Anda di halaman 1dari 3

Monte Carlo

2.1 Metropolis Monte Carlo


Berbeda dengan pendekatan dinamika molekuler, metode monte carlo bersifat stolastik,
progresi waktu dari posisi atom berlangsung secara acak dan tidak dapat dipresdiksi
menggunakan satu set keadaan awal. Meskipun metode Monte Carlo tidak tidak menunjukkan
dinamika sistem yang sebenarnya namun, metode ini menghasilkan properti termodinamika
yang lebih tepat.

Metode Monte Carlo digunakan untuk mensimulasikan partike yang berinteraksi pada
potensila Lennard-Jones disebabkan karena metode ini lebih fleksibel dimana konfiguarsi
inisial dapat dipilih secara acak namun perlu diperhatikan bahwa partikel-partikel tidak boleh
terlalu dekat jika ingin memecahkan persamaan gerak Newton selain itu pendekatan Monte
Carlo ini dapat digunakan untuk berbagai ensamble yang dibutuhkan.

2.2 Algoritma Simulasi


Program yang akan digunakan menggunakan algoritma metropolis untuk
mensimulasikan sistem pada kondisi setimbang di temperatur T. Algoritma untuk simulasi
dapat dijelaskan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan kondisi inisial. Besar kecepatan dapat diabaikan karena simulasi hanya
berfokus pada posisi partikel. Energi untuk kondisi awal juga tidak dibutuhkan.
2. Memilih partikel secara acak dan membuat perubahan (trial) terhapat posisi.
3. Menghitung besar yaitu perubahan energi potensial akibat trial move.
4. Jika kurang atau sama dengan nol, maka konfigurasi tersebut diterima dan akan
digunakan unyuk menentukan kuantitas fisis yang dibutuhkan
5. Jika besar positif, maka dihitung besar = .
6. Menentukan bilangan acak uniform pada interval [0,1].
7. Jika , maka trial move dapat diterima, jika tidak disimpan untuk perhitungan
microstate sebelumnya.
8. Menentukan nilai dari kuantitas parameter fisis.
9. Mengunalangi step 2 sampai 8 untuk mendapatkan microstates yang cukup.
10. Mengumpulkan data untuk berbagai perata-rataan.
2.3 Pemodelan Sistem
Pada umunya, potensial Lennard-Jones digunakan pada gas mulia (golongan VIII-A)
sehingga diasumsikan melakukan simulasi pada gas Argon. Simulasi ini bertujuan untuk
mengetahui fasa suatu atom apakah dalam keadaan gas atau likuid.

Dengan menggunakan parameter default dilakukan simulasi sampai sistem mencapai


kondisi lebih atau kurang stabil kemudia temperatur akan diturunkan secara bertahap. Selain
itu juga akan dilakukan simulasi untuk mengetahui konfigurasi dimana dua fasa mengalami
ko-eksis yaitu dengan cara meningkatkan jumlah partikel dan dimensi dari sistem kemudian
menentukan nilai temperatur. Dari hasil tersebut akan diketahui perbedaan antara likuid dan
gas.


Selain itu, dilakukan simulasi terhadap parameter fisis yang lain seperti rasio
untuk

menentukan rasio gas ideal dan juga melihat pengaruh perubahan rasio terhadap peningkatan
densitas. Menentukan pengaruh temperatur terhadap rata-rata energi potensial dan kapasitas
panas. Kemudain menjelaskan makna fisis dari fungsi distribusi radial misalnya makna dari
puncak () ataupun pengaruh perubahan () terhadap peningkatan densitas.

Simulasi akan dilakukan dengan input dan ouput sebgai berikut:

Tabel 1 Parameter Input dan Output Simulasi

Parameter Input Penjelasan Parameter Output


Jumlah Molekul Potensial Energi rata-rata
Dimensi Kotak Kapasitas Panas
Temperatur
Ukuran Step
Konfigurasi Awal Triangular, rectangular
atau random
Step per Dispaly Mcs per dispaly

2.4 Unit Tak-Berdimensi


Untuk memahami hasil simulasi yang telah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan
pemahaman terhadap unit yang tidak berdimensi. Unit ini digunakan agar mengurangi jumlah
memori dan juga membantu kecepatan komputasi. Berikut beberapa unit yang tidak berdimensi
yang digunakan dalam persamaan Lennard-Jones.

Tabel 2 Unit Tak-Berdimensi

Properti Simbol Bentuk Tak-Berdimensi


Panjang

Waktu
= 2

Temperatur

Gaya

Energi

Tekanan 3

Jumlah Densitas 3
Densitas 3
Tekanan Permukaan 3

Daftar Pustaka
https://ocw.mit.edu/courses/materials-science-and-engineering/3-021j
https://en.wikipedia.org/wiki/Heat_capacity
http://www.opensourcephysics.org/

Anda mungkin juga menyukai