Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definsi
Diare adalah Infeksi saluran pencernaan di sebabkan oleh berbagai
enteropatogen, termasuk bakteria, virus, dan parasit (Kliegman, 2012).

Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung dan usus


halus yang disertai dengan muntah dan diare. Diare adalah buang air besar
yang terjadi pada bayi/anak lebih 3 kali dalam sehari disertai perubahan
tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah (Ahmad, 2011).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan


yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair (Soeparman & Waspadji, 2010).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan


yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja encer atau cair (Suriadi dan Rita, 2010).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi


lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali
dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan
sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

2. Etiologi
Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi pada saluran pencernaan dan merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi:
1) Infeksi Bakteri : E.Coli, Salmonella, Shigella SPP, Vibrio Cholera
2) Infeksi Virus : Enterovirus, Protozoa, Adenovirus

1
2

3) Infeksi Jamur : Protozoa, Candida SPP, Entamoeba Histolityca


b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti OMA, Broncopneumonia, Tonsilofaringitais.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi Karbohidrat
b. Malabsorbsi Lemak
c. Malabsorbsi Protein
3. Obat obatan : Zat besi, Antibiotika
4. Post pembedahan usus (Price & Wilson 2015)

3. Manifestasi Klinik
Menurut Suriadi (2001), Manifestasi klinis diare yaitu:
1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
2. Rasa perih di ulu hati, Rasa panas di dada dan perut
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang/anorexia
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin ( oliguria dan anuria)
8. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )
9. Diare
10. Demam / suhu tubuh biasanya meningkat
11. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi: turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun, ubun - ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan
bibir kering)
12. Lemah, pucat, kehausan
13. Perubahan tanda tanda vital: nadi dan pernafas cepat
14. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering diare

Adapun tanda dan gejala dehidrasi yang lebih spesifik dibagi menjadi 3
bagian Yaitu :
1. Dehidrasi ringan
a. Diare: bab kurang dari 4 kali sehari
b. Muntah sedikit, rasa haus normal
c. Denyut nadi normal, atau meningkat
d. Membran mukosa kering
e. Berat badan turun : anak 3% dan bayi 5%
3

f. Tekanan darah dalam batas normal


g. Turgor kulit kurang baik
2. Dehidrasi sedang
a. Kehilangan berat badan : 6% dan bayi 10%
b. Mengantuk dan lesu
c. Pucat
d. Diare 4-10 kali sehari
e. Muntah beberapa kali
f. Exremitas dingin
g. Mata cekung, mulut/lidah kering
h. Turgor kulit tidak kenyal
i. Nafas dan denyut nadi agak cepat
j. Ubun-ubun cekung
3. Dehidrasi berat
a. Sangat mengantuk, lemah
b. Diare lebih dari 10 kali sehari
c. Sering muntah
d. Air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering
e. Kulit dicubit kembali sangat lambat
f. Nafas dan denyut nadi sangat cepat, ubun-ubun sangat cekung
g. Berat badan turun: anak 9% dan bayi 15%(Suharyono, 2006)

4. Komplikasi
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan
Anak RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
a) Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
b) Syok
c) Kejang
d) Sepsis
e) Gagal Ginjal Akut
f) Ileus Paralitik
g) Malnutrisi
h) Gangguan tumbuh kembang

5. Patofisiologi dan Pathway


Diare disebabkan karena ketidaknormalan absorbsi air dan
elektrolit. Transport air dan elektrolit ini terjadi didalam sistem pencernaan
meningkat pada usia anak-anak. Mukosa usus pada anak kecil lebih
4

permiabel dari pada anak besar. Diare dapat disebabkan karena proses
patologik. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada
usus dan menempel pada mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang
menstimulasi cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini
menyebabkan destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat
menyebabkan penurunan kapasitas absorbs cairan elektrolit.
Interaksi antara toksin dan epitel, usus menstimulans enzim
adenilsiklase dalam membran sel dan mengubah cyclic AMP yang
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit. Proses ini disebut
diare sekretorik. Pada proses invasi dan pengrusakan mukosa usus,
organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga
menyebabkan peradangan dan kerusakan pada mukosa usus. Pada
pemeriksaan histologi, bakteri dapat menyebabkan ulserasi superfisial
pada usus dan dapat berkembang biak di sel epitel. Sedangkan bila bakteri
menembus dinding usus melalui plague peyeri di ileum maka akan diikuti
dengan multiplikasi organisme intraselular dan organisme mencapai
sirkulasi sistemik.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motoilitas usus. Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare. (Price & Wilson 2015)
5

Pathways

Faktor makanan : makanan Faktor Faktor psikologis : Faktor infeksi :


basi, beracun, alergi malabsorbsi : cemas, takut bakteri, virus, parasit
terhadap makanan, makanan karbohidrat,
pedas, asam, alkohol protein, lemak Masuk kedalam
Makanan tidak Rangsangan di tubuh bersama
Masuk kedalam tubuh terserap oleh vili hipothalamus makanan dan
usus minuman yang
Mencapai usus halus Susunan syaraf tercemar
Peningkatan
autonom (serabut Mencapai usus halus
tekanan osmotik
Merangsang/menstimulasi syaraf parasimpatis
dalam lumen usus
dinding usus halus cabang nervus Menyebabkan infeksi
Pergeseran air dan vagus dan kerusakan jonjot
Peningkatan isi (rongga) elektrolit kedalam usus
lumen usus lumen usus
Malabsorbsi makanan
Hiperperistaltik dan cairan

Peningkatan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu

MK 1 : Diare

Kehilangan cairan Pengeluaran Sering defekasi


dan elektrolit substansi nutrien
bersama faeses Pengeluaran asam
Dehidrasi MK.2 laktat berlebihan
Kekurangan Hipoglikemi dan Malnutrisi
Volume Cairan gangguan zat gizi energi dan
Sirkulasi Iritasi kulit
protein daerah anal
darah
menurun MK.3
Perubahan MK.4
Syok Nutrisi Kurang Kerusakan
Merangsang
hipovolemik dari Kebutuhan Integritas Kulit
hipothalamus

Meninggal MK.5
Hipertermi
(1995) 6

6. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/ menghentikan diare dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk
mengobati diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) yaitu:

1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang
baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare
untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum
harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan
cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalm 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah
ini atau lebih :
Keadaan Umum : baik
Mata : Normal
Rasa haus : Normal, minum biasa
Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak diare
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak diare
Umur diatas 5 tahun : 1 - 1 gelas setiap kali anak diare

b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang


7

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2


tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Mata : Cekung
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg


bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti
diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini


atau lebih:

Keadaan Umum: Lesu, lunglai, atau tidak sadar


Mata : Cekung
Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera


dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

2. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam


tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan
mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama


dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia
8

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare


sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 % (Hidayat 1998 dan
Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi
Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

Umur < 6 bulan : tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari


Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc:

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,


sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan :

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan


gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi
harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
9

hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar


karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak
boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status
gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang
bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila
terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus


diberi nasehat tentang :

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah


b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.

Menurut Kapita Selekta Kedokteran (2000) dan SPM Kesehatan


Anak RSUD Wates (2001), Penatalaksanaan Medis diare yaitu:

1. Resusitasi cairan dan elektrolit

a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :

Mengatasi diare tanpa dehidrasi

Meneruskan terapi diare di rumah

Memberikan terapi awal bila anak diare lagi

b. Rencana Pengobatan B
10

Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan


oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat badan
anak tidak diketahui dan atau memudahkan dilapangan.

c. Rencana Pengobatan C

Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena


segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam
normal (larutan yang hanya mengandung glukosa tidak
boleh diberikan).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Riwayat

1. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah


atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali,
waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik


atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans
dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.

3. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti


pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari
dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia
toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
11

menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang


menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

b. Pola Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di


wc / jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?,
sumber air minum ?

b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah,


makanan / minuman terakhir yang dimakan, makan makanan
yang tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI
atau susu formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan
berlebihan, efek samping obat, jumlah cairan yang masuk
selama diare, makan / minum di warung ?

c. Pola eleminasi

Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah

Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria

d. Pola aktifitas dan latihan : travelling Pola tidur dan istirahat

e. Pola kognitif dan perceptual

f. Pola toleransi dan koping stress

g. Pola nilai dan keyakinan

h. Pola hubungan dan peran


12

i. Pola persepsi diri dan konsep diri

j. Pola seksual dan reproduksi

c. Pemeriksaan Fisik

1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan


mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.

2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran


menurun.

3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup


pada anak umur 1 tahun lebih.

4) Mata : cekung, kering, sangat cekung.

5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,


peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.

6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena


asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan).

7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.

8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,


suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.

9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-


400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

d. Pemeriksaan Penunjang
13

a) Riwayat Alergi pada obat-obatan atau makanan.

b) Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine dan glukosa.

c) Pemeriksaan tinja: kultur tinja, Ph, leukosit, glukosa dan adanya


darah.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah Keperawatan yang muncul :

a) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi usus

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan penurunan intake makanan

d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi / BAB sering

e) Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan dan


elektrolit

f) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi


14

3. Perencanaan Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan tindakan keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC

1. Diare berhubungan dengan faktor NOC : NIC :


fisiologis(proses infeksi dan parasit,
Bowel elimination Diarhea Management
inflamasi dan iritasi, malabsorbsi)
Fluid Balance - Evaluasi efek samping pengobatan terhadap
Batasan karakteristik : Hydration gastrointestinal
Electrolyte and Acid base - Ajarkan pasien untuk mengunakan obat antidiare
- Nyeri abdomen sedikitnya
balance - Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat
tiga kali defekasi per hari
- Feses berbentuk, BAB sehari warna, jumlah, frekuensi dan konsistensi dari
- Kram
sekali-tiga hari feses
- Bising usus hiperaktif
- Menjaga daerah sekitar rectal dari - Evaluasi intake makanan yang masuk
- Ada dorongan
iritasi - Identifikasi faktor penyebab dari diare
- Tidak mengalami diare - Monitor tanda dan gejala diare
- Menjelaskan penyebab diare dan - Observasi turgor kulit secara rutin
rasional tindakan - Ukur diare/keluaran BAB
15

- Mempertahankan turgor kulit - Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
- Instruksikan pasien untuk makan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi kalori jika
memungkinkan
- Instruksikan untuk menghindari laksative
- Monitor persiapan makanan yang aman

2. Kekurangan volume cairan NOC : NIC :


Fluid balance
berhubungan dengan kehilangan
Hydration Fluid Management :
cairan aktif Nutritional status: Food and fluid - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
intake - Monitor intake dan output cairan
Kriteria Hasil : - Monitor status hidrasi (mukosa membrane, turgor
- Mempertahankan urine output kulit)
sesuai dengan usia dan BB, BJ - Monitor tanda vital
- Anjurkan klien meningkatkan masukan cairan
urine normal, HT normal - Kolaborasi pemberian cairan intra vena jika
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
diperlukan
dalam batas normal - Monitor status nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, - Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
elastisitas turgor kulit baik, Hipovolemia Management :
- Monitor status cairan termasuk intake dan output
membrane mukosa lembab, tidak
cairan
ada rasa haus berlebihan - Monitor tingkat Hb dan Hematokrit
16

- Monitor tanda vital


- Monitor respon pasien terhadap panambahan
cairan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh berhubungan
Nutritional status Nutrition Management
dengan penurunan intake makanan
Food and fluid intake - Kaji adanya alergi makanan

Nutrient intake - Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri

Weight control secara mandiri.

Kriteria Hasil : - Kaji kebutuhan klien akan alat bantu untuk ADL.

- Adanya peningkatan berat badan - Bantu klien dalam pemenuhan ADL sampai

sesuai dengan tujuan mandiri.

- Berat badan idealsesuai dengan - Ajarkan dan pada klien cara perawatan diri mandiri

tinggi badan sesuai dengan kemampuan.

- Mampu mengidentifikasi - Ajarkan keluarga untuk perawatan yang dapat

kebutuhan nutrisi dilakukan sendiri pada klien jika tidak mampu

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi dalam pemenuan ADL.

- Tidak terjadi penurunan berat


badan yang berarti
- Menunjukan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
17

- Pasien melaporkan bisa melakukan


ADL secara mandiri
4. Hipertermia berhubungan dengan NOC : NIC :
dehidrasi
Thermoregulation Fever Treatment
Kriteria Hasil :
- Monitor suhu sesering mungkin
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Monitor IWL
- Nadi dan RR dalam rentang
- Monitor warna dan suhu kulit
normal
- Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Tidak ada perubahan warna kulit,
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
tidak ada pusing dan merasa
- Monitor WBC, Hb, dan Hct
nyaman
- Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Berikan cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat paha dan Aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
18

menggigil
Temperatur Regulation
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
19

- Catat adanya fluktuasi tekanan darah


- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
21

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah akhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang di sengaja dan
terus-menerus dengan melibatkan Pasien, perawat, dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi
keperawatan adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
22

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad.H. Markum, 2011, Buku Ajar KesehatanAnak, jilid I, Penerbit FKUI.

Arvin,Kliegman Behrman.2012. Ilmu Kesehatan anak, alih bahasa Indonesia


Prof.DR.dr.A.Samik Wahab, SpA (K) Edisi 15.Jakarta: EGC.

Avikar, Anupkumar, dkk. 2008. Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in


tribal preschool children of central India. Journal Compilation
Paediatric and Perinatal Epidemiology, No. 22, 4046.

Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth


Edition. Elsevier Mosby.

Chakraborty, Subhra, dkk. 2001. Concomitant Infection of Enterotoxigenic


Escherichia coli in an Outbreak of Cholera Caused by Vibrio cholera
O1 and O139 in Ahmedabad, India. JOURNAL OF CLINICAL
MICROBIOLOGY Vol. 39, No. 9 p. 32413246.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.


Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)Fifth Edition.


Elsevier Mosby, St. Louis Missouri.

Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR.
Sardjito. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta: Media Aesculapius.

Ngastiyah. 2007. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.


23

Price & Wilson 2015, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku


1, Edisi 4, Jakarta : EGC.

Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika.

Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Suharyono, 2006, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI,


Jakarta.

Soeparman&Waspadji, 2010, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,


Jakarta.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar.

Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto.

Tjaniadi, Periska, dkk. 2003. ANTIMICROBIAL RESISTANCE OF


BACTERIAL PATHOGENS ASSOCIATED WITH DIARRHEAL
PATIENTS IN INDONESIA. Am. J. Trop. Med. Hyg., 68(6) pp. 666
670.

The Ohio State University Medical Center. 2006. Diarrhea. Diakses pada
www.healthinfotranslations.com.

Whaley & Wong, 2015, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,
Clarinda company, USA.

Wiyadi, N. 2007. Book 2 Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M).FK UGM.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai