Anda di halaman 1dari 6

KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO


2013/2014
Kata pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan pembuatan laporan ini.
Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan wilayah yang luas, masyarakat yang
banyak dan kenaekaragaman suku yang berlimpah. Keanekaragaman suku tersebut
membentuk karakteristik masyarakatnya masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat.
Laporan ini dibuat selain untuk melaksanakan tugas juga untuk mengetahui lebih
dalam lagi mengenai ciri khas yang terdapat didalam suku asmat. Laporan ini juga bertujuan
untuk menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.
Harapan kami, dengan dibuatnya laporan ini, siswa-siswi dapat mengethui tentang
jenis-jenis komputer. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khusunya bagi siswa.
Sebagai penulis, kami mengucapkan terima kasih, kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan laporan ini, secara langsung maupun tidak langsung.
Kamipun mohon maaf karena kami sadar masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
laporan ini, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

PURWOKERTO, JANUARI 2014

PENULIS
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat kita tak mungkin lepas dari suatu kebiasaan yang dilakukan
secara terus menerus dan menjadi ciri khasnya tersendiri. Kebiasaaan-kebiasaan tersebut
memunculkan adanya suatu kebudayaan yang dimiliki, dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh masing-
masing daerah yang memilikinya.

Kebudayaan tersebut memunculkan suatu tatanan hidup masyarakat yang berbeda beda sesuai
dengan suku atau adat yang mereka miliki. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menjaga dan
tetap melestarikan kebudayaannya.

Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan kebudayaannya. Keberagaman budaya dapat
modal dasar kekuatan dalam membangun bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan
modern. Di samping itu,keberagaman budaya juga memberi manfaat yaitu dalam bidang bahasa,
kebudayaan,dan pariwisata.

Potensi keberagaman budaya dapat dijadikan obyek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa
mendatangkan devisa. Budaya lokal yang meliputi suku-suku bangsa di Indonesia di antaranya ada
Suku Asmat yangberasal dari Irian. Dalam kehidupan masyarakat terdaoat empat pokok sistem yang
dijalankan masing-masing suku termasuk suku asmat yaitu sistem kebudayaan, kekerabatan,
kesenian, dan politik.

B. Tujuan

Menambah wawasan tentang suku bangsa di Indonesia


Lebih mengenal suku Asmat beserta sistem kepercayaannya
Ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa
Mngetahui sistem kekerabatan yang ada di suku Asmat
Mengetahui kesenia atau kerajinan-kerajian apa saja yang ada di suku Asmat
Mengetahui sistem politik suku Asmat untuk mengatur kehdupan bermasyarakat
Memenuhi nilai tugas mata pelajaran IPS
Bab II
ISI

A. Sistem kepercayaan

Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik
atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari. Mereka yakin bila
nenek moyangnya pada jaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan. Selain
itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing-
masing mempunyai sifat baik, jahat dan yang jahat namun mati. Berdasarkan mitologi masyarakat
Asmat berdiam di Teluk Flamingo, dewa itu bernama Fumuripitis. Orang Asmat yakin bahwa di
lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh .

Masyarakat Asmat mempercayai macam-macam roh yangdigolongkan ke dalam 3 (tiga)


jenis, yaitu :

a. Arwah nenek moyang yang baik, yang disebut Yi ow


b. Arwah nenek moyang yang jahat, yang disebut Osbopan
c. Arwah nenek moyang yang jahat akibat orang itu mati konyol disebut Dambin ow

Orang Asmat juga mengenal macam-macam upacara keagamaan untuk berkomunikasi


dengan arwah nenek moyangnya, antara lain dengan menghiasi perisai, mengukir topeng, atau
pembuatan patung. Upacara- upacara tersebut seoerti berikut:

a. Mbismbu (pembuat tiang)


b. Yentpokmbu (pembuatan dan pengukuhan rumah yew)
c. Tsyimbu (pembuatan dan pengukuhan perahu lesung)
d. Yamasy pokumbu (upacara perisai)
e. Mbipokumbu (Upacara Topeng)

Selain ucapara keagamaan untuk berkomunikasi dengan arwah leluhur, Suku Asmat
masih kaya akan kebudayaan dan ritual/ upacara lain, seperti ;
a. Ritual Kematian
Orang-orang suku Asmat percaya apabila orang yang meninggal masih terlalu muda
atau terlalu tua maka orang itu terkena ilmu magis atau akibat suatu kejahatan. Orang
orang asmat tidak mengenal adanya menguburkan mayat.
Namun setelah ada pengaruh luar suku Asmat mengubur jenazah dan beberapa
barang milik pribadi yang meninggal. Umumnya, jenazah laki-laki dikubur tanpa
menggunakan pakaian, sedangkan jenazah wanita dikubur dengan menggunakan
pakaian. Orang Asmat juga tidak memiliki pemakaman umum, maka jenazah biasanya
dikubur di hutan, di pinngir sungai atau semak-semak tanpa nisan.
b. Ritual Pembuatan dan Pengukuhan Perahu Lesung

Setiap 5 tahun sekali, masyarakat Asmat membuat perahu-perahu baru. Dalam


proses pembuatan prahu hingga selesai, ada berapa hal yang perlu diperhatikan. Sebelum
membuat perahu, diadakan suatu upacara khusus yang dipimpin oleh seorang tua yang
berpengaruh dalam masyarakat. Maksudnya adalah agar perahu itu nantinya akan berjalan
seimbang dan lancar.

Dulu, pembuatan perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan suatu penyerangan


dan pengayauan kepala. Bila telah selesai, perahu -perahu ini dicoba menuju tempat
musuh dengan maksud memanas -manasi mereka dan memancing suasana musuh agar
siap berperang. Sekarang, penggunaan perahu lebih terarahkan untuk pengangkutan
bahan makanan.

c. Upacara Bis

Upacara bis merupakan salah satu kejadian penting di dalam kehidupan suku Asmat
sebab berhubungan dengan pengukiran patung leluhur (bis) apabila ada permintaan dalam
suatu keluarga. Dulu, upacara bis ini diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang
telah mati terbunuh karena peperangan dan kematian itu harus segera dibalas dengan
membunuh anggota keluarga dari pihak yang membunuh.
Sekarang ini, karena peperangan antar clan sudah tidak ada lagi, maka upacara bis
ini baru dilakukan bila terjadi mala petaka di kampung atau apabila hasil pengumpulan
bahan makanan tidak mencukupi.

d. Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah bujang (yentpokmbu)

Rumah bujang merupakan pusat kegiatan baik yang bersifat religius maupun yang
bersifat nonreligius. Rumah bujang ini dinamakan sesuai nama marga (keluarga)
pemiliknya. Orang-orang Asmat melakukan upacara khusus untuk rumah bujang yang baru,
yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat. Pembuatan rumah bujang juga diikuti oleh
beberapa orang dan upacara dilakukan dengan tari-tarian dan penabuhan tifa.

Anda mungkin juga menyukai