Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi setiap

manusia, terlebih lagi kita bergerak dibidang pendidikan. Bahkan dapat

dikatakan bahwa pendidikan telah dialami oleh semua manusia dari semua

golongan. Pendidikan sangatlah penting dan diperlukan oleh semua orang.

Tanpa adanya pendidikan manusia akan kebingungan, tidak memiliki

moral, dan menjadi bodoh. Melalui pendidikan, seseorang akan mendapat

ilmu pengetahuan, bakat, watak, kemampuan, dan menjadi berkualitas,

serta jauh dari kebodohan. Karena itu, begitu pentingnya bagi setiap

manusia untuk melakukan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara

dalam Dedy Mulyasana (2011: 3) pendidikan umumnya berarti daya

upaya untuk memajukan budi pekerti (karekter, kekuatan batin), pikiran

(intellect), dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakat.


Pendidikan merupakan ujung tombak peningkatan sumber daya

manusia yang berkualitas. Dimana pendidikan mampu mengubah pola

pikir dan pengetahuan manusia semakin berkembang sehingga ilmu

pengetahuan dan teknologi semkin maju. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang semakin maju menuntut siswa melakukan proses

penyesuaian diri. Karena itu, salah satu kunci sukses dalam menjalankan

tugas hidup di lingkungan bermasyarakat dan berbangsa adalah

kemampuan dan keberanian dalam melakukan penyesuaian diri dengan

tuntutan perubahan dengan sesuatu yang baru, serta mampu berpikir

1
kreatif dan mampu memecahkan masalah.Untuk menghadapi tantangan

tersebut diperlukan keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis,

sistematis, logis, dan kemauan kerja sama yang efektif. Cara berpikir

seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika.


Hal ini sangat dimungkinkan karena matematika mempunyai struktur

dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara satu dan yang lainnya serta

berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan

salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam

pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

banyak dibanding pelajaran yang lain. Matematika diajarkan bukan hanya

untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di dalam

matematika itu sendiri, tetapi matematika diajarkan pada dasarnya

bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat

memecahkan masalah dengan kritis,kreatif, logis dan tepat. Oleh sebab itu

pembelajaran matematika bagi seluruh siswa perlu ditingkatkan.


Kenyataannya matematika masih merupakan pembelajaran yang

sulit dipelajari oleh siswa bahkan merupakan pelajaran yang sulit, dan

membosankan bagi sebagian besar siswa. Resffendi dalam Bernadus Bin

Frans Resi (2017: 5), memengemukakan bahwa matematika (ilmu pasti)

bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak

disenagi, atau bahkan paling dibenci.


Kebanyakan siswa tidak suka belajar matematika, karena mereka

memandang matematika sebagai mata pelajaran yang sangat sulit.

Penyebab dari kesulitan belajar siswa berasal dari faktor guru dan siswa

itu sendiri. Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi

2
belajar digolongkan menjadi dua, yaitu: a) Faktor yang ada pada diri

individu yang sedang belajar (intern), b) Faktor yang ada di luar individu

(ekstern). Faktor belajar yang muncul dari siswa berasal dari rasa takut,

bosan, tidak menarik, kurangnya sumber belajar, dan kurangnya

pengetahuan awal tentang matematika. Sedangkan salah satu faktor

kesulitan belajar siswa yang muncul dari guru adalah cara mengajar masih

monoton dan masih menggunakan pembelajaran secara konvesional yaitu

metode ceramah dimana pembelajaran ini hanya terfokus pada guru. Siswa

hanya menerima materi sebatas yang disampaikan oleh guru sehingga

siswa cenderung pasif dan keaktifan siswa kurang diperhatikan. Hal inilah

yang menyebabkan rendahnya kreativitas siswa dalam belajar matematika

karena mereka tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi

yang ada pada diri mereka.


Pendidikan pembelajaran matematika di Indonesia kebanyakan

hanya ditekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar

terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi

termasuk berpikir kreatif seperti kemampuan siswa untuk menemukan

ide-ide baru, memecahkan masalah, dan kreativitas siswa dalam bertanya

jarang dilatih. Oleh karena itu tidak heran bila dalam suatu proses

pembelajaran tidak ditemukan seorang pun siswa yang mampu

mengemukakan ide-ide baru.


Hal ini disebabkan karena siswa hanya pasif mengikuti pembelajaran,

mereka tidak dilatih untuk mengembangkan daya pikir mereka untuk

menjadi aktif dan inovatif. Disamping itu bila siswa dihadapkan pada

3
suatu masalah, siswa tidak mampu memecahkan masalah tersebut dengan

kritis, logis, dan tepat sehingga prestasi belajarnya pun juga rendah. Untuk

mengatasi kondisi seperti ini, minimal mengurangi kelemahan-kelemahan

dalam pembelajaran matematika disekolah maka perlu dilakukan upaya

perbaikan untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar.


Hasil observasi dan wawancara peneliti di SMAN 1 Labuhan Haji

pada hari Rabu 15 Maret 2017, diketahui pada saat pembelajaran

berlangsung kreativitas siswa dalam belajar matematika masih kurang.

Terlihat bahwa pada saat pelaksanaan pembelajaran matematika, aktivitas

yang dilakukan masih didominasi oleh guru. Siswa hanya pasif dan kurang

inisiatif dalam pembelajaran. Ketika siswa diberikan soal yang

dikembangkan lebih lanjut (bervariasi), siswa kesulitan mengerjakan soal

karena siswa hanya mendengarkan, meniru pola-pola yang diberikan oleh

guru, serta mencontoh cara-cara guru menyelesaikan soal. Siswa terkadang

malas mengerjakan soal yang mereka anggap sulit sehingga hanya

menunggu jawaban dari teman lain yang mengerjakannya ataupun

menunggu guru mengerjakan. Kebanyakan siswa tidak mau

mengemukakan gagasan atau idenya dalam menyelesaikan soal, jika tidak

ditunjuk oleh guru. Siswa juga masih takut mengerjakan soal ke depan

kelas karena takut salah sehingga hanya sebagian kecil yang berani untuk

maju mengerjakan soal ke depan kelas. Dari kenyataan yang ada di kelas

XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan Haji tersebut telah dapat menunjukkan

bahwa siswa kurang kreatif dalam kegiatan pembelajaran.

4
Upaya perbaikan yang dilakukan antara lain dengan memperbaiki

model mengajar sehingga model baru akan mampu menciptakan kondisi

yang lebih baik bagi siswa. Untuk menghasilkan ide atau gagasan yang

baru dalam menghasilkan suatu cara dalam menyelesaikan masalah,

bahkan menghasilkan cara yang baru sebagai solusi alternatif pada proses

belajar matematika.
Solusi pada proses belajar matematika diharapkan dapat

meningkatkan kreativitas siswa dengan melaksanakan tugas secara

professional, seorang guru dituntut untuk dapat memahami dan memiliki

keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model

pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan (Kokom

Komalasari, 2013: 58). Hal ini yang mendasari penulis untuk menerapkan

salah satu model pembelajaran project based learning (PjBL). Model

pembelajaran bebasis proyek (PjBL) merupakan model pembelajaran yang

berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit

pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-konsep dari sejumlah

komponen, baik itu pengetahuan, disiplin ilmu maupun pengalaman

lapangan (Karunia Eka Lestari & Mokhammad Ridwan Yudhanegara,

2015: 62).
Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis proyek maka untuk mengetahui keberhasilannya penulis

melakukan penelitian melalui Lesson Study (LS). Menurut Herawati susilo,

dkk (2011:3) Lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas

pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh

5
guru-guru Jepang. Dalam melaksanakan lesson study guru secara

kolaboratif 1) mempelajari kurikulum dalam merumuskan tujuan

pembelajaran dan tujuan pengembangan peserta didik (pengembangan

kecakapan hidupnya), 2) merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan,

3) melaksanakan dan mengamati Reserch Lesson (pembelajaran yang

dikaji), dan 4) melakukan refleksi untuk mendiskusikan pelajaran yang

dikaji dan menyempurnakannya dan merencanakan pembelajaran

berikutnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

(PjBL) Melalui Lesson Study Untuk Meningkatkan Kreatifitas Matematika

Siswa Kelas XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan Haji.


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :


1. Kreativitas siswa kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran

matematika.
2. Pembelajaran yang digunakan masih menonoton dan masih

menggunakan pembelajaran secara konvesional yaitu metode cermah

dimana pembelajaran ini hanya terfokus pada guru.


3. Siswa merasa kesulitan mengerjakan soal yang dikembangkan

lebih lanjut (bervariasi) karena siswa hanya mendengarkan, meniru

pola-pola yang diberikan oleh guru, serta mencontoh cara-cara guru

menyelesaikan
4. Siswa masih takut untuk mengemukakan ide dan mengerjakan soal

ke depan kelas sehingga hanya sebagian kecil yang berani

melakukannya.
C. Pembatasan Masalah

6
Dalam penelitan ini peneliti membatasi masalah pada penerapan

model PjBL melalui kegiatan lesson study untuk meningkatkan kreatifitas

siswa kelas XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan Haji.


D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di

atas,maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :
1. Apakah penerapan model pembelajaran project based learning

(PjBL) melalui lesson study dapat meningkatkan kreatifitas

matematika siswa kelas XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan Haji?


E. Bagaimana penerapan model pembelajaran project based learning

(PjBL) melalui lesson study untuk meningkatkan kreatifitas siswa kelas

XI MIPA-1 SMAN 1 Labuhan Haji?


F. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui peningkatan kreatifitas siswa dengan

menerapkan model pembelajaran project based learning (PjBL)

melalui lesson study.


2. Untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran project

based learning (PjBL) melalui lesson study untuk meningkatkan

kreatifitas siswa.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Siswa dapat terlibat atau berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran matematika melalui model pembelajaran project

Based Learning melalui Lesson Study.


b. Siswa lebih termotivasi dan merasa senang dalam

mengikuti proses pembelajaran.

7
c. Melatih siswa untuk kreatif dalam proses pembelajaran

matematika.
2. Bagi Guru
a. Sebagai referensi guru-guru mata pelajaran matematika

untuk memperbaiki sistem mengajarnya.


b. Memberikan informasi bahwa kreatifitas siswa dalam

belajar matematika dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran

Project Based Learning.


c. Lesson Study dapat meningkatkan kemampuan mengajar

dan memperbaiki pembelajaran


d. Meningkatkan pemahaman guru dalam pelaksanaan Lesson

Study dengan pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam

pembelajaran matematika serta meningkatkan kreatifitas siswa.


3. Untuk Sekolah
Memberikan sumbangan kepada kepala sekolah sebagai upaya

memperbaiki kinerja guru dan sebagai upaya meningkatkan mutu

sekolah.
4. Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung dalam

menerapkan pembelajaran Project Based Learning (PjBL) melalui

kegiatan lesson study untuk meningkatkan kreatifitas siswa.

Anda mungkin juga menyukai