Anda di halaman 1dari 3

SUDAH AMANKAH FASILITAS DI RS KITA

6:46 PM Kancil Jogja No comments

Sejak dicanangkan rencana RSUP Dr Sardjito akan mengikuti akreditasi JCI sampai saat
ini sudah cukup banyak perubahan yang kita lakukan. Akan tetapi ternyata sosialisasi dari
rencana penilaian JCI tersebut masih harus selalu kita lakukan agar terjadi kesamaan persepsi
antara pembuat kebijakan dan program yang dibuat oleh bagian Manajemen Rumah Sakit
dengan kita para pelaksana kebijakan tersebut.

Dari beberapa standar yang ada dalam penilaian JCI akan kita bahas tentang
Standar Manajemen Keamanan Fasilitas (MKF), yang merupakan salah satu bagian dari tugas
pokok Unit K3. Standar MKF atau Facility Management and Safety (FMS) mengisyaratkan 6 hal
yang harus dipenuhi, apakah itu mari kita simak uraian dibawah ini.

1. Keselamatan dan Keamanan


Terdapat 2 hal dalam standar ini:
a. Keselamatan: fasilitas di rumah sakit harus dalam kondisi layak pakai sehingga keselamatan dari
pasien, pekerja, peserta didik, keluarga pasien serta pengunjung rumah sakit terjamin dan terhindar
dari risiko kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Banyak hal yang dapat dan harus kita
lakukan untuk mencapai standar ini. Kepedulian kita terhadap fasilitas yang kurang aman sangat
diperlukan agar dapat segera ditindak lanjuti oleh satuan kerja yang berkewajiban membenahi fasilitas
tersebut. Begitu juga dukungan dari manajemen dalam merealisasikan usulan perbaikan terhadap
fasilitas kurang aman merupakan kunci penyelesaiaan risiko keselamatan di sini.
b. Keamanan: rumah sakit merupakan salah satu tempat usaha yang sulit melakukan pembatasan akses
masuk dari orang-orang dalam proses kerjanya. Hal ini tentunya menambah risiko dapat diaksesnya
fasilitas rumah sakit oleh orang-orang yang tidak berwenang. Kita tahu RS kita memiliki banyak pintu
masuk yang tidak bisa dikendalikan. Kita belum bisa mengidentifikasi semua orang yang masuk ke
RS untuk keperluan apa. Kita belum tahu di dalam suatu gedung terdapat berapa orang. Bagaimana
jika terjadi bencana kita bisa meyakinkan bahwa semua sudah terevakuasi kalau kita tidak tahu
berapa orang yang berada di dalam gedung tersebut. Seharusnya setiap orang yang berada di dalam
RS ini dapat kita identifikasi dengan menggunakan tanda pengenal sbb:
1) Karyawan dan peserta didik dengan ID card.
2) Tamu dengan kartu tamu dan menulis di buku tamu,
3) Pasien dengan gelang identitas,
4) Penunggu pasien dengan kartu tunggu.
Siapkah kita mendukung suksesnya program ini ? Jawabnya tentu harus siap jika
ingin mendapatkan standar sebagai RS yang baik.
Hal lain yang harus diperhatiakan adalah akses masuk ke ruangan terbatas seperti kamar bayi, ruang
direksi, Gudang bahan berbahaya, server data dll yang harus terkendali keamanannya.

2. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Sebelum bisa mengelola B3 secara aman kita semua harus mengetahui B3 itu apa saja. Masih
banyak pertanyaan yang disampaikan ke kami tentang apa saja B3 itu. Jika anda sudah tahu
sampaikan kepada teman anda agar kita semua tahu dan dapat mengendalian B3 tersebut.
Berikut kami sampaikan yang termasuk B3 tersebut. B3 jenisnya sangat banyak, akan tetapi
dapat kita golongkan dalam beberapa golongan saja. Suatu zat mungkin termasuk dalam beberapa
jenis bahaya. Jenis bahaya apa saja , dapat kita lihat seperti dalam uraian berikut;
1) Bahan beracun
2) Bahan Infeksius
3) Bahan mudah terbakar
4) Bahan korosif
5) Bahan oksidatif
6) Bahan merusak lingkungan
7) Bahan mengandung radiasi
8) Bahan Mudah meledak
9) Bahan Karsinogenik
Jika didalam bahan atau zat yang ada ditempat kerja anda memiliki salah satu sifat diatas,
maka zat tersebut adalah termasuk B3 dan anda harus memperlakukannya dengan hati-hati.
B3 tersebut harus dikendalikan mulai saat pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemanfaatan dan pembuangan limbahnya. Sifat bahaya dari bahan tersebut dapat
kita baca di (Material safety data Sheet) MSDS atau LDKB (Lembar Data Keselamatan
Bahan) yang diletakkan didekat bahan tersebut serta mudah ditemukan saat kita butuhkan.
Dalam pemanfaatannya juga harus dikendaliakn risikonya dengan cara eliminasi jika mungkin,
substitusi, rekayasa teknis, administratif dan penggunaan APD bagi petugas yang menangani
langsung zat berbahaya tersebut. Jika perlu bantuan tentang B3 tersebut dapat berkoordinasi dengan
Unit K3 di Ext 243.

3. Keadaan Darurat
Keadaan Darurat atau bencana dapat terjadi kapan saja. Rumah sakit harus memiliki rencana
penanganan keadaan darurat ini baik untuk bencana yang terjadi di luar RS seperti saat gempa bumi
dan gunung meletus beberapa waktu yang lalu, maupun jika terjadi bencana di dalam RS kita.
Untuk mewujudkan kesiap siagaan tersebut RSUP Dr Sardjito telah memiliki Hospital Disaster
Plan serta sistem penanggulangan bencana internal RS dengan membentuk Brigade Siaga
Kebakaran dan sistem Code Red yang beberapa saat lagi akan dipasang di satuan kerja kita.
Selain itu secara berkala akan diadakan simulasi penanggulangan bencana di RS.

4. Penanganan Kebakaran
Kita harus selalu siapsiaga jika terjadi kebakaran dan atau bencana lain di RS agar jumlah korban
dapat dicegah atau diminimalkan. Rumah sakit telah melatih kepada hampir seluruh pekerjanya agar
mampu menggunakan APAR dengan aman. Sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif juga sudah
tersedia di seluruh lokasi di RSUP Dr Sardjito. Akan tetapi kita harus mampu untuk menjaganya agar
sistem tersebut selalu dalam keadaan siap pakai.
Apakah APAR, Hydrant dan jalur evakuasi beserta rambu petunjuknya dalam keadaan baik dan
siap pakai ? Sekali lagi dukungan anda semua sangat diperlukan.

5. Peralatan Medis
Peralatan medis merupakan alat produksi utama di Rumah Sakit, sehingga alat alat tersebut
harus selalu dalam keadaan layak pakai. Secara berkala IPSRS akan melakukan kalibrasi
dengan atau tanpa melibatkan vendor. Tugas kita semua adalah meyakinkan bahwa semua alat
medis yang akan kita pakai untuk pasien harus telah dikalibrasi dan dinyatakan layak pakai.
Berikan kesempatan kepada petugas yang akan melakukan kalibrasi, karena mungkin saja alat
yang tidak dikalibrasi juga berbahaya bagi petugas seperti peralatan radiasi dll.
6. Sistem Utilitas
Terakhir yang harus kita lakukan adalah memastikan bahwa rumah sakit harus tetap berproduksi
apapun yang terjadi. Saat bencana terjadi mall boleh tutup, sekolah boleh tutup akan tetapi rumah
sakit tidak boleh tutup. Bahkan mungkin menjadi tujuan utama orang-orang untuk mencari
pertolongan. Hal inilah yang mendasari sistem ini.
Kita memiliki sumber air bersih dari berbagai sumur untuk mencukupi kebutuhan tanpa boleh
berhenti. Begitu juga dengan listrik. Kita telah bekerjasama dengan PLN dan memiliki beberapa
generator listrik agar pelayanan penting di beberapa tempat tidak berhenti dalam kondisi apapun.
Gas medis juga merupakan salah satu pelayanan yang tidak boleh berhenti.
Untuk mencapai sistem utilitas tersebut kita sudah memiliki peralatan yang memadai, akan tetapi
kita semua harus mendukung sistem ini dengan melakukan penghematan terhadap air bersih, listrik
dan gas medis terutama jika pasokan dari sistem tersebut terganggu.
Contoh : jika listrik dari PLN mati dalam waktu yang lama kita harus menghemat listrik dan air
bersih agar tempat tempat pelayanan yang tidak boleh terhenti seperti ICU, ICCU, Kamar Operasi dll
tidak terganggu.

Demikian sekelumit tentang manajemen keamanan fasilitas, semoga bermanfaat. Mari kita
persiapkan diri bersama untuk menyongsong penilaian akreditasi JCI bulan Maret yang akan datang.
Sardjito,....... Luarrrr Biasaaa.

Materi ini diterbitkan dalam buletin Warta K3 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta edisi Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai