Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN PENGARUH KONFIGURASI KELOMPOK TIANG TERHADAP

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK PERKUATAN FONDASI JALAN DI


TANAH GAMBUT

M. Yusuf1), Aryanto1)

Abstrak
Dalam ilmu perbaikan tanah, telah dikenal beberapa metode perbaikan tanah baik yang bersifat
primitif/tradisional maupun yang sudah menggunakan teknologi maju. Oleh karena pekerjaan
pembangunan dibatasi biaya maka metode-metode perbaikan yang murah tetapi stabil masih
memerlukan inovasi yang terus akan berkembang. Lagi pula, suatu metode perbaikan biasanya
hanya cocok untuk kondisi tertentu antara lain menurut jenis tanahnya. Tanah gambut di Pontianak
yang secara teknik tidak menguntungkan, telah diterapkan beberapa metode perbaikan/perkuatan
tanah namun masih sering terjadi kegagalan sehingga masih memerlukan metode perbaikan yang
efektif dan efisien dengan biaya yang minimal. Penelitian ini mengkaji metode perkuatan dengan
tiang cerucuk yang divariasikan dengan berbagai formasi menurut panjang, jarak, diameter, dan
jumlahnya dalam satu grup. Dari berbagai formasi tersebut, jumlah tiang dan diameter merupakan
variabel yang paling menentukan. Dengan pendekatan bahwa beban ultimit berbanding linier
terhadap variasi yang ditinjau diperoleh hubungan Pu = 1497,217985 + 101,5289346N +
114,4953539D. Setelah dilakukan uji pembebanan diperoleh bahwa beban ultimit hasil uji
pembebanan hanya sebesar 20% dari beban ultimit menggunakan data uji laboratorium.
Kata-kata kunci: pelat beton, tanah gambut, tiang cerucuk, kelompok tiang, uji pembebanan

1. PENDAHULUAN ini, para praktisi konstruksi di Pontianak


telah menerapkan fondasi pelat beton
Kota Pontianak merupakan dataran bercerucuk yang digunakan secara
rendah yang merupakan daerah rawa empiris dan masih populer hingga
(lahan basah). Karena itu, tanah lapisan sekarang.
permukaan merupakan tanah lunak yang
mengandung air lebih dari 60%. Dari segi Pada bangunan infrastruktur khususnya
ekosistem, tanah lunak ini sebenarnya konstruksi perkerasan jalan di Pontianak,
berfungsi mengatur keseimbangan telah dikenal sistem perkuatan fondasi
lingkungan, tetapi dari segi teknik, tanah dengan pemancangan tiang-tiang
lunak ini tidak menguntungkan karena cerucuk, namun masih terjadi perbedaan
mempunyai daya dukung yang sangat penurunan sehingga jalan menjadi
rendah. Hal ini menyulitkan para praktisi bergelombang. Pendekatan yang lebih
konstruksi di Pontianak, baik untuk logis telah pula diperkenalkan, yaitu
merancang fondasi untuk mendirikan dengan menggunakan pelat beton (rigid
bangunan gedung maupun untuk pavement) yang diperkuat dengan
bangunan infrastruktur. Untuk keperluan sejumlah tiang pancang cerucuk. Analisis
1) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

53
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011

perhitungan kekuatannya masih kepadatan). Untuk pelat beton


menggunakan rumus-rumus klasik tanpa bercerucuk, luas permukaan pelat juga
melakukan uji pembebanan langsung di memberikan kontribusi terhadap
lapangan. peningkatan daya dukung.
Bagaimanapun, sangat penting untuk
Secara teoritis, perhitungan daya dukung diketahui, sifat manakah yang dominan
pelat beton bercerucuk berdasarkan (signifikan) memberikan kontribusi
rumus-rumus tiang pancang yang ada, terhadap peningkatan kekuatan fondasi
tidak terlalu sulit karena telah pada pelat beton bercerucuk. Jika sifat
diidealisasikan. Akan tetapi, probabilitas dominan adalah lekatan, maka perbaikan
menjumpai kondisi di lapangan yang fondasi difokuskan pada panjang
sesuai dengan pengidealisasian, sangat (kedalaman pemancangan) tiang. Jika
kecil. Setiap kasus di lapangan, hampir sifat dominan adalah kepadatan tanah,
memiliki karakteristik tersendiri. maka perbaikan fondasi difokuskan pada
volume (jumlah) tiang. Jika luas
Pengujian daya dukung secara langsung permukaan pelat yang dominan, maka
di lapangan melalui uji pembebanan perbaikan tanah fondasi menjadi tidak
selama ini dianggap merupakan cara penting melainkan memfokuskan
yang paling dipercaya. Akan tetapi, ini perhatian pada usaha memperkecil
pun dengan catatan bahwa tekanan pada tanah fondasi, antara lain
peralatan/sistem yang digunakan untuk dengan memperlebar ukuran pelat
pengujian tersebut dalam keadaan baik karena tekanan berbanding terbalik
dan masih cukup akurat. Karena uji dengan luas permukaan dan
pembebanan merupakan cara yang lebih memperbesar kekakuan pelat sehingga
realistis maka dalam penelitian ini, beban kendaraan akan tersebar lebih
penentuan daya dukung pelat beton merata ke seluruh permukaan pelat ketika
bercerucuk dengan berbagai variasi diteruskan ke tanah fondasi.
konfigurasi tiang cerucuk, dilakukan
dengan cara uji pembebanan. Adapun pembatasan masalah dalam
penelitian ini antara lain:
Penggunaan tiang-tiang pancang cerucuk
untuk perbaikan fondasi jalan cukup logis a) Penelitian di lakukan berdasarkan
dikembangkan di tanah lunak atau uji pembebanan langsung di
gambut seperti di Pontianak. Peningkatan lapangan.
daya dukung tanah dengan pemancangan b) Tanah yang digunakan adalah
tiang-tiang cerucuk tersebut dapat tanah permukaan yang umumnya
disebabkan oleh lekatan selimut tiang berupa tanah gambut.
dengan tanah yang menyelimutinya, c) Pelat beton berukuran 1,2 m 1,2
ataupun disebabkan semakin padatnya m dengan tebal 12 cm.
tanah fondasi akibat penetrasi volume d) Variabel yang ditinjau adalah
tiang ke dalam tanah, ataupun merupakan panjang tiang cerucuk, jarak tiang
kontribusi kedua-duanya (lekatan dan
54
Kajian Pengaruh Konfigurasi Kelompok Tiang Terhadap Daya Dukung Tanah untuk Perkuatan
Fondasi Jalan di Tanah Gambut
(M. Yusuf, Aryanto)
cerucuk, jumlah tiang cerucuk, dan kota ini. Umumnya, penggunaan tiang
diameter tiang cerucuk. cerucuk selalu berupa grup (kelompok).
Untuk fondasi telapak setempat, biasanya
Tujuan penelitian ini adalah untuk
digunakan sembilan tiang cerucuk
mendapatkan sensitivitas perubahan daya
sebagai satu grup. Penggunaan cerucuk-
dukung ultimit pelat beton bercerucuk
cerucuk ini bisa dimaksudkan untuk
terhadap berbagai konfigurasi tiang-tiang
memikul beban melalui lekatan kulit
cerucuknya berdasarkan hasil uji
(permukaan selimut) cerucuk atau
pembebanan. Dari perubahan-perubahan
dikenal dengan tiang friksi yang dihitung
daya dukung tersebut didapatkan cara
menggunakan rumus-rumus tiang
perkuatan fondasi terbaik untuk jalan
pancang, maupun sebagai metode untuk
beton menggunakan tiang cerucuk.
memadatkan tanah yaitu dengan
memasukkan (penetrasi) sejumlah
2. TINJAUAN PUSTAKA volume cerucuk tersebut ke dalam tanah.
Metode yang kedua tersebut terbukti
2.1 Metode Perbaikan Tanah menambah daya dukung tanah akibat
desakan tiang-tiang cerucuk yaitu
Prinsip usaha perbaikan tanah adalah meningkatnya berat volume, berat jenis,
menambah kekuatan lapisan tanah kohesi, batas plastis dan kuat geser,
sehingga bahaya keruntuhan diperkecil. sedangkan kadar air, koefisien
Seiring dengan perkembangan sarana dan permeabilitas, batas cair, indeks plastis,
prasarana kebutuhan untuk kehidupan sudut geser dan indeks tekanan semakin
manusia maka metode perbaikan tanah kecil (Purwoko dan Aprianto, 2007).
juga ikut berkembang dan bervariasi, dari
metode yang tradisional hingga metode Penggunaan pelat beton bercerucuk
yang sangat maju. Namun pada dasarnya, sebagai konstruksi jalan di tanah gambut
setiap metode perbaikan tanah selalu kini mulai dikembangkan di Pontianak
bermaksud mencari alternatif perbaikan (Lingga, 2007) kendati perancangannya
yang termurah dan kondisi stabil. Dalam masih menggunakan rumus-rumus statis
praktiknya, usaha perbaikan tanah selalu yaitu rumus-rumus mekanika tanah yang
mahal karena menyangkut perbaikan diperkenalkan oleh para ahli mekanika
dalam jumlah volume yang besar, tanah luar negeri. Penerapan konstruksi
misalnya perbaikan tanah untuk jalan bentuk ini di Pontianak perlu
pembangunan jalan raya, lapangan mendapat dukungan ilmiah melalui
terbang, dan sebagainya. penelitian yang intensif, terutama berupa
verifikasi eksperimental dengan uji
2.2 Grup Tiang pembebanan langsung di lapangan.
Verifikasi dengan uji pembebanan
Rendahnya daya dukung tanah di kota langsung skala penuh (skala lapangan)
Pontianak, telah mengantarkan sistem terhadap konstruksi jalan beton
fondasi pelat beton bercerucuk sebagai bercerucuk, secara teknis dengan biaya
sistem fondasi yang paling populer di

55
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011

Tabel 1. Variasi variabel


Sampel L (m) N D (cm) S (cm)
1 2 9 5 30
2 3 9 5 30
3 4 9 5 30
4 4 16 5 30
5 4 9 8 30
6 4 9 12 30
7 4 9 15 30
8 4 4 5 30
9 4 4 5 60
10 4 4 5 90

yang murah sangat sukar dilakukan, menggunakan tiga buah arloji ukur (dial
melainkan dalam skala yang lebih kecil gauge).
sebagaimana dilakukan dalam penelitian
ini kemudian diekstrapolasikan ke skala Setelah pelat beton mencapai
yang lebih besar. kekuatannya (umur 28 hari) maka
dilakukan uji pembebanan yang mengacu
pada UFC (Unified Facilities Criteria)
3. METODE PENELITIAN
(UFC-3-220-03 FA) dengan prosedur
Sebagai variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
adalah panjang tiang (L), jumlah tiang 1) Persiapkan balok beban.
(N), diameter tiang (D), dan jarak tiang 2) Pasang arloji ukur yang mempunyai
(S). Variasi masing-masing variabel ketelitian 0,30 mm dan mengatur
disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. jarum dial pada posisi nol.
3) Terapkan beban sebesar tiga balok
Uji Pembebanan
(berat per balok lebih kurang 30 kg).
Uji pembebanan (loading test) ini 4) Catat penurunan yang terjadi.
bertujuan untuk mendapatkan kurva 5) Ulangi dari langkah (3) hingga
beban versus penurunan tanah yang penurunan mencapai angka
diperlukan untuk menginterprestasikan maksimum arloji ukur, atau pelat
daya dukung ultimitnya. Prinsip kerja beton hancur, atau tanah runtuh, atau
cara pembebanan langsung adalah pelat semua balok beban sudah
uji dibebani dengan balok-balok beban. digunakan.
Balok-balok tersebut diletakkan di atas
Bentuk uji pembebanan langsung dalam
pelat uji dengan posisi sentris. Besarnya
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
penurunan pelat diukur dengan
2.

56
5 cm; 8 cm; 12 cm; 15 cm;
5 cm

Kajian Pengaruh Konfigurasi Kelompok Tiang Terhadap Daya Dukung Tanah untuk Perkuatan

30 cm
30 cm
5 cm; 8 cm; 12 cm; 15 cm;
5 cm
Fondasi Jalan di Tanah Gambut

1,2 m
1,2 m
(M. Yusuf, Aryanto)

cm
cm

cm
cm

3030
3030
5 cm; 8 cm; 12 cm; 15 cm;

1,2 m
1,2 m
5 cm
30 cm 30 cm 30 cm 30 cm

30 cm
30 cm

30 cm
30 cm
1,2 m 1,2 m

1,2 m
1,2 m

12cm
30 cm 30 cm
12cm 30 cm 30 cm

30 cm
30 cm

1,2 m
2m; 3m; 4m

1,2 m

12cm 4m
12cm

30 cm 30 cm 30 cm 30 cm
12cm2m; 3m; 4m

(a) Variasi panjang cerucuk


1,2 m
(b) Variasi diameter cerucuk
1,2 m

4m
12cm
(a) Variasi panjang cerucuk (b) Variasi diameter cerucuk
2m; 3m; 4m

4m
30 cm 30 cm 30 cm

5 cm

30 cm
(a) Variasi panjang cerucuk (b) Variasi diameter cerucuk 5
30 cmcm 30 cm 30 cm
5 cm
30 cm

5 cm

cm
1,2 m

3030cm

1,2 m
1,2 m
30 cm

5 cm
5 cm
cm

30 cm 30 cm 30 cm
cm
3030

30 cm

cm
30cm
1,2 m

1,2 m
1,2 m

5 cm
30 cm

30
30 cm
30 cm 30 cm

5 cm
30 cm

5 cm
30 cm

1,2 m 1,2 m 1,2 m


30 cm
30 cm
30 cm
1,2 m

1,2 m
1,2 m
12cm
30 cm

12cm

12cm
30 cm 30 cm
30 cm

1,2 m 1,2 m 1,2 m


12cm 4m

30 cm
12cm 4m

12cm 4m
30 cm

30 cm 30 cm

(c) Variasi jumlah cerucuk


1,2 m
(d) Variasi jumlah cerucuk
1,2 m
(e) Variasi jumlah cerucuk
1,2 m
4m

4m

4m
untuk N=4 untuk N=9 untuk N=16
12cm

12cm

12cm

(c) Variasi jumlah cerucuk (d) Variasi jumlah cerucuk (e) Variasi jumlah cerucuk
4m

4m

4m

untuk N=4 untuk N=9 untuk N=16


5 cm

(c) Variasi jumlah cerucuk (d) Variasi jumlah cerucuk


5 cm (e) Variasi jumlah cerucuk
5 cm
untuk N=4 untuk N=9 untuk N=16
5 cm
1,2 m

90 cm
1,2 m

1,2 m
60 cm
30 cm

5 cm
5 cm

30 cm
60 cm
5 cm
1,2 m

90 cm
1,2 m

1,2 m
60 cm
30 cm

90 cm
5 cm
5 cm
1,2 m 1,2 m 1,2 m
30 cm
60 cm
90 cm
1,2 m

90 cm
1,2 m

1,2 m
60 cm
12cm
30 cm

12cm

12cm

1,2 m 1,2 m 1,2 m


12cm 4m

30 cm
12cm 4m

12cm 4m

60 cm
90 cm

1,2 m
(f) Variasi jarak cerucuk (g) Variasi jarak cerucuk
1,2 m
(h) Variasi jarak cerucuk
1,2 m
4m

4m

4m

untuk S=30cm untuk S=60cm untuk S=90cm


12cm

12cm

12cm

Gambar 1. jarak
(f) Variasi Konfigurasi
cerucuk tiang cerucuk
(g) Variasi jarak cerucuk (h) Variasi jarak cerucuk
4m

4m

4m

untuk S=30cm untuk S=60cm untuk S=90cm


57
(f) Variasi jarak cerucuk (g) Variasi jarak cerucuk (h) Variasi jarak cerucuk
untuk S=30cm untuk S=60cm untuk S=90cm
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011

Semua pelat beton direncanakan


menggunakan mutu beton yang sama
yaitu 20 MPa yang dicor di tempat. Dari
hasil tes tekan diperoleh bahwa mutu
beton yang diperoleh sebesar 18,89 MPa.

Pada tiang cerucuk yang digunakan tidak


dilakukan pengukuran yang akurat
melainkan ukuran kisaran sesuai dengan
ukuran di pasaran. Untuk diameter 5 cm,
kisaran ukuran yang digunakan adalah
4,5 cm 6 cm di mana profil memanjang
Gambar 2. Metode pembebanan berbentuk tirus (taper); untuk diameter 8
langsung cm digunakan ukuran 7,5 cm 9 cm;
untuk diameter 12 cm digunakan ukuran
11 cm 13 cm; untuk ukuran 15 cm
4. HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan 14 cm 15,5 cm. Untuk
panjang 4 m digunakan ukuran sekitar
4.1 Data Material 3,8 m. Jenis kayu yang digunakan tidak
seragam, namun sebagian besar jenis
Tanah gambut di lokasi percobaan bintangor.
mempunyai ketebalan lebih dari 4 m.
Dari hasil tes triaksial (Tabel 2) diperoleh 4.2 Daya Dukung dari Data Uji
nilai kohesi rata-rata sebesar 0,02 kg/cm2 Laboratorium
yaitu sekitar 10% dari kohesi tanah
lempung lunak pada umumnya; sudut Dengan data pada Tabel 2, daya dukung
geser rata-rata sebesar 0,57 sedangkan ujung dihitung dengan metode Meyerhof;
tanah lunak sekitar 5 15; dan berat daya dukung selimut dihitung dengan
volume rata-rata sebesar 0,93 gr/cm3 metode di mana nilai diambil dari
yaitu sekitar setengah dari berat volume rekomendasi API (American Petroleum
tanah lempung lunak. Institute); efisiensi kelompok tiang
dihitung dengan metode Converse-
Labarre; dan daya dukung pelat dihitung
Tabel 2. Sifat-sifat mekanik tanah dengan metode Meyerhof, maka
lokasi percobaan diperoleh daya dukung untuk semua
Kedalaman c variasi seperti pada Gambar 3.
()
(m) (kg/cm2) (gr/cm3)
1 0,022 0,9417 0,931 Gambar 3(a) menjelaskan bahwa
2 0,023 0,1525 0,913 penambahan panjang tiang untuk
3 0,021 0,2216 0,907 meningkatkan daya dukung pelat cukup
4 0,012 0,9793 0,977 signifikan. Seperti terlihat pada Gambar
3(a) tersebut, penambahan panjang tiang
58
Kajian Pengaruh Konfigurasi Kelompok Tiang Terhadap Daya Dukung Tanah untuk Perkuatan
Fondasi Jalan di Tanah Gambut
(M. Yusuf, Aryanto)

4500 4500
Cerucuk 4000
4000

Beban ultimit, Pu (kg)


Beban ultimit, Pu (kg)

Pelat 3500
3500 Total
3000 3000
2500 2500
2000 2000
1500 1500
Cerucuk
1000 1000
Pelat
500 500
Total
0 0
1 2 3 4 5 0 5 10 15 20
Panjang cerucuk, L (m) Diameter cerucuk, D (cm)

(a) Pu vs L (b) Pu vs D
4500 4500
Cerucuk Cerucuk
4000
Beban ultimit, Pu (kg)

4000 Pelat
Beban ultimit, Pu (kg)

Pelat
3500 Total 3500 Total
3000 3000
2500 2500
2000 2000
1500 1500
1000 1000
500 500
0 0
0 4 8 12 16 20 0 30 60 90 120
Jumlah cerucuk, N Jarak cerucuk, S (cm)
(c) Pu vs N (d) Pu vs S

Gambar 3. Beban ultimit dari data uji laboratorium

sebanyak 50% (dari 2 m menjadi 3 m) untuk mendapatkan beban ultimit sebesar


memberikan peningkatan beban ultimit 6000 kg (ini dengan asumsi tanah masih
sebesar 44,9%. Sementara itu, homogen hingga kedalaman lebih dari 19
peningkatan panjang tiang 33% (dari 3m m) diperlukan tiang cerucuk dengan
menjadi 4m) memberikan peningkatan panjang lebih dari 19 m, yang sangat sulit
beban ultimit sebesar 17%. Jika diambil untuk dipenuhi dengan menggunakan
faktor keamanan sebesar 3 maka daya kayu cerucuk.
dukung ultimit yang diperlukan, misalnya
untuk kelas jalan IV (Tabel 3), sebesar Pu Gambar 3(b) memperlihatkan
= 32000 = 6000 kg. Dari Gambar 3(a), peningkatan daya dukung yang signifikan

59
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011

Tabel 3. Tekanan gandar tunggal memberikan peningkatan daya dukung


berdasarkan kelas jalan yang hampir tidak berarti.
Tekanan gandar tunggal
Kelas jalan Dari setiap gambar pada Gambar 3, tidak
(ton)
I 7 satu variasipun yang dapat diaplikasikan.
II 6 Akan tetapi, masih memungkinkan
IIIa 3,5 adanya peningkatan daya dukung yang
IIIb 2,75 berarti dengan mengambil harga tertentu
IV 2 dari setiap variasi yang ditinjau.
V 1,5
Gambar 3 memperlihatkan bahwa
peningkatan Pu terhadap L, N, D, dan S
cenderung linier. Jika Pu dibuat dalam
terhadap peningkatan diameter cerucuk. fungsi L, N, D, dan S dengan analisis
Peningkatan diameter sebesar 60% regresi linier berganda diperoleh
(diameter 5 cm menjadi 8 cm)
memberikan peningkatan daya dukung Pu = 748,5723547 + 199,6388349L +
sebesar 45,8%. Untuk faktor keamanan 101,5289346N + 114,4953539D +
sebesar 3 maka untuk kelas jalan IV 0,0002334S (1)
diperlukan cerucuk berdiameter lebih
di mana L dalam m, D dalam cm, S
dari 31 cm. Diameter cerucuk sebesar ini
dalam cm, dan Pu dalam kg.
dengan jarak terbatas menjadi sangat sulit
diaplikasikan.
Dengan menggunakan pendekatan
dengan Persamaan (1), untuk N=36, S =
Gambar 3(c) memperlihatkan perilaku
30cm, L=3,75m, dan D=8cm, dengan
yang linier antara peningkatan daya
faktor keamanan sama dengan 3 maka
dukung ultimit terhadap jumlah cerucuk.
Peningkatan jumlah cerucuk sebesar diperoleh Pu = 6068,229465 kg 6 ton,
125% memberikan peningkatan daya cukup untuk jalan kelas IV. Untuk kelas
dukung sebesar 116%. Untuk faktor jalan V diperoleh N=25, S=30cm,
keamanan sebesar 3 maka untuk kelas L=3,5m, dan D=5cm yang memberikan
jalan IV diperlukan jumlah cerucuk Pu = 4,5 ton. Untuk kelas jalan IIIb
sebanyak lebih dari 38 batang. Ini hanya diperoleh N=64, S= 30cm, L=3,75m, dan
jumlah teoritis semata karena tidak D=5cm yang memberikan Pu = 8,5 ton.
mungkin lagi dapat disusun cerucuk Untuk kelas jalan yang lainnya dapat
sebanyak itu tanpa memperkecil jarak, dilihat pada Tabel 4. Tabel tersebut
sedangkan semakin dekat tiang cerucuk memperlihatkan bahwa untuk kelas jalan
akan semakin rendah daya dukungnya. I, II, dan IIIa tidak terdapat lagi dimensi
cerucuk yang ekonomis.
Terakhir, Gambar 3(d) memperlihatkan
bahwa semakin jauh jarak tiang akan Secara teoritis, untuk mencapai nilai Pu
berdasarkan perkiraan menggunakan
60
Kajian Pengaruh Konfigurasi Kelompok Tiang Terhadap Daya Dukung Tanah untuk Perkuatan
Fondasi Jalan di Tanah Gambut
(M. Yusuf, Aryanto)
Tabel 4. Perkiraan konfigurasi tiang cerucuk untuk berbagai kelas jalan

Kelas Beban gandar Pu perlu L D S B Pu ada


N
jalan ton ton m cm cm m ton
I 7 21 3,75 196 5 30 4,2 21,97
II 6 18 3,75 169 5 30 3,9 19,23
IIIa 3,5 10,5 3,75 81 7 30 2,7 10,52
IIIb 2,75 8,25 3,75 64 5 30 2,4 8,57
IV 2 6 3,75 36 8 30 1,8 6,07
V 1,5 4,5 3,5 25 5 30 1,5 4,61

Persamaan (1) terdapat berbagai dukung yang disumbangkan oleh pelat


kombinasi dimensi cerucuk. Akan tetapi, beton, di mana lebih dari 50% daya
beberapa besaran (dimensi) cerucuk dukung ultimit pelat beton bercerucuk
tertentu mempunyai batas yang tersebut disumbangkan oleh daya dukung
maksimum, antara lain panjang (L) dan ultimit pelatnya. Oleh karena Persamaan
diameter (D). Sementara itu, variabel (1) atau Persamaan (2) diturunkan untuk
jarak (S) tidak berpengaruh signifikan pelat beton berukuran 1,2m 1,2m maka
terhadap beban ultimit (Pu). Karena itu, untuk N yang memerlukan dimensi pelat
dengan ukuran pasaran untuk L sebesar lebih dari 1,2m 1,2m akan memberikan
3,75m maka Persamaan (1) dapat daya dukung ultimit yang konservatif.
disederhanakan menjadi
Pada Tabel 4 disajikan perkiraan nilai B
Pu = 1497,217985 + 101,5289346N + (lebar pelat beton) yang diperlukan untuk
114,4953539D (2) S=30 cm. Merujuk ke PP Nomor 26
Tahun 1985, lebar minimum terkecil
Perlu diperhatikan bahwa N pada untuk jalan adalah 5 m yaitu jalan lokal
Persamaan (2) harus berbentuk m baris sekunder. Dibandingkan dengan lebar
cerucuk dan terdapat n batang cerucuk jalan minimum perkiraan seperti dalam
dalam tiap baris di mana m dan n adalah Tabel 4 maka dapat dikemukakan bahwa
bilangan bulat dan harus pula m sama penggunaan tiang cerucuk untuk
dengan n. Jadi, konfigurasi pemancangan perkuatan fondasi jalan beton di atas
tiang cerucuk harus membentuk bujur tanah gambut dapat diterapkan.
sangkar. Persamaan (1) atau Persamaan
(2) juga sudah memperhitungkan daya

61
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011

4.3 Daya Dukung dari Data Uji hasil analisis regresi ini kemudian
Pembebanan diinterpretasi beban ultimitnya
menggunakan metode tangen
Data yang diperoleh dari hasil uji (perpotongan garis elastis dan plastis),
pembebanan berupa data diskrit beban metode log P log S, dan metode Van
(P) vs penurunan (S). Terhadap data der Veen. Perhitungan dengan metode
tersebut dibuat analisis regresi nonlinier Van der Veen menggunakan program
untuk mendapatkan kurva P vs S yang komputer yang telah dikembangkan
lebih mulus (lihat Gambar 4). Dari kurva (Hadi dan Yusuf, 2007). Hasil

1500 1000 N=9; S=30cm; L=3,8m; D=5cm


N=16; S=30cm; L=3,8m; D=5cm
1250 800
1000
600
P (kg)

P (kg)

750
400
500
250 200

0 0
0 0,5 1 1,5 2 0 1 2 3 4
S (mm) S (mm)

1000 1000
N=4; S=60cm; L=3,8m; D=5cm N=4; S=90cm; L=3,8m; D=5cm
800 800
P (kg)

600 600
P (kg)

400 400

200
200

0
0
0 1 2 3 0 1 2 3
S (mm) S (mm)

Gambar 4. Data hasil uji pembebanan

62
Kajian Pengaruh Konfigurasi Kelompok Tiang Terhadap Daya Dukung Tanah untuk Perkuatan
Fondasi Jalan di Tanah Gambut
(M. Yusuf, Aryanto)
interpretasi beban ultimit dengan ketiga peningkatan daya dukung pelat beton
metode tersebut disajikan pada Gambar 5. dengan penambahan tiang-tiang cerucuk
tersebut diperoleh dari peningkatan
Gambar 5 memperlihatkan bahwa kepadatan tanah gambut di bawah pelat
memang ada peningkatan daya dukung akibat penetrasi volume tiang cerucuk ke
pada pelat beton di atas tanah gambut dalam tanah gambut. Peningkatan daya
dengan penambahan tiang cerucuk dukung ini tentu akan lebih signifikan
sebagaimana diharapkan. Walaupun lagi apabila dilakukan preloading
perilaku hubungan Pu (beban ultimit) vs sebelum pemancangan tiang cerucuk.
N (jumlah cerucuk) tidak seragam pada Adanya pelat beton yang kaku ini tentu
tiap metode interpretasi yang digunakan, akan mengekang dari arah vertikal
namun kesemuanya memperlihatkan terhadap tanah gambut akibat penetrasi
bahwa beban ultimit semakin meningkat tiang-tiang cerucuk.
seiring dengan bertambahnya jumlah
tiang cerucuk. Karena sifat-sifat mekanis Dari ketiga metode yang digunakan
tanah gambut sangat rendah maka diperoleh bahwa perhitungan beban

900 867,66
850 862,32
800
760,19
750 719,07
Pu (kg)

725,65
700 686,05
637,47
650 655,05
649,37
600 615,28 Van der Veen
587,06 Tangen
550
log P - log S
527,21
500
0 4 8 12 16 20
Jumlah Cerucuk
Gambar 5. Beban ultimit dari data uji pembebanan

63
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 11 NOMOR 1 JUNI 2011

ultimit hasil uji pembebanan hanya Daftar Pustaka


mencapai sekitar 20% dari beban ultimit Hadi, Abdul dan Yusuf, M. 2007.
hasil uji laboratorium. Artinya, nilai Interpretasi Beban Ultimit Cara
beban ultimit yang didapat dari data uji Van Der Veen dengan
laboratorium sangat overestimate. Jika Pengembangan Program
dikoreksi dengan beban ultimit hasil uji Komputer. Jurnal Teknik Sipil.
pembebanan maka beban ultimit hasil uji Fakultas Teknik Universitas
laboratorium harus dikoreksi dengan Tanjungpura. 7 (2): 183-198.
faktor 0,2.
Lingga, Andry Alim. 2007. Kajian
Bentuk Fondasi Menerus dengan
5. SIMPULAN Tiang Cerucuk di Atas Tanah
Gambut pada Infrastruktur Jalan di
Simpulan yang dapat dikemukan dari Daerah Sungai Durian Rasau Jaya
hasil penelitian ini bahwa penggunaan Kabupaten Pontianak. Jurnal
tiang cerucuk pada pelat beton sebagai Teknik Sipil. Fakultas Teknik
perkerasan kaku masih memungkinkan Universitas Tanjungpura. 7 (2):
karena diperoleh adanya peningkatan 111-126.
daya dukung baik dari hasil uji
laboratorium maupun dari hasil uji Purwoko, Budhi dan Aprianto. 2007.
pembebanan. Namun demikian, beban Analisis Sifat Fisik dan Mekanik
ultimit hasil uji laboratorium harus Tanah Akibat Pemancangan pada
dikoreksi dengan faktor 0,2 karena Tanah Lunak Pontianak. Jurnal
nilainya terlalu besar dibandingkan Teknik Sipil. Fakultas Teknik
dengan hasil uji pembebanan. Dari empat Universitas Tanjungpura. 7 (1):
variabel yang ditinjau, jumlah dan 35-46.
diameter tiang merupakan besaran yang UFC-3-220-03 FA. Soils and Geology
paling menentukan terhadap peningkatan Procedures for Foundation Design
daya dukung. of Building and Other Structures
(Except Hydraulic Structures).
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Program Studi Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura yang telah
mendanai penelitian ini melalui Proyek I-
MHERE (Indonesia Managing Higher
Education for Relevance and Efficiency)
Batch IV Tahun I.

64

Anda mungkin juga menyukai