Anda di halaman 1dari 3

Analisa Laporan Keuangan

PT TIRTA MAHAKAM RESOURCES TBK

1. Cash Flow

Ket :

OCF 2016 masih positif artinya mengindikasikan penjualan masih lebih tinggi dari pada biaya
artinya perusahaan masih sehat, walaupun menurun hampir 90% dibanding tahun 2015. Hal
ini disebabkan terjadinya peningkatan pada beban gaji & tunjangan sebesar 15.3% dan
pembayaran kas untuk operasi sebesar 33%.
OCF < Profit hal ini mengindikasikan tingkat piutang perusahaan besar
ICF 2016 masih negatif naik sebesar 236% , jika dilihat dari trend 2015 s/d 2016 ICF terus
menerus negatif hal ini justru bagus sebab artinya perusahaan menghasilkan uang untuk para
pemegang saham.
FCF 2016 Positif artinya bagus uang yang masuk dari hutang menimbulkan peningkatan
pendapatan, sehingga perusahaan bisa membayar hutangnya hal tersebut terlihat dengan
OCF yang masih positif. Tetapi karena nilai dari FCF < OCF bisa diindikasikan perusahaan
sedang banyak berhutang untuk membeli aset tetap.

2. Laba Rugi

Ket

Profit tahun 2016 positif dan naik sebesar 106% dari tahun 2015, tetapi jika kita pisahkan dari
akun2 yang tidak bersifat opersional maka kenaikan laba tahun 2016 disumbang dari laba kurs
seperti ditunjukan pada point 1. Hal ini mengindikasikan perusahaan sangat tergantung dari
penjualan export sehingga rawan rugi kurs. 90% penjualan di export ke negara jepang, sisanya
negara2 asia lainnya. Untuk penjualan sendiri dalam 3 tahun terakhir perusahaan stabil pada
posisi 850 milyar per tahun. Dengan gross margin sebesar 18-20%.
Surplus dari revaluasi asset seperti pada point 4, perusahaan sudah melakukan revaluasi asset
hal ini sangat baik untuk perusahaan karena di sisi aktiva nilai aset akan naik, sementara di sisi
pasiva akan muncul tambahan saham baru baik itu berupa saham bonus ataupun saham baru
tanpa penyetoran, dan yang paling penting adalah perusahaan mendapat diskon pajak
penghasilan sebesar 70% hal ini sangat bagus untuk performa keuangan perusahaan.

3. Neraca /Rasio Keuangan


Rasio Likuiditas Rasio Rentabilitas Rasio Leverage

Current Ratio 1,12 Gross Profit Margin 18,26% Debt To Equity 5,4
Aktiva Lancar 558.602.090.736 Laba Kotor 154.044.821.305 Total Utang 689.189.375.810
Hutang Lancar 496.551.611.099 Penjualan 843.528.979.435 Modal Sendiri 126.808.101.985

Cash Ratio 0,03 Net Profit Margin 3,4% Long Term Leverage 1,5
Kas + Efek 16.777.430.320 Laba Setelah Pajak 28.988.504.757 Total Utang Jangka Panjang 192.637.764.711
Hutang Lancar 496.551.611.099 Penjualan 843.528.979.435 Total Modal Sendiri 126.808.101.985

Quick Ratio 0,4 Return On Investment 3,55% Short Term Leverage 3,9

Kas + Efek + Piutang 181.800.833.275 Laba Setelah Pajak 28.988.504.757 Total Utang Jangka Pendek 496.551.611.099

Hutang Lancar 496.551.611.099 Total Aktiva 815.997.477.795 Total Modal Sendiri 126.808.101.985

Working Capital to Total Asset Ratio 0,1


Aktiva Lancar-Kewajiban Lancar 62.050.479.637
Total Aktiva 815.997.477.795

Ket
Rasio keuangan perusahaan bisa dikatakan cukup normal dalam arti tidak terlalu
bagus juga tidak terlalu buruk, hal ini bisa dilihat dari rasio likuiditas seperti current
rasio yang yah bisa dikatakan cukup saja, untuk menutup pinjaman jangka pendek
dengan uang yang tersedia, karakter dari perusahaan ini memang sangat terpengaruh
harga bahan baku dan selisih kurs, rasio rentabilitas cukup kecil artinya bisa jadi
perusahaan sudah tidak terlalu efektif dan efisien dalam mempergunakan asset nya
untuk menunjang produksi, hal ini bisa disebabkan karena mesin2 atau alat produksi
lain sudah tidak dalam performa bagus. Rasio leverage sangat tinggi seperti terlihat
pada rasio hutang berbanding modal, hal ini masih wajar untuk perusahaan yang
memulai produksinya dari raw material.

Kesimpulan :

Jika dilihat dari lap keu 2016, dan tahun 2015 sebagai perbandingan, perusahaan ini ada di kategori
perusahaan mature dalam artian perusahaan yang sudah lama beroperasi dan sudah mencapai titik
tertinggi produksinya dan sekarang dalam kondisi sideways ( sudah tidak ada lagi keinginan untuk
menuju ketertinggi kembali) hanya bergerak menyamping hal ini terlihat dari penjualan yang stabil
dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan. Hal ini bisa disebabkan oleh 2 hal, pertama
perusahaan sedang dalam proses restrukturisasi (baik financial maupun operasional) kedua
perusahaan sedang calm down ( mengantisipasi kenaikan/penurunan harga bahan baku/harga jual)
karena kondisi ekonomi.

Resiko dari perusahaan ini lebih kepada resiko kurs, karena biaya produksi dalam rupiah tetapi harga
jual dalam mata uang asing.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai