Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zhelma Rahmatikasari

NIM : 161710301015

Kelas : TIP A

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien dengan berat


molekul lebih dari 5000. Protein berperan penting dalam pembentukan
biomolekul.Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang saling terikat dalam
ikatan peptide dan terdiri dari unsur-unsur C, H, O, N da nada juga yang
mengandung unsur F, Fe, I dan Co. Unsur nitrogen (16% dari berat protein)
adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua protein, tetapi tidak
terdapat di dalam karbohidrat dan lemak (Marks, 2000).

Penyusun protein adalah asam amino, yaitu organik yang mengandung


gugus amino (-NH2) disamping gugus karboksilat (-COOH). Asam amino yang
terdapat di alam selalu berupa asam amino alpa, artinya gugus NH 2 selalu terikat
pada atom C-alpa, yaitu atom C di dekat gugus COOH. Asam amino yang
dikenal banyak sekali tetapi hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein
alami. Gugus R disebut gugus samping, gugus inilah yang membedakan sifat-sifat
antara satu asam amino dengan asam amino lainnya, sedangkan gugus lainnya
sama untuk semua asam amino.

Absorbansi merupakan rasio logaritmik dari radiasi yang dipaparkan ke


suatu bahan terhadap radiasi yang dipaparkan ke suatu bahan terhadap radiasi
yang ditransmisikan menembus bahan. Absorbansi biasanya digunakan dalam
spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan
pada absorpsi radiasi electromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap kepekaan
mata manusia, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya
yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan
menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrim Nampak 400-760
mm (Dianto, 1979).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu. Pada spektormeter panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau
celah optis. Suatu spectrometer tersusun dari sumber spectrum tempak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorsi untuk larutan sampel atau blanko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbs antara sampel dan blanko ataupun
pembanding. Spektrofotometri ini hanya terjadi bila terjadi perpindahan electron
dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan
elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan
tereksitasi singlet (Khopar, 2003).

Kadar protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip


dari metode biuret adalah ikatan peptide dapat membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette,
2005). Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida
(berupa larutan), dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini.
Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954).

Penyerapan cahaya oleh protein terutama disebabkan oleh ikatan peptida


residu ritosil, triptofonil, dan fenilalanil. Juga turut mempengaruhi, gugus-gugus
non-protein yang mempunyai sifat menyerap cahaya. Penyerapan maksimum
albumin serum manusia terlihat pada panjang gelombang kira-kira 230 nm
(peptida) dan dengan puncak lebar pada 280 nm karena serapan residu-residu
asam amino aromatik. Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi
tergantung pada pH dan sesuai dengan ionisasi residu asam amino. Jelaslah bahwa
spectrum serapan suatu larutan protein peka terhadap berbagai variable
lingkungan. Tetapi dalam kondisi tertentu serapan suatu larutan pada panjang
gelombang 2 tertentu berbanding lurus dengan kadar protein dan cara ini sering
dipakai dalam pengujian protein (Montgomery, 1993). Kerugian dari metode ini
adalah hasil penetapannya tidak murni menunjukkan kadar protein, melainkan
bisa saja kadar senyawa, yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus
sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu, waktu penetapan yang dipergunakan
juga lama, sehingga sering kali dinilai kurang efektif (Lehninger, 1982).
Kurva standar merupakan standar dari sampel tertentu yang dapat
digunakan sebagai pedoman ataupun acuan untuk sampel tersebut pada
percobaan. Pembuatan kurva standar bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya sehingga konsentrasi sampel dapat
diketahui. Kurva ini berfungsi untuk menunjukkan besarnya konsentrasi larutan
sampel dari hasil pengukuran sehingga konsentrasi sampel larutan bisa diperoleh
dengan mudah melalui kurva standart. Pada umumnya, kurva standard dan larutan
standard digunakan dalam standarisasi dan kalibrasi pada alat maupun larutan
dalam analisis kimia.

Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun


campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan
dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai
yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Sinar berasal dari dua lampu
yang berbeda, yaitu lampu wolfram untuk sinar Visible (sinar tampak = 38
780nm) dan lampu deuterium untuk sinar Ultra Violet (180-380nm) pada video
lampu yang besar. Pilih panjang gelombang yang diinginkan/diperlukan. Kuvet,
ada dua karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan
sample dan yang satu lagi untuk blanko. Detektor atau pembaca cahaya yang
diteruskan oleh sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang
akan ditampilkan pada reader. Yang harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke
dalam alat, biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain
otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah.
Skema Kerja Pengukuran Kadar Protein Metode Biuret

Pengambilan sampel albumin 10 ml

Pemasukkan sampel ke dalam labu ukur 100 ml

Penambahan larutan hingga batas


tera labu bakar

Pengambilan sampel dengan pipet 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3 ml,

0,4 ml, 0,6 ml, 0,7 ml dan 1 ml.

Penambahan larutan pada @sampel


kecuali sampel 1 ml

Vortex dan diamkan 30 menit

Pengamatan

Pengukuran dengan spektrofotometer


DAFTAR PUSTAKA

Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry, 1001-101. Mc Graw

Hill Book Company. Great Britany.

Dianto, Haris. 1979. Farmakope Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Harrow. 1954. Textbook of Biochemistry 6th Edition, 48, 108, Saunders Company.

U.S.A.

Khopar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Lehninger, 1982, Dasar-dasar Biokimia, 137-157, Erlangga, Jakarta.

Marks, D, Marks, A, dan Smith, C. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah

Pendekatan Klinis Basic. Pendit B, Penerjemah. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC dari : Medical Biochemistry: A Clinical Approach.

Montgomery, R., 1993, Biokimia Berorientasi pada Kasus-Klinis, 77, 90,

Binarupa Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai