Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGATIF

Fraudulent Financial Reporting


Fraud
Korupsi

Oleh Kelompok 8:

MUHAMMAD SURYANTO (F1315136)


NOVIA RAMADHAN (F1315138)

Batch 4 Program Star-BPKP

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Sebelas Maret

STAR BPKP BATCH 4


FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING, FRAUD DAN KORUPSI

A. Fraudulent Financial Reporting


Kecurangan pelaporan keuangan adalah sebuah salah saji yang disengaja atau kelalaian atas
jumlah atau pengungkapan dengan maksud untuk menipu para pengguna. Kebanyakan
kasus kecurangan pelaporan keuangan melibatkan salah saji yang disengaja atas jumlah yang
tidak diungkapkan.
Kecurangan pelaporan keuangan mampu meningkatkan kekhawatiran tentang kredibilitas
proses pelaporan keuangan di suatu Negara dan akan dipertanyakan peran manajamen, para
auditor, para pembuat kebijakan/peraturan, dan para analis. Kecurangan pelaporan
keuangan juga dapat membawa konsekuensi yang signifikan untuk organisasi dan para pihak
yang berkepentingan, serta kepercayaan publik di pasar modal.
Kecurangan pelaporan keuangan disebabkan adanya kolusi antara manajemen dengan
auditor independen. Salah satu upaya untuk mencegah adanya kolusi tersebut, maka perlu
dilakukan rotasi auditor independen dalam melakukan audit suatu perusahaan.
Beberapa tanggung jawab dan fungsi auditor independen antara lain:
1. Statement Auditing Standard
a. SAS Nomor 53 tentang Tanggung Jawab Auditor untuk Mendeteksi dan Melaporkan
Kesalahan-kesalahan dan Ketidakberesan;
b. SAS Nomor 55 jo. SAS Nomor 78 tahun 1997 tentang Pertimbangan Pengendalian
Internal dalam sebuah Audit Laporan Keuangan;
c. SAS Nomor 61 tentang Pengaturan komunikasi antara auditor dengan komite audit
perusahaan;
d. SAS Nomor 82 jo. SAS Nomor 99a tentang Pertimbangan Kecurangan dalam Audit
Laporan Keuangan.
2. Standar Profesional Akuntan Publik
a. Tanggung Jawab Moral (Moral Responsibility) untuk memberikan informasi secara
lengkap dan jujur mengenai auditee kepada pihak yang berwenang dan mengambil
keputusan yang obyektif, bijaksana, sesuai dengan kemahiran professional.
b. Tanggung Jawab Profesional (Proffesional Resposibility) terhadap asosiasi profesi yang
mewadahi.
c. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibility) di luar batas standar profesinya atau
tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.

Di lain sisi perusahaan juga harus mengambil langkah-langkah komprehensif untuk


memproteksi sistem informasinya. Metode yang paling efektif untuk memperoleh security

STAR BPKP BATCH 4


system yang mencukupi adalah terletak pada integritas (integrity) karyawan perusahaan.
Perusahaan dapat mengambil langkah untuk meningkatkan integritas karyawan dan
mengurangi kemungkinan karyawan melakukan fraud dengan memperhatikan:
1. Hiring and Firing Practices, yakni dalam hal perekrutan maupun pemberhentian karyawan
harus menerapkan kehati-hatian dan selektif.
2. Managing Disgruntled Employees, yaitu sebagian besar karyawan melakukan fraud
dengan alasan sebagai balasan atas kesalahan-kesalahan yang pernah ditimpakan kepada
mereka.
3. Employee Training, adanya rasa percaya bahwa keamanan merupakan tanggung jawab
bersama (manajemen maupun karyawan) akan membuat intensitas tindakan fraud jauh
lebih sedikit.

The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway Commission)


mengeluarkan 4 (empat) rekomendasi upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
fraudulent financial reporting, antara lain:
1. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas
proses pelaporankeuangan (financial reporting).
2. Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke fraudulent financial
reporting.
3. Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan.
4. Mendesain dan mengimplementasikan internal control yang memadai untuk financial
reporting.

B. Fraud
Fraud merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja memanfaatkan sesuatu tidak
pada tempatnya yang mengakibatkan kerugian dan untuk kepentingan diri sendiri dan/atau
kelompok. Apabila ditinjau dari definisi tersebut, maka fraud itu sendiri terdiri dari 3 (tiga)
unsur yang harus terpenuhi, yaitu perbuatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja,
unsur kecurangan itu sendiri dan menimbulkan keuntungan bagi diri sendiri dan/atau
kelompok dan kerugian bagi pihak lain.
Fraud Dalam KUHP:
1. Pasal 362 tentang Pencurian
mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.
2. Pasal 368 tentang Pemerasan dan Pengancaman
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk

STAR BPKP BATCH 4


memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang
itu atau orang lain, atau supaya membuta hutang maupun menghapus piutang.
3. Pasal 372 tentang Penggelapan
dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan.
4. Pasal 378 tentang Perbuatan Curang
dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberikan hutang maupun menghapuskan piutang.
5. Pasal 396 tentang Merugikan Pemberi Piutang dalam Keadaan Pailit
6. Pasal 406 tentang Menghancurkan atau Merusak Barang
dengan sengaja atau melawan hokum menghancurkan, merusak, membikin tak
dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain.
Ketentuan peraturan perundangan lain yang mengatur perbuatan yang termasuk kategori
fraud meliputi: Undang-undang Pencucian Uang (UU RI Nomor 8 Tahun 2010), Undang-
undang Perlindungan Konsumen (UU RI Nomor 8 Tahun 1999), Undang-undang ITE (UU RI
Nomor 11 Tahun 2008).

C. Fraud Tree
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), mencari atau menemukan
penyimpangan dalam suatu organisasi sangat sulit sebab penyimpangan memiliki sifat dasar
yang tertutup. Oleh karena itu, ACFE membuat suatu klasifikasi mengenai kemungkinan
kecurangan yang diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam yang sering disebut dengan Fraud
Tree:
a. Penyimpangan Aset/Asset Missappropriation, yaitu penjarahan (baik pencurian maupun
penggunaan untuk kepentingan pribadi) atas dana-dana (kas maupun non-kas) tanpa
seijin perusahaan dan tidak masuk ke perusahaan baik secara fisik maupun secara
administrative.
Asset Missappropriation dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu Cash
Missappropriation dan Non-cash Missappropriation, namun dalam prosesnya Asset
Missappropriation dapat dilakukan dalam 3 (tiga) bentuk meliputi:

Skimming

STAR BPKP BATCH 4


Uang dijarah sebelum uang tersebut masuk ke perusahaan untuk dana taktis (tactishe
fonds/ slush funds),
Larceny
Uang dijarah setelah uang tesebut masuk ke perusahaan, dimana berkaitan erat dengan
lemahnya SPI, khususnya perlindungan keselamatan aset
Fraudulent Disbursement.
Pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah ketika arus uang telah terekam ke dalam
sistem, dengan tahap perantara sebagai berikut:
a) Billing schemes
Skema permainan dengan menggunakan proses billing sebagai sarananya.
b) Payroll schemes
Skema permainan melalui pembayaran gaji.
c) Expense reimbursement schemes
Skema permainan melalui pembayaran kembali biaya-biaya dengan menyamarkan
jenis pengeluaran yang sebenarnya.
d) Check tampering
Skema permainan melalui pemalsuan cek.
e) Register disburements
- False refund: pengembalian uang yang dibuat-buat.
- False voids: pembatalan (penjualan) palsu.
b. Pernyataan Palsu/Fraudulent Statement, yaitu fraud yang berkenaan dengan
penyusunan dan penyajian laporan keuangan (lebih atau kurang saji) dan laporan non-
keuangan yang menyesatkan.
c. Korupsi/Corruption
Dalam Fraud Tree, korupsi terdiri dari 4 (empat) macam, meliputi:
(1) Benturan Kepentingan/Conflict of Interest;
Purchases schemes
Sales schemes
(2) Penyuapan/Bribery;
Pemberi tidak mengorbankan suatu penerimaan. Eg. seseorang menyuap
penegak hukum agar mendapatkan keringanan hukuman.
Kickbacks, pemberi mengikhlaskan sebagian dari hasil penjualan agar rekan
bisnis (customer) tidak beralih ke penjual lain.
(3) Gratifikas iIlegal/Illegal Gratuities
Pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.
(4) Pemerasan Ekonomi/Economic Extortion.

STAR BPKP BATCH 4


Fraud Tree sangat membantu akuntan forensic dalam memetakan, mengenali, dan
mendiagnosis fraud yang terjadi dalam lingkungan kerja. Dengan memahami gejala-gejala
penyakit fraud (red flags) dan menguasai teknik-teknik audit investigatif, akuntan forensic
dapat mendeteksi jenis fraud tersebut.
Perbedaan kondisi antar Negara terutama dari segi iklim bisnis dan birokrasi, menuntut
auditor untuk mengembangkan fraud tree atas tindak pidana yang sedang diperiksa dengan
model dan metodenya sendiri.

D. Akuntansi Forensik dan Jenis Fraud


Dari tiga cabang Fraud Tree yaitu Corruption, Missappropriation Asset, dan Fraudulent
Statement, akuntan forensic hanya memusatkan perhatiannya pada cabang Corruption dan
Missappropriation. Hal ini disebabkan cabang Fraudulent Statement telah menjadi pusat
perhatian dalam audit atas laporan keuangan (General Audit atau Opinion Audit), dengan
dua pengecualian, yaitu:
1. Ketika regulator memiliki dugaan terdapat kekeliruan yang serius dalam laporan hasil
audit suatu kantor akuntan publik; dan/atau
2. Ketika Fraudulent Statements dilakukan dengan pengolahan data secara elektronis,
terintegrasi, dan besar-besaran atau penggunaan komputer yang dominan dalam
penyiapan laporan.

E. Fraud Triangle
Hipotesis yang telah dikembangkan oleh Donald R. Cressey dalam penelitiannya yang
bertajuk Fraud Examiner Frauds (edisi 2006) telah mengenalkan kepada kita tentang
Fraud Triangle yang merupakan 3 (tiga) elemen yang muncul bersamaan dan mendorong
terjadinya kecurangan, antara lain:
1. Tekanan yang dirasakan (Pressure). Konsep yang penting di sini adalah Perseived non-
shareable financial need yakni tekanan yang menghimpit hidupnya (berupa kebutuhan
akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi dengan orang lain. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Cressey juga menemukan bahwa non-shareable problems yang dihadapi
oleh para pelaku fraud timbul dari situasi yang dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok:
- Pelanggaran dianggap berasal dari kewajiban/Violation of Ascribed Obligation;
- Masalah yang timbul berasal dari kegagalan personal/Problems resulting from
personal failure;
- Pembalikan Bisnis/Business reversals;
- Keterpurukan dalam kesendirian/Physical isolation;
- Upaya mendapatkan status/Status gaining; dan
- Hubungan majikan-karyawan/Employer-employee relations.

STAR BPKP BATCH 4


2. Peluang yang dimiliki (Perceived Opportunity). Cerssey berpendapat bahwa terdapat dua
komponen dari persepsi tentang peluang ini, yaitu: (a) Informasi Umum/ General
Information yakni pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung kepercayaan
dapat dilanggar tanpa konsekuensi; dan (b) Keahlian teknis/ Technical Skill yakni
keahlian atau keterampilan yang dimiliki oleh pelaku fraud sehingga ia mendapatkan
kedudukan yang dimaksud.
3. Rasionalisasi (Rationalization), yaitu mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan dan bukan sesudahnya.

F. Korupsi
Tingkat korupsi di Indonesia sudah berada pada taraf yang sangat memprihatinkan. Korupsi
telah terjadi di segala lini, dari level individual sampai dengan level nasional, dari level
personal hingga pada tingkat berjamaah atau konspirasi. Hal tersebut didukung dengan
laporan yang telah dirilis oleh lembaga Transparency International yang menyebutkan
bahwa pada Tahun 2016 Indonesia berada di peringkat 90 dari 176 negara di dunia untuk
kategori negara yang bersih dari korupsi dengan nilai Corruption Perceptions Index (CPI)
sebesar 37 dari 100 (nilai 0 menunjukkan tingkat korupsi yang tinggi/ negara paling korup
dan nilai 100 menunjukkan tingkat korupsi yang terendah/ negara paling bersih dari
korupsi).
Pengertian korupsi secara global berbeda-beda, namun secara umum makna dari korupsi
adalah penyalahgunaan kekuasaan atau kepercayaan yang telah diberikan oleh pihak lain
untuk keuntungan pribadi dan/ atau orang lain.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Korupsi artinya: penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, dsb) untuk keuntungan pribadi atau
orang lain. Karyono (2013:2) menyebutkan bahwa korupsi merupakan perbuatan yang
dapat merugikan kepentingan umum/ public atau masyarakat luas untuk kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu.
Tuanakota mendefinisikan korupsi berdasarkan pendekatan psikologis (2010: 224) yaitu
penyalahgunaan wewenang jabatan untuk keuntungan pribadi. Di dalam peraturan Undang-
undang RI Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2001 pasal 2
menyebutkan bahwa korupsi adalah tindakan orang yang melawan hukum dengan
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang dari segi materiil
perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan
masyarakat.

STAR BPKP BATCH 4


Korupsi membawa dampak yang buruk kepada masyarakat dalam berbagai hal. Dalam kasus
terburuk menyangkut biaya hidup. Menurut Transparency International, cost korupsi dapat
dibagi menjadi 4 (empat) kategori utama, antara lain:
1. Politik
Korupsi menjadi kendala utama untuk demokrasi dan supremasi hukum. Dalam sistem
demokrasi, kantor dan lembaga kehilangan legitimasi mereka ketika mereka sedang
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Tentunya, hal tersebut berbahaya dalam
demokrasi yang sudah mapan, tetapi bisa menjadi lebih buruk bagi negara yang sedang
menerapkannya.
2. Ekonomi
Korupsi menjadi penyebab kebocoran sumber kekayaan negara. Para politisi yang korup
berinvestasi pada sumber daya yang vital pada proyek yang akan mengisi pundi-pundi
kantong mereka daripada mengutamakan kepentingan masyarakat, serta akan
memprioritaskan investasi mereka proyek-proyek yang menyangkut kebutuhan hajat
hidup orang banyak. Korupsi juga menghambat perkembangan struktur pasar yang adil
dan mendistorsi persaingan, yang pada gilirannya akan menghalangi investasi.
3. Tatanan social masyarakat
Korupsi akan merusak kepercayaan masyarakat dalam sistem politik, di dalam lembaga-
lembaga maupun kepemimpinan. Masyarakat yang tidak saling percaya dan bersikap
apatis dapat menjadi penghambat lain dalam upaya pemberantasan korupsi.
4. Lingkungan
Degradasi lingkungan adalah konsekuensi lain dari sistem yang korup. Kurangnya atau
tidak adanya penegakan atas peraturan perundang-undangan lingkungan berarti bahwa
sumber daya alam yang berharga akan dieksploitasi secara sembarangan dan seluruh
sistem ekologi menjadi porak poranda.
_____________________________________________________________________________

STAR BPKP BATCH 4

Anda mungkin juga menyukai