Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status epileptikus (SE) merupakan suatu keadaan gawat darurat yang
dapat terjadi pada penderita epilepsi atau non-epilepsi, paling sering terjadi pada
bangkitan tonik-klonik.Penyebabnya berbeda pada tiap kelompok umur, bila tidak
ditangani secara cepat dan tepat dapat menimbulkan kerusakan otak yang menetap
bahkan kematian. Epilepsi adalah kejang yang menyerang seseorang yang tampak
sehat atau sebagai suatu eksaserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat
oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik,
otomomik atau psikis yang abnormal (Nurarif, 2013). Berdasarkan pengamatan
penulis selama melakukan praktek dinas dirumah sakit, anak-anak yang dirawat
dengan status epileptikus dari 10 anak yang dirawat ada 4 anak dengan kondisi
mengalami kejang sehingga terjadi henti nafas saat kejang, seluruh badan kaku,
dan gangguan kesadaran setelah kejangsehingga membuat orangtuanya merasa
khawatir dan cemas serta sering bertanya penyebab kejang pada anak dan cara
mengatasi saat kejang.
Status Epileptikus (SE) merupakan masalah kesehatan umum yang diakui
meningkat akhir-akhir ini terutama di negara Amerika Serikat. Ini berhubungan
dengan mortalitas yang tinggi dimana pada 152.000 kasus yang terjadi tiap
tahunnya di USA mengakibatkan kematian. Data WHO menyebutkan bahwa dari
banyak studi menunjukkan rata-rata prevalensi epilepsy aktif 8,2 per 1000
penduduk, sedangkan angka insidensi mencapai 50 per 100.000 penduduk. Di
Indonesia, sampai saat ini belum ditemukan penelitian epidemiologi mengenai
epilepsy dengan jelas, data yang ditemukan di Indonesia mengenai angka kejadian
status epileptikus menunjukkan bahwa SE terjadi pada 1,1 8,8 juta jiwa dari
237,6 juta penduduk Indonesia dan 10-41 kasus per 100.000 orang per tahun dan
paling sering terjadi pada anak-anak. Sedangkan angka kejadian epilepsy di
Surabaya sekitar 9 per 100 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data pada saat
penulis melakukan praktek pada tanggal 4-17 Februari 2017 di ruang bona 2

1
2

RSUD Dr.Soetomo didapatkan sebanyak 10 dari 33 pasien yang mengalami


epilepsi dengan berbagai macam.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya epilepsy diantaranya trauma
saat kelahiran, herediter, gangguan metabolic, infeksi perinatal, gangguan
emosional sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan pada system saraf dan
ketidakseimbangan neurotransmitter hal tersebut menyebabkan tejadinya
depolarisasi asetilkolin dan penurunan produksi GABA atau zat inhibitif hingga
terjadi bangkitan kejang. Pada saat kejang anak biasanya mengalami kehilangan
kesadaran untuk sementara waktu sehingga timbul masalah keperawatan resiko
cedera. Kejang juga menyebabkan spasme pada otot pernafasan yang
menyebabkan obstruksi trakea bronchial sehingga mengakibatkan terjadinya
masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Selain itu epilepsy juga
menyebakan terjadinya rasa khawatir pada orangtua ataupun pasien, hal tersebut
dikarenakan terjadinya perubahan status kesehatan salah satu anggota keluarga,
kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit status epiletpikus serta
kurangnya informasi mengenai pengobatan, perawatan yang kurang sehingga
muncul masalah keperawatan cemas atau ansietas baik pada keluarga ataupun
pasien.
Berdasarkan masalah diatas maka intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah keperawatan resiko cedera yang muncul pada kasus epilepsy
yaitu Anjurkan keluarga untuk menjauhkan benda-benda yang dapat
mengakibatkan cedera pada saat pasien kejang, Anjurkan untuk meletakkan
pasien ditempat yang rendah dan datar pada saat kejang, Anjurkan keluarga untuk
menemani pasien, Anjurkan kain lunak untuk mencegah terjadinya gigitan lidah
pada saat kejang, Kolaborasi dalam pemberian obat antikonvulsan. Intervensi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang muncul pada kasus epilepsy yaitu Anjurkan keluarga
untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu serta menghindari rahang
mengatup saat kejang, berikan pasien posisi miring dan letakkan dipermukaan
yang datar, Lepaskan pakaian pada daerah leher dan dada, Lakukan suction sesuai
indikasi, Berikan oksigen sesuai kebutuhan. Intervensi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah keperawatan ansietas atau cemas pada keluarga yang
3

muncul pada kasus anak dengan epilepsy yaitu gunakan pendekatan yang
menenangkan dengan anggota keluarga, bantu keluarga mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan, dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
memberikan health education kepada keluarga yang memiliki anak dengan
epilepsy, informasi yang diberikan harus jelas dan mudah difahami, informasi
yang dapat diberikan antara lain pengertian mengenai epilepsy, penyebab dari
epilepsy, tanda dan gejala sebelum kejang, saat kejang dan sesudah kejang,
pengobatan epilepsy yang harus dilakukan, pemeriksaan yang dilakukan, cara
menangani, ajarkan keluarga untuk mengatasi cemas dengan teknik nafas dalam
(Nurarif, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah asuhan
keperawatan ini, sebagai berikut :
1. Apa saja pengkajian yang dapat dilakukan pada klien anak dengan diagnosa
medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya?
2. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada klien anak dengan diagnosa
medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya?
3. Apa saja tindakan keperawatan yang direncanakan pada klien anak dengan
diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya?
4. Apa saja tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien anak dengan
diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya?
5. Bagaimana evaluasi keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan
pada klien anak dengan diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2
RSUD Dr.Soetomo Surabaya?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari asuhan
keperawatan ini, sebagai berikut :
4

1.3.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien anak
dengan diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiwa mampu melakukan pengkajian pada klien anak dengan diagnosa
medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
2. Mahasiwa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien anak dengan
diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya.
3. Mahasiwa mampu merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
pada klien anak dengan diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2
RSUD Dr.Soetomo Surabaya.
4. Mahasiwa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien anak dengan
diagnosa medis Status epileptikus Diruang Bona 2 RSUD Dr.Soetomo
Surabaya.
5. Mahasiwa mampu mengevaluasi keefektifan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan pada klien anak dengan diagnosa medis Status epileptikus Diruang
Bona 2 RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai