KESETIMBANGAN FASA
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
JURUSAN PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
PALANGKARAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia Nya kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah tentang kesetimbangan fasa ini.
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen pembimbing
mata kuliah Kimia Fisik III dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dan kepercayaan dalam penyalasaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang
bersangkutan.
Amiin..
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Msetode Pemecahan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Syarat-syarat kesetimbangan antara berbagai fasa dalam sistem
A. Persamaan Clapeyron
B. Persamaan Clausius-Clapeyron
C. Aturan Fasa
D. Diagram fase satu komponen
F. Diagram fase dua komponen
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fasa adalah bagian sistem yang komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya
seragam,yang terpisah dari bagian sistem lainnya oleh adanya bidang batas.
Perilaku fasa yang dipunyai suatu zat murni adalah sangat beragam dan
rumit,akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan
termodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan. Pemahaman mengenai perilaku
perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibss.
Fasa adalah bagian sistem yang komposisi kimia dan sifat-sifat fisiknya
seragam,yang terpisah dari bagian sistem lainnya oleh adanya bidang batas.
Perilaku fasa yang dipunyai suatu zat murni adalah sangat beragam dan
rumit,akan tetapi data-datanya dapat dikumpulkan dan kemudian dengan
termodinamika dapat dibuat ramalan-ramalan. Pemahaman mengenai perilaku
perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibss.
Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki
komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu,
biasanya pada fasa cair dan uapnya. Selama ini pembahasan perubahan mutual
antara tiga wujud materi difokuskan pada keadaan cair. Dengan kata lain,
perhatian telah difokuskan pada perubahan cairan dan padatan, dan antara cairan
dan gas. Dalam membahas keadaan kritis zat, akan lebih tepat menangani tiga
wujud zat secara simultan, bukan membahas dua dari tiga wujud zat.
Keadaan seimbang:
a. Sistem dalam keadaan seimbang stabil
b. Sistem dalam keadaan metastabil yg lama, kemudian secara spontan menjadi
stabil
Karena keadaan seimbang pada keadaan 2, maka sifat-sifat zat seperti
tekanan, volum, dan suhu dapat ditentukan seperti pada keadaan 1.Dalam hal ini,
entropi, maupun fungsi Gibbs terkait dgn sifat-sifat yg dapat diukur secara
langsung seperti dalam keadaan seimbang stabil
Persyaratan khusus yg menentukan keadaan seimbang stabil:
1. Proses ireversibel adiabatik
2. Proses dengan suhu dan volume tetap
3. Proses dengan suhu dan tekanan tetap
4. Proses dengan entropi dan volume tetap
5. Proses dengan tekanan dan entropi tetap
B. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan,
kedua fasa tersebut mempunyai energi Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang
memiliki fasa dan ,
G = G .............................................. (2.1)
Jika tekanan dan suhu diubah dan tetap menjaga kesetimbangan, maka:
dG = dG ................................................ (2.2)
G G G G
dP dT dP dT ............... (2.3)
P T T P P T T P
Menggunakan hubungan Maxwell, jadi:
V dP S dT V dP S dT .............................. (2.4)
dP S S S
........................................... (2.5)
dT V V V
Karena:
H
S ................................................. (2.6)
T
Sehingga:
dP S
............................................... (2.7)
dT TV
Persamaan 2.7 disebut sebagai Persamaan Clapeyron. Persamaan
Clapeyron menggambarkan variasi tekanan dengan temperatur pada keadaaan
kesetimbangan atau menghubungkan ketergantungan kuantitas dari temperatur
kesetimbangan dengan tekanan. Persamaan Clapeyron tersebut dapat digunakan
untuk menentukan entalpi penguapan, sublimasi, peleburan, maupun transisi
antara dua padat. Entalpi sublimasi, peleburan dan penguapan pada suhu tertntu
dihubungkan dengan persamaan:
H sub lim asi H peleburan H penguapan .............................. (2.8)
C. Persamaan Clausius-Clapeyron
Untuk peristiwa penguapan dan sublimasi, Clausius menunjukkan bahwa
persamaan Clapeyron dapat disederhanakan dengan mengandaikan uapnya
mengikuti hukum gas ideal dan mengabaikan volume cairan (Vl) yang jauh lebih
kecil dari volume uap (Vg).
V V g Vl V g ............................................. (2.9)
Bila
RT
V g ................................................. (2.10)
P
maka persamaan 2.7 menjadi
dP PH v
.......................................... (2.11)
dT RT 2
dP H v
dT ..................................... (2.12)
P RT 2
H v
P2 T2
1 1
P PdP R T
T1
2
dT ..................................... (2.13)
1
P2 H v 1 1
ln ...................................... (2.14)
P1 R T2 T1
P2 H v T2 T1
ln ............................... (2.15)
P1 RT1T2
Persamaan 2.15 disebut Persamaan Clausius Clapeyron. Dengan
menggunakan persamaan di atas, kalor penguapan atau sublimasi dapat dihitung
dengan dua tekanan pada dua suhu yang berbeda.
Bila entalpi penguapan suatu cairan tidak diketahui, harga pendekatannya
dapat diperkirakan dengan menggunakan Aturan Trouton, yaitu
H penguapan
S penguapan 88 J / K .mol .......................... (2.16)
Tdidih
D. Aturan Fasa
1. Fasa
Suatu fasa didefinisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau
homogen di antara keadaan submarkropisnya, tetapi benar-benar terpisah dari
sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua
cairan yang tidak dapat bercampur dapat membentuk fasa terpisah, sedangkan
campuran gas-gas adalah satu fasa karena sistemnya yang homogen. Simbol
umum untuk jumlah fasa adalah P.
Contoh : berapa fasa yang ada pada kesetimbangan berikut ini ?
CaCO3(s) Ca(s) + CO2(g)
Dalam persamaan diatas dua buah padatan mempunyai struktur yang
berbeda dan dipisahkan oleh batasan yang jelas. Maka seluruhnya ada tiga
fasa, yaitu dua padat dan satu gas.
Contoh :sebuah gunung es mengapung di danau, bila kita menganggap
danau, gunung es, dan atmosfir sebagai satu sistem. Berapa jumlah fasa yang
ada ?
Gunung es adalah sebuah bentuk padat dari air, danau adalah larutan air dan
atmosfer terdiri dari uap air dan gas-gas lainnya. Maka disini ada tiga fase
(padat, cair, gas).
2. Komponen
Jumlah komponen-komponen dalam suatu sistem didefinisikan sebagai
jumlah minimum dari variabel bebas pilihan yang dibutuhkan untuk
menggambarkan komposisi tiap fase dalam satu sistem.
3. Derajat Kebebasan
Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel
intensif yang harus dipilih agar keberadaan variabel intensif dapat ditetapkan.
Jumlah minimum variabel intensif dapat berupa temperatur, tekanan, konsentrasi.
Simbol untuk derajat kebebasan yaitu F dan invarian bila F=0, univarian bila
F=1, bivarian bila F=2 dan seterusnya.
Gambar 2.1. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa fasa padat, cair dan gas
terhadap suhu pada tekanan tetap
Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar 2.1. mengikuti persamaan
G S
T P
Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang
turun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Sg > Sl > Ss.
P P2o P1o P2o x1 ........................................ (2.25)
Persamaan di atas digunakan untuk membuat garis titik gelembung (bubble
point line). Di atas garis ini, sistem berada dalam fasa cair. Komposisi uap pada
kesetimbangan ditentukan dengan cara
Pi
xi' .................................................. (2.26)
P
Keadaan campuran ideal yang terdiri dari dua komponen dapat digambarkan
dengan kurva tekanan tehadap fraksi mol berikut.
Gambar 2.2. Tekanan total dan parsial untuk campuran benzenatoluena pada 60oC
Gambar 2.3. Fasa cair dan uap untuk campuran benzena toluena pada 60oC
Garis titik embun (dew point line) dibuat dengan menggunakan persamaan
P1o P2o
P
...................................... (2.27)
P1o P2o P1o x1o
Di bawah garis ini, sistem setimbang dalam keadaan uap.
Pada tekanan yang sama, titik titik pada garis titik gelembung dan garis
titik embun dihubungkan dengan garis horisontal yang disebut tie line (lihat
gambar 3.4). Jika diandaikan fraksi mol toluena adalah x, maka jumlah zat yang
berada dalam fasa cair adalah
xv
C cair .......................................... (2.28)
l v
Sedangkan jumlah zat yang berada dalam fas uap adalah
lx
C uap .......................................... (2.29)
l v
Penentuan jumlah zat pada kedua fasa dengan menggunakan persamaan 2.28 dan
2.29 disebut sebagai Lever Rule.
b. Penyimpangan negatif
Penyimpangan negatif hukum Raoult terjadi apabila antaraksi dalam
campuran zat lebih kuat daripada interaksi dalam masing masing zat ( A B >
A A, B B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (Hmix) negatif
(bersifat eksotermik) mengakibatkan terjadinya pengurangan volume campuran
(Vmix < 0).. Contoh penyimpangan negatif terjadi pada campuran aseton dan air.
Pada gambar 2.4 dan 2.5 terlihat bahwa masing masing kurva memiliki tekanan
uap maksimum dan minimum. Sistem yang memiliki nilai maksimum atau
minimum disebut sistem azeotrop. Campuran azeotrop tidak dapat dipisahkan
dengan menggunakan destilasi biasa. Pemisahan komponen 2 dan azotrop dapat
dilakukan dengan destilasi bertingkat. Tetapi, komponen 1 tidak dapat diambil
dari azeotrop. Komposisi azeotrop dapat dipecahkan dengan cara destilasi pada
tekanan dimana campuran tidak membentuk sistem tersebut atau dengan
menambahkan komponen ketiga.
3. Hukum Henry
Hukum Raoult berlaku bila fraksi mol suatu komponen mendekati satu.
Pada saat fraksi mol zat mendekati nilai nol, tekanan parsial dinyatakan dengan
Pi xi K i .............................................. (2.30)
yang disebut sebagai Hukum Henry, yang umumnya berlaku untuk zat terlarut.
Dalam suatu larutan, konsentrasi zat terlarut (dinyatakan dengan subscribe 2)
biasanya lebih rendah dibandingkan pelarutnya (dinyatakan dengan subscribe 1).
Nilai K adalah tetapan Henry yang besarnya tertentu untuk setiap pasangan
pelarut zat terlarut.
Tabel 3.1. Tetapan Henry untuk gas gas terlarut pada 25oC (K2 / 109 Pa)
Pelarut
Gas
Air Benzena
H2 7,12 0,367
N2 8,68 0,239
O2 4,40
CO 5,79 0,163
C2H2 0,135
C2H4 1,16
C2H6 3,07
pelarut
larutan
Po
Tfo Tf Tbo Tb
T
Tf Tb
P1o (1 x1 )
n2
P = P1o . ..... (2.36)
n1
P o P HV
ln 1 1 o 1 = Tb ....... (2.41)
P1 RT1T2
P1o P1
Pada larutan encer, sangat kecil, sehingga
P1o
P1o P1 P1o P1
ln =- ........... (2.42)
P1o P1o
Karena Tb sangat kecil, maka Tb Tbo
P1o P1 HV
- = Tb ... (2.43)
P1o
R Tbo
2
HV
- x2 = Tb ...... (2.45)
R Tbo
2
HV
n2
=- Tb .. (2.46)
n1 R Tbo
2
n2 w M
2 x 1 .............................. (2.47)
n1 M 2 w1
dengan w1 dan M1 masing masing adalah berat dan massa molar pelarut, serta
w2 dan M2 adalah berat dan massa molar zat terlarut. Jika w1 dianggap 1000
gram,
n2
m2 .M 1 ..... (2.48)
n1
HV
m2 . M1 = - Tb .... (2.49)
R Tbo
2
RT M o 2
Tb = - b 1
. m2 ................................. (2.50)
H v
Tb = Kb . m2 .......................................... (2.51)
c. Tekanan Osmosis ()
Pendekatan tekanan osmosis dapat dijelaskan sebagai berikut. Suatu
larutan terpisah dari pelarut murninya oleh dinding semi permiabel, yang dapat
dilalui oleh pelarut, tetapi tidak dapat dilalui oleh zat terlarutnya. Karena
potensial kimia larutan lebih rendah, maka pelarut murni akan cenderung
bergerak ke arah larutan, melalui dinding semi permiabel.
pelarut larutan
murni
a. Pembentukan Senyawa
Komponen komponen pada sistem biner dapat bereaksi membentuk
senyawa padat yang berada dalam kesetimbangan dengan fas cair pada berbagai
komposisi. Jika pembentukan senyawa mengakibatkan terjadinya daerah
maksimum pada diagram suhu komposisi, maka disebut senyawa bertitik
lebur sebangun (congruently melting compound).
Contoh senyawa ini dapat dilihat pada diagram fas Zn Mg pada gambar 2.9.
b. Larutan Padat
Pada umumnya, padatan murni bisa didapatkan pada saat larutan
didinginkan. Tetapi, pada beberapa sistem, bila larutan didinginkan, maka larutan
padatlah (solid solution) yang akan keluar. Contoh sistem yang membentuk
larutan padat adalah sistem Cu Ni.
Pada gambar 2.11, terlihat adanya daerah dimana terdapat fasa cair
(larutan) dan fasa padat (larutan padat) yang berada dalam kesetimbangan. Garis
yang berbatasan dengan fasa cair disebut sebagai garis liquidus, sedangkan garis
yang berbatasan dengan fasa padat disebut garis solidus. Larutan padat pada
sistem ini disebut sebagai fasa . Komposisi masing masing fasa dapat
ditentukan dengan menggunakan lever rule. Kondisi fasa fasa yang ada dalam
sistem pada berbagai suhu dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12. Kondisi fasa fasa dalam sistem Cu Ni pada berbagai suhu
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi
yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu, biasanya pada
fasa cair dan uapnya. Dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat
kebebasan adalah 2- yakni suhu dan tekanan; bila dua fasa dalam kesetimbangan
sebagaimana ditunjukkan dengan garis yang membatasi daerah dua fasa hanya
ada satu derajat kebebasan bisa suhu atau tekanan. Dimana Syarat
Keseimbangannya adalah:
Suhu kedua fase sama (Ta=Tb), jika tdk dipenuhi akan ada arus panas yang
mengalir dari fase yg suhunya lebih tinggi ke fase yg suhunya lebih rendah
Tekanan kedua fase sama (pa=pb), jika tdk dipenuhi akan ada arus molekul-
molekul yang mengalir dari fase yg tekanannya lebih tinggi ke fase yg
tekanannya lebih rendah
Fungsi Gibbs jenis kedua fase sama (ga=gb), Fungsi ini tergantung suhu dan
tekanan. Jadi secara umum syarat keseimbangannya adalah
DAFTAR PUSTAKA
Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 1 (Terjemahan Irma I. Kartomiharjo), Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga
Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 2 (Terjemahan Irma I. Kartomiharjo), Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga
Findley, A., The Phase Rule. Chapter 7, Dover Publications, New York
(1951).