Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien dengan berat
molekul lebih dari 5000. Protein berperan penting dalam pembentukan biomolekul.Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang saling terikat dalam ikatan peptide dan terdiri dari unsur-unsur C, H, O, N da nada juga yang mengandung unsur F, Fe, I dan Co. Unsur nitrogen (16% dari berat protein) adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein, tetapi tidak terdapat di dalam karbohidrat dan lemak (Marks, 2000).
Penyusun protein adalah asam amino, yaitu organik yang mengandung
gugus amino (-NH2) disamping gugus karboksilat (-COOH). Asam amino yang terdapat di alam selalu berupa asam amino alpa, artinya gugus NH 2 selalu terikat pada atom C-alpa, yaitu atom C di dekat gugus COOH. Asam amino yang dikenal banyak sekali tetapi hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein alami. Gugus R disebut gugus samping, gugus inilah yang membedakan sifat-sifat antara satu asam amino dengan asam amino lainnya, sedangkan gugus lainnya sama untuk semua asam amino.
Absorbansi merupakan rasio logaritmik dari radiasi yang dipaparkan ke
suatu bahan terhadap radiasi yang dipaparkan ke suatu bahan terhadap radiasi yang ditransmisikan menembus bahan. Absorbansi biasanya digunakan dalam spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi electromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap kepekaan mata manusia, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrim Nampak 400-760 mm (Dianto, 1979). Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu. Pada spektormeter panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Suatu spectrometer tersusun dari sumber spectrum tempak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbs antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan electron dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet (Khopar, 2003).
Kadar protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip
dari metode biuret adalah ikatan peptide dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005). Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan), dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).
Penyerapan cahaya oleh protein terutama disebabkan oleh ikatan peptida
residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanil. Juga turut mempengaruhi, gugus-gugus non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum albumin serum manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm (peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu asam amino. Jelaslah bahwa spectrum serapan suatu larutan protein peka terhadap berbagai variable lingkungan. Tetapi dalam kondisi tertentu serapan suatu larutan pada panjang gelombang 2 tertentu berbanding lurus dengan kadar protein dan cara ini sering dipakai dalam pengujian protein (Montgomery, 1993). Kerugian dari metode ini adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar protein, melainkan bisa saja kadar senyawa, yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan juga lama, sehingga sering kali dinilai kurang efektif (Lehninger, 1982). Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada percobaan. Pembuatan kurva standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui. Kurva ini berfungsi untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan sampel dari hasil pengukuran sehingga konsentrasi sampel larutan bisa diperoleh dengan mudah melalui kurva standart. Pada umumnya, kurva standard dan larutan standard digunakan dalam standarisasi dan kalibrasi pada alat maupun larutan dalam analisis kimia.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun
campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Sinar berasal dari dua lampu yang berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible (sinar tampak = 38 780nm) dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada video lampu yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet, ada dua karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu lagi untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada reader. Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah. Skema Kerja Pengukuran Kadar Protein Metode Biuret
Pengambilan sampel albumin 10 ml
Pemasukkan sampel ke dalam labu ukur 100 ml
Penambahan larutan hingga batas
tera labu bakar
Pengambilan sampel dengan pipet 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3 ml,
0,4 ml, 0,6 ml, 0,7 ml dan 1 ml.
Penambahan larutan pada @sampel
kecuali sampel 1 ml
Vortex dan diamkan 30 menit
Pengamatan
Pengukuran dengan spektrofotometer
DAFTAR PUSTAKA
Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry, 1001-101. Mc Graw
Hill Book Company. Great Britany.
Dianto, Haris. 1979. Farmakope Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan