Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS STABILITAS LERENG EMBUNG DENGAN MENGGUNAKAN

KOMBINASI DINDING PENAHAN KANTILEVER DAN GEOTEKSTIL


DENGAN BANTUAN PERANGKAT LUNAK

M. Nuhkhalid Zain, Eko Andi Suryo, Asad Munawir


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Jalan MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
Email: Nukhalid21@gmail.com

ABSTRAK
Lereng yang terbentuk dari pembangunan embung atau waduk dapat berpotensi terjadinya kelongsoran
dan dapat mengakibatkan bukan hanya kerugian materil, tetapi juga nyawa. Dinding penahan menjadi
salah satu solusi untuk mengatasi kelongsoran. Dinding penahan yang dibangun tersusun dari tiga
bagian yaitu dinding penahan batu kali, bronjong dan dinding penahan kantilever. Namun dinding
penahan tersebut mengalami ambles sehingga lereng yang ditahannya pun mengalami longsor. Dinding
penahan yang memiliki tinggi 10 tersebut mengalami kegagalan struktur karena kondisi tanah yang
tergolong jelek dan beban berlebih dengan menggunakan konstruksi bronjong dan pasangan batu kali,
sehingga diperlukan analisis ulang pada kondisi dinding penahan tanah yang lama dan diganti dengan
yang baru perkuatan dan perbaikan dengan bantuan perangkat lunak SLOPE/W dan Geo 5. Analisis
stabilitas lereng eksisting dengan program SLOPE/W pada kondisi paling kritis diperoleh nilai angka
keamanan 0,454. Sedangkan analisis stabilitas dinding penahan tanah eksisting dengan program Geo 5
didapatkan angka keamanan stabilitas guling sebesar 1,38, stabilitas geser 0,42 dan daya dukung
sebesar 0,23. Hasil tersebut membuktikan struktur lereng dan dinding penahan tidak aman, maka
dilakukanlah desain ulang menggunakan perkuatan geotekstil woven dengan jumlah 5 lapis, kapasitas
tarik 200 kN/m, kohesi 3 kPa dan sudut geser terhadap tanah 38o, jarak vertikal 1 m. Perbaikan pada
geometri lereng dibuat lebih landai dengan kemiringan sebesar 17 . Hasil analisis stabilitas lereng yang
diperkuat dengan geotekstil menggunakan SLOPE/W diperoleh nilai angka keamanan 2,312. Untuk
analisis stabilitas dinding penahan dengan perkuatan geotekstil didapatkan angka keamanan stabilitas
guling 11,73, stabilitas geser 2,226 dan daya dukung 3,856.

Kata kunci: Stabilitas lereng, Stabilitas dinding penahan, Geotekstil, SLOPE/W, Geo 5.

PENDAHULUAN tersebut dapat berpotensi terjadinya


Indonesia mempunyai dua kelongsoran dan dapat mengakibatkan
musim yang memiliki potensi musibah bukan hanya kerugian materil, tetapi
sendiri-sendiri. Pada musim kemarau juga nyawa yang terancam saat
musibah yang sering terjadi adalah pemukiman sekitar berada di lereng
kekeringan terutama pada sektor yang rawan terjadi longsor.
pertanian, sedangkan musibah pada Solusi yang menjadi alternatif
musim hujan yang juga sering terjadi untuk menjadikan lereng tersebut aman
adalah banjir pada daerah pemukiman. dari bahaya longsor adalah dengan
Melihat dari ancaman musibah yang membangun konstruksi dinding
dikhawatirkan terus terjadi pada tahun penahan tanah. Dinding penahan
ke tahun, salah satu pemerintah kota di tersebut tersusun dari tiga bagian yaitu
Provinsi Jawa Timur berinisiatif untuk dinding penahan batu kali, bronjong
membangun waduk penampungan air dan dinding penahan kantilever.
atau biasa disebut embung. Bentuk Namun dinding penahan yang telah
cekungan yang terbentuk secara alami dibangun tersebut mengalami ambles
maupun buatan dengan cara sehingga lereng yang ditahannya pun
penggalian akan membentuk lereng mengalami longsor. Dinding penahan
yang mengelilingi pada bagian tepi yang memiliki tinggi 10 tersebut
embung. Lereng yang terbentuk mengalami kegagalan struktur karena
kondisi tanah yang tergolong memiliki Pa = Ka z
sifat mekanis tanah yang rendah dan Sedangkan untuk tanah kohesif:
beban berlebih dengan menggunakan Pa = z Ka - 2c
konstruksi bronjong dan pasangan batu Harga Ka untuk tanah datar
kali, sehingga diperlukan analisis dan
perhitungan ulang pada kondisi
dinding penahan tanah yang lama dan
diganti dengan perkuatan lereng yang Harga Ka ntuk tanah miring
baru dengan bantuan perangkat lunak
SLOPE/W dan Geo 5 yang
direncanakan dengan baik, supaya dimana:
mampu menahan kelongsoran tanah. Pa = Tekanan tanah aktif (kN/m)
Ka = Koefisien aktif
TUJUAN = Berat volume tanah (kN/m3)
Adapun tujuan dari penelitian ini z = Kedalaman tanah (m)
adalah untuk mengetahui penyebab c = Kohesi (kN/m2)
keruntuhan dinding penahan tanah = sudut gesek tanah ()
eksisting, mengetahui stabilitas lereng = kemiringan permukaan tanah ()
dan dinding penahan tanah, dan
merencanakan desain perkuatan Tekanan Tanah Pasif
penahan yang baru, serta mengetahui Tekanan tanah pasif adalah
stabilitas lereng dan penahan tanah tekanan tanah yang terjadi saat gaya
yang baru setelah diperkuat geotekstil. mendorong dinding penahan tanah ke
arah tanah urugannya dan didefinisikan
TINJAUAN PUSTAKA sebagai koefisien tekanan tanah pasif
Stabilitas Lereng atau Kp.
Pada permukaan tanah yang Perhitungan gaya pasif yang
miring, gaya gravitasi cenderung untuk bekerja pada tanah tak kohesif:
menggerakkan tanah ke bawah. Jika Pp = Kp z
gaya gravitasi sedemikian besar Sedangkan untuk tanah kohesif:
sehingga perlawanan terhadap geseran
Pa = z Kp - 2c
yang dapat dikerahkan oleh tanah pada
bidang longsornya terlampaui, maka Harga Kp untuk tanah datar
akan terjadi kelongsoran lereng.
Analisis stabilitas pada permukaan
tanah yang miring ini disebut analisis Harga Kp ntuk tanah miring
stabilitas lereng.


Tekanan Tanah Aktif
dimana:
Tekanan tanah aktif adalah
Pp = Tekanan tanah aktif (kN/m)
tekanan yang terjadi pada dinding
Kp = Koefisien aktif
penahan yang mengalami keluluhan
= Berat volume tanah (kN/m3)
atau bergerak ke arah luar dari tanah
z = Kedalaman tanah (m)
urugan di belakangnya, sehingga
c = Kohesi (kN/m2)
menyebabkan tanah urug akan
= sudut gesek tanah ()
bergerak longsor ke bawah dan
= kemiringan permukaan tanah ()
menekan dinding penahannya dan
didefinisikan sebagai koefisien tekanan
Stabilitas Dinding Penahan
tanah aktif atau Ka.
Kestabilan dinding penahan
Perhitungan gaya aktif yang
tanah yang harus diperhitungkan antara
bekerja pada tanah tak kohesif:
lain kestabilan tanah terhadap bahaya ca = ad x c = adhesi antara tanah dan
guling, bahaya geser, serta kapasitas dasar dinding
daya dukung. c = kohesi tanah dasar
a. Stabilitas Guling ad = faktor adhesi
Stabilitas terhadap guling B = lebar kaki dinding penahan (m)
merupakan stabilitas yang ditinjau Pah = jumlah gaya horizontal
berdasarkan kondisi tanah yang f = tg b= koefisien gesek antara tanah
terguling yang diakibatkan oleh dasar dan dasar pondasi
tekanan tanah lateral dari tanah urug di c. Stabilitas Daya Dukung
belakang dinding penahan tanah. Persamaan kapasitas daya
Faktor keamanan terhadap dukung untuk menghitung stabilitas
bahaya penggulingan dinding penahan tanah antara lain
( )didefinisikan sebagai berikut adalah menggunakan persamaan
Hansen dan Vesic yang digunakan
untuk menghitung beban miring dan
Mw = W b1 eksentris. Persamaan Hansen dan
Mgl = Pah h1 + Pav B Vesic didefinisikan sebagai berikut :
dimana: qu = dc ic c Nc + dq iq DfNq + d i
Mw = momen melawan guling (kNm) 0,5 BN
Mgl = momen mengakibatkan guling dimana:
(kNm) dc, dq, d = faktor kedalaman
W = berat tanah + berat sendiri ic, iq, i = faktor kemiringan beban
dinding penahan (kN) B = lebar kaki dinding penahan (m)
B = lebar kaki dinding penahan (m) e = eksentrisitas beban (m)
Pah = jumlah gaya horizontal (kN) = berat volume tanah (kN/m3)
Pav = jumlah gaya-gaya vertikal (kN) Nc, Nq dan N = faktor-faktor kapasitas
b. Stabilitas Geser dukung Hansen dan Vesic
Stabilitas terhadap geser yaitu Faktor keamanan minimum
perbandingan gaya - gaya yang untuk keruntuhan kapasitas daya
menahan dan mendorong dinding dukung didefinisikan sebagai berikut :
penahan tanah.
Faktor keamanan terhadap dimana:
bahaya penggeseran( ) didefinisikan q = tekanan akibat beban struktur
sebagai berikut qu = tekanan tanah ultimit

Geotekstil
Untuk tanah granular (c = 0) Geotekstil merupakan salah satu
Rh = W f jenis geosintetik yang berfungsi untuk
= W tg h dengan h memperbaiki kinerja tanah. Pada
Untuk tanah kohesif ( = 0) proses pembuatan geotekstil, elemen
Rh = caB tekstil berupa untaian serat yang
Untuk tanah c = ( > 0 dan c = 0) dikombinasikan menjadi struktur
Rh = caB + W tg h tekstil lembaran.
dimana: Geotekstil mempunyai lima
Rh = tahanan dinding penahan tanah fungsi primer saat bekerja pada tanah
terhadap geser yaitu sebagai lapisan perkuatan
W = berat total dinding penahan dan pemisah, penyaring, proteksi, dan
tanah di atas pelat pondasi pelindung. Ketika tanah dan geotekstil
h = sudut gesek antara tanah dan dasar digabungkan, maka material tanah
pondasi, diambil 1/3 (2/3) yang diperkuat (komposit) tersebut
menghasilkan kekuatan tekan dan tarik Metode Irisan
tinggi sehingga dapat menahan gaya Metode irisan adalah metode
yang bekerja dan deformasi. Pada perhitungan gaya normal yang bekerja
kondisi tersebut, geotekstil berlaku pada suatu titik di lingkaran bidang
sebagai tahanan tarik gesekan (adhesi), longsor, dan dipecah-pecah menjadi
saling mengikat (interlocking) atau beberapa irisan vertikal dengan
pengurungan (confinement) langsung memperhatikan keseimbangan dari
pada tanah dan menjaga stabilitas tiap-tiap irisan.
massa tanah seperti yang terlihat pada
gambar 1 dibawah ini.

Gambar 2 (a) Model pembagian


irisan, (b) gaya-gaya yang bekerja
Gambar 1 Dasar mekanisme prkuatan
pada irisan
lereng tanah dengan geosintetik.
Analisa Stabilitas Lereng (Metode
Perhitungan Panjang Geotekstile
Ordinary)
Besarnya panjang penyaluran
Metode ini juga biasa disebut
geotekstil harus mampu menahan gaya
metode Fellinius (1927) mengganggap
geotekstil yang bekerja.
gaya-gaya yang bekerja pada sisi
L = Le + Lr
kanan-kiri dari sembarang irisan
dengan:
mempunyai resultan nol pada arah
Le = tegak lurus bidang longsor. Dengan
Lr = ( H z) x (tan (45- ) ) anggapan ini, keseimbangan arah
vertikal dan gaya-gaya yang bekerja
Untuk perhitungan panjang lipatan: dengan memperhatikan tekanan air
Lo = pori.
dimana: FS =
Le = Panjang penyaluran geotekstil di
belakang bidang longsor
dimana:
Lr = Panjang penyaluran geotekstil di
FS = Faktor keamanan
depan bidang longsor
c = Kohesi tanah (kN/m2)
Lo = Panjang lipatan geotekstil
= Sudut geser dalam tanah (derajat)
Sv = Jarak vertikal antar geotekstil
= Sudut dari tengah irisan ke titik
= Tegangan tanah pusat (derajat)
Fs = Faktor keamanan L = Panjang lengkung lingkaran pada
c = kohesi tanah irisan (m)
= Berat jenis tanah timbunan W = Berat irisan tanah (kN)
z = Tinggi timbunan hingga u = Tekanan air pori pada irisan
geotekstile yang ditinjau (kN/m2)
H = Tinggi timbunan
= Sudut friksi pada tanah dengan Analisa Stabilitas Lereng (Metode
geotekstil Bishop)
= Sudut friksi tanah Metode ini dibuat oleh Bishop
E = efisiensi geotekstil (0.8 1.2) pada tahun 1955. Perhitungan hanya
didasarkan pada keseimbangan momen Dimana:
terhadap titik pusat lingkaran longsor = Faktor tahanan cabut
dan keseimbangan gaya vertikal yang = Faktor koreksi skala
bekerja pada potongan. = Tegangan vertikal efektif pada
antarmuka (batas) tanah dan
geosintetik
= Panjang tertanam pada zona di
belakang bidang keruntuhan (m)
= Keliling efektif perkuatan, untuk
geogrid dan geotekstil nilai C=2
Untuk faktor tahanan cabut (F*) dan
Gambar 3 Metode Bishop (Sumber: koreksi skala ( ) didapat dari tabel 1.
Amit Prashant et al. 2010) Tabel 1 Faktor Tahanan Cabut
Tipe Perkuatan Nilai Nilai
Maka safety factor yang Geogrid 2/3 tan 0.8
diberikan untuk gaya-gaya pada irisan Geotekstil 2/3 tan 0.6
metode Bishop ialah : Untuk aplikasi perhitungannya
[ ]( ) pada metode Ordinary adalah sebagai
FSb = berikut:
dengan :
FS =
FSb = Faktor aman lereng Bishop
FSb = Faktor aman lereng Bishop dengan:
untuk cara coba-coba T = Tegangan tarik geotekstil
c = Kohesi tanah efektif (kN/m2)
' = Sudut gesek dalam tanah Model Kegagalan dari Perkuatan
efektif (derajat) Geotekstil
b = Lebar irisan ke-i (m) Dalam analisis perkuatan
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN) lereng dengan geotekstil, perlu
i = Sudut yang didefinisikan diketahui bahwa terdapat beberapa
dalam Gambar 1 (derajat) model kegagalan yang harus
ui = Tekanan air pori pada irisan diperhatikan agar
ke-i (kN/m2) perencanaangeotekstil tepat dan
ru = Rasio tekanan air pori efektif.
(kN/m2)

Analisa stabilitas lereng setelah


diperkuat geotekstil
Tahanan geotekstil dan bahan
terkait adalah properti sangat penting
Gambar 4 Beberapa jenis kegagalan
karena hampir semua aplikasi
yang terdapat pada sistem geotekstil.
bergantung pada baik sebagai fungsi
a. Model Kegagalan Eksternal
primer atau sekunder. Tes ini berguna
Model kegagalan eksternal
untuk pengendalian kualitas dan juga
berkaitan dengan kemampuan massa
dapat digunakan untuk keperluan
tanah yang telah diperkuat untuk
desain. Persamaan yang mewakili
menahan tekanan tanah aktif yang
perkuatan geotekstil adalah:
bekerja disekitar lereng dan tambahan

beban luar atau surcharge.


Dimana Nilai tahanan cabut (T) dapat
b. Model Kegagalan Internal
ditentukan berdasarkan:
Model kegagalan internal
berkaitan dengan kegagalan pada
sistem geotekstil dalam mekanisme dapat langsung ditentukan manual atau
beban yang dipikul antara tanah dan dengan input parameter parameter
geotekstil. Pullout Resistance. Pada SLOPE/W
Pullout Failure, adalah kegagalan parameter yang ditentukan getekstil
geotekstil yang dikarenakan ikatan adalah:
antara geotekstil terhadap tanah
kurang berfungsi dengan baik, dan
juga dikarenakan panjang yang
kurang dari geotekstil.
Tensile Failure, adalah kegagalan
dikarenakan mutu geotekstil yang
kurang baik untuk menahan beban
penggerak tanah.

Geostudio (SLOPE/W)
Geostudio merupakan perangkat
lunak dalam bidang desain geoteknik Gambar 5 Tampilan input data
yang diberasal dari Kanada. Fasilits geotkstil pada SLOPE/W
geostudio yang dapat digunakan untuk Bond safety factor merupakan
analisis stabilitas lereng adalah pada faktor tahanan cabut. Nilai paling
menu SLOPE/W. Prinsip analisis yang akurat didapat melalui pengujian
digunakan di dalam program ini adalah laboratorium, namun Jika data hasil
Limit Equilibrium. Analisis tersebut pengujian tidak tersedia, maka
menggunakan prinsip kesetimbangan dapat ditentukan nilai pada Tabel 1.
gaya dan juga dikenal dengan metode Fabric safety adalah faktor reduksi
irisan karena bidang kelongsoran dari untuk memperhitungkan kerusakan
lereng tersebut dibagi menjadi pada saat instalasi geotekstil, creep,
beberapa bagian. dan daya tahan.
Pada prinsip analisis Limit Interface faktor adalah keliling
Equilibrium (kesetimbangan batas) efektif perkuatan geogrid atau
menggunakan asumsi bahwa bidang geotekstil dengan nilai C=2.
kelongsoran berbentuk circular. Ada Fabric capacity merupakan nilai
beberapa metode yang digunakan yaitu kuat tarik geotekstil yang didapat
Ordinary (Fellinius), Bishop, Janbu, dari uji laboratorium
dan Morgenstern-Price.
Geo 5 (Cantilever Wall)
Input Data pada SLOPE/W untuk Geo5 merupakan salah satu
Lereng dengan Perkuatan Geotekstil perangkat lunak (software) yang
Pada SLOPE/W parameter yang digunakan untuk bidang geoteknik dan
ditentukan getekstil adalah: lingkungan sebagai penerapan prinsip
Gesekan permukaan per satuan luas ilmu bumi untuk memecahkan masalah
Faktor keamanan ikatan lingkungan yang berhubungan dengan
Kapasitas ultimate getekstil tanah. Geo5 mencakup hal-hal antara
Faktor keamanan getekstil lain penyelidikan tentang tanah. Geo5
Orientasi Beban merupakan perangkat lunak (software)
Data yang dibutuhkan dalam yang dapat memberikan hasil
melakukan input perkuatan tanah perhitungan dan analisis dengan
geotekstil pada software SLOPE/W mudah dan cepat kasus kompleks yang
dapat dilihat pada gambar 3. Nilai berhubungan dengan geoteknik.
Pullout Resistance (tahanan cabut)
Geo5 menggunakan metode Dinding Penahan Tanah Eksisting
analisis finite element (FEM). Analisis Dinding penahan tanah yang
yang dapat digunakan dalam perangkat ditinjau merupakan kombinasi
lunak geo5 antara lain adalah tentang pasangan batu kali 1:4 pada bagian
desain penggalian, analisis stabilitas, atas dengan pasangan bronjong yang
desain dinding penahan tanah, desain dipasang dibawah pasangan batu kali
pondasi, analisis penurunan pada dengan dimensi 1x0,5x2 dan diperkuat
tanah, permodelan tanah dalam bentuk dengan dinding penahan beton
digital, serta analisis FEM. kantilever pada bagian dasar. Dinding
(Salih,2014) penahan tanah eksisting ini memiliki
Dinding penahan kantilever total tinggi 10 m dengan luas sekitar
dianalisis terhadap stabilitas geser, lebih dari satu hektar. Kelongsoran
guling dan daya dukung menggunakan ambles terjadi pada bagian sisi-sisi
perangkat lunak geo5. Langkah untuk dinding penahan embung.
menganalisis dinding penahan
menggunakan geo5 adalah :
Memilih analisis setting.
Memilih bentuk dinding penahan
serta memasukkan dimensi.
Memasukkan karakteristik material.
Menentukan parameter tanah
dengan memilih jenis tanah.
Gambar 6 Kondisi dinding penahan
Memilih bentuk terrain. eksisting di lapangan.
Menentukan tinggi muka air tanah.
Menentukan beban luar yang Pemodelan Dinding Penahan
bekerja (surcharge). Untuk melakukan analisis
Menentukan parameter perlawanan stabilitas lereng pada software
di depan dinding penahan tanah. diperlukan pemodelan bentuk geometri
Memilih jenis situasi desain tekanan lereng eksisting. Geometri lereng
yang bekerja pada dinding penahan disesuaikan dengan bentuk kemiringan
Melakukan analisis hasil stabilitas tanah dengan menghilangkan struktur
geser dan guling pada kolom dinding penahan.
verifikasi.
Melakukan analisis daya dukung
desain pada kolom bearing capacity.
Membuka kotak dialog stabilitas
dan menganalisis stabilitas
keseluruhan dinding.

METODOLOGI PENELITIAN Gambar 7 Dinding penahan ekisting


Lokasi Proyek
Lokasi proyek dinding penahan
tanah yang ditinjau terletak di provinsi
Jawa Timur. Lokasi dibangunnya
dinding penahan tersebut digunakan
sebagai struktur bangunan embung
yang berfungsi sebagai tempat
penampungan air.
Gambar 8 Pemodelan lereng eksisting
hubungan friksi rasio. Grafik-grafik
Data Pengujian Laboratorium tersebut dianalisis untuk mendapatkan
Pengujian di laboratorium jenis tanah sesuai dengan klasifikasi
menggunakan 3 sampel tanah dari USCS.
lokasi runtuhnya dinding penahan Pada anlisis menggunakan
tanah, 3 sampel diambil pada lokasi software diperlukan data mekanis
yang diberi label S1 pada kedalaman 2 tanah berupa: density () , kohesi (c) ,
dan 3 meter, S3 pada kedalaman 3 sudut gesek dalam tanah (). Sehingga
meter. untuk mendapatkan sifat mekanis
tanah tersebut dari data sondir
dilakukan konversi data dengan
menggunakan bantuan software Geo 5
yang hasilnya dapat dilihat pada tabel
4, tabel 5, dan tabel 6.
Tabel 4 Konversi data sondir dari
software geo 5 (lokasi S1)

Gambar 9 Lokasi pengambilan Tabel 5 Konversi data sondir dari


sampel tanah untuk uji laboratorium software geo 5 (lokasi S2)

Hasil pengujian oleh


Laboratorium Mekanika Tanah dan
Geologi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tabel 6 Konversi data sondir dari
Teknik, Universitas Brawijaya dapat
software geo 5 (lokasi S3)
dilihat pada tabel 2 dan tabel 3
Tabel 2 Hasil pengujian laboratorium
sampel tanah

Metode Analisis
Pemilihan data tanah dilakukan
Tabel 3 Hasil pengujian sifat mekanis dengan cara pengamatan dan analisis
tanah untuk sampel tanah untuk mendapatkan data tanah yang
memiliki sifat mekanis tanah paling
rendah. Sehingga pada perencanaan
dinding penahan tanah embung ini
digunakan data tanah sondir.
Setelah data yang diperlukan
diperoleh secara keseluruhan,
Data Pengujian Sondir selanjutnya diolah dan dianalisis
Pengujian sondir dilakukan dengan menggunakan formula yang
pada 3 titik, yaitu yang diberi label ada pada landasan teori dan dianalisis
S1, S2 dan S3. Hasil dari pengujian untuk mencari alternatif perbaikan
sondir dilapangan adalah berupa tiga yang tepat dengan menggunakan
grafik yaitu grafik hubungan kedalam bantuan program komputer yaitu
dengan tahanan konus, grafik Geostudio (Slope W) dan Geo 5.
hubungan kedalaman dengan jumlah
hambatan pelekat, dan grafik
HASIL DAN PEMBAHASAN relatif curam, sehingga memungkinkan
Analisis Kerusakan Dinding terjadi kelongsoran. Titik yang ditinjau
Penahan Tanah Eksisting untuk analisis ini hanya diambil satu
Kondisi yang ditinjau dalam titik potongan di salah satu sisi dari
studi kasus ini adalah kondisi pertama embung yang mewakili keseluruhan
pada saat muka air normal yaitu saat struktur embung tersebut.
kondisi kering, dimana embung tidak
menampung air atau pada saat embung
kosong, sehingga muka air tanah
berada pada dasar dinding penahan
tanah kantilever. Kondisi kedua adalah
kondisi jenuh, dimana kondisi muka
air maksimum terjadi saat embung
menampung air, sehingga muka air
tanah berada pada elevasi 3 m dari Gambar 10 Analisis lereng dengan
dasar dinding penahan tanah. kondisi muka air tanah maksimum
Berdasarkan analisis kondisi
lereng dan dinding penahan tanah di
atas dapat ditarik beberapa hipotesa
sebagai berikut:
a. Desain struktur dinding penahan
tanah embung yang tidak
menggunakan perkuatan pada
bagian dasar pondasi dimungkinkan
menjadi penyebab lemahnya
stabilitas dinding penahan sehingga Gambar 11 Analisis lereng dengan
kelongsoran terjadi pada semua sisi kondisi muka air tanah normal
embung.
b. Penggunaan bronjong dan pasangan Analisis dari beberapa kondisi
batu kali memberikan berat berlebih lereng eksisting dengan menggunakan
pada dinding penahan paling perangkat lunak SLOPE/W telah dapat
bawah, yaitu dinding penahan diketahui hasilnya pada gambar 10
kantilever, sehingga mempengaruhi dan gambar 11 dan pada tabel 7,
tekanan tanah dibawahnya yang sehingga dapat di simpulkan bahwa
berakibat meningkat pula tekanan lereng bentuk eksisting tidak stabil dan
tanah lateral. tidak aman.
c. Menurut hasil analisis sementara Tabel 7 Rekapitulasi angka keamanan
kelongsoran lereng dan struktur stabilitas lereng eksisting
dinding penahan tanah eksisting
diakibatkan stabilitas lereng yang
sejak awal tidak aman dan tidak
stabil, sehingga mempengaruhi
stabilitas dinding penahan tanah
kantilever menjadi lemah.
Analisis Stabilitas Dinding Penahan
Analisis Stabilits Lereng Eksisting Kantilever dengan GEO5
dengan SLOPE/W Dalam menganalisis stabilitas
Galian yang menjadi sebuah dinding penahan kantilever, digunakan
lereng dari pembangunan embung analisis potongan gambar kondisi
memiliki tinggi sekitar 10 meter dan eksisting dengan melihat bahwa
dinding penahan eksisting yang
mengelilingi lereng adalah identik, Perbaikan stabilitas lereng
sehingga analisis hanya dilakukan pada meliputi menghilangkan penggunaan
satu titik atau pada satu potongan saja. bronjong dan dinding penahan pasanga
Analisis menggunakan fasilitas menu batu kali yang bertujuan untuk
Cantilever Wall pada perangkat lunak mengurangi beban di atas tanah
GEO5. Analisis yang digunakan timbunan, serta mengurangi
tersebut adalah analisis terhadap geser, kecuraman lereng tersebut menjadi 17
guling dan daya dukung. derajat kemiringan seperti pada
gambar 14. Sedangkan untuk dinding
penahan kantilever tetap dipertahankan
supaya nantinya dapat berfungsi
sebagai facing sekaligus dapat
menghemat biaya perbaikan.
( cm )

( cm )

Gambar 12 Tampilan dialog water


kondisi I (muka air tanah saat embung
kosong). Tanah Lapisan 1 (CH)

Dinding Penahan Beton

EL + 54,00
Lapisan Batu 30 cm
Timbunan Pasir 40 cm

Gambar 14 Bentuk perbaikan


geometri lereng
Gambar 13 Tampilan dialog water
Parameter tanah yang digunakan
kondisi II (kondisi jenuh, muka air
adalah data mekanis tanah eksisting
tanah di belakang dinding penahan
dari data sondir yang dikonversi
setinggi 3 m dari dasar).
melalui Geo 5 sebagai berikut:
Jenis Tanah CH = 20,50 kN/m3
Hasil analisis dinding penahan
= 17
tanah kantilever dengan perhitungan
C = 8 kPa
software GEO5 dipaparkan pada
Jenis Tanah MS = 18 kN/m3
gambar 12 dan gambar 13. Pada
= 26,5
tabel 8 dapat diambil kesimpulan
C = 12 kPa
bahwa kondisi dinding penahan
Jenis Tanah SC = 18,5 kN/m3
kantilever eksisting tidak aman karen
= 27
angka keamanannya (FS) guling dan
C = 8 kPa
geser kurang dari angka keamanan
Data Geotekstil yang digunakan adalah
minimum, yaitu sebesar 2 dan FS daya
sebagai berikut:
dukung kurang dari angka kemanan
Tensile capasity = 200 kN/m
minimum sebesar 3.
Kontak kohesi = 3 kPa
Tabel 8 Rekapitulasi perhitungan
Interface factor = 2
stabilitas dinding penahan eksisting
Febric safety = 1,1
Contact phi = 38o
Bond safety factor (F*) = 2/3 tan
(38) = 0,52 disesuaikan dengan
input SLOPE/W jadi 1/0,52 = 1.92
Perbaikan Stabilitas Lereng dan Jarak vertikal antar lapisan
Dinding Penahan dengan Geotekstil geotekstil setinggi 1 m.
Jumlah lapisan geotekstil 5 lapis. Tabel 9 Rekapitulasi angka keamanan
stabilitas lereng setelah diperkuat
dengan geotekstil

Analisis Stabilitas Eksternal yang


Diperkuat dengan Geotekstil
Perhitungan stabilitas eksternal
lereng yang telah diperbaiki dan
Gambar 15 Parameter input perkuatan diperkuat dengan geotekstil tidak
geotekstil yang digunakan menggunakan bantuan dari program
SLOPE/W dan Geo 5 dikarenakan
Analisis Stabilitas Internal Lereng tidak tersedianya fasilitas analisis
yang Diperkuat dengan Geotekstil stabilitas guling, geser, dan daya
Hasil analisis kestabilan lereng dukung untuk konstruksi lereng yang
yang telah diperbaiki dan diperkuat telah diperkuat dengan geotekstil
dengan geotekstil mengalami (gambar 18). Hasil analisis dapat
peningkatan nilai angka keamanan dari dilihat pada tabel 10.
nilai sebelum diperkuat seperti pada Berikut adalah perhitungan
tabel 9. Hasil analisis yang diperoleh stabilitas eksternal:
adalah angka keamanan lebih besar Pa = 0,5..H2.Ka = 0,5.20,5.8,12.0,548
dari 2 dimana angka tersebut = 368,224 kN/m
menunjukan lereng telah stabil dan Pa cos 17 = 352,134 kN/m
aman. Pa sin 17 = 107,658 kN/m

Pa

w3

w2

w1

Gambar 16 Konstruksi lereng setelah Gambar 18 Pembagian berat lereng


diperbaiki dan diperkuat dengan
geotekstil pada kondisi muka air Stabilitas Guling
normal Gaya yang bekerja:
W1 = 20,5 x 9 x 4 = 738 kN
W2 = 0,5 x 20,5 x 4 x 4 = 164 kN
W3 = 0,5 x 20,5 x 4,1 x 13 = 546,3 kN
FSOT =
=
=
Gambar 17 Konstruksi lereng setelah
diperbaiki dan diperkuat dengan = = 11,73 > 2
geotekstil pada kondisi muka air
maksimum Stabilitas Geser
Pa = 0,5..H2.Ka = 0,5.20,5.6,82.0,548 dan 0,454 untuk kondisi 2 (muka air
= 260,277 kN/m bearada pada 3 m diatas dasar),
Pa cos 17 = 248,904 kN/m sehingga diperlukan adanya
Pa sin 17 = 76,098 kN/m perbaikan pada struktur dinding
FSS = penahan eksisting tersebut.
3. Hasil analisis stabilitas dinding
( )
= penahan tanah eksisting dengan
program Geo 5 menunjukkan hasil
( )
= tidak stabil dengan angka keamanan
untuk kondisi 2 adalah sebagai
= = 2,226 > 2 berikut: stabilitas guling sebesar
1,38, stabilitas geser 0,42 dan daya
Stabilitas Daya Dukung dukung sebesar 0,23.
Hasil perhitungan manual daya 4. Desain perkuatan dengan geotekstil
dukung dengan metode Hansen adalah sebagai berikut:
didapatkan nilai daya dukung ultimet Tipe Geotekstil = Woven
(qu) sebesar 308,788 kN/m2 dan daya Tensile capasity = 200 kN
dukung yang bekerja (qmaks) sebesar Contact Cohesion = 3 kPa
99,094 kN/m, sehingga didapatkan nilai Contact Phi = 38o
faktor keamanan sebagai berikut: Febric safety = 1,1
Jumlah lapisan geotekstil yang
dipakai = 5 layer
= 3,116 > 3 Jarak vertikal antar lapisan = 1 m
Perbaikan struktur dinding penahan
tanah juga dilakukan dengan
Tabel 10 Rekapitulasi hasil
menggurangi kemiringan lereng di
perhitungan stabilitas eksternal
atas dinding penahan dari yang
sebelumnya lebih dari 45 diubah
menjadi 17, sehingga lereng
menjadi lebih landai.
5. Hasil analisis stabilitas lereng yang
KESIMPULAN diperkuat dengan geotekstil
Dari hasil analisa dan menggunakan SLOPE/W diperoleh
perhitungan diatas dapat ditarik nilai angka keamanan yang
beberapa kesimpulan sebagai berikut: mengalami kenaikan sebesar 3,286
1. Struktur dinding penahan tanah untuk kondisi 1 dan 2,312 untuk
eksisting mengalami kegagalan kondisi 2, sehingga desain
struktur karena kondisi tanah yang perkuatan tersebut aman dan
tergolong memiliki sifat mekanis mampu menahan kelongsoran.
tanah yang rendah dan pengauh 6. Analisis stabilitas dinding penahan
beban berlebih dengan dengan perkuatan geotekstil
menggunakan konstruksi bronjong didapatkan hasil sebagai berikut:
dan pasangan batu kali. stabilitas guling sebesar 11,73,
2. Hasil analisis stabilitas lereng stabilitas geser 2,226 dan daya
eksisting dengan program dukung sebesar 3,856. Sehingga
SLOPE/W menunjukkan kondisi dinding penahan tanah kantilever
tidak stabil karena dari hasil analisa yang telah diperkuat dengan
diperoleh nilai angka keamanan geotekstil dalam kondisi aman dan
0,498 untuk kondisi 1 (air berada mampu menahan kelongsoran.
pada dasar embung atau kosong)
DAFTAR PUSTAKA Stabilization of Steep Slopes
Das, Braja M. 2007. Principles of Near Railway Tracks. Indian
Foundation Engineering - 6th Institute of Technology Kanpur.
Edition. Toronto, Ontario, Santoso, Budi, Suprapto H., Suryadi
Canada: Nelson, A Division of HS. 1998. Mekanika Tanah
Thomson Canada Limited Lanjut. Jakarta: Gunadarma
Dinas PU. 2009. Pedoman Kontruksi Sosrodarsono, Suryono, Nakazawa,
Bangunan: Perencanaandan Kazuto. 2000. Mekanika Tanah
Pelaksanaan Perkuatan tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta: PT
dengan Geosintetik No. Pradnya Paramita
003/BM/2009. Suryolelono, K. B, & Dip, H. E, 1994,
Dinas PU. 2009. Modul Pelatihan teknik pondasi bagian I
Geosintetik Volume 1. (pondasi telapak dan dinding
Klasifikasi Fingsi Geosintetik penahan tanah), Universitas
Famungkas F. 2014. Analisis Stabilitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lereng Memakai Perkuatan Terzaghi, Karl dan Ralph B. Peck.
Geotekstil dengan Bantuan 1967. Mekanika Tanah Dalam
Perangkat Lunak (Studi Kasus Praktek Rekayasa. Edisi Kedua
Pada Sungai Parit Raya). Skripsi. Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Tidak diterbitkan. Fakultas Erlangga.
Teknik Universitas Brawijaya.
Malang
Fine Company. Engineering Manual
for Geo 5 Program Part 1.
http://www.finesoftware.eu.
Diakses pada 22 Maret 2015.
GEO-SLOPE International Ltd. 2008.
Stability Modeling with
SLOPE/W 2007 Version. Third
Edition. Canada.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2002.
Teknik Pondasi I. Edisi Kedua.
Yogyakarta: Beta Offset.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2003.
Mekanika Tanah II. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2010.
Mekanika Tanah II. Edisi Kelima.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Indrawahjuni, Herlien. 2011. Mekanika
Tanah II. Malang: Penerbit
Bargie Media.
Koerner, Robert M. 1998. Designing
With Geosynthetics 4th. United
Kingdom. Published by Prantice
Hall
Prashant, Amit and Mousumi
Mukerjee. 2010. Soil Nailing for

Anda mungkin juga menyukai