Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi umum UPTD Puskesmas Tualang


2.1.1 Administrasi pemerintahan6
UPTD Puskesmas Tualang secara struktur pemerintahan berada di bawah
naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Siak. Adapun Struktur Organisasi kerja
UPTD Puskesmas Tualang dipimpin oleh seorang kepala puskesmas dan dibantu
1 orang kepala tata usaha dan tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas
Tualang termasuk yang ada di pustu dan polindes yaitu 5 orang terdiri dari 3
orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 25 orang bidan (10 bidan PNS & 15
bidan PTT), 2 orang sanitarian, 1 orang petugas gizi.
Puskemas Tualang merupakan puskesmas induk yang terletak di Jalan
Hang Tuah Km.2 Kampung Tualang Kecamatan Tualang. UPTD Puskesmas
Tualang berdiri sejak tahun 2008 saat ini dipimpin oleh dr. H. Armen. Didirikan
diatas tanah seluas 10.000m2dan luas bangunan 440 m2. Dengan wilayah kerja
seluas 195,49 km2. Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tualang meliputi, Kampung
Tualang, Kampung Pinang Sebatang, Kampung Maredan, Kampung Tualang
Timur. UPTD Puskesmas Tualangmemiliki 3puskesmas pembantu, 3 Polindes, 2
Poskesdes dan 19 Posyandu.

2.1.2 Keadaan geografis6


Batas wilayah UPTD Puskesmas Tualang meliputi:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Perawang.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kerinci Kanan.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei. Mandau.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Maredan Barat.

2.1.3 Keadaan demografi6


Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tualang berdasarkan
data statistik pada tahun 2016 berjumlah 29.430 jiwa dengan laki-laki berjumlah
15.121 dan perempuan berjumlah 14.309. Angka kepadatan penduduk rata-rata

4
diwilayah UPTD Puskesmas Tualang paling padat penduduknya yaitu 16.824 jiwa
di desa Tualang.

2.1.4 Sosial ekonomi6


1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan sumber
daya manusia. Di wilayah desa Tualang jumlah sarana pendidikan
yang ada sekolah terbagi dalam Paud 11 sekolah, TK 15 sekolah,
Sekolah Dasar 12 sekolah, Sekolah Menengah Pertama 9 sekolah
sedangkan Sekolah Menengah Atas 4 sekolah.
2. Agama
Perkembangan pembangunan di bidang spiritual dapat dilihat dari
besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Menurut data
statistik tahun 2016 penduduk Kecamatan Tualang, sebagian besar
menganut agama Islam.

2.1.5 Lingkungan6
Berdasarkan kondisi lingkungan, wilayah Tualang termasuk daerah sub
urban dengan kondisi pedesaan yang masih terasa dan masih memiliki hutan dan
pohon-pohon cukup banyak selain kebun masyarakat atau perkebunan perusahaan
yang berada di daerahTualang.

Gambar 2.1 Peta wilayah kerja UPTD Puskesmas Tualang

5
2.2 Profil kampungTualang6
Kampung Tualang merupakan salah satu kampung induk dikecamatan
Tualang. Desa ini memiliki luas wilayah 528,5 Ha/m2 dan memiliki 3 dusun dan
9 RW. Jumlah penduduk Kampung Tualang pada tahun 2016 adalah 16.824 jiwa.
Pekerjaan penduduk umumnya adalah karyawan / buruh harian lepas (BHL).
Sarana kesehatan yang terdapat di Kampung Tualang adalah Puskesmas
induk, Pembantu (PUSTU) dan pos pelayanan terpadu (POSYANDU). Puskesmas
buka setiap hari kerja mulai pukul 07.30 hingga 14.30 WIB.

2.3 Hipertensi
2.3.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC
VII.7
2.3.2 Epidemiologi7
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi
usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga
bertambah, di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.

6
2.3.3 Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi esensial/ primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial/primer
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi
esensial. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada
suatu penyakit yang melatarbelakanginya.8
Menurut The Seventh of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.8
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160 Atau 100
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Mneurut JNC 72
Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan
darah menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg
sepanjang hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami
penyakit kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >
140 mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.8,9
Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,
meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.
Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari faktor risiko lainnya.

7
2.3.4 Klasifikasi9
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau
idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui
etiologinya/penyebabnya.90% dari semua penyakit hipertensi merupakan
penyakit hipertensi esensial.

Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini
sudahdiketahui penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa
yangdinamakan hipertensi sekunder. Skitar 5-10% penderita hipertensi
penyebabnya adalah penyakit ginjal (stenoisarteri renalis, pielonefritis,
glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2% adalah penyakit kelaian
hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan sisanya akibat
pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).

2.3 Peran Keluarga Sebagai PMO


2.4.1 Definisi PMO
Pengawas Menelan Obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan
dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita hipertensi dalam memenelan
obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas Menelan Obat (PMO) bisa berasal
dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau tenaga kesehatan. Pengawas
Menelan Obat (PMO) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjaga
penderita menelan obat sesuai dengan dosis dan jadwal seperti yang telah
ditetapkan.10
Peran keluarga sebagai PMO merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam strategi program DOTS (Directly Observed treatmentshourtcourse), karena
mengingat pengobatan hipertensi yang relatife lama yaitu harus rutin untuk itu
pengobatan membuat penderita bosan. Untuk itu diperlukan seseorang yang selalu

8
mengawasi dan memberi motivasi pada penderita supaya obatnya dimenelan
secara teratur dan tuntas. Peran keluarga dan masyarakat mempunyai andil yang
besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita.11Dalam pengawasan
pengobatan, petugas kesehatan harus mengikutsertakan keluarga supaya pasien
dapat berobat secara kontinyu.12

2.4.2 Persayaratan PMO


Seseorang yang dikenal, dipercayai dan disetujui baik oleh
petugaskesehatan maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati
olehpenderita, seseorang yag tinggal dengan penderita, bersedia
membantupenderita dengan sukarela, bersedia dilatih dan mendpat
penyuluhanbersama-sama dengan penderita.10

2.4.3 Siapa yang bisa menjadi PMO


Sebaiknya PMO ialah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa,perawat,
pekarya sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain. Bila tidak adapetugas kesehatan
yang tidak memungkinkan, PMO dapat berasal darikader kesehatan, guru, anggota
PPTI, PKK atau toko masyarakat lainnyaatau anggota keluarga.13

2.4.4. Tugas yang harus dilakukan oleh PMO13


Terdapat beberapa tugas PMO yaitu:
a. Menyiapkan obat-obat yang akan di menelan oleh penderita.
b. Mengingatkan waktu pemeriksaan dan waktu menelan obat.
c. Menjaga saat penderita menelan obat.
d. Mengingatkan penderita mengambil obat pada saat obat habis.

2.4.5 Tugas Kesehatan Keluarga atau peran keluarga dalam kesehatan14


Keluarga dapat melaksanakan perawatan ataupemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak bolehdiabaikan. Karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berartidan arena kesehatanlah seluruh

9
kekuatan sumber daya dan danakeluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung
akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua atau pengambilan keputusan
dalam keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat


Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepatagar
masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi.Peran ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keluarga, denganpertimbangan siapa diantra keluarga yang
mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat. Kontak keluarga
dengan system akan melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun praktis
lokal (Dukun) dan sangat bergantung pada:
1. Apakah masalah kesehatan yang dirasakan oleh keluarga?
2. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dihadapi salah satu anggota keluarga?
3. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yangdilakukanterhadap salah
satu anggota keluarganya?
4. Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkaufasilitas
kesehatan?

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukantindakan untuk
pertolongan pertama. Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari
peran atau tanggung jawab secara penuh, pemberian perawatan secara fisik
merupakan beban paling berat yang di rasakan keluarga. Keluarga memiliki
keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Di rumah keluarga

10
memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untukmengetahui
dapat dikaji:
1. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang
diperlukan pasien?
3. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (aktif mencariinformasi tentang
perawatan terhadap pasien) .

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat/ memodifikasi lingkungan


keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi
bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang
lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu,
kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitarlingkungan rumah.
2. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan danmanfaatnya.
3. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkunganrumah yang
menunjang kesehatan.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.


Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan
dengankesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya dan meminta bantuan tenaga
keperawatan atau tenaga kesehatan lainnya untuk memecahkan masalah. Keluarga
tertentu bila ada anggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi
kemantra atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang:
1. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau
keluarga.
2. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan.
3. Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada.
4. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga?

11
2.4 Kepatuhan Berobat
2.5.1. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan pasien yaitu sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan
ketentuan yang diberikan profesional kesehatan. Kepatuhan berobat adalah
tingkah perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan atau upaya untuk
secara teratur mejalani pengobatan.Ketidak patuhan merupakan suatu sikap
dimana pasien tidak disiplin atau tidak maksimal dalam melaksanakan pengobatan
yang telah diinstruksikan oleh dokter kepadanya. Berdasarkan hasil dari suatu
survei yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lima puluh juta orang amerika
mempunyai tekanan darah tinggi, 68% dari ini mengetahui diagnosisnya, 53%
mendapat terapi dan hanya 27% terkontrol. Penyebab kontrol yang tidak baik ini
antara lain karena banyak pasien yang tidak memenelan obat yang diresepkan.
Pada kebanyakan survei, kira-kira 25-50% pasien-pasien yang mulai memenelan
obat antihipertensi kemudian menghentikannya dalam 1 tahun.Oleh karena itu,
sangat penting memberikan edukasi akan manfaat pengontrolan penyakit dalam
jangka panjang yang pada akhirnya akan sangat berguna untuk mencapai terapi
yang diinginkan.15 Salah satu indikator kepatuhan penderita adalah datang atau
tidaknya penderita setelah mendapat anjuran kembali untuk kontrol. Seseorang
penderita dikatakan patuh menjalani pengobatan apabila menelan obat sesuai
aturan paket obat dan ketepatan waktu mengambil obat sampai selesai masa
pengobatan.16

2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Perilaku kepatuhan berobat dipengaruhi oleh: Faktor yang mendasar atau
faktor yang dalam diri individu yang mempengaruhi perilaku kepatuhan
(predisposing factors)antara lain:17
a. Pengetahuan mengenai penyakitnya, sikap dan tekad untuk sembuh dari
penderita.
b. Tingkat pendidikan penderita. Makin rendahnya pengetahuan dan
pendidikan penderita tentang bahaya penyakitnya, dan pentingnya berobat secara

12
tuntas untuk dirinya, makin besar pula bahaya penderita menjadi sumber
penularan baik dirumah maupun di lingkungan sekitar.17
Faktor yang memperkuat atau faktor yang mendorong (reinforcingfactors)
antara lain adanya dukungan atau motivasi dari masyarakat dan lingkungan
sekitar. Dukungan keluarga dan masyarakat menpunyai andil yang besar dalam
meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita. Program pengendalian penderita
(case holding) berupa usaha pengobatan secara teratur sampai mencapai
kesembuhan, salah satu upayanya adalah menentukan seorang pengawas bagi tiap
penderita, dipilih dari anggota keluarganya yang berwibawa atau seseorang yang
tinggal dekat rumah yang bertugas untuk memantau dan memotivasi penderita
Faktor yang mendukung (enbling factors):
1) Tersedianya fasilitas kesehatan
2) Kemudahan untuk menjangkau sarana kesehatan.
3) Keadaan ekonomi atau budaya.
Lingkungan atau jarakyang jauh dari tempat pelayanan kesehatan
memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan, sebagian responden memilih
fasilitas kesehatan yang relatif dekat dengan rumahnya. Keadaan sosial ekonomi
yang rendah dapat menghambat keteraturan berobat, hal ini dapat diperberat
dengan jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan sehingga memerlukan biaya
transportasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan digolongkan
menjadi 4 bagian, yaitu:18
a. Pemahaman klien terhadap instruksi.
Jika klien paham terhadap instruksi yang diberikan padanya maka klien
tidak dapat mematuhi instruksi tersebut dengan baik.Terkadang hal ini di
sebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi
yang lengkap, bayak menggunakan istilah medis dan banyak memberikan
instruksi yang harus di ingat oleh klien.

b. Kualitas interaksi.
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan klienmerupakan bagian
yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan, dari hasil penelitiannya

13
dikemukakan adanya kaitan yang erat antara kepuasan Konsultasi dengan
kepatuhan.

c. Keluarga.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan
tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga
memberikan dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota
yang sakit, serta menentukan keputusan untuk mencari dan mematuhi anjuran
pengobatan. Selain itu sebagai klinisi kita juga harus berusaha mendorong pasien
dan keluarga untuk berpartisipasi dalam gaya hidup sehat. Dengan kegiatan
seperti:19
1. Membantu satu sama lain dengan pemantauan tekanan darah.
2. Menawarkan pengingat kapan mengukur tekanan darah dan menelan obat
3. Memberikan dukungan fisik dan emosional
4. Berpartisipasi dalam pilihan gaya hidup sehat bersama, seperti aktivitas
fisik dan pola makan yang sehat.
5. Mengambil keuntungan dari sumber daya masyarakat yang menawarkan
skrining dan tempat pemeriksaan tekanan darah untuk latihan fisik
bersama

d. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian.


Ahli psikologis telah menyelediki tentang hubungan antarapengukuran
pengukurankepribadian dan kepatuhan.Mereka menemukan bahwa data
kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang
gagal. Orangorang yang tidak patuh adalah orangorang yang lebih mengalami
depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego
yang lebih lemah dan kehidupan sosilanya lebih memusatkan perhatian
padadirinya sendiri. Kepribadian yang di sebutkan di atas itu yang menyebabkan
seseorang cederung tidak patuh (drop out) dari pengobatan.18

14
2.6. Pola Konsumsi Makanan
Penduduk Indonesia terdiri dari bermacam suku bangsa yang mempunyai
kekayaan kuliner yang sangat variatif. Apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup
dan seimbang, hidangan tersebut akan memenuhi kecukupan zat gizi yang dapat
menjaga kondisi kesehatan secara optimal. Selain itu setiap daerah mempunyai
keanekaragaman dan ketersediaan sumber pangan hewani dan nabati yang khas
seperti padi-padian, kacang-kacangan, sayur dan buah di daerah pertanian; ikan
dan produk laut di daerah pesisir; serta unggas dan daging di daerah peternakan.20
Namun pengetahuan masyarakat untuk memilih makanan yang cukup dan
seimbang untuk individu dan keluarga masih kurang. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Pola konsumsi makanan
yang tidak berimbang menyebabkan struktur tubuh anak Indonesia semakin tidak
ideal, yaitu pendek dan gemuk. Adapun kegemukan terjadi karena kelebihan
konsumsi makanan sumber karbohidrat dan rendah serat makanan. Baik di
perdesaan maupun di perkotaan, gizi lebih yaitu kegemukan dan obesitas telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Fisik yang kurang bergerak secara teratur
karena kemudahan sarana transportasi dan jenis pekerjaan yang membuat pekerja
relatif statis untuk waktu lama, bersama dengan obesitas merupakan faktor risiko
utama terjadinya penyakit degeneratif, penyakit jantung dan pembuluh darah,
diabetes dan kanker. Hal tersebut di atas antara lain sebagai akibat dari perubahan
gaya hidup, yang merupakan dampak gobalisasi dan industrialisasi, termasuk
berkembangnya makanan cepat saji yang umumnya tidak bergizi seimbang yaitu
tinggi lemak dan garam, serta rendah kandungan seratnya. Mobilitas yang sangat
tinggi di kota besar membuat orang cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji
tanpa mempertimbangkan kandungan gizinya. 20
Industri dan konsumsi menelanan ringan, menelanan beralkohol sangat
meningkat dalam dekade terakhir. Selain itu perubahan pola konsumsi masyarakat
memicu kebutuhan terigu (tepung gandum) sebagai salah satu sumber karbohidrat
sehingga ketersediaan dalam negeri terigu mencapai 3.79 juta ton pada tahun
2007.20
Masalah utama terkait dengan pola konsumsi makanan, antara lain adalah: 20

15
a. Promosi junk food yang tinggi lemak, tinggi garam dan tinggi gula, serta
rendah serat, dipromosikan dan ditawarkan dengan sangat menarik melalui
iklan di berbagai media massa yang ditujukan kepada konsumen sejak usia
balita, belum ada perhatian terkait dengan dampaknya terhadap PTM.
b. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pola konsumsi makanan yang
sehat dan seimbang, menyebabkan perilaku yang salah.
c. Penyediaan kantin sekolah dan program makan siang yang sehat dan higienis
di sekolah, belum menjadi kebijakan bagi penyelenggara pendidikan.
d. Menu makanan tradisional yang tinggi serat seperti gado-gado, karedok, urap
dan pecel kurang diminati.
e. Pentingnya penerapan pola konsumsi makanan beragam, bergizi seimbang dan
aktivitas fisik yang cukup dan teratur di tempat kerja dalam kaitannya dengan
produktivitas optimal para pekerja ternyata masih belum diberikan perhatian.
Sehingga banyak perusahaan mengabaikan kesehatan kerja termasuk
keperdulian terhadap penyediaan makanan di tempat kerja masih rendah.
f. Ketersediaan dan akses sayur dan buah beragam dan aman serta promosi pola
konsumsi makanan tinggi serat belum ditangani secara serius, karena
ditemukan 93.6 persen penduduk berumur di atas 10 tahun kurang makan sayur
dan buah.
g. Menjamurnya toko waralaba franchise convenience store di seluruh pelosok
kota sampai ke perdesaan dengan berbagai strategi pemasaran yang gencar
sehingga keluarga tergiur untuk membeli makanan baru produk kemasan yang
pada umumnya kaya karbohidrat dan rendah protein serta miskin mikronutrien.
Dengan meningkatnya pendapatan nasional kotor per kapita telah
mengakibatkan transisi pola konsumsi makanan masyarakat, berupa konsumsi
makanan kemasan, makanan cepat saji tinggi lemak, tinggi garam dan
menelanan tinggi gula.
h. Ketersediaan regulasi terkait pelabelan makanan perlu didukung dengan
penyediaan bahan-bahan informasi yang mudah dipahami serta diiringi dengan
edukasi konsumen sehingga mendorong terbentuknya konsumen cerdas.
Implementasi regulasi tentang pentingnya pencantuman kandungan gizi pada
berbagai label pangan perlu didukung.

16
Perubahan gaya hidup pada penderita hipertensi terbukti menurunkan TD.
Dalam hal ini kita harus mendorong pasien untuk:19,20
1. Ikuti pola makan diet untuk menghentikan hipertensi (DASH) . Rencana
DASH adalah sebagai berikut:
- Kaya akan buah-buahan, sayuran dan biji-bijian
- Termasuk susu rendah lemak, unggas, ikan dan minyak nabati
- Batasi sodium, permen, menelanan bergula, daging merah dan lemak jenuh
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik sedang, seperti jalan cepat selama 40
menit sehari, setidaknya empat hari dalam seminggu. Sepuluh menit
berjalan empat kali sehari dihitung sebagai latihan harian 40 menit.
3. Menjaga indeks massa tubuh yang sehat (IMT)
4. Batasi konsumsi alkohol hingga <2 gelas per hari untuk pria atau <1 gelas
per hari untuk wanita

2.7. Aktivitas Fisik21


Riskesdas tahun 2007 menyatakan bahwa 48.2 persen penduduk Indonesia
yang berusia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik, dimana
kelompok perempuan yang kurang melakukan aktivitas fisik (54.5 persen) lebih
tinggi dari pada kelompok laki-laki (41,4 persen). Selain itu kurang melakukan
aktivitas fisik didaerah rural sebesar 42,4 persen sementara didaerah urban kurang
melakukan aktivitas fisik telah mencapai 57,6 persen. Kurang melakukan aktivitas
fisik juga terjadi pada setiap kelompok penduduk dengan tingkat pengeluaran
termiskin sampai terkaya. Kejadian kurang aktivitas fisik ini perlu dikaji lebih
lanjut agar dapat dilakukan intervensi yang tepat.
Susenas tahun 2003 menemukan bahwa dari penduduk berusia 10 tahun ke
atas, 74 persen kurang melakukan aktivitas fisik terjadi selama dalam perjalanan,
81 persen kurang melakukan aktivitas fisik saat waktu senggang, dan 14 persen
kurang melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan.
Tingkat kebugaran jasmani masyarakat Indonesia saat ini terhitung masih
rendah, tercermin dari beberapa hasil penelitian yang dilaksanakan sebagai
berikut:

17
a. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan
Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 pada siswa SD,
SMP, SMAdan SMK di 17 Provinsi meliputi 12.240 siswa dengan hasil tingkat
kebugaran baik hanya 17 persen. Siswa lainnya mempunyai kebugaran kurang
45 persen dan kebugaran sedang 38 persen.
b. Hasil pemetaan kebugaran jasmani yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
pada tahun 2002 terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Dinas
Kesehatan dan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta,
Jawa Barat dan Bali, terdapat 73 persen PNS mempunyai tingkat kebugaran
jasmani yang kurang dan kurang sekali. Hal ini tidak diantisipasi dengan cepat
dan tepat sehingga terbukti telah menimbulkan masalah kesehatan pada saat ini
dengan kecenderungan munculnya PTM pada usia lebih dini dan meningkatnya
persentase kematian populasi dewasa akibat PTM.
Masyarakat sadar bahwa dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara
latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Tetapi masih banyak masyarakat belum paham bahwa latihan fisik atau
berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur akan meningkatkan kebugaran
jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh. Jadi tingkat kebugaran
jasmani yang baik akan menurunkan angka kesakitan. Angka kesakitan anak yang
menurun berarti tingkat absensi anak sekolah menurun dan prestasi belajar
meningkat. Angka kesakitan pekerja menurun berarti tingkat kehadiran pekerja di
tempat kerja meningkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan
menurunkan biaya pengobatan. Pada akhirnya mengakibatkan keuntungan
perusahaan meningkat dan diharapkan kesejahteraan pekerja dapat ditingkatkan.
Hasil penelitian menyebutkan adanya program aktivitas fisik di tempat kerja,
dapat menurunkan angka kesakitan karyawan sebesar 6 32 persen, mengurangi
biaya kesehatan 20 55 persen dan meningkatkan produktivitas 2 52 persen.
Terlebih lagi jika latihan fisik atau olahraga yang teratur juga dimanfaatkan
selama kehamilan dan masa nifas, persiapan fisik bagi calon jemaah haji serta
bagi usia lanjut sehingga hidup tetap aktif dan berkualitas dengan kemandirian
secara fisik dan sosial.

18
Tema yang dicanangkan pada Hari Kesehatan Nasional ke 40 tahun 2004
yaitu Sehat adalah gaya hidup yang merupakan gerakan nasional untuk
membudayakan gaya hidup sehat antara lain melakukan aktivitas fisik atau
olahraga teratur, pola makan beragam dan gizi seimbang serta tidak merokok.
Slogan Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat perlu
terus menerus diimplementasikan dengan kegiatan massal. Dukungan Pemerintah
Daerah dengan membuat regulasi tentang ruang terbuka publik dan
menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti car free day, fun bike dan
sebagainya mendapat sambutan masyarakat.

2.8 Sosialisasi
2.8.1 Definisi
Menurut Zenden, sosialisasi didefinisikan sebagai sebuah proses
seseorang berinteraksi sosial sepanjang hidupnya yang didalam proses itu ia mem
pelajari pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan perilaku yang penting supaya bisa
terlihan secara efektif dalam hidup bermasyarakat.22 Berikut pengertian
sosialisasi menurut para ahli:23
Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individual-individual belajar dan
menyesuaiakan diri, bagaiman cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia
dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.

Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami
norma-normadalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk
kepribadiannya.

Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga
masyarakat yang baru.

19
David Gaslin
Sosialisasi merupakan proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh
pengetahuan tentang nilai dan norma - norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai
anggota kelompok masyarakat.

2.8.2 Agen -agen Sosialisasi24


Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok
bermain, media masa, dan lembaga pendidikan sekolah.Pesan-pesan yang
disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama
lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi
bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Proses
sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen -
agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu
sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam
situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

1. Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti(nuclear family) agen sosialisasi meliputi Ayah, ibu,
saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara
bersama-sama dalam suatu rumah, sedangkan pada masyarakat yang menganut
sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih
luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang
meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada
masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh
orang -orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seseorang.

2. Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali
didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya,
teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun
dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga.

20
Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain
lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan
hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi
dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi
dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam
kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan
orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai
keadilan

3. Lembaga pendidikan formal (sekolah)


Menurut Dreeben Dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar
membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-
aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement),
universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak
mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai
pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri
dengan penuh rasa tanggung jawab.

4. Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat
kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya
pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang
disampaikan.

5. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi
juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat,
dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk
pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai
tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus,
pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

21

Anda mungkin juga menyukai