Anda di halaman 1dari 11

SKABIES

Brama Ragil Adithya, S.ked

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD Raden Mattaher Jambi

Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi.

I. PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi tungau parasit Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Tungau
skabies pertama kali diidentifikasi pada tahun 1687, oleh karena itu skabies
merupakan salah satu penyakit pada manusia yang penyebabnya dapat
diketahui.1Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang
seluruh ras dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai
prevalensinya sulit didapatkan. Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat
pada negara-negara berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan
dan higiene yang buruk, dapat meningkatkan penyebaran skabies.2

Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi.


Daerah endemik skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika,
Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan
Karibia, India, dan Asia Tenggara.3,4Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda
cardinal yaitu pruritus nocturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya
terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan dan menemukan tungau.1

Skabies ditularkan melalui kontak langsung kulit dengan kulit maupun


dengan kontak tidak langsung melalui benda-benda yang dipakai bersama,
misalnya handuk, pakaian, sprei, dan sarung bantal. Apabila beberapa anggota
keluarga mengeluhkan erupsi kulit yang gatal, skabies harus dipikirkan sebagai

1
salah satu diagnosis.1,2 Kebersihan diri sendiri dan kebersihan lingkungan menjadi
faktor penting untuk pencegahan penyebaran tungau skabies.

Berikut ini dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosa Skabies pada


seorang laki-laki 21 tahun yang berobat ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Raden Mattaher Jambi.

2
II. LAPORAN KASUS

Seorang pasien Tn. A.P.S, usia 21 tahun, jenis kelamin laki-laki, alamat
Telanai Pura Kota Jambi, seorang Mahasiswa, status belum menikah, suku bangsa
Batak/ Indonesia datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Raden Mattaher
Jambi pada tanggal 20 September 2016 pukul 11.00 WIB dengan keluhan utama :
Rasa Gatal pada daerah sela jari tangan kanan dan kiri, sela jari kaki kanan, lipat
paha kanan dan kiri, perut sejak 2 minggu yang lalu. Dengan keluhan
tambahan berupa : rasa panas dan perih pada daerah yang gatal.

Adapun riwayat perjalanan penyakit pasien adalah : 2 minggu yang lalu


pasien mulai merasakan keluhan gatal pada daerah sela-sela jari kanan dan kiri
dan timbul bintil-bintil bewarna merah. Gatal dirasakan hampir setiap saat tetapi
paling sering terasa gatal diwaktu malam hari dan semakin gatal bila berkeringat.
Pasien lalu memberikan bedak kaladin pada sela-sela jarinya tetapi keluhan tidak
terlalu berkurang.

1 minggu yang lalu, keluhan gatal-gatal yang di rasakan pasien semakin


memberat hingga keluhan gatal dan bintik-bintik merah menyebar hingga ke
bagian paha kanan dan kiri, lalu pasien ke Puskesmas Simpang IV sipin dan
diberikan pengobatan dexamethasone 3x1, CTM 3x1, dan amoxilin 3x1. Setelah 2
hari mengkonsumsi obat tersebut, keluhan sedikit berkurang, tetapi saat obat
tersebut habis keluhan gatal kembali lagi.

3 hari yang lalu, pasien mengatakan keluhan gatal-gatal dan bintik-bintik


merah menyebar ke daerah kaki dan perut. Menurut pasien gatal dan bintik merah
di sela jari tangan kanan dan kiri pecah dan keluar cairan bening karena digaruk
dan sekarang mengering serta terasa panas dan perih di daerah tempat yang
digaruk.

Menurut pengakuan pasien 1 bulan yang lalu ibu pasien mengalami hal
yang sama dan 2 minggu yang lalu 2 orang teman pasien juga mengalami hal
yang sama. Menurut pasien pasien melakukan kontak dengan temannya yang

3
mengalami gatal-gatal di tangan saat pasien berjabat tangan, pasien juga mengaku
menggunakan sabun batangan bersama-sama dengan keluarganya.

Menurut pasien 3 hari ini pasien menyatakan gatal-gatal yang dirasakan


semakin memberat dan mengganggu aktivitas pasien sebagai mahasiswa, oleh
karena itu pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Raden Mattaher
Jambi, dikarenakan keluhan gatal ini tidak berkurang atau sembuh dan
menganggu aktivitas pasien meski sudah mendapatkan pengobatan di puskesmas.

Tn. A.P.S mengaku saat umur 5 tahun pernah mengalami penyakit yang
sama. Riwayat alergi disangkal, riwayat penyakit penyerta lainnya disangkal.
Menurut pasien keluarganya memiliki riwayat keluhan penyakit yang sama yaitu
ibu pasien yang 1 bulan yang lalu mengalami hal yang sama.

Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan: keadaan umum baik,


tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, nadi 84x/menit, pernafasan
23x/menit, tekanan darah 120/90 mmHg, suhu 36,7C.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : kepala normochepal, distribusi


rambut rata, warna hitam dan rambut tidak mudah di cabut. Mata tidak terdapat
sclera ikterik, tidak terdapat konjungtiva anemis, reflek cahaya (+). Hidung,
telinga, dan tenggorokan dalam batas normal. Leher tidak terdapat pembesaran
KGB, tidak ada nyeri tekan, tidak ada deviasi trakea. Pada dada (thoraks) bunyi
jantung I dan II regular (normal), suara tambahan murmur dan gallop tdak
ditemukan, iktus cordis tidak teraba. Pada paru-paru didapatkan bentuk dada
simetris, tidak ada dada yang tertinggal, nyeri tekan tidak ada, pada perkusi sonor,
suara dasar pernafasan vesikuler, wheezing dan ronkhi tidak ditemukan. Pada
abdomen tidak ditemukan nyeri tekan, bunyi bising usus (+) normal, tidak ada
pembesaran organ. Ekstremitas superior dan inferior tidak terdapat kelainan, akral
hangat.

4
Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai lesi primer dan sekunder yaitu
pada :

Regio interdigiti I dan V manus sinistra : terdapat ruam primer


berupa papul ukuran milier, bentuk bulat, warna eritem, diameter
0,2 mm, sirkumskrip, konsistensi padat, diskret dan terdapat
skuama.

Regio interdigiti 1 manus dextra : terdapat papul ukuran milier,


bentuk bulat, warna eritem, diameter 0,3 mm, soliter, sirkumskrip,
konsistensi padat dan terdapat skuama.

5
Regio digiti 1dorsum pedis dextra : terdapat papul ukuran milier,
bentuk bulat, diameter 0,1 mm, soliter, sirkumskrip, konsistensi
padat, disekitarnya terdapat lesi sekunder berupa : plak dengan
dasar eritem dan hiperpigmentasi.

Regio Femoris dextra : terdapat papul, dengan dasar eritem, ukuran


milier, jumlahnya multiple, bentuk lesi teratur, sirkumskrip.

6
Regio Femoris sinistra : terdapat papul, dengan dasar eritem,
ukuran milier, jumlahnya multiple, bentuk lesi teratur, sirkumskrip.

Regio umbilical : terdapat papul, dengan dasar eritem, ukuran


milier, jumlahnya multiple, teratur, diskret, dan sirkumskrip.

7
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Diagnosis
banding pada pasien ini adalah scabies, prurigo, dermatitis atopi, dermatitis
kontak dan pedikulosis korporis. Diagnosa yang ditegakkan pada pasien ini adalah
skabies. Pada pasien ini dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan anjuran yaitu
seperti : kerokan kulit, pengambilan tungau dengan jarum, tes tinta pada
terowongan ( Burrow ink test), membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy),
pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan gram.

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan penatalaksaan non-


farmakologis dan farmakologis. Non farmakologis berupa edukasi kepada pasien
tentang penyakit pasien yaitu memberi tahu kepada pasien penyakit yang diderita
pasien adalah skabies dimana penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit, yang menular melalui kontak langsung dari kulit ke kulit maupun yang
tidak langsung dari benda-benda yang dipakai oleh penderita skabies, seperti
handuk, sabun, selimut dan pakaian. Memberi tahu pasien bahwa pengobatan dari
gejala penyakit yang dialami pasien cukup lama 4 minggu setelah pemberian
obat, dan apabila keluhan menetap lebih dari 4 minggu dianjurkan untuk kontrol
ulang. Pengobatan diberikan krim dan obat minum, dimana krim dioleskan di
kulit seluruh tubuh kecuali sekitar mata dan mulut, pengolesan hanya satu kali
sehabis mandi sore/sebelum tidur, dan keesokan paginya (minimal 10 jam) baru
boleh dibersihkan. Dan bila belum sembuh pasien dianjurkan diulangi lagi setelah
satu mingu. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan
yang sama dan ikut menjaga kebersihan. Ganti pakaian, handul, sprei yang
digunakan cuci secara teratur dan bila perlu di rendam air hangat dan ganti sabun
batangan dengan sabun cair. Terapi farmakologis yang diberikan berupa terapi
topikal dan sistemik. Terapi topikal berupa : permethrin 5% krim 1x1 (malam)
diberikan setelah mandi sore/sebelum tidur, dibasuh pada pagi harinya, minimal
setelah 10 jam. Terapi sistemik diberikan : chlortrimethon maleat 3x4mg (1 tablet)
sehari selama 7 hari, jika obat habis, pasien dianjurkan kontrol kembali.

Prognosis dari penyakit ini adalah quo ad vitam : Bonam, quo ad


functionam : bonam , dan quo ad sanationam : Bonam.

8
III. PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis skabies pada pasien ini didapatkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis, dan pemeriksaan
penunjang. Dimana Tn. A.P.S usia 21 tahun datang dengan keluhan gatal-gatal dan
timbul bintik-bintik merah pada daerah sela jari tangan kanan dan kiri, sela jari
kaki kanan, daerah paha kanan dan kiri, dan daerah perut. Keluhan tersebut
dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, dimana keluhan gatal dirasakan palingg
sering pada malam hari, dan keluhan tambahan yaitu terasa panas dan pedih pada
saat dilakukan garukan pada daerah yang gatal. Dari anamnesis didapatkan bahwa
keluhan yang di alami pasien terjadi setelah kontak dengan teman pasien yang
sebelumnya mengalami gatal-gatal terlebih dahulu, dan menurut pasien ibu pasien
juga pernah mengalami hal yang sama 1 bulan yang lalu. Meski pasien telah
berobat di puskesmas tetapi keluhan hanya berkurang sementara dan di saat obat
habis, keluhan gatal kembali lagi.

Dari pemeriksaan tanda-tanda vital pasien dalam batas normal dimana


didapatkan keadaan umum baik, tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis,
nadi 84x/menit, pernafasan 23x/menit, tekanan darah 120/90 mmHg, suhu 36,7C.
Dan dari pemeriksaan fisik pasien didapatkan semua dalam keadaan normal tanpa
terdapat kelainan.

Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan :

Regio interdigiti I dan V manus sinistra : terdapat ruam primer


berupa papul ukuran milier, bentuk bulat, warna eritem, diameter
0,2 mm, sirkumskrip, konsistensi padat, diskret dan terdapat
skuama.

Regio interdigiti 1 manus dextra : terdapat papul ukuran milier,


bentuk bulat, warna eritem, diameter 0,3 mm, soliter, sirkumskrip,
konsistensi padat dan terdapat skuama.

9
Regio digiti 1dorsum pedis dextra : terdapat papul ukuran milier,
bentuk bulat, diameter 0,1 mm, soliter, sirkumskrip, konsistensi
padat, disekitarnya terdapat lesi sekunder berupa : plak dengan
dasar eritem dan hiperpigmentasi.

Regio femoris dextra : terdapat papul, dengan dasar eritem, ukuran


milier, jumlahnya multiple, bentuk lesi teratur, sirkumskrip.

Regio Femoris sinistra : terdapat papul, dengan dasar eritem,


ukuran milier, jumlahnya multiple, bentuk lesi teratur, sirkumskrip.

Regio umbilical : terdapat papul, dengan dasar eritem, ukuran


milier, jumlahnya multiple, teratur, diskret, dan sirkumskrip.

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dikarenakan


keterbatasan waktu dan alat serta bahan untuk dilakukannya pemeriksaan
penunjang tersebut. Adapun pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien ini adalah
kerokan kulit, pengambilan tungau dengan jarum, tes tinta pada terowongan
( Burrow ink test), membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy), pemeriksaan
darah rutin, pemeriksaan gram.

Penegakkan diagnosis skabies dilakukan atas dasar terpenuhinya 2 dari 4

tanda kardinal, yaitu pruritus nokturna dan menyerang manusia secara

berkelompok.
Selain itu, skabies juga dapat menyerupai berbagai macam penyakit

sehingga disebut juga the great imitator. Diagnosis banding pada kasus ini adalah

adalah scabies, prurigo, dermatitis atopi, dermatitis kontak dan pedikulosis

korporis. Untuk membedakannya dengan pedikulosis korporis dan creping

eruption selain dengan tanda kardinal yang ditemukan pada pasien ini, dapat

dilakukan juga pemeriksaan untuk mencari terowongan (kunikulus) pada pasien

10
skabies dengan pemeriksaan jarum ataupun tinta, tetapi pada pasien ini tidak

dilakukan pemeriksaan ini.


Pada pasien ini diberikan terapi non-farmakologis dan farmakologis

berupa : Terapi farmakologi, Terapi topikal berupa : permethrin 5% krim 1x1

(malam) diberikan setelah mandi sore/sebelum tidur, dibasuh pada pagi harinya,

minimal setelah 10 jam. Terapi sistemik diberikan : chlortrimethon maleat 3x4mg

(1 tablet) sehari selama 7 hari. Jika obat habis, pasien dianjurkan kontrol kembali.
Non farmakologis berupa edukasi kepada pasien tentang penyakit pasien

yaitu memberi tahu kepada pasien penyakit yang diderita pasien adalah skabies

dimana penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, yang menular

melalui kontak langsung dari kulit ke kulit maupun yang tidak langsung dari

benda-benda yang dipakai oleh penderita skabies, seperti handuk, sabun, selimut

dan pakaian. Memberi tahu pasien bahwa pengobatan dari gejala penyakit yang

dialami pasien cukup lama 4 minggu setelah pemberian obat, dan apabila

keluhan menetap lebih dari 4 minggu dianjurkan untuk kontrol ulang. Pengobatan

diberikan krim dan obat minum, dimana krim dioleskan di kulit seluruh tubuh

kecuali sekitar mata dan mulut, pengolesan hanya satu kali sehabis mandi

sore/sebelum tidur, dan keesokan paginya (minimal 10 jam) baru boleh

dibersihkan. Dan bila belum sembuh pasien dianjurkan diulangi lagi setelah satu

mingu. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan

yang sama dan ikut menjaga kebersihan. Ganti pakaian, handul, sprei yang

digunakan cuci secara teratur dan bila perlu di rendam air hangat dan ganti sabun

batangan dengan sabun cair. Prognosis dari penyakit Tn. A.P.S ini adalah Bonam.

11

Anda mungkin juga menyukai