50)
Berisi data Waktu tempuh dari desa dalam kawasan ke kota dengan orde
yang lebih tinggi (desa ke Kota Kecamatan). Jika Waktu tempuh < 1 jam
isi dengan angka 50, jika waktu tempuh antara 1 3 jam isi dengan 35
dan jika waktu tempuh lebih dari 3 jam diisi angka 15
Lamp I - 15
III. REKAPITULASI DATA KTP2D (Format Matriks)
Lamp I - 16
Data Klasifikasi desa diisikan kedalam kolom Klasifikasi Desa / KTP2D
Selain Data Skor diisi juga data Tingkat Kemandirian Desa (Swasembada,
Swakarya dan Swadaya), data ini dapat menjadi Nilai Tambah untuk
menentukan DPP.
Kolom Keterangan berisi keterangan Status Desa KTP2D (DPP /
Hinterland)
Penentuan Klasifikasi Kawasan disesuaikan dengan Total Skor Kawasan
Lamp I - 17
IV. REKAPITULASI PENGHITUNGAN DATA (Format Tabel/Borang)
Lamp I - 18
Ruang terakhir yang harus diisi adalah Ruang Kesimpulan dan
Rekomendasi seperti contoh diatas
Data Skor berasal dari Matrik penghitungan detil aspek-aspek yang
telah dilakukan diatas mulai dari A.1 s/d F.2
Skor yang diberi kurung kurawa <> merupakan total skor maksimal
Kolom Keterangan (Jelaskan secara spesifik bentuk, jenis dan
skala serta nama desanya) harus diisi untuk menjelaskan kondisi
data, karena yang tertera pada Matrik ini hanya Nilai Penghitungan
Kesimpulan Kondisi Eksisting berisi kesimpulan umum mengenai
kondisi desa desa dengan segala kekurangan dan kelebihan dari
masing masing desa
Rekomendasi Indikasi Program : berisi Indikasi Program yang
dapat/harus dilaksanakan untuk menjalankan Program KTP2D
Lamp I - 19
LAMPIRAN - 2
KTP2D
ALTERNATIF II
Alternatif 2 diperuntukkan bagi desa-desa yang lemah dalam data, atau bahkan sulit sekali
didapatkan data tertulis. Cara pada alternatif 2 ini mensyaratkan surveyor yang handal dan
tidak hanya satu orang melainkan berupa tim karena harus melakukan keputusan-keputusan
dan mentransfer kondisi existing yang kualitatif menjadi nilai kwantitatif. Surveyor harus
benar-benar memahami cara ini.
LAMP 2 - 1
LAMPIRAN 2
Untuk dapat menggabungkan keseluruhan pertimbangan tersebut digunakan data PODES. Data Dasar diperkaya
dengan data tata ruang dan geografi wilayah serta pengecekan dan diskusi dengan pemerintah daerah. Pada tahap
pertama dilakukan penyeleksian desa-desa yang TIDAK memiliki CIRI PERKOTAAN dan tidak termasuk PUSAT-
PUSAT PEMERINTAHAN DAN HINTERLANDNYA. Secara Skematis Flow Chart dapat dilihat pada gambar dibawah
berikut.
LAMP 2 -2
LAMPIRAN 2
Selanjutnya tahap kedua adalah penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dengan menentukan nilai desa
untuk kondisi mengenai aspek-aspek D sampai G sebagai berikut :
LAMP 2 -3
LAMPIRAN 2
A. Kemampuan Berproduksi
Tabel 1
Kriteria Kemampuan Berproduksi
Sistem
Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan
Nilai
Rendah 10 0,50
LAMP 2 -4
LAMPIRAN 2
Sistem
Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan
Nilai
LAMP 2 -5
LAMPIRAN 2
Sistem
Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan
Nilai
LAMP 2 -6
LAMPIRAN 2
Sistem
Faktor Variabel Kriteria Bobot Nilai Keterangan
Nilai
LAMP 2 -7
LAMPIRAN 2
LAMP 2 -8
LAMPIRAN 2
LAMP 2 -9
LAMPIRAN 2
LAMP 2 -10
LAMPIRAN 2
Tabel 3
Kriteria Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan
Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan
Kemandirian 45% Tingkat 100% Swadaya 60 2,70
KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN
Desa Kemandirian
Swakarsa 30 1,35
Desa
Swasembada 10 0,45
KELEMBAGAAN
Tabel 4
Kriteria Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Faktor Variabel Kriteria Sistem Nilai Bobot Nilai Keterangan
35% Pendidikan 35% Tingkat 100% Akademi/universitas 40 4,20
KEMAMPUAN MENINGKATKAN
Pendidikan
SMU 30 3,15
SLTP 20 1,58
SD 10 0,53
SDM
LAMP 2 -11
LAMPIRAN 2
Berdasarkan Tabel-tabel diatas, rentang nilai yang digunakan dalam penentuan Desa Pusat Pertumbuhan berkisar
antara 13,76 59,94.
Dari rentang nilai tersebut maka desa desa dengan kelompok nilai :
1. 38,00 59,94 dikategorikan sebagai Desa Cepat Berkembang dan direkomendasikan sebagai Desa Pusat
Pertumbuhan
2. 35,40 38,00 dikategorikan sebagai Desa Sedang Berkembang dan apabila desa tersebut berbatasan
langsung dengan desa cepat berkembang direkomendasikan sebagai desa hinterland.
3. 13,76 35,40 dikategorikan sebagai Desa Belum Berkembang dan dan apabila desa tersebut berbatasan
langsung dengan desa cepat berkembang direkomendasikan sebagai desa hinterland.
Skema Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dan Hinterlandnya dapat dilihat pada gambar dibawah berikut ini.
LAMP 2 -12
LAMPIRAN 2
Gambar 2
Proses Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan dan Desa Hinterland
Selain hal tersebut, prioritas penanganan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) diukur
berdasarkan rentang nilai dari masing-masing kriteria penentuan Desa Pusat Pertumbuhan.
1. Kemampuan Berproduksi (3,10 -15,53)
2. Kemampuan Mengembangan Kegiatan (4,49 20,86)
3. Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan (1,38 6,75)
4. Kemampuan Meningkatankan Sumber Daya Manusia (4,80 - 16,80)
Selanjutnya Nilai kemampuan masing-masing desa dihitung persentasenya (%) terhadap nilai tertinggi
dari masng-masing kemampuan. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan prioritas penanganan
KTP2D. Prioritas penanganan KTP2D ditunjukan oleh nilai persentase terkecil pada setiap aspek-aspek
penilaian.
LAMP 2 -13
LAMPIRAN 2
Contoh :
Hasil skoring terhadap desa-desa di suatu kabupaten yang telah diseleksi berdasarkan ciri perkotaan dan pusat-
pusat pemerintahan berikut daerah hinterland-nya dan membentuk suatu kesatuan kawasan adalah sebagai berikut :
Tabel 5
Penentuan Desa Pusat Pertumbuhan
DESA NILAI KATEGORI DESA DPP/HINTERLAND
A 46,13 Desa Cepat Berkembang DPP
B 37,70 Desa Sedang Berkembang Hinterland
C 36,89 Desa Belum Berkembang Hinterland
Tabel 6
Penentuan Prioritas Penanganan
Desa
ASPEK PENILAIAN
A B C
Kemampuan Berproduksi 10,98 71% 12,05 78% 9,55 61%
Kemampuan Mengembangkan Kegiatan 14,74 71% 10,54 51% 11,52 55%
Kemampuan Mengembangkan Kelembagaan 6,23 92% 3,68 55% 3,48 52%
Kemampuan Meningkatan SDM 14,18 84% 11,43 68% 12,34 73%
TOTAL 46,13 - 37,70 - 36,89 -
Prioritas Penanganan Produksi/Kegiatan Kegiatan Kelembagaan
LAMP 2 -14
LAMPIRAN 2
Catatan :
Berdasarkan hasil perbandingan antara pedoman yang lama dengan yang baru terdapat perbedaan-perbedaan
sebagai berikut :
1. Istilah Desa Tertinggal pada pedoman yang lama diganti dengan Desa Belum Berkembang.
2. Kriteria umum lokasi KTP2D Bukan Kawasan Rawan Bencana pada pedoman yang lama tidak dipergunakan
lagi pada pedoman yang baru, hal ini akan memberikan kesempatan bagi kawasan yang rawan bencana tetapi
memiliki potensi dominan. Penanganan kawasan rawan bencana diasumsikan menggunakan teknologi yang
mampu mengatasi daerah rawan bencana. Mis. Rumah tahan gempa pada lokasi KTP2D yang dindikasikan
sebagai kawasan rawan gempa.
3. Proses Penentuan Lokasi KTP2D pada pedoman baru dilakukan dengan terlebih dahulu menseleksi desa-desa
pada suatu kabupaten, sehingga desa-desa yang dindikasikan memiliki ciri perkotaan dan termasuk dalam
pusat-pusat pemerintahan dan daerah hinterlandnya, tidak dilibatkan dalam proses penentuan Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP).
4. Proses penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) pada pedoman yang baru menggunakan 4 (empat) kriteria
yaitu, Kemampuan Berproduksi, Kemampuan Mengembangkan Kegiatan, Kemampuan Mengembangkan
Kelembagaan dan Kemampuan Meningkatkan Sumber Daya Manusia, hal tersebut merupakan bentuk
pendekatan yang dipergunakan yaitu Pendekatan ekonomi lokal yang berbasis pada kemampuan desa sebagai
Good Village.
5. Selain, penentuan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan Desa Hinterland. Pada pedoman baru dapat pula
ditentukan prioritas penanganan berdasarkan persentase nilai masing-masing kemampuan.
LAMP 2 -15
LAMPIRAN 3
KTP2D
ALTERNATIF III
Alternatif 3 ini lebih mudah diterapkan, bisa dipergunakan untuk desa-desa yang
datanya kurang lengkap namun untuk beberapa hal sudah tersedia dengan baik.
Hasilnya tidak dapat seakurat pada scoring system yang dilakukan pada alternatif 1.
LAMP. 3 - 1
LAMPIRAN 3
DIAGRAM 2.1
PANDUAN TAHAPAN IDENTIFIKASI LOKASI KTP2D
Tahapan 9 :
2
BEBAS DARI GANGGUAN
Tahapan 10 :
3
PENGHARGAAN TERHADAP
DESA
Tahapan 12
Tahapan 1
Tahapan 11 : PROSES
PENETAPAN 4 PENILAIAN
DAERAH KETEKAITANYA DENGAN MASING-2
KECAMATAN SISTIM KOTA KRITERIA
DAFTAR
IDENTIFIKASI
LOKASI DAN
POTENSI YANG
Tahapan 2 8 :
DAPAT
DIKEMBANG
1 TINGKAT POTENSI YANG
KAN
DAPAT DIKEMBANGKAN
LAMP. 3 - 2
LAMPIRAN 3
Diagram 2.2.
IDENTIFIKASI LOKASI
KAWASAN TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA
Tahapan 9 :
2
Desa bebas dari
gangguan
Tahapan 10 :
3
Penghargaan Terhadap
Desa
Tahapan 1 : Tahapan 12 :
Tahapan 11 :
PENETAPAN 4 PROSES
DAERAH Kajian Keterkaitan KTP2D PENILAIAN
KECAMATAN dengan sistem kota MASING-2
KRITERIA
LAMP. 3 - 3
LAMPIRAN 3
URAIAN POTENSI NI
INPUT DATA PENILAIAN
DESA LAI
1) Klasifikasi Desa,
a. Potensi sektor Secara umum terdapat 3 (tiga) klasifikasi desa yaitu desa swasembada,
unggulan desa swakarya dan desa swadaya. Desa swasembada merupakan desa Swadaya 1
produksi dan yang relatif lebih maju dengan infrastruktur yang lebih baik dibandingkan Swakarya 2
jasa sebagai dengan desa swakarya dan desa swadaya. Swasembada 3
Penggerak (2) Jumlah Dominan Rumah Pertanian
pertumbuhan Pada umumnya mata pencaharian di daerah perdesaan adalah sektor /perikanan 2
pertanian/perikanan, sehingga pengembangan aktivitas ekonominya Industri
mengarah pada pola produksi yang lebih modern dan bernilai ekonomi Kerajinan 4
yang lebih tinggi. Penggunaan mekanisasi pertanian/perikanan dan Perdagangan
budidaya hasil pertanian/perikanan untuk komoditi yang diandalkan dan Jasa 3
menjadi skala prioritas yang di kembangkan Lainnya 1
(3) Pengelolaan Kegiatan Pertanian, Oganisasi
Pengelolaan kegiatan pertanian/perikanan yang di terapkan ummnya Petani 3
masih di kelola secara individu dan belum bersifat kelompok sehingga Badan
pemasaran produk yang dihasilkan menjadi kurang. Untuk mengatasi Usaha/Perus 5
masalah tersebut perlu di tingkatkan KUD dalam bentuk yang lebih ahaan
kongkrit atau organisasi ekonomi yang lain yang di bentuk oleh petani itu Tidak ada
sendiri agar menjadi tempat untuk menggerakkan sektor ekonomi petani. Organisasi 0
(4) Jumlah Pabrik
Adanya pabrik akan mempercepat produksi pertanian/perikanan di suatu 5 buah 5
desa, kehadiran pabrik akan mendorong adanya percepatan tersedianya 2-4 buah 3
sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan suatu desa. 2 buah 1
(5) Sektor Ekonomi Potensial Sawah/Perke
Pengelolaan komoditi andalan di suatu desa perlu diubah dari bunan/Perika 1
pertanian/perikanan sub-sistem ke pengelolaan yang lebih modern, nan/Lahan
disamping itu sektor potensial ini harus lebih di kembangkan dan lebih Kering
kreatif agar hasil yang di peroleh menjadi lebih beragam (difersifikasi Industri Kecil 3
produk). Produk yang di hasilkan akan dapat menyerap tenaga kerja yang Industri
ada di pasaran sekaligus dapat menahan arus urbanisasi yang semakin Besar dan 5
meningkat dari waktu ke waktu. Sedang
Perdagangan
dan Jasa Lain 2
LAMP. 3 - 4
LAMPIRAN 3
(2) Perkreditan 5
Kawasan yang sedang berkembang akan sangat membutuhkan lembaga Bank
keuangan yang dapat memperlancar aktivitas ekonomi. Kebutuhan ini 3
seiring dengan kemajuan aktivitas dari pelaku ekonomi yang KUD
membutuhkan pendanaan untuk mengembangkan usahanya. Kehadiran Koperasi 3
Bank Umum, BPR atau lembaga keuangan bukan Bank seperti Koperasi Lainnya
akan lebih mempercepat perkembangan suatu kawasan perdesaan yang
akan terpilih Tak ada 0
(3) Sarana Penerangan Jumlah RT
Ketersediaan sarana penerangan merupakan syarat utama bagi dilayani PLN 5
perkembangan desa dan bila dikaitkan dengan iklim usaha maka Jumlah RT
pengusaha sangan membutuhkan untuk menanamkan investasinya. dilayani NON 3
PLN
Lainnya 1
(4) Sarana Komunikasi
Jaringan telepon merupakan kebutuhan untuk berkomunikasi. Makin luas Telepon 5
jaringan pelayanan makin banyak masyarakat berkomunikasi sehingga Umum
akan mengakibatkan pertumbuhan yang meningkat. Telepon RT 3
Tidak ada 0
(1) Sarana Air Bersih,
c. Memiliki PS Secara umum pelayanan air bersih sangat diperlukan baik diperkotaan PAM 5
untuk maupun di perdesaan. Pelayanan air bersih melalui jaringan pipa masih 3
pelayanan berada di dekat pusat-pusat desa atau pusat-pusat permukiman, Air Sumur
jasa-jasa sedangkan daerah yang belum di jangkau oleh jaringan pipa air bersih
publik (0-18): menggunakan sumur gali ataupun sumur pompa secara individu. Lainnya 1
(2) Sarana Sanitasi Lingkungan (Persampahan) Diangkut 2
Pengelolaan sampah melalui tempat pembuangan akhir (TPA) masih dengan truck
jarang di temui di daerah perdesaan, pada umumnya masyarakat ke TPA
membuang dan membakar sendiri sampahnya pada halaman rumah
masing-masing. TPA yang baik dapat di fungsikan untuk mendaur ulang Lainnya
sampah padat maupun cair yang apabila di kelola dengan baik dapat tanpa lokasi 1
dijadikan mata pencaharian bagi warga disekitarnya. Kegiatan daur ulang Pembuangan
yang bernilai ekonomis ini juga secara tidak langsung dapat menjaga
keberadaan dari lingkungan hidup dengan ekosistem yang ada sehingga
keseimbangan alam dapat terjaga.
(3) Fasilitas Pendidikan SMTP/Kejuru 1
Keberadaan sarana dan fasilitas pendidikan penting untuk mempersiapkan an
Sumber Daya Manusia yang berkesinambungan. Minimnya sarana pendidikan Sederajatnya
LAMP. 3 - 5
LAMPIRAN 3
yang ada mengakibatkan rendahnya kualitas sember daya manusia yang SMTA/Kejuru 3
ada , terlebih jika tenaga SDM tersebut akan masuk pe pasar tenaga kerja an
diluar daerah. Sederajatnya
SMTA/Kejuru 5
an
Sederajatnya
(4) Fasilitas Kesehatan
Keberadaan saranadan fasilitas kesehatan penting untuk menjaga Rumah 5
kesehatan masyarakat di dalam meningkatkan produktivitasnya di dalam Sakit/RSB
menekuni pekerjaannya, baik dalam hal bertani/nelayan maupun Puskesmas/P
pekerjaan jasa lainnya. Minimnya sarana kesehatan yang ada uskesmas 3
mengakibatkan terganggunya kualitas kesehatan disamping akan Pembantu
menambah biaya transportasi untuk pergi ke rumah sakit bila terlalu jauh
keberadaannya. Poliklinik 1
(5) Fasilitas Rekreasi.
Sarana dan fasilitas rekreasi bila ada akan dapat mendorong Bioskop/Teat
pertumbuhan desa, dapat menambah pendapatan bagi daerahnya dan er 2
apabila di kelola dengan baik dapat menyerap tenaga kerja yang tidak
sedikit. Taman 1
Hiburan
Lainnya 0
d. Mempunyai Jumlah Penduduk yang cukup untuk memenuhi Skala Ekonomi dan untuk
jumlah Pelayanan Sosial Ekonomi menjadi potensi sekaligus pemicu berkembangnya 1
penduduk suatu desa. Untuk menilai tingkat kepadatan penduduk digunakan beberapa 25jiwa/km
yang cukup kategori penilaian yaitu: (a) Kepadatan Rendah, (b) Kepadatan Sedang,
untuk Kepadatan Tinggi. 25-49 3
memenuhi jiwa/km
skala ekonomi
dan untuk 50 5
pelayanan jiwa/km
sosial ekonomi
(0-15):
(1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). 3
e. Mempunyai Kelembagaan Masyarakat dapat mendorong percepatan pertumbuhan Ada
kelembagaan suatu desa sepertai adanya (LPM)
masyarakat: Tidak Ada 0
(0-6) (2) Badan Perwakilan Desa (BPD) Ada 3
Kelembagaan masyarakat yang ada salah satunya adalah BPD yang ada
ditingkat Desa/Kelurahan, Tidak Ada 0
LAMP. 3 - 6
LAMPIRAN 3
LAMP. 3 - 7
LAMPIRAN 3
4
Kajian Letak atau posisi desa terhadap sistem perkotaan atau wilayah sangat
Keterkaitan menentukan pertumbuhan kawasan tersebut. Oleh sebab itu dalam
KTP2D dengan menentukan KTP2D, posisi atau letak desa terhadap sistem kota merupakan
sistem kota salah satu indikator yang perlu di pertimbangkan karena letak desa dalam
sistem kota dan wilayah yang lebih luas memberikan lokasi kota dan
fungsinya dalam wilayah Propinsi maupun Kabupaten.
1) Dalam hal ini digunakan data-data RTRW, RTRW Propinsi dan RTRW
Kabupaten. Data-data ini memberikan lokasi kota dan fungsinya dalam
wilayah Propinsi dan Kabupaten.
2) Di samping itu data Podes diolah dalam komputer untuk menghasilkan
lokasi skematis desa-desa dalam Propinsi/Kabupaten, serta posisinya
dengan jalan nasional, Propinsi dan Kabupaten.
3) Dengan menggunakan data lokasi desa dengan kota serta prasarana
penghubung, dilakukan kegiatan-kegiatan untuk melihat aspek-aspek
berikut :
Keterkaitan kota-desa
Persebaran KTP2D dalam Propinsi dan Kabupaten
Kaitan desa dengan desa-desa sekitar, termasuk desa tertinggal.
LAMP. 3 - 8
LAMPIRAN 3
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
No Variabel Potensi Desa (PODES) Nilai Ket.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
I POTENSI SEKTOR UNGGULAN (0-25)
A. Klasifikasi Desa ( 0-5 )
1. Swadaya 1
2. Swakarya 3
3. Swasembada 5
B. Jml. Dominan Rm. Tangga Ekonomi ( 0-5 )
1. Dibidang Pertanian 1
2. Dibidang Industri dan Kerajinan 5
3. Dibidang Perdagangan dan Jasa 3
4. Dibidang Lainnya 2
C. Pengelolaan Kegiatan (0-5)
1. Organisasi Pertanian/ Nelayan 3
2. Badan Usaha/Perusahaan 5
3. Tidak ada organisasi 1
D. Jumlah pabrik ( 0-5 )
1. > 5 buah 5
2. 2 - 4 buah 3
3. < 2 buah 1
E. Sektor Ekonomi Potensial ( 0-5 )
1. Sawah/Perkebunan/Perikanan/ Lahan kering 1
2. Industri Kecil (0-25)=1 (25-50)=2 (50-
100)=3 3
3. Industri Besar dan Sedang 5
4. Perdagangan dan Jasa 5
5. Lainnya 2
Jumlah
LAMP. 3 - 9
LAMPIRAN 3
LAMP. 3 - 10
LAMPIRAN 3
IV Mempunyai Jumlah penduduk yg cukup untuk memenuhi skala ekonomi dan unk. pelayanan social ekonomi (0-15)
A. Kepadatan penduduk (0-15)
1. > 50 jiwa per km2 15
2. 25 - 49 jiwa per km2 10
3. < 25 jiwa per km2 5
Jumlah
LAMP. 3 - 11
LAMPIRAN 3
Mempunyai Akses yang lebih baik terhadap kota dan desa-desa sekitarnya :
A. Kualitas Jalan (0-5)
1. Aspal 5
2. Diperkeras 3
3. Tanah 1
B. Sarana Angkutan
1. Terminal 5
2. Lainnya 1
C. Moda Angkutan (0-5)
1. Kendaraan bermotor roda 4/3 5
2. Sepeda motor 3
3. Delman / dokar / gerobak / pedati 2
4. Lainnya 1
D. Jarak Desa ke Ibukota Kabupaten (0-5)
1. > 25 km 1
2. 10 - 25 km 3
3. < 10 km 5
Jumlah
LAMP. 3 - 12
LAMPIRAN 3
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Nama Desa
Variabel Potensi Desa
Nilai
No
Ket.
(PODES)
9
I Potensi Sektor Unggulan 0-25
Memiliki PSU untuk menunjang
II 0-16
perkembangan produksi dan jasa
III Memiliki PSU untuk pelayanan Jasa Publik 0-18
Mempunyai Jumlah penduduk yang cukup
IV untuk memenuhi skala ekonomi dan untuk 0-15
pelayanan sosial ekonomi
V Mempunyai Kelembagaan Masyarakat 0-6
Mempunyai lokasi yang menyebar di Daerah
VI 0-15
Tingkat II & Kecamatan
VII Desa bebas dari gangguan 0-5
Jumlah
Nilai Koreksi
LAMP. 3 - 13
LAMPIRAN 3
Apabila data di suatu desa tidak lengkap maka nilai tertinggi diambil sebagai
pembanding, maka rumusan menjadi 100 dibagi pembanding dikalikan nilai podes
di daerah setempat
Kemudian dengan kriteria bebas gangguan bencana alam dan penyakit, DPP
dan KTP2D hasil interpretasi diseleksi sedemikian rupa sehingga diperoleh DPP dan
KTP2D yang bebas terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam dan wabah
penyakit.
Untuk menentukan desa hinterlannya DPP tersebut dimasukkan kedalam peta dan
dibuat analisa desa-desa mana yang menjadi hinterlannya
LAMP. 3 - 14