Semester IV 2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM
FLUIDISASI
A. Pengertian Fluidisasi
Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini
masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan
lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan
menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan
untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi
ini dapat dilihat pada Gambar 1b.
Proses fluidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas atau
cair ke dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil
aliran hanya menerobos unggun melalui celah-celah atau ruang kosong antar partikel,
sedangkan partikel-partikel padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai
fenomena unggun diam. Saat kecepatan aliran fluida diperbesar sehingga mencapai
kecepatan minimum, yaitu kecepatan saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel
padatan lebih atau sama dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel
yang semula diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut incipient fluidization
atau fluidisasi minimum. Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa fenomena
yang dapat diamati secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat
memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Karena sifat-sifat partikel padat
yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.
sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reactor.
perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.
Kerugian proses fluidisasi antara lain:
selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu
butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu padatan.
adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal
ini terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastic
pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan
partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk
pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1a.
2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan
pada Gambar 1b.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung gelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3 Fenomena bubbling fluidization
Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya hilang tekan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal
tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya
dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang
kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di
dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang
diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-
peneliti lainnya.
gc = faktor gravitasi
= viskositas fluida (N.s)
= porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong
di dalam unggun dengan volume unggun.
u = kecepatan alir superfisial fluida (m/s)
S = luas permukaan spesifik partikel (m2)
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun)
dihitung berdasarkan korelasi berikut:
. ( )
=
. . . ( )
=
atau
. . ( )
=
Untuk aliran turbulen, persamaan tersebut tidak dapat digunakan lagi sehingga
Ergun menurunkan rumus yang lain (1952) dimana kehilangan tekanan digambarkan
sebagai gabungan dari viscous losses dan kinetic energy los.
( ) ( )
=
. + . .
viscous losses kinetic energy losses
dimana f adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini, dimana
partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida sehingga terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya seret dan gaya apung dari fluida di
sekelilingnya:
[gaya seret oleh fluida yang naik] = [berat partikel]-[gaya apung]
atau
[hilang tekan pada unggun] x [luas penampang] = [volume unggun] x [fraksi zat padat]
x
[densitas zat padat densitas
fluida]
. = (. )( )( )
( ) = ( )( )
Densitas Partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang tidak menyerap air
atau zat cair lain bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedangkan
untuk partikel berpori, cara di atas akan menimbulkan kesalahan yang cukup
besar karena air atau cairan akan memasuki pori-pori di dalam partikel,
sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel (berikut pori-porinya)
seperti yang diperlukan di dalam persamaan-persamaan yang ditulis di muka,
tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori di dalamnya). Untuk
partikel-partikel yang demikian, ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu
dengan memakai metoda yang diturunkan Ergun.
Bentuk Partikel
Didalam persamaan-persamaan yang telah diturunkan sebelumnya
partikel-partikel padatnya dianggap sebagai butiran-butiran yang berbentuk
bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel-partikel yang mempunyai
bentuk lain, harus diadakan suatu koreksi yang menyatakan bentuk
sebenarnya partikel yang ditinjau. Faktor koreksi ini disebut sebagai faktor
bentuk atau derajat kebolaan suatu partikel yang didefinisikan sebagai:
= =
Derajat kebolaan (s) bisa dipakai langsung dalam persamaan-persamaan
terdahulu dengan mengganti dp menjadi s.dp, sehingga persamaan Ergun dapat
ditulis menjadi:
( ) ( ).
= . + , ( )
. (
) .
Diameter Partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan. Untuk
menentukan diameter partikel dapat dilihat pada prosedur percobaan.
Porositas Unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang
secara matematik bisa ditulis sebagai berikut:
=
Dimana, = porositas unggun
Vu = volume unggun
Vp = volume partikel
( + ) ( )
=
20
(53.88 27.54)
=
0.9982 /3
= 26.3875 3
( + + ) ( + )
=
25
(62.22 42.85)
=
0.9982 /3
= 19.4049 3
= (26.3875 19.4049)3
= 6.9826 3
= ( + ) ( )
= (42.85 27.54)
= 15.31
15.31
=
6.9826 3
= 2.192603 /3 = 2192.603 /3
Penentuan Diameter Partikel Tengah (dpm)
Keterangan :
Diameter ayak tertera pada bidang ayak sesuai dengan nilai aparatusnya
( ) = ( + + ) ( +
)
(% ) =
0.00017
(% ) = = = 0.00034
0.4995
(% ) = =1 %
(% ) = =1 % =0.00034
(% ) = 1 %
(% ) = 1 % = 1 0.00034 = 0.99983
0.7
0.6
0.5 OP%
0.4 UP%
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00
Diameter Partikel (mm)
Catatan :Berdasarkan grafik hubungan diameter partikel vs fraksi massa diperoleh dpm = 1.175 mm = 0.001175 m.
Penentuan Porositas
.
= =
. .
Catatan : 1 = merupakan nilai sperisitas (derajat kebolaan)
l (m)
0.101 0.310062125
0.122 0.428821923
0.468063165
0.131
0.140 0.502259104
0.150 0.535441831
0.163 0.572492482
0.601807283
0.175
0.187 0.627359757
0.203 0.656730417
0.215 0.675889649
0.703473509
0.235
0.260 0.731985672
4 4
Keterangan : = 2 = 3.14 (0.05 m)2 = 0.001963 m2
0.3
= = 2192.603 /3 = 0.0001368 3
= .
6.1463 105 3
= = = 0.310
. 0.001963 2 0.101
Konversi Satuan dan Penentuan Kecepatan Rata-Rata Gas atau Cairan (v)
1. Untuk Cairan
Tabel 5 : Konversi satuan Q, P, l, dan penentuan nilai u untuk fluida gas (m=150 g)
Tabel 6 : Konversi satuan Q, P, l, dan penentuan nilai u untuk fluida gas (m=300 g)
Tabel 7 : Konversi satuan Q, P, l, dan penentuan nilai u untuk fluida gas (m=450 g)
Keterangan :
1 3 1
1 = . = 1.6667 105 3 /
1000 60
Tekanan (P)
101325
12 = = 1333.2237 ( 2 )
76 2
cairan air
d partikel (m) Re
u (m/s) (kg/m3) (Ns/m2)
Bilangan Reynold
d partikel udara udara
u (m/s) (m) (Ns/m2) (kg/m3)
150 g 300 g 450 g
Keterangan :
. .
=
m
0.001175 m . 0.0017 s . 996.26 kg/m3
=
0.0015 N. s/m2
= 1.3248
1 (1 )2 2 (1 ) 2
= 2 3
. + . .
3
1 (1 )2 2 (1 ) 2 3
[ = . + . . ]
2 3 3 (1 ) 2
3 1 (1 )2 3 2 (1 ) 2 3
= . + . .
(1 ) 2 2 3 (1 ) 2 3 (1 ) 2
3 1 (1 )
= + 2
(1 ) 2
3 (1 )
= 1 + 2
(1 ) 2
3 (1 )
2
= 1 + 2
(1 )
3 (1 )
2
= 1 + 2
(1 )
= 1 +2
= 150 + 1.75
3
Keterangan: y = (1) 2
(1)
x =
k1 = 150 (konstantan Kozeny)
k2 = 1.75
700
600
500
400
300
y = 1318.5x + 3.9901
200
Y=
R = 0.955
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
X=
800
700
600
500
400 y = 1398.8x - 12.727
R = 0.997
300
Y=
200
100
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
X=
Berdasarkan percobaan untuk fluida gas dengan massa sebanyak 150 gram pasir
kwarsa diperoleh persamaan garis lurus y= 1398 x + 12.72, sehingga nilai k1 = 1398 dan
k2 = 12.72.
700
600
500
400
y = 1396.2x - 5.5104
300
R = 0.9991
200
Y=
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
X=
Berdasarkan percobaan untuk fluida gas dengan massa sebanyak 300 gram pasir
kwarsa diperoleh persamaan garis lurus y= 1396 x + 5.510, sehingga nilai k1 = 1396 dan
k2 = 5.510.
4. Untuk fluida gas ( m = 450 g)
900
800
700
600
500
400
y = 1609.4x - 10.364
300
R = 0.9981
200
Y=
100
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
X=
Berdasarkan percobaan untuk fluida gas dengan massa sebanyak 300 gram pasir
kwarsa diperoleh persamaan garis lurus y= 1609 x + 10.36, sehingga nilai k1 = 1609 dan
k2 = 10.36.
Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida baik cair
maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti
fluida dengan viskositas tinggi. Pada percobaan ini dilakukan pengontakan pasir kwarsa
(butiran-butiran padat) dengan fuida cairan (air) dan dengan fluida gas (udara
compressor). Pada percobaan ini dianggap bahwa nilai sperisitas atau derajat kebolaan
partikel sama dengan 1 atau berbentuk bola. Untuk unggun diam (fixed bed) ilustrasinya,
saat unggun diam yang padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju
alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari
bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena
gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan
partikel tersebut. Untuk unggun terfluidisasi dengan menggunakan fluida cair (air) yang
dilewatkan dari bawah maka sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas
tinggi dengan adanya kecenderungan untuk mengalir dan mempunyai sifat hidrostatik.
Untuk percobaan pertama unggun terfluidisasi dengan menggunakan fluida cair (air)
dilakukan hanya sekali percobaan dengan laju alir yang dimulai dari 0.2 sampai 1.3
dengan interval 0.1 L/min. Untuk data pengamatan dapat dilihat pada data pengamatan
sehingga setelah dilakukan perhitungan data nilainya dapat dilihat pada (Tabel 10).
Sedangkan grafik hubungan X dan Y untuk fluida cairan (Grafik 2) diperoleh persamaan
garis lurus y= 1318 x + 3.990, sehingga nilai k1 = 1318 dan k2 = 3.990. Kecepatan fluida
yang divariasikan yakni dari 2 sampai 24 dengan interval 2 L/min. Bila kecepatan fluida
yang melewati unggun dinaikkan maka perbedaan tekanan di sepanjang unggun akan
meningkat pula. Pada saat perbedaan tekanan sama dengan berat unggun dibagi luas
penampang. Pada saat tersebut unggun akan mulai bergerak dan melayanglayang ke atas.
Partikel-partikel padat ini akan bergerak-gerak dan mempunyai perilaku sebagai fluida.
Keadaan unggun seperti ini dikenal sebagai unggun terfluidisasi (fluidized bed).
Percobaan kedua unggun diam (fixed bed) dilakukan 3 kali percobaan dengan variasi
massa partikel yang berbeda yakni 150g, 300 g, dan 450 g.Untuk percobaan fluida gas
dengan massa partikel sebanyak 150 g data perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 11
sehingga grafik hubungan X dan Y untuk fluida gas (m = 150 g) (Grafik 3) diperoleh
persamaan garis lurus y= 1398 x + 12.72, sehingga nilai k1 = 1398 dan k2 = 12.72. Untuk
percobaan fluida gas dengan massa partikel sebanyak 300 g data perhitungannya dapat
dilihat pada Tabel 12 sehingga grafik hubungan X dan Y untuk fluida gas (m = 300 g)
(Grafik 4) diperoleh persamaan garis lurus y= 1396 x + 5.510, sehingga nilai k1 = 1396
dan k2 = 5.510. Sedangkan untuk percobaan fluida gas dengan massa partikel sebanyak
450 g data perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 13 sehingga grafik hubungan X dan Y
untuk fluida gas (m = 450 g) (Grafik 5) diperoleh persamaan garis lurus y= 1609 x +
10.36, sehingga nilai k1 = 1609 dan k2 = 10.36. Dapat dilihat bahwa pada fluida gas,
semakin tinggi laju alir fluida, semakin tinggi beda head. Tinggi unggun pada fluidisasi
dengan fluida gas juga tidak mengalami perubahan yang menandakan bahwa fluidisasi
yang terjadai adalah fixed fluidized bed atau fluidisasi unggun diam.
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap hilang tekan (pressure drop).
Mengingat hal tersebut adalah aspek utama dalam percobaan ini. Mengetahui besarnya
hilang tekan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut
mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungan dengan besarnya
energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama
operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan
terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam,
terutama oleh Blake, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.
IX. KESIMPULAN
Bedasarkan hasil percobaan diperoleh nilai konstanta kozeny sebagai berikut untuk
masing-masing percobaan.
Secara Praktek
Nilai konstata
Secara Teoritis Fluida gas Fluida gas Fluida gas
Kozeny Fluida cairan
(m=150 g) (m=300 g) (m=450 g)
K1 150 1318 1398 1396 1609
K2 1.75 3.990 12.72 5.510 10.36
X. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/218284664/Laporan-Praktikum-Proses-Unit-Operasi-
Teknik-I-Fluidisasi
https://id.scribd.com/doc/146027698/laporan-fluidisasi