B A B
DIGESTIVE
A B D O M E N A K U T
Ibrahim Ahmadsyah
Abdomen akut ialah kondisi di mana gejala analisis yang baik dari data anamnesis, peme-
utamanya nyeri di perut, terjadi secara tiba-tiba riksaan penunjang yang diperoleh.
dan untuk penanggulangaimya biasanya tindakan Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi
pembedahan diperlukan. abdomen beserta isinya sangat menentukan dalam
Penatalaksanaan pasien dengan nyeri abdo- menyingkirkan satu demi satu dari sekian banyak
men akut bukanlah hal yang mudah, merupa- kemimgkinan yang menjadi penyebab nyeri perut
kan tantangan bagi seorang dokter untuk dapat akut.
menegakkan diagnosis penyebab abdomen akut.
Keputusan untuk tindakan pembedahan harus
Nyeri Perut
segera ditegakkan karena setiap keterlambatan
yang terjach dapat menimbulkan penyulit yang Keluhan yang menonjol dari pasien dengan
berakibat meningginya angka morbiditas dan abdomen akut ialah nyeri perut. Rasa nyeri perut
mortalitas. dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdo-
Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya men atau di luar abdomen seperti organ-organ di
tergantung kepada kemampuan menentukan rongga toraks. Diagnosis banding nyeri perut
5 2 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
T a b e l 1 . D i a g n o s i s banding a b d o m e n akut
K o l e s i s t i t i s al<ut
Abdomen kiri atas
Ruptur limpa
Pankreatitis akut Perforasi lambung
Purforasi tukak peptik Pankreatitis akut
Hspatitis akut Aneurisma Aorta pecah
Kongestif hepatomegali akut Perforasi kolon
A a s e s liati Pneumonia dengan reaksi pleura
Pneumonia dengan reaksi pleura Pielonefritis akut
Pielonefritis akut MCI
Angina pektoris
f
r Abdomen kanan bawah Abdomen kiri bawah
Aoendisitis Divertikulitis
Adneksitis Adneksitis/endometriosis
Eiidomethosis KET
KET Kista ovarium terpuntir
K sta ovarium terpuntir Hernia inkarserata
P jntiran apendises epiploicae Perforasi kolon/sigmoid
Hernia inkarserata Abses psoas
Divertikulitis Batu ureter
lluitis regional
Pjrforasi caecum
Abses psoas
Batu ureter
Adenitis mesenterik
Obstruksi usus
Apendisitis
Pankreatitis akut
Oklusi p e m b u l u h darah mesenterial
Hernia strangulasi
Ruptur aneurisma aorta
Divertikulitis
akut banyak sekali seperti terlihat pada Tabel 1. toneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan,
Dibedakan dua jenis nyeri perut yaitu nyeri viseral pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan
dan nyeri somatik. sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan
oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan,
regangan atau kontraksi yang berlebihan dari
Nyeri Viseral
otot (spasme) akan memberi rasa nyeri yang
Nyeri viseral terjadi karena rangsangan pada tumpul disertai perasaan sakit.
peritoneum yang meliputi organ intraperitoneal Pasien biasanya tak dapat menunjukkan
yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peri- secara tepat lokalisasi nyeri, digambarkan pada
D I G E S T I V E 5 3
daerah yang luas dengan memakai seluruh tapak gesekan antara kedua peritoneum dapat menye-
tangan. Karena nyeri ini tidak dipengaruhi oleh babkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa
gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri
menyebabkan bertambahnya rasa nyeri. kontralateral pada pasien dengan apendisitis akut.
Setiap gerakan dari pasien juga akaii menambah
Nyeri Somatiii rasa nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh mau-
pun gerakan pernapasan yang dalam atau batuk.
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada
Hal inilah yang menerangkan mengapa pasien
peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf
dengan abdomen akut biasanya berusaha untuk
tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa
tidak bergerak, bernapas dangkal dan menahan
nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat dengan
batuk.
pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh
Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungan-
pasien dengan menunjukkannya memakai jari.
nya dengan gejala lain memungkinkan kita dapat
Rangsangan dapat berupa rabaan, tekanan, peru-
lebih mendekati diagnosis kemungkinan.
bahan suhu, kimiawi atau proses peradangan.
Pergeseran antara organ viseral yang mera-
Lokalisasi Nyeri
dang dengan peritoneum parietal akan menim-
bulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Nyeri viseral yang timbul biasanya sesuai
Baik akibat peradangannya sendiri maupun dengan letak organ di dalam rongga perut dan
asal organ secara embriologi (Tabel 2).
T a b e l 2 . L o k a l i s a s i nyeri viseral
Lokasi nyeri
Tabel 3 .
Untuk penyakit tertentu radiasi atau men kontraksi ini terjadinya secara intermiten maka
jalarnya rasa nyeri dapat membantu menegak- nyeri dirasakan hilang timbul.
kan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke ping- Nyeri kolik biasanya disebabkan hambatan
gang dan ke arah skapula, nyeri pankreatitis pasase dari organ yang berongga. Obstruksi usus,
dinisakan menembus ke bagian pinggang. Gejala batu ureter, peningkatan tekanan intraluminer/
klasik apendisitis akut dimtilai di daerah epigas- fase awal dari gangguan vaskularisasi usus akan
trium yang kemudian menjalar ke daerah abdo- berupa nyeri bersifat kolik.
men kanan bawah. Nyeri pada bahu menunjuk-
kan adanya rangsangan pada diafragma. Onset dan intensitas Nyeri
Bagaimana mulai timbulnya serangan rasa
Sifat Rasa Nyeri nyeri dapat menggambarkan asal dari terjadinya
proses penyakit. Nyeri hebat dapat terjadi secara
Rasa nyeri yang timbul pada pasien dengan abdo-
tiba-tiba atau secara cepat menjadi hebat, dapat
men akut dapat berupa nyeri yang terus-menerus
pula secara bertahap rasa nyeri makin bertam-
atau nyeri yang bersifat kolik.
bah. Misalnya pada perforasi organ yang berongga,
jR.angsangan pada peritoneum parietale dapat rangsangan kimia akan dirasakan lebih cepat
disebabkan oleh kimiawi atau bakteri (reaksi infla- dibandingkan proses inflamasi. Demikian pula
ma!;i), nyeri yang timbul adalah nyeri somatik intensitas nyerinya.
dapat lokal dapat pula merata pada seluruh perut Seorang yang sehat tiba-tiba merasakan nyeri
tergantung luasnya rangsangan pada peritoneum. perut hebat dapat disebabkan oleh adanya sum-
Karena rangsangan tersebut berlangsung terus batan, perforasi atau puntiran. Untuk nyeri
pada peritoneum rasa nyeri dirasakan terus- yang secara bertahap bertambah intensitasnya
menerus. N y e r i yang bersifat kolik adalah nyeri disebabkan oleh proses inflamasi, misalnya pada
viseral akibat spasme otot polos viseral. Karena kolesistitis akut atau pankreatitis akut.
D I G E S T I V E 5 5
Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada Permintaan pemeriksaan laboratorium atau
peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas penunjang lainnya yang bermacam-macam tidak
juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui diperlukan pada pasien dengan abdomen akut.
pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. D i samping membuang waktu juga hasil yang
diperoleh kadang-kadang membingungkan dan
4. Auskultasi tidak dapat dipakai untuk menegakkan diag-
Pasien dengan peritonitis umum bising usus akan nosis. H a l ini lebih menunjukkan ketidak-
melemah atau menghilang sama sekali, sedang- mampuan menganalisis data klinis yang ada
kan pada peritonitis lokal bising usus dapat ter- dan berharap dengan pemeriksaan penunjang
dengar normal. yang berbagai macam dapat menegakkan diag-
matory disease (PID) pada tahap tertentu dapat a. tanda-tanda peritonitis lokal di perut
dilakukan pengobatan non bedah. kanan atas
jadi relatif.
A. Gejala klinis
6. Menentukan waktu tindakan pembedahan:
1. Subyektif:
lihat prosedur baku masing-masing penyakit.
a. nyeri perut akut di bagian perut kanan
7. Masalah pra-bedah
atas dapat bersifat kolik atau terus-
a. ventilasi
menerus
b. sirkulasi
b. nyeri menyebar ke punggung dan ke
c. analisa gas darah
arah skapula
d. dipasang C V P
c. mual/muntah
e. kateter urine
d. demam
f. antimikroba bersama dengan induksi anes-
2. Obyektif
tesi
a. sering pada wanita gemuk berusia di
g. analgetika
atas 40 tahun
8. Masalah selama pembedahan
b. suhu 3 8 - 3 8 , 5 C
Laparotomi eksplorasi, menentukan prose-
dur pembedahan sesuai dengan kelainan yang c. tanda-tanda peritonitis di perut kuadran
A. y\NAMNESIS
Pola nyeri perut Perbaikan
. KOLESISTEICrOMI
gejala klinik 8-12 minggu
PEMERIKSAAN FISIK
kemudian
Pemeriksaan perut kanan atas
- puasa
AKUT -IVFD
- Anti mikroba
- tidak ada perbaikan
setelah 2x24 jam
KOLESISTEKTOMI
- empyema AKUT
- peritonitis meluas/umum
B. l A B - lekositosis
- amilase
- tes faal hati
USG
I^KG
rOTO TORAKS
G a m b a r 1 . D i a g r a m p e n a t a l a k s a n a a n kolesistitis akut.
Batu Empedu
I
Sumbatan duktus sistikus
Nyeri
Radang
I .
I
Sumbatan tetap (90%)
Sumbatan hilang (90%)
I Radang edema
Fibrosis
Atrofi
i
Fungsi (-) Gangguan vaskularisasi
i
Iskemik, nekrosis, perforasi
G a m b a r 2 . P a t o g e n e s i s kolesistitis akut
C. Setiap peritonitis abdomen kanan atas sebe- c. tidak ada perbaikan setelah 2 x 24 jam,
lum diagnosis pasti ditegakkan segera dilaku- dilakukan tindakan kolesistektomi segera
kan tindakan dekompresi lambung dengan
pemasangan pipa lambung, pasien puasa, dipa- E. Kolesistektomi segera dapat dilakukan pada
sang infus untuk terapi cairan, anti mikroba kolesistitis akut bila dilakukan oleh ahli bedah
untuk kuman aerob dan anaerob. yang berpengalaman dalam bedah saluran
empedu. Monalitas tidak berbeda dengan cara
D. Penatalaksanaan kolesistitis akut non operatif
Cara non operatif
obat 2. Obyektif
a. tanda peritonitis lokal di perut kanan
gigitan binatang berbisa
atas atau seluruh abdomen
hiperkalsemia
b. warna kebiruan di pinggang kiri (tanda
idiopatik
Gray-Turner) atau sekitar pusar (tanda
Cullen)
PANKREATITIS AKUT
A. ANAMNESIS
- Pola nyeri perut Pert)aikan
- Alkoholisme Tidak operasi
gejala klinik
PliMERIKSAAN FISIK
Peritonitis
Tanda Cullen
Gray-Turner (C)
-puasa
- pipa lambung
PANKREATITIS AKUT >(D)
-IVFD - tidak ada perbaikan r Drenase
- Anti mikroba setelah 2x24 jam
Lavase peritoneal
B. LAB: - amilase darah/urine - peritonitis umum
- kreatinin daralVurine L ^ Nekrotomi/reseksi pankreas
USG
EKG
Foto polos abdomen
Foto toraks
G a m b a r 3 . D i a g r a m p e n a t a l a k s a n a a n pakreatitis
D I G E S T I V E 6 3
c. takikardi C T Scan:
d. tanda syok pada pankreatitis hemora- Bila memungkinkan akan dapat dilihat: Fleg-
gika mon, nekrosis, pseudokista atau pembentukan
e. suhu>38C abses di pankreas.
Toraks foto dan E K G :
B. Pemeriksan penunjang
Untuk menghilangkan kemimgkinan kelainan
Laboratorium:
paru dan jantung yang memberikan gejala
- H b / H t terjadi penurunan pada pan-
mirip pankreatitis akut.
kreatitis hemoragika
- amilase darah/urine C . Tindakan segera yang harus dilakukan ialah:
USG: - puasa
- edema pankreas - dekompresi lambung dengan pemasai^an
- pelebaran duktus dan pengisapan pipa lambung
- batu empedu - terapi cairan untuk perbaikan sirkulasi
Foto polos abdomen: - pemberian antikolinergik sulfas atropin
- C loop duodenum melebar
D . Bila gejala klinis membaik pasien tidak perlu
; - paralisis segmental (sentinel loop)
dilakukan tindakan pembedahan.
- spasme kolon (colon out off sign)
- bayangan radio-opak di daerah pan-
kreas
Kadar Amilase:
6000 H
C a i r a n peritoneal
Onset 1
membaik dapat diteruskan sampai 3 hari. untuk dekompresi dan pengisapan cairan lam-
Bila tidak ada perbaikan laparotomi harus bung, mencegah kontaminasi lebih lanjut
A. ANAMNESIS
- Riwayat gastritis
- Nyeri perut tiba-tiba
PEMERIKSAAN FISIK
. Tutup lubang saja
- Peritonitis (Board like) udara bebas I
PERFORASI
(C)
' LAMBUNG
I - Reseksi BI/BII
- puasa
PANKREATITIS AKUT - pipa lambung LAPAROTOMI
(D)
IVFD EKSPLORASI
-Tutup lubang +
"Omental patch
. PERFORASI
1 DUODENUM
dilakukan tindakan definitif untuk tukak pep- tindakan yang radikal. Akhir-akhir ini terdapat
tiknya: kecenderungan untuk lebih selektif dalam mela-
- Billroth I/Bilroth H kukan tindakan laparotomi pada trauma perut
dalam rongga peritoneum (trauma tumpul). gakkan diagnosis. Sering ditemukan kesulitan
T r m m a tembus disebabkan oleh luka tusuk atau dalam memperoleh anamnesis oleh karena pen-
luka tembak, sedangkan trauma tumpul oleh derita dalam keadaan syok, kesadaran yang menu-
akjbat pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, run atau gangguan emosi akibat trauma terse-
kompresi, atau sabuk pengaman (seat-belt). but. Mengetahui arah tusukan, senjata apa yang
Dari seluruh kasus trauma perut di R S C M , dipakai, atau bagaimana terjadinya kecelakaan
trauma tembus akibat luka tusuk menempati akan sangat membantu.
teripat teratas (65%) diikuti oleh trauma tum- P e m e r i k s a a n fisik: syok dan penurunan kesa-
pul. Trauma tembus akibat peluru hanya dida- daran mungkin akan memberikan kesulitan pada
patkan beberapa kasus saja. Berbeda dengan kasus pemeriksaan perut. Trauma penyerta kadang-
di luar negeri, trauma tembus akibat peluru kadang dapat menghilangkan gejala-gejala perut.
merupakan jenis trauma yang terbanyak, ini Adanya jejas pada dinding perut dapat meno-
da])at dimengerti karena di negara kita, orang long ke arah kemungkinan adanya trauma perut.
tidak bebas menggunakan senjata api. Pada luka tembak atau luka tusuk dengan isi
Lebih dari 50% trauma tumpul disebabkan perut yang keluar, tentunya tidak perlu diusaha-
oleh kecelakaan lalu-lintas, biasanya disertai dengan kan untuk memperoleh tanda-tanda rangsangan
trauma pada bagian tubuh lainnya. D i negara- peritoneum atau hilangnya bising usus. Pada
negara yang mengharuskan penggunaan sabuk keadaan ini laparotomi eksplorasi harus segera
pengaman pada kendaraan, dikenal trauma tum- dilakukan. Pada trauma tumpul perut, pemerik-
pul yang disebabkan oleh sabuk pengaman ini saan fisik sangat menentukan untuk tindakan
yang disebut seat-belt syndrome. selanjutnya. Pemeriksaan berulang oleh satu
Trauma tembus akibat peluru dibedakan orang pada kasus yang meragukan kadang-kadang
antara jenis Low-velocity dengan high velocity, diperlukan. Kesulitan diagnosis sering terjadi pada
yajig terakhir ini menimbulkan kerusakan yang trauma tumpul perut. Pada anamnesis diperoleh
lebih besar. Hampir selalu luka tembus akibat adanya benturan yang hebat pada perut, tetapi
peluru mengakibatkan kerusakan pada organ- pada pemeriksaan fisik tidak jelas adanya kelainan.
organ dalam perut. Bahkan luka peluru yang Pada keadaan lain tidak ada riwayat trauma pada
tar gensial tanpa memasuki rongga perut dapat perut, tetapi pada pemeriksaan fisik didapatkan
menimbulkan kerusakan organ-organ dalam tanda-tanda rangsangan peritoneum.
perut akibat efek ledakan.
Gejala pada trauma tumpul perut merupakan
akibat kehilangan darah, memar atau kerusakan
Diagnosis pada organ-organ, atau iritasi cairan usus.
A n a m n e s i s : Sebaiknya diperoleh selengkap mung- Adanya darah atau cairan usus dalam rongga
kin, karena akan banyak menolong dalam mene- peritoneum akan memberikan tanda-tanda rang-
D I G E S T I V E 6 7
sangan peritoneum berupa nyeri tekan, nyeri Jika kadar serum amilase 100 unit dalam 100
ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) din- ml cairan intra abdomen, kemungkinan besar
ding perut. Kekakuan dinding perut dapat terjadi trauma pada pankreas.
pula diakibatkan oleh hematoma pada dinding Pemeriksaan radiologik: Bila indikasi untuk
perut. Adanya darah dalam rongga perut dapat melakukan laparotomi sudah ditentukan tidak
ditentukan dengan shifting dullness, sedangkan perlu lagi dilakukan pemeriksaan radiologik,
udara bebas ditentukan dengan pekak hati yang lebih-lebih pada penderita dalam keadaan syok.
beranjak atau menghilang. Bising usus biasanya Pemeriksaan radiologik hanya akan memper-
melemah atau hilang sama sekali. Bising usus buruk keadaan penderita bahkan dapat berakhir
yang normal belum berarti bahwa tidak ada dengan kematian di atas meja rontgen.
apa-apa dalam rongga perut. Trauma perut
Pemeriksaan radiologik yang dilakukan ialah
disertai rangsangan peritoneum dapat membe-
foto polos perut, sebaiknya pada posisi tegak
rikan gejala berupa rasa nyer' pada daerah bahu
dan miring ke kiri. I V P atau sistogram hanya
terutama yang sebelah kiri. Gejala ini dike-
dibuat bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
nal sebagai referred pain atau tanda dari K E H R
kencing. Yang diperhatikan pada foto polos perut
yang dapat membantu menegakkan diagno-
ialah: keadaan tulang vertebrata dan pelvis; ada-
sis.
nya benda asing; bayangan otot psoas; dan udara
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan: peme- bebas intraperitoneal atau retroperitoneal.
riksaan rektum, adanya darah menunjukkan Parasentesis perut: Tindakan ini dilakukan
kelainan pada usus besar: kuldosentesis, kemung- pada trauma tumpul perut yang diragukan ada-
kinan adanya darah dalam lambung; dan kate- nya kelainan dalam rongga perut atau trauma
terisasi, adanya darah menunjukkan lesi pada tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala
saluran kencing. yang berat. Secara teoritis tindakan ini dapat
Pemeriksaan laboratorium yang bernilai ada- mengenai usus, tetapi pada percobaan-percobaan
lah pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, leuko- hal ini hampir tidak pernah terjadi, kecuali bila
sit dan analisis urin. Pada perdarahan, hemoglo- ada perlekatan usus pada peritoneum.
bin dan hematokrit menurun disertai leukosito- Parasentesis perut dilakukan dengan mem-
sis. Dalam keadaan yang diragukan, pemeriksaan pergunakan jarum pungsi no. 18 atau 20 yang
berulang hemoglobin,- hematokrit yang terus- ditusukkan melalui dinding perut di daerah kwa-
menerus dengan jumlah leukosit yang terus me- dran bawah atau di garis tengah di bawah pusar
ningkat menunjukkan adanya perdarahan. Sel dengan mengosongkan buli-buli terlebih dahulu.
darah merah yang banyak dalam sedimen urin Dilakukan aspirasi, bila diperoleh cairan darah,
menunjukkan adanya trauma pada saluran empedu, cairan usus atau udara, menunjukkan
kencing. adanya lesi di dalam rongga perut.
6 8 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
Lavase peritoneal: Berbeda dengan abdomi- atau tendangan. Tekanan yang tiba-tiba meng-
nal parasentesis yang hanya berupa pungsi dan akibatkan kerusakan terutama pada organ yang
aspirasi, lavase peritoneal adalah melakukan padat. Robekan pada organ yang berongga dapat
biliisan r o n ^ a perut dengan memasukkan cairan pula diakibatkan oleh tekanan intraluminer yang
gar am fisiologis melalui kanula yang dimasuk- tiba-tiba meninggi. Organ yang rusak yang ber-
kan ke dalam r o n ^ a peritoneum. Bila pada peng- lawanan dengan arah trauma, terutama pada
isajjan tidak keluar darah atau cairan, dimasuk- trauma dari samping disebut counter coup. Yang
kan cairan garam fisiologis sampai 1000 m l yang rusak selalu permukaan lateral. Organ padat
kemudian dikeluarkan kembaU. Hasil dikata- seperti hati dan limpa merupakan organ yang
kan positif bila: cairan yang keluar berwarna tersering mengalami kerusakan pada traimia ttmi-
kemerahan, adanya empedu, ditemukaimya bak- pul perut.
teria atau sel darah lebih dari 100.000/mm', sel
darah putih lebih dari 500 / m m \ amilase lebih
Penatalaksanaan
daii 100 u/100 ml.
Dalam penatalaksanaan trauma perut, hal-hal
umum yang perlu mendapat perhatian adalah
Akibat T r a u m a Terhadap Organ syok dan gangguan jalan napas. Syok yang
dalam Perut terjadi biasanya disebabkan oleh perdarahan.
Pada trauma tumpul perut yang disertai traimia
Pada luka tusuk, kerusakan organ adalah akibat
pada bagian tubuh lain terutama kepala, sering
langsung dari alat penusuk. Kenisakan dapat
terjadi gangguan jalan napas.
bempa perdarahan bila mengenai pernbuluh
Pemasangan pipa lambung selain untuk diag-
darah atau organ yang padat. Bila mengenai organ
nostik, juga untuk pengosongan isi lambung
yang berongga, isinya akan keluar ke dalam
yang dapat mencegah terjadinya aspirasi bila pen-
rongga perut dan menimbulkan iritasi pada peri-
derita muntah-muntah. Kateter dipasang untuk
toneum.
mengosongkan kandimg kencing dan menilai
Pada luka tembak, akan timbul kerusakan urin yang keluar (perdarahan).
pada organ yang dilalui peluru. Organ padat Ketepatan dalam diagnosis dan pengobatan
aksin mengalami kerusakan yang lebih luas akibat penting untuk memperoleh keberhasilan pada
energi yang ditimbulkan oleh peluru tipe high penatalaksanaan trauma perut.
velocity.
L u k a tusuk: Karena tingginya frekuensi lapa-
Kerusakan yang timbul pada trauma tumpul rotomi negatif pada tindakan laparotomi rutin,
perut dapat disebabkan oleh terjepitnya organ di sekarang orang cenderung untuk lebih selektif
antara benturan dengan tulang belakang, ter- dalam memutuskan tindakan laparotomi pada
utama pada traimia di garis tengah akibat pukulan luka tusuk perut.
D I G E S T I V E 6 9
Tindakan laparotomi hanya dilakukan bila: neal seperti: adanya tanda-tanda rangsangan peri-
ada tanda-tanda rangsangan peritoneal; ada syok; toneal; adanya cairan bebas dalam rongga perut;
bising usus tak terdengar; ada prolaps visera mela- adanya udara bebas dalam rongga perut; dan
lui luka tusuk; adanya darah dalam lambung, adanya darah dalam lambung, buli-buli, rektum,
buli-buli, rektum; ada udara bebas intraperito- segera dilakukan tindakan laparotomi.
neal; dan lavase peritoneal memberikan hasil Penderita dengan riwayat trauma perut atau
positif. Selain dari itu penderita diobservasi adanya jejas pada dinding perut tanpa jelas ada-
selama 24-48 jam. nya tanda-tanda kerusakan organ-organ intrape-
Bagian Ilmu Bedah F K U I / R S C M memakai ritoneal, sebaiknya diobservasi selama 24-48 jam.
cara penentukan terlebih dahulu apakah luka Trauma pada bagian tubuh lain, terutama
tusuk itu menembus peritoneum dengan cara kepala, sering menghilangkan/menutupi gejala-
mengeksplorasi luka tusuk. L u k a tusuk yang gejala iritasi pada peritoneum. Pada penderita
menembus peritoneum dilanjutkan dengan tin- ini sebaiknya dilakukan tindakan lavase perito-
dakan laparotomi. neal untuk menegakkan diagnosis. Pada trauma
L u k a tembak: Berbeda dengan luka tusuk perut dengan kecurigaan besar kemungkinan ada-
perut yang belum tentu mengenai alat dalam nya kerusakan organ dalam perut, juga sebaik-
perut, luka tembak hampir selalu menimbulkan nya dilakukan lavase peritoneal. Bila diperoleh
kerusakan pada alat dalam perut. Dianjurkan hasil positif, dilanjutkan dengan laparotomi.
pada luka tembak perut agar dilakukan laparo- Tindakan laparotomi bertujuan untuk menge-
tomi. tahui organ apa yang mengalami kerusakan. Bila
Traimia tumpul: Trauma tumpul perut dengan ada perdarahan, tindakan pertama adalah meng-
tanda-tanda jelas adanya kerusakan intraperito- hentikan perdarahan. Pengangkatan limpa pada
ANAMNESIS
Pemeriksaan PERITONITIS (-) - OBSERVASI L
A
P
-trauma ganda
infus A
Trauma - kesadaran menurun
CVP bila syok R
tumpul - kehilangan darah LAVASE
pipa lambung 0
abdomen yang tidak dapat
kateter urin T
diterangkan
0
M
Laboratorium
PERITONITIS I
Dx imajing
G a m b a r 6 .
7 0 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
kemsakan limpa, penjahitan luka atau reseksi Pada pemeriksaan rektal/colok dubur
sebagian pada kerusakan hati. Kerusakan pada dijumpai ampula rekti kolaps pada obs-
organ yang berongga berkisar dari penutupan truksi rendah atau ampula rekti yang
sederhana sampai reseksi sebagian. kembung karena paralisis. Pada wanita tua
jangan lupa untuk memeriksa daerah ingui-
Pasien datang dengan keluhan perut kem- batan. Pelebaran usus dengan tanda-tanda air
bung, muntah, tidak bisa flatus dan buang fluid level dan bagian distal kolon tidak terisi
air besar. Adanya riwayat laparotomi sebe- udara menunjukkan adanya sumbatan.
atau anemia dipikirkan kemungkinan sum- urin atau tekanan vena sentral ( C V P ) dipa-
obat-obatan atau penyakit ginjal kronis. Pemasangan pipa lambung sangat mem-
bantu mengurangi tekanan intra-abdominal
2. Obyektif
yang menekan diafragma, sehingga men^anggu
Abdomen membuncit, adanya gambaran
pernapasan. Pipa lambung juga mencegah
usus atau gerakan peristaltik pada dinding
muntah sehingga tidak terjadi aspirasi.
usus. Bising usus yang meninggi sampai
metalic sound atau bising usus yang nega- D. Paralisis usus bukan kasus bedah, harus dicari
tif. penyebabnya dan pengobatan ditujukan pada
D I G E S T I V E 7 1
penyebabnya. Puasa, pemasangan pipa lam- E. Bila jelas disebabkan oleh obstntksi penanganan
bung dan pemberian cairan parenteral dapat selanjutnya adalah dengan tindakan laparo-
mengatasi masalah akibat paralisis sampai usus tomi untuk menghilangkan penyebab sum-
dapat berfungsi kembali. Pemberian obat- batan atau melakukan tindakan by pass bila
obatan yang merangsang peristaltik tidak dian- tidak mungkin untuk diangkat penyebabnya.
jurkan.
A. ANAMNESIS
- Perut kembung/muntah
- Buang air besar/Hatus (-
PEMERIKSAAN FISIK
D. Paralisis-> Non bedah
- Bising usus t/{-)
Can penyebab
RT: ampula kolapsAembung
i -puasa
- pipa lambung
ILEUS -infus
- kateter
A. Laboratorium mtin
E. Obstruksi-> Laparotomi
Analisis gas darah
Foto polos penit tiga posisi
G a m b a r 7 . D i a g r a m p e n a t a l a k s a n a a n gangguan p a s a s e u s u s
K E P U S T A K A A N
1. Baker R.J.: Acute abdominal pain, in Manual
of surgical therapeutics. Little, Brown C o .
Condon R.e., Nyhus, L.M. (editor).
2. Bofy J . H . : Acute abdomen, in Current
surgical diagnosis & treatment. 8th ed. Way
LW (editor), Lange.
3. Norton, L.W., Eiseman B.: Surgical decision
making, 2nd ed. W.B. Saunders.
4. Stean E.E.: Clinical thinking in Surgery. 1 st
ed. Lange.
7 2 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
PiERDARAHAIM S A L U R A N CERNA
Ibrahim Ahmadsyah
Pasien dengan muntah darah dan atau buang air Kemungkinan-kemungkinan yang akan diha-
besar berdarah tidak jarang dijumpai dalam prak- dapi pada pasien dengan perdarahan:
tek dokter sehari-hari. Perdarahan saluran cerna 1. Pasien dengan tanda-tanda syok berat, pucat,
dengan berbagai derajat penyakit dapat berasal gangguan kesadaran, disorientasi, vasokon-
daii saluran cerna bagian atas atau saluran cerna striksi perifer, anuria. Keadaan ini terjadi
bagian bawah. pada pasien yang kehilangan lebih dari 50%
Gambaran klinis pasien dengan perdarahan volume darah.
saluran cerna tergantung dari berapa banyak 2. Pasien dengan tanda-tanda hipotensi, taki-
kehilangan darah dan kecepatan berdarahnya. kardia, vasokonstriksi perifer, oliguria dite-
Bik berdarah perlahan-lahan dan kronis mung- mukan pada kehilangan 30-50% volume
kin akan ditemukan pasien anemia tanpa gang- darah.
gusn sirkulasi. Tetapi bila perdarahan tadi masih 3. Hemodinamik masih stabil akan tetapi mulai
dan berlangsung cepat mungkin yang kita hadapi ditemukan tanda-tanda kompensasi dari tubuh
adalah pasien dengan tanda-tanda gangguan sir- berupa takikardi dan takipneu. Kehilangan
kulasi hipovolemi karena kehilangan darah. 15-30% volume darah.
Perdarahan saluran cerna merupakan masa- 4. Pasien dengan hemodinamik yang stabil tanpa
lah klinis yang kompleks dan akut, di mana ditun- adanya tanda-tanda hipovolemi.
tut kemampuan diagnostik dan penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tergantung dari kon-
yang baik agar tidak berakhir dengan kematian.
disi tersebut di atas, mengganti volume darah
Dua hal penting dalam penatalaksanaan per-
yang hilang dengan pemberian cairan intravena
darahan saluran cerna yaitu mengatasi dengan
adalah usaha yang harus segera dilakukan. Cairan
seg(;ra gangguan sirkulasi akibat perdarahan dan
diberikan sampai kondisi pasien stabil, normo-
identifikasi serta mengobati penyebabnya.
volemik dan dilakukan stabilisasi sambil mela-
kukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk mencari
P E N A T A L A K S A N A A N
penyebab, lokasi perdarahan dan upaya untuk
G A N G G U A N S I R K U L A S I menghentikan perdarahan.
Kehilangan banyak volume darah dapat meng- Segera setelah pasien ditentukan adanya per-
ancam nyawa pasien. Tindakan segera meng- darahan disertai dengan gangguan sirkulasi, dila-
atasi gangguan hipovolemi sangat menentukan kukan pemasangan infus dengan memakai jarum
keberhasilan pengobatan. ukuran besar untuk memudahkan pemberian
D I G E S T I V E 7 3
darah, contoh darah diambil untuk pemeriksaan harus diperhitungkan darah yang masih ber-
golongan darah, hemoglobin dan hematokrit. ada di dalam saluran cerna.
Kateter urin dipasang untuk pemantauan. Cairan Warna darah yang keluar juga akan mem-
kristaloid diberikan dengan tetesan cepat untuk bantu menentukan kecepatan perdarahan.
mengisi volume darah yang hilang. Darah segar di dalam usus mempunyai sifat
Kecepatan perdarahan yang terjadi perlu diten- merangsang peristaltik. Pasien dengan hema-
tukan, karena pada perdarahan yang berlang- temesis disertai darah yang keluar dari anus
sung cepat yang tampak adanya kesulitan dalam atau melena yang cair menunjukkan perda-
upaya untuk memperbaiki sirkulasi, diperlukan rahan yang aktif berlangsung. Sedangkan
tindakan pembedahan segera untuk menghen- melena yang terjadi dengan massa feses yang
tikan perdarahan. Perdarahan yang berlangsung padat berarti perdarahan lambat sekali karena
perlahan-lahan memimgkinkan mempimyai waktu sempat terjadi pelepasan Fe akibat lisis eri-
banyak untuk menstabilkan pasien, pemerik- trosit yang bersifat memperlambat gerakan
saan lengkap, mencari penyebab perdarahan dan usus.
upaya menghentikan perdarahan. 3. Menilai j u m l a h cairan atau darah yang
Dalam menentukan kecepatan dan derajat harus diberikan.
beratnya perdarahan dapat dilakukan dengan Pasien yang telah teratasi syoknya dengan
tiga cara, yaitu: pemberian cairan kemudian timbul syok kem-
1. Menilai keadaan klinis pasien bali waktu stabilisasi menunjukkan perda-
Pasien dengan riwayat perdarahan yang baru rahan aktif kembali. Ketidak-berhasilan meng-
terjadi dengan gambaran klinis syok berat atasi gangguan sirkulasi dapat diartikan bahwa
menunjukkan telah terjadi perdarahan masif. kecepatan berdarah tidak terkejar dengan
Riwayat perdarahan yang sudah lama tanpa pemberian cairan per infus. Dalam hal pem-
ditemukan gangguan sirkulasi yang berarti, berian darah, penilaian serial H b dan H t
perdarahan yang terjadi berlangsung lambat. dapat dipakai untuk menilai kecepatan per-
Bila keadaan klinis tampak normal mungkin darahan. Bila H b dan H t naik berarti per-
perdarahan hanya sedikit dan sudah ber- darahan yang terjadi lambat atau telah ber-
henti. henti. Bila H b / H t tidak berubah menun-
2. Mengukur banyaknya darah yang keluar jukkan bahwa kecepatan berdarah sama
Perdarahan berlangsung cepat bila jumlah dengan kecepatan transfusi darah sedang-
darah yang keluar baik melalui mulut mau- kan bila setelah transfusi darah H b / H t justru
pun anus berjumlah besar dan kesannya darah menurun berarti kecepatan berdarah tidak
segar. Harus diingat bahwa apa yang keluar terkejar dengan transfusi darah. Dalam kea-
belum mencerminkan jumlah sebenarnya. daan penilaian perdarahan masif yang masih
7 4 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
Diagnosis pasti dengan gastroskopi ditemu- hematoschezia sangat mungkin sumber perda-
kan adanya tukak yang dangkal. Perdarahan rahan terdapat di ileum atau sekum yang berasal
dapat berhenti spontan. Tindakan pembedahan dari tukak demam tifoid.
tidak diperlukan.
Divertikulosis
Tukak peptik
Pasien usia lanjut dengan riwayat hematosche-
Tukak peptik dapat ditemukan baik pada lam-
zia tanpa rasa nyeri di perut biasanya disebabkan
bung maupun duodeni. Penyebab perdarahan
oleh divertikel kolon yang berdarah. Pemerik-
masif ialah adanya erosi pada pembuluh darah
saan barium-enema dapat memastikan diagnosis.
arteri. Pasien ada riwayat gastritis kronis, mung-
kin telah mendapat terapi; Kepastian diagnosis Neoplasma kolon dan rektum
ditegakkan dengan endoskopi. Kegagalan pada
Jarang terjadi perdarahan yang masif. Adanya
terapi nonoperatif harus dilakukan tindakan pem-
riwayat buang air besar berlendir, nyeri abdo-
bedahan untuk menghentikan perdarahan.
men, berat badan yang menurun tanpa sebab
Karsinoma lambung yang jelas, mungkin disebabkan oleh karsinoma
kolon dan rektum. Pada anak-anak harus dipi-
Riwayat gastritis lama pada pasien usia lanjut.
kirkan kemungkinan adanya polip.
Adanya massa di abdomen bagian atas, dicurigai
kemungkinan adanya neoplasma ganas. Kepas-
Hemoroid
tian diagnosis dengan endoskopi dan biopsi untuk
pemeriksaan patologi anatomi. Buang air besar dengan perdarahan berupa darah
segar yang tidak bercampur dengan feses, disertai
Varises esofagus riwayat hemoroid. Bila pada pemeriksaan rek-
Pasien dengan riwayat penyakit hati, adanya tum tidak jelas dijumpai kelainan perdarahan
tanda-tanda sirosis hepatis hampir dapat dipas- disebabkan oleh hemoroid yang pecah, pasien
tikan penyebab perdarahan adalah varises eso- dengan hematoschezia harus dilakukan peme-
fagus yang pecah. riksaan anuskopi, sigmoidoskopi atau kolonos-
Pemasangan pipa Sengstaken-Blakemore (SB) kopi untuk kepastian diagnosis.
sangat bermanfaat untuk menghentikan perda-
rahan sekaligus konfirmasi sumber perdarahan
I. T R I A S E ?
berasal dari varises esofagus yang pecah.
Seperti juga pada perdarahan varises esofagus,
Demam tifoid dengan penyulit perdarahian maka tindakan pertama kita adalah resusitasi
Pasien dengan riwayat demam yang lama, ada sampai keadaan pasien stabil (lihat Varises Eso-
tanda-tanda klinis demam tifoid bila terjadi fagus).
7 6 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
VARISES
SB TUBE
ESOFAGUS
>MATEMESIS BIDOSKOPI
PROGRAM TH/
MELENA
ANAMNESIS
l>EM. FISIK
UMN-UIN NGT
ieOROID{-) NGT
GOLDARAH
TEST MRiUt \^ KOLONOSKOPI
HIEMOSTASIS ffllttTO- RT ^ ^ ^ - ) - ^ ARTERIOGRAFI
SCHEZIA
ANUSKOPI
HEMOROID ( 4 ) TH/
II. D I A G N O S I S ?
Kal l u jumlahnya banyak maka pasien setiap saat d. tumor kolon;
dap It jatuh dalam syok karena selain yang dimim- e. divertikel kolon;
tahkan/diberakkan masih harus diperhitungkan f. polip kolon;
jumlah darah yang terdapat dalam gaster dan g. hemorhoid;
usus. Perdarahan saluran cerna dapat berupa: h. fisura anus;
1. Perdarahan saluran cerna atas ' i. amoebiasis;
a. varises esofagus;
A. ANAMNESA
b. ulkus peptikum;
Perdarahan saluran cerna dapat berupa:
c. tumor gaster/duodenum;
1. Hematemesis
d. divertikel duodenum;
a. darah segar (berasal dari varises/gaster
2. Perdarahan saluran cerna bawah
dalam jumlah yang banyak);
a. divertikel meckel; b. warna hitam (berasal dari gaster/varises
b. perdarahan tifoid; yang jumlahnya sedikit, darah sudah dicer-
c. invaginasi; na);
D I G E S T I V E 7 7
c. riwayat sukar menelan (tumor esofa- sarung tangan ada darah/lendir atau
gus); tidak
2 . Melena
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. warna hitam berarti sudah dicerna (ber-
Pada pemeriksaan H b , H t dan lekosit akan ter-
asal dari saluran cerna atas);
jadi perubahan bila terjadi perdarahan. Pada per-
3. Warna segar
darahan tifoid dapat terjadi lekopeni.
a. berasal dari saluran cerna bagian bawah;
b. berasal dari atas tetapi pasase yang cepat D. USG
c. berupa garis di luar feses, berarti berasal a. pada perdarahan varises dapat dilihat
e. menetes, berarti berasal dari fisura anus/ - vena porta/vena henalis yang mem-
hemorhoid; besar
VIII. M A S A L A H I N T R A B E D A H ?
IV. K O N T R A I N D I K A S I ?
Ahli bedah harus inampu melakukan:
T i d i k ada kontraindikasi bedah meskipun ada
1 . Saluran cerna bagian atas lihat:
kelainan pada enam organ vital.
a. varises esofagus
b. tukak peptik
V. J E N I S T I N D A K A N ?
c. obstruksi, dan
1. Pada perdarahan saluran cerna bagian atas d. mampu melakukan total gastrektomi
selalu dipasang S-B tube sebagai saran diag- pada perdarahan difus gastritis
nostik dan terapi (lihat varises esofagus). 2. Saluran cerna bagian bawah:
D I G E S T I V E 7 9
PERFORASI TIFOID
Di atas 4 pasien bisa mati dan harus dima- dan sakit hilang-timbul, suka makanan
dan wanita tua dan lemah. Perdarahan ter- Pada colok dubur dan anoskopi dapat dite-
defekasi yang disertai adanya massa ben- - Pada anuskopi dapat dilihat lokasi fi-
jolan yang keluar berwarna merah. sura ani
8 2 K U M P U L A N K U L I A H I L M U B E D A H
Ikterus
Ikterus berarti gejala kuning karena bilirubin kekurang-mampuan sel hati untuk melakukan
yang berlebihan di dalam darah dan jaringan. konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks
Keadaan ini dapat disebabkan oleh kelainan yang bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam
terdapat di luar atau di dalam hati. darah karena adanya hambatan aliran empedu
Diagnosis banding penyebab terjadinya ikte- menyebabkan tingginya kadar bilirubin di'dalam
rus tergantung kepada hasil metabolisme pig- darah. Keadaan ini disebut hiperbilirubinemia
dengan manifestasi klinis berupa ikterus.
men empedu.
Bilirubin ini dikombinasikan dengan albumin nya ikterus, warna urin dan feses, rasa gatal,
membentuk kompleks protein-pigmen dan keluhan saluran cerna, nyeri perut, nafsu makan
ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bili- berkurang, pekerjaan, adanya kontak dengan
rubin ini sebagai bilirubin yang belum dikon- pasien ikterus lain, alkoholisme, riwayat trans-
jugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo fusi, obat-obatan, suntikan atau tindakan pem-
dari Van den Berg, tidak larut dalam air dan bedahan.
hemoglobin
i
heme + Fe + globin
biliverdin
I
empedu
urobilinogen
urobilin
4.
D i a g r a m m e t a b o l i s m e bilirubin
anemia hemolitik. Kandung empedu yang mem- menunjukkan adanya tanda-tanda kolangitis
besiu: menimjukkan adanya sumbatan pada saluran pada pasien ikterus.
empedu bagian distal yang lebih sering disebab- Pemeriksaan faal hati dapat menentukan apa-
kan oleh tumor (dikenal dengan hukum Cour- kah ikterus yang timbul disebabkan oleh gang-
voisier). guan pada sel-sel hati atau disebabkan adanya
hambatan pada saluran empedu. Bilirubin direk
meningkat lebih tinggi dari bilirubin indirek
Pemeriksaan laboratorium
lebih mungkin disebabkan oleh sumbatan saluran
Hemoglobin yan^ rendah disertai dengan reti- empedu dibanding bila bilirubin indirek yang
kulosit yang meninggi sering ditemui pada ane- jelas meningkat. Pada keadaan normal bilirubin
mia hemolitik. Hitung lekosit yang meninggi tidak dijumpai di dalam urin. Bilirubin indirek
D I G E S T I V E 8 5
tidak dapat diekskresikan melalui ginjal sedang- riksaan sonografi pada sistem hepatobilier untuk
kan bilirubin yang telah dikonjugasikan dapat mendeteksi batu empedu, pembesaran kandung
keluar melalui urin. Karena itu adanya biliru- empedu, pelebaran saluran empedu dan massa
binuri lebih mungkin disebabkan akibat ham- tumor tinggi sekali. Tidak ditemukannya tanda-
batan aliran empedu daripada kerusakan sel-sel tanda pelebaran saluran empedu dapat diper-
hati. Pemeriksaan feses yang menunjukkan ada- kirakan penyebab ikterus bukan oleh sumbatan
nya perubahan warna feses menjadi akohs menun- saluran empedu, sedangkan pelebaran saluran
jukkan terhambatnya aliran empedu masuk ke empedu memperkuat diagnosis ikterus obstruk-
dalam saluran usus (pigmen tidak dapat men- tif.
capai usus).
Keuntungan lain yang diperoleh pada peng-
Pemeriksaan terhadap enzim S G P T / G O T dan gunaan sonografi ialah sekaligus kita dapat meni-
enzim-enzim lainnya membantu menentukan lai kelainan organ yang berdekatan dengan sis-
ikterus akibat gangguan parenkhim hati sedang- tem hepatobilier antara lain pankreas dan ginjal.
kan alkali fosfatase akan meninggi pada ikterus Aman dan tidak invasif merupakan keuntimgan
obstruktif. lain dari sonografi.
Adanya sumbatan di saluran empedu bagian Penyebab hemolisis antara lain ialah sfero-
discal, gambaran saluran proksimalnya dapat divi- sitosis herediter, defisiensi piruvat-kinase, penya-
sualisasikan dengan pemeriksaan Percutaneus kit sickle cell, anemia hemolitik yang didapat
Transhepatic Cholangiography (PTC). Pemerik- (transfusi darah) dan pada malaria tropika.
saan ini dilakukan dengan penyuntikan kontras
melalui jarum yang ditusukkan ke arah hilus hati Kelainan Hati
daii sisi kanan pasien. Kontras disuntikkan bila Ikterus akibat kelainan hati disebut juga ikterus
ujung jarum sudah diyakini berada di dalam hepatik. Terjadi peningkatan bilirubin di dalam
saluran empedu. Computed Tomography ( C T ) darah akibat terganggunya faal hati. Kelainan
adalah pemeriksaan radiologi yang dapat mem- hati tersebut antara lain:
peilihatkan serial irian-irisan hati. Adanya ke- 1. Sindrom Dubin-Johnson atau Sindrom Rotor
lainan hati dapat diperiihatkan lokasinya yang
2. Kolestasis akibat rangsangan hormon misal-
tepat.
nya obat kontraseptif, kehamilan.
Untuk diagnosis kelainan primer dari hati 3. Hepatitis (virus hepatitis A , B, C , dan lep-
dan kepastian adanya keganasan dilakukan biopsi tospirosis)
janim untuk pemeriksaan histopatologi. Biopsi 4. Sirosis
jarum tidak dianjurkan bila ada tanda-tanda obs-
5. Akibat obat-obatan
truksi saluran empedu karena dapat menimbul-
6. Sclerosing cholangitis
kan penyulit kebocoran saluran empedu.
7. Septisemia
batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya umuk kan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misal-
menghilangkan sumbatan dengan tindakan endos- nya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T
ko]3i, baik melalui papila vater atau dengan lapa- pada duktus koledokus, atau kolesistostomi.
roskopi. Drenase interna dapat dilakukan dengan mem-
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin buat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini
dilakukan untuk menghilangkan penyebab sum- dapat berupa kolesisto-jejunostomi, koledo-
batan, dilakukan tindakan drenase yang bertu- koduodenostomi, koledoko-jejunostomi atau
juan agar empedu yang terhambat dapat dialir- hepatiko-jejunostomi,.
t sumbatan
I
I
I
i
pemeriksaan
duktus melebar operasi
faal hati
K E i P U S T A K A A N
1. Sabiston D C , Davis-Christopher Textbook
of Surgery, 11 ed., W . B . Saunders C o . ,
London.
2. Schwarts S.L, Principles of Surgery, 5 ed.,
McGraw-Hill C o . , N e w Y o r k .