PENGENDALIAN PENCEMARAN
Di Susun Oleh
Kelompok : 1 (SATU)
Kelas : 4 EG D
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat Membuat pupuk organik/kompos dengan EM4
Polibag
Termometer 100C
Batang Pengaduk
Baskom
Gelas kimia
Pipet ukur
Bola karet
Labu takar
Spatula
Neraca analitik
Oven
Desikator
Penggaris
Cawan
pH meter
EM 4
Sayur
Serbuk gergaji
Pupuk kandang
Tetes tebu/molase/air gula
III. DASAR TEORI
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan organik
menjadi humus. Bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara anaerobic yang
sering menimbulkan gas seperti indol, skatol, dan merkaptan pada suhu rendah. Proses
pengomposan secara anaerobic membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak
menghasilkan gas yang berbahaya seperti pada anaerobic (Gumbira, E, 1992).
Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran, bahan,
kadar air, aerasi, pH, suhu, dan perbandingan C dan N. Ukuran partikel penting karena
bakteri dan jamur akan lebih mudah hidup pada ukuran partikel yang lebih kecil.
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik karena
semua organisme membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya. Air adalah bahan
penting protoplasma sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan. Kadar air dibawah
20% mengakibatkan proses metabolisme terhambat dan berjalan lambat jika kadar air
diatas 60%.
Ketersediaan oksigen pada proses pengomposan secara aerobic merupakan hal
yang penting. Proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien daripada anaerobic
dalam menguraikan bahan organic.
Mikroorganisme sensitive terhadap perubahan suhu proses. Mikroorganisme
mesofilik hidup pada 8-450C dan termofilik tumbuh dan aktif di bawah 650C, tetapi
aktivitas biologisnya dapat berlangsung sampai 65-900C.
Aktivitas mikroorgabisme dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon (C)
sebagai sumber energy dan nitrogen (N) sebagai zat pembentuk protoplasma. Energy
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak daripada zat pembentuk protoplasma
sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan daripada nitrogen. Perbandingan C dengan
N yang efektif untuk pengomposan yaitu 25 : 35.
Material organik jenis apapun secara alami akan mengalami pelapukan dan
penguraian oleh ratusan jenis mikroorganisme (bakteri, jamur, ragi) dan satwa tanah
lainnya. Proses penguraiannya berjalan dengan reaksi aerob dan anaerob silih berganti.
Berikut ini diagram yang menjelaskan reaksi aerob dan anaerob:
Pada proses aerob, selama proses pengomposan tidak timbul bau busuk dan
akan melepaskan energi dalam bentuk panas. Kenaikan suhu akibat panas yang dilepas
sangat menguntungkan bagi lingkungan mikroba aerob. Namun apabila panas
melebihi 65oC kebanyakan mikroba akan mati dan proses pengomposan berjalan
lambat. Sehingga perlu penurunan suhu dengan cara diaduk atau dibalik.
Teknologi Pengomposan
Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur
tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan
menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas
mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya
daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan
disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
Aspek Ekonomi
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Kadar Air
Cara kerja :
Kurang lebih sebanyak 2-3 gram contoh ditimbang (So) dan di letakkan pada
cawan yang telah di ketahui beratnya (Cl)
Cawan beserta isinya di keringkan pada oven selama 2 jam
Cawan kembali di dingnkan dan di timbang kembali (C2)
Kadar air (%) = C2-C1/ So x 100 %
V. DATA PENGAMATAN
Sampel Kantong 1
Temperature Ketinggian
Hari pH
(C) (cm)
1 31 5.7 10
2 31 6 10
3 32 6.4 9.8
4 30 6.5 9.5
Sampel Kantong 2
Temperature Ketinggian
Hari pH
(C) (cm)
1 31 5.4 10
2 31 5.7 10
3 32 6.7 9.8
4 30 7 9.3
Sampel Kantong 3
Temperature Ketinggian
Hari pH
(C) (cm)
1 31 5.9 10
2 31 6.4 10
3 32 7.2 7.8
4 30 7.4 6
VI. PERHITUNGAN
Analisa Kadar Air
Sampel Kantong 1
Cawan kosong = 56,06 gram (C1)
Cawan + sampel (setelah pemanasan) = 56,29 gram (C2)
Sampel Kompos = 1 gram (So)
Kadar air =
= 23%
Sampel Kantong 2
Cawan kosong = 50,46 gram (C1)
Cawan + sampel (setelah pemanasan) = 50,67 gram (C2)
Sampel Kompos = 1 gram (So)
Kadar air =
= 21%
Sampel Kantong 3
Cawan kosong = 47,8 gram (C1)
Cawan + sampel (setelah pemanasan) = 48 gram (C2)
Sampel Kompos = 1 gram (So)
Kadar air =
= 20%
VII. ANALISA DATA
Pada percobaan kali ini, tentang pembuatan kompos yang bertujuan untuk
membuat kompos dengan menggunakan EM 4. Bahan - bahan yang digunakan adalah
serbuk kayu, pupuk kandang, EM 4, molase/air gula dan sayur-sayuran layu.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa pembuatan
kompos ini dilakukan dengan cara aerobic. Dimana limbah sayur yang sudah tidak
digunakn lagi dipotong - potong dengan sangat kecil agar mudah terurai oleh
mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan adalah EM 4. EM 4 merupakan
campuran dari berbagai organisme yang bermanfaat. Limbah sayur yang sudah
dipotong - potong , selanjutnya ditambahkan dengan serbuk kayu diaduk hingga rata
dan ditambahkan pupuk kandang dengan perbandingan yang bervariasi. Kemudian
diratakan kembali lalu disemprotkan dengan menggunakan EM 4.selanjutnya
dipindahkan kedalam polybag/ didiamkan selama 1 minggu. Setelah itu diukur kadar
pH, temperature, dan ketinggian setiap harinya. Sedangkan untuk mengetahui kadar
airnya, sampel kompos dikeringkan didalam oven.
Dari pencampuran bahan dan proses pengomposan selama 1 minggu terjadi
perubahan suhu, pH dan ketinggian. Dimana, pada hari petama terlihat bahwa warna
pada kompos belum terlalu homogeny, temperature yang terbaca adalah 31C dengan
ketinggian rata rata pada ketiga sampel adalah 10 cm dan pH berkisar antara 5-6.
Pada hari keduadan ketiga terjadi perubahan warna, pH, dan temperature dari kompos
yaitu temperaturenya berubah menjadi 32C, pHnya berubah menjadi 6-7 dan
warnanya menjadi coklat tua. Pada hari terakhir, temperaturenya berubah menjadi
30C dan pH antara 6-8, bertekstur agak halus dan warna dari kompos berubah
menjadi hitam serta ketinggian kompos berkurang dari 10 cm menjadi 9-6 cm. hal ini
dikarenakan terjadinya penyusutan pada komponen kompos seperti sayuran yang
busuk yang diurakan oleh mikroba.
Setelah 7 hari, kompos yang dibuat diuji kandungan kadar airnya. Pada sampel
kantong 1 memiliki kandungan air sebesar 23%. Pada kantong 2 memiliki kandungan
kadar air sebanyak 21% dan pada kantong 3 memiliki kandungan kadar air sebesar
20%.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik
atau anaerobik.
Faktor faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah :
a. Ukuran bahan
b. Rasio C/N
c. Kelembaban atau Aerasi
d. Temperatur
e. Derajat Keasaman (pH)
f. Mikroorganisme yang terlibat
Dengan contoh (sampel 1) sebanyak 1 gr, diketahui kadar air yang terkandung
adalah sebesar 23 %.
Dengan contoh (sampel 2) sebanyak 1 gr, diketahui kadar air yang terkandung
adalah sebesar 21 %.
Dengan contoh (sampel 3) sebanyak 1 gr, diketahui kadar air yang terkandung
adalah sebesar 20 %.
GAMBAR ALAT
pH-Meter Termometer Desikator