Anda di halaman 1dari 18

IMPLEMENTASI NILAI ENTREPENEURSIP DALAM PERSPEKTIF

ISLAM
Safarinda Imani
Ekonomi Islam, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga
Email: Safarinda.imani@gmail.com

ABSTRAK

Pengangguran yang masih tergolong banyak di Indonesia perlunya adanya


wiraushawan yang dapat bersaing secara global maupun lokal. Kewirausahaan
dapat membuka lapangan kerja bagi pengangguran yang saat ini terjadi di
negara Indonesia. Maka perlu penerapan nilai-nilai kewirausahaan secara
islami, agar setiap masyarakat tidak hanya mendapatkan atau mencapai profit
saja, tetapi juga dapat menerapkan nilai-nilai entrepeneurship secara islami dan
hal tersebut paling dasar untuk dapat menjalankan atau memulai suatu usaha
atau bisnis.
. Maka dari itu perlunya mengkaji lebih dalam tentang bagaimana implentasi
penerapan nilai kewirausahaan dalam islam, sehingga untuk kedepannya dapat
menjadi acuan dalam berentrepeneur atau berwirausaha. sikap jujur (shiddiq),
menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan bijaksana (fathonah).
Di dalam Al-Quran terdapat banyak nilai yang dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya tauhid, amanah, mashlahah,
ikhlash, adl, ihsan, istikhlaf, ukhuwwah, shiddiiq, dan lain sebagainya sebagai
bentuk penerapan nilai Islam dalam entrepeneur.
Kata Kuci: Nilai Entrepeneurship, perspektif Islam

PENDAHULUAN
Pertumbuhan makro ekonomi tergolong kuat selama satu dekade, secara
berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun
dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia
kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk
menstimulasi penciptaan lahan kerja baru agar pasar kerja dapat menyerap para
pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda
(kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu
kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 255 juta orang, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).
Selanjutnya, negara ini memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar
setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua
faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki
kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi
ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam
perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Tabel 1: Tenaga Kerja Indonesia
Dalam Juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga 116.5 119.4 120.3 121.9 121.9 122.4 127.8
Kerja
-Bekerja 108.2 111.3 113.0 112.8 114.6 114.8 120.8
- 8.3 8.1 7.3 7.4 7.2 7.6 7.0
Menganggur
Sumber : Badan Pusat Statistik

Tabel di bawah ini memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia dalam


beberapa tahun terakhir. Tabel tersebut menunjukkan penurunan yang terjadi
secara perlahan dan berkelanjutan, khususnya angka pengangguran wanita.
Pengangguran wanita berkurang secara drastis, sampai mendekati angka
pengangguran pria. Meskipun demikian, masalah persamaan gender, seperti di
negara-negara lain, masih menjadi isu penting di Indonesia. Meski sudah ada
kemajuan dalam beberapa sektor utama (seperti pendidikan dan kesehatan),
wanita masih cenderung bekerja di bidang informal (dua kali lebih banyak dari
pria), mengerjakan pekerjaan tingkat rendah dan dibayar lebih rendah daripada
pria yang melakukan pekerjaan yang sama.

Tabel.2 Pengangguran di Indonesia


2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 201
5
Pengangguran 10.3 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.1 6.2 5.9 6.2
(% dari total tenaga kerja)
Pengangguran Pria 8.5 8.1 7.6 7.5 6.1 - - -
(% dari total tenaga kerja)

Pengangguran Wanita 13.4 10.8 9.7 8.5 8.7 - - -


(% dari total tenaga kerja
wanita)
Sumber: Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik

Didalam Islam telah di jelaskan pada ayat tentang perintah untuk bekerja,
karena menganggurnya orang yang mampu bekerja adalah haram. Tidak
dibenarkan seorang muslim malas dalam mencari rezeki, dengan alasan
konsentrasi ibadah dan tawakkal kepada Allah SWT. Yang demikian itu karena
langit tidak akan mencurahkan hujan emas ataupun perak.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

Maka berjalanlah ke segala penjuru, serta makanlah sebagian dari rizeki-


Nya. (QS. al-Mulk: 15)

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
Sungguh pagi-pagi seseorang berangkat, lalu membawa kayu bakar di atas
punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya,
sehingga tidak minta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik baginya daripada
meminta kepada orang lain, baik mereka memberinya atau menolaknya....'' (HR.
Muslim dan Turmudzi).
Pengangguran yang masih tergolong banyak di Indonesia maka perlu adanya
wiraushawan yang dapat bersaing secara global maupun lokal, karena dalam
hadist telah dijelaskan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
hal ini menunjukkan bahwa berwirausaha dan berusaha lebih baik dari pada
meminta-memina atau menjadi pengangguran. Kewirausahaan dapat membuka
lapangan kerja bagi pengangguran yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Maka
perlu penerapan nilai-nilai kewirausahaan secara islami, agar setiap masyarakat
tidak hanya mendapatkan atau mencapai profit saja, tetapi juga dapat menerapkan
nilai-nilai entrepeneurship secara islami dan hal tersebut paling dasar untuk dapat
menjalankan atau memulai suatu usaha atau bisnis
Di dalam Islam telah dijelaskan bahwasannya semangat kewirausahaan
terdapat dalam Al-Quran yang akan di uraikan sebagai berikut dalam QS. Hud:
61:

yang artinya : Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan(doa
hamba-Nya)."
Penerapan nilai-nilai entrepeneur tersebut juga harus mampu dilaksanakan
dalam setiap aspek perekonomian termasuk dalam penyelenggaraan produksi,
konsumsi maupun distribusi. Hal inilah yang sudah dilakukan pada beberapa
pelaku usaha menerapkan nilai bisnis Islam dalam kegiatan berwirausaha. Maka
dari itu perlunya mengkaji lebih dalam tentang bagaimana implentasi penerapan
nilai kewirausahaan dalam islam, sehingga untuk kedepannya dapat menjadi
acuan dalam berentrepeneur atau berwirausaha.

KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah (value Added) di pasar melalui
proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar
dapat bersaing.Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang berfikir kreatif,
berperilaku inovatif menyukai perubahan, kemajuan dan tantangan. Unsur-unsur
kewirausahaan : motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan
kemampuan manfaatkan peluang.1
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata
secara kreatif.
Peter F Druker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Zimmerer mengartikan bahwa kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata
secara kreatif.
Ada keraguan istilah antara entrepreneurship, intraprneurship dan entrepreneurial
dan entrepreneur . 2
1. Entrepeneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk
menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi
pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan
managerial yang dibutuhkan seorang entreneur.
2. Intrapreneurship didefenisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam
organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antaran ilmu dengan keinginan
pasar.
3. Entrepreneur didefenisikan sebagali seorang yang membawa sumber daya
berupa tenaga kerja, material dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang
menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan
pada orang yang membawa perubahan, inovasi dan aturan baru.

1 Dr. Purwohandoko, M.M, Kewirausahaan, hlm 5


2 Ahmad Muhtar, dalam jurnal nilai-nilai Ekonomi Islam dalam Berwirausaha, Iqtishoduna Vol. 7
No.1 April 2016
4. Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha.
Selain itu di dalam Hadist riwayat Al-Ashbahani telah dijelaskan bahwasannya
sebagai berikut:
Dari Muaz bin Jabal, bahwa Rasulullah saw, bersabda: Sesungguhnya sebaik-
baik usaha adalah usaha perdagangan yang apabila mereka berbicara tidak
berdusta, jika berjanji tidak menyalahi, jika dipercaya tidak berkhianat, jika
membeli tidak mencela produk, jika menjualtidak memuji-muji barang dagangan,
jika berutang tidak melambatkan pembayaran, jika memiliki piutang tidak
mempersulit. (HR. Baihaqi dan dikeluarkan oleh As Ashbahani).
Ayat diatas telah dikemukakan Al-Quran yang berkaitan dengan perdagangan dan
keuangan yang terkait dengan bisnis, karena apapun yang berkaitan dengan
kewirausahaan tidak lepas dari masalah keuangan, seperti pencatatan keuangan
(akuntansi) yang baik dan bersifat akuntable (bisa dipertanggung jawabkan).
Kajian ini tentunya diperkuat dengan hadis-hadis Nabi dan kutipan pendapat dari
beberapa ulama.

FIRMAN-FIRMAN ALLAH SWT. TENTANG BERWIRAUSAHA


1. Surah Al-Baqarah (2:16)
Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
2. Surah Al-Baqarah (2:282)
Dan Hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebgaaimana Allah mengajarkannya,
maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripadanya utangnya.
Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya dengan jujur.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (diantaramu).
Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa maka yang
seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis utang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah muamalahmu itu), kecuali
jika muamalah itu perdagngan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertkwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
3. Surah An-Nisa (4:29)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.
4. Surah At-Taubah (9:24)
Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jaln-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
5. Surat An-Nuur (24:37)
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan
penglihatan menjadi guncang
6. Surah Faathir (35:29)
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi.
7. Surah Ash Shaff (61:10)
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
KEWIRAUSAHAAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
Islam tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep kewirausahaan,
namun keduanya mempunyai kaitanyang cukup erat; memiliki ruh atau jiwayang
sangat dekat, meskipun bahasa teknis digunakan berbeda.
Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak
cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Quran maupun Hadis yang dapat
menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti;
Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran
keringatnya sendiri, amalurrajuli biyadihi (HR.Abu Dawud); Tangan di atas
lebih baik dari tangan di bawah; al yad al ulya khairun min al yad al
sufla(HR. Bukhari dan Muslim) (dengan bahasa yang sangat simbolik ini Nabi
mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat
memberikan sesuatu pada orang lain), atuzzakah. (Q.S. Nisa: 77)
Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk bekerja
keras agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban membayar zakat). Dalam
sebuah ayat Allah mengatakan, Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang
yang berimanakan melihat pekerjaan kamu(Q.S. at-Taubah: 105). Oleh karena
itu, apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia(rizki) Allah. (Q.S. al-Jumuah: 10)
Bahkan sabda Nabi, Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu
merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu (HR.Tabrani dan Baihaqi). Nash ini
jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri. Bekerja
keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras, menurut
Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkankesuksesan
(rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (reziko).
Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh peluang
rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko
(baca; resiko).
Adapun Motif Berwirausaha Dalam Bidang Perdagangan menurut ajaran agama
Islam, yaitu:
1. Berdagang untuk mencari keuntungan..
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar
bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan
hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat dilarang dalam agama Islam. Seperti
diungkapkan dalam hadits: Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktu
menjual, waktu membeli, dan waktu menagih piutang.
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang rendahan
karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan,
ketidakjujuran, dll.
2. Berdagang sebagai hobi.
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari Cina.
Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan
melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open display (melakukan
pajangan di halamanterbuka untuk menarik minat orang), window display
(melakukan pajangan di depan toko), interior display (pajangan yang disusun
didalam toko), dan close agar tidak dicuri oleh orang yang jahat). display
(pajangan khusus barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3. Berdagang sebagai sarana amal Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena
apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat
berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah jalan kita mendapatkan
rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang dari tempatgrosir dan menjual
ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh
untuk membeli barang yang sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage
buying motive yaitu suatu motif berbelanja ketoko tertentu saja. Berwirausaha
memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan
pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja,
memberi potongan, dll. Perbuatan baik akan selalu menenangkan pikiran yang
kemudian akan turut membantu kesehatanjasmani. Hal ini seperti yang
diungkapkan dalam buku The Healing Brain yang menyatakan bahwa fungsi
utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk mengembalikan kesehatan tubuh.
Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh frekwensi
perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang paling utama adalah bergaul,
bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan kegiatan komunikasi dengan
orang lain.
4. Perintah Kerja Keras
Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan
menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaikinasibnya. Menurut Murphy
dan Peck, untukmencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai
dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain,
penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan
ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan
bekerja kerasuntuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi,
kreatif yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita
juga dianjurkan untuk tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt
sesibuk apapun kita berusaha karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap
usaha.

NILAI DASAR DALAM PERDAGANGAN RASULULLAH3


Penerpan nilai dagang telah diterapkan pada zaman Rasulullah. Jika dalam
ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan sebagai proses saling
menukar yang didasarkan pada kehendak sukarela dari masing-masing pihak.
Dalam perdagangan mereka dapat menentukan keuntungan maupun kerugian
secara bebas. Rasulullah juga mengajarkan kepada umatnya untuk
mengoptimalkan potensi dan rohani demi meningkatkan kualitas diri, dalam
bekerja atau berbisnis. Islam telah mengajarkan bahwasannya, Muslim tidak boleh
bermalas-malasan dalam berusaha. Muslim harusnya berikhtiar (jihad) mencari
Rezeki untuk mendapatkan RidhoNya.
Mencari rezeki halal merupakan perintah Allah SWT. Dan Nabi Muhammad yang
harus disikapi secara serius dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkannya.

3 FORDEBI, Ririn Tri Ratnasari, Ekonomi dan Bisnis Islam, hlm


Sama halnya dengan kesungguhan untuk mengamalkan setiap rukun dalam Islam.
Landasan bersungguh-sungguh dalam bekerja atau berbisnis, adalah keimanan
kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Dengan demikian, keimanan merupakan prinsip
dalam bekerja dan bisnis. Islam menganggap aktivitas bisnis yang tidak didasari
keimanan dan kezaliman.
Dengan demikian, prinsip perdagangan menurut Islam adanya unsur kebebasan
dalam melakukan transaksi tukar-menukar, tetapi kegiatan tersebut disertai
harapan memperoleh keridhaan Allah SWT. Dan melarang terjadinya pemaksaan
(QS An-Nisa (4):29). Berdasarkan hal tersebut, sebuah keharmonisan dalam
sistem perdagangan memberikan perdagangan yang bermoral, salah satunya
perdagangan yang jujur dan adil serta tidak merugikan kedua belah pihak.
Rasulullah Saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Said :
Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para
nabi, golongan orang-orang jujur, dan golongan para syuhada.
Hadis tersebut memilik arti bahwa perdagangan mengutamakan kejujuran dan
memegang teguh kepercayaan yang diberikan orang lain. Selain itu, dalam
berdagang juga harus dapat bersikap sopan dan bertingkah laku baik.
Nabi Muhammad Saw. menganjurkan untuk memiliki sifat yang terpuji dalam
keberhasilan dan kesuksesan berdagang,diantarnya memiliki sikap jujur (shiddiq),
menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan bijaksana (fathonah).
Bersikap adil dan bertindak jujur syarat penting menjaga hubungan baik antara
mitra dagang serta para pelanggan. Alasan kejujuran akan membawakan saling
percaya antar sesama, kecuali yang tidak jujur akan menghilangkan kepercayaan
para pelanggan, lambat laun akan memundurkan dan mematikan usahanya.

PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM BERWIRAUSAHA


Di dalam islam terdapat macam nilai yang dapat digali untuk dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut berkaitan dengan hubungan Tuhan,
hubungan dengan sesama manusia, hingga nilai dalam berperilaku. Di dalam Al-
Quran terdapat banyak nilai yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, diantaranya tauhid, amanah, mashlahah, ikhlash, adl, ihsan,
istikhlaf, ukhuwwah, shiddiiq, dan lain sebagainya. Yang akan dibahas berikut ini:
1. Tauhid merupakan prinsip utama di dalam beragama, yang menunjukkan
manusia diciptakan sama kedudukannya dan tidak boleh ada yang
memosisikan dirinya sebagai yang disembah dan yang lain adalah
penyembah tetapi satu-satunya yang disembah adalah Allah Swt. Diman
tugas manusian mengemban amanah untuk menyembah Allah Yang Esa,
demi mendapat ridha-Nya, menjauhi larangan dan sabar dalam segala
cobaan.
2. Amanah adlah lawan dari khianat, merupakan kepercayaan atau
pertanggungjawaban moral atas semua tugas atau kewajiban yang diemban
seseorang, termasuk yang telah ditetapkan Allah kepada hambaNya
(Kahhar dan Fatahillah, 2007: 14)
3. Mashlahah dalam ekonomimenurut Siddiqi, segala kegiatan produksi
harus memberikan kemaslahatan maksimum bagi konsumen dan produsen
yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya pemenuhan
kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan kebutuhan
masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di
masa depan, dan tidak merusak lingkungan hanya demi untuk
mendapatkan keuntungan materi atau memenuhi umat manusia
4. Ikhlas adalah menyengajkan perbuatan semata-mata mecari keridhaan
Allah dan memurnikan perbuatan dan segala bentuk kesenangan duniawi.4
5. Adl adalah kata benda abstrak yang berasal dari kata kerja adala yang
berarti: pertama,meluruskan atau duduk lurus, mengamendemen atau
engubah; kedua, melarikan diri, berangkat atau mengelak dari suatu jalan
yang keliru/salah menuju jalan yang benar, ketiga, sama atau sepadan/atau
menyamakan; dan keempat, menyeimbangkan atau mengimbangi,
sebanding atau berada dalam suatu keadaan yang seimbang (state of
equilibrium)5
6. Ihsan adalah melakukan perbuatan baik karena dilandasi kasih sayang
sehingga perbuatan baik tersebut melebihi ketentuan yang ada.

4 Qardhawi. Norma dan Etika Ekonomi Islam, hlm 13


5 Khadduri. The Islamic Conception of Justice. Hlm 8
7. Istikhlaf, yang dimiliki manusia merupakan titipan Allah Swt. Dengan
demikian, Allah-lah Yang Maha Pemilik seluruh apa dan siapa yang ada di
dunia ini.
8. Ukhuwwah adalah hubungan yang menyatu diantar umat manusia, antara
umat manusia dengan umat lainnya, dan umat manusia dengan
lingkungannya (Shihab, 1997: 489).
9. Shiddiq merupakan kesesuaian antar ucapan dengan kenyataan antara
keadaan yang terlihat dengan tersembunyi (Al-Mishri, 2008: 24-8)
Dalam tulisan ini, ada tiga nilai utama untuk diterapkan didalam dunia
entrepeneur, yaitu nilai kejujuran (shiddq), keadilan (adl) dan kemanunggalan
(ukhuwwah). Nilai-nilai tersebut tidak dibatasi oleh ruang dan waktu

PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM UNTUK MENCAPAI


KEMASLAHATAN
Bisnis terdapat keterkaitan antara nilai-nilai untuk mencapai suatu kemaslahatan.
Dimana tugas manusia untuk mengabdi kepada Allah dan untuk memakmurkan
bumi. Adapun rezeki yang didapatkan untuk menjalankan tugas telah ditentukan
oleh Sang Maha Pencipta.
Berikut kinerja yang yang dapat dicapai untuk menghasilkan kemanfaatan )
kemaslahatan):
1. Small is Beautiful
Konsep harga jual menerapkan konsistensi menjalankan niat yang telah
diikrarkan mendorong setiap perusahaan untuk menikmati keuntunga yang
di tetapkan meskipun peluang meningkatkan harga jualperunit
memungkinkan. Konsekuensinya perusahaan akan dikenang dan
dipromosikan oleh pelanggan kepada calon pelanggan lainnya bahwa
perusahaan tersebut tidak mudah mengubah harga jual meskipun harga
disekitarnya tidak mengalami kenaikan., Dalam pandangan Purnmasari
dan Triyuwo (2011), kenangan dan promosi yang dilaukan pelanggan
digolongkan sebgai laba kenangan.
Dengan demikian, keuntungan yang kecil per unit akan berdampak yang
lebih besar secara keseluruhan. Disamping itu, kepercayaan yang besar
dari pelanggan menciptakan hubungan yang harmonis dengan pelanggan
dan kekal sehingga dampak perolehan keuntungan berkesinambungan dan
semakin bertambah
2. No Barrier to Entry
Didalam kegiatan bisnis tidak membutuhkan modal yang relatif besar.
Konsekuensinya, setiap orang memiliki modal meskipun relatif kecil dapat
mendirikan usaha tanpa ada perasaan takut akan dipermainkan oleh
pengusaha yang memiliki modal yang relatif besar..
Akibatnya perdagangan terbuka luas bagi siapa saja tanpa harus dibatasi
oleh kepemilikan modal yang besar. Sehingga berdampak kesempatan
kerja yang luas sehingga mengurangi pengangguran. Kemudian,
pemerataan pun akan tercipta dan kesejahteaan masyarakat akan semakin
meata serta hubungan kemsyarakatan akan semakin harmonis.
3. Efisiensi
Dalam manajemen modern, Efisiensi pengelolaaan usaha menjadi
persyaratan mutlak menghadapi persaingan yang semakin ketat. Pada
pasar yang semakin terbuka, harga jual suatu produk berlaku untuk
meningkatkan keuntungan, efisiensi pengelolaan usaha menjadi yang
paling memungkinkan untuk dilakuakn. Dalam meningkatkan efisiensi
sendiri menerapkan just in time (JIT). Penerapan nilai kejujuran
mendorong setiap pengusaha untuk menghindari penumpukan persediaan
akan memacu kenaikan pengeluaran non-value aded, berupa investasi,
yaitu penambhan ruang atau gedung untuk menampung persediaan, dan
kenaikan kebutuham modal kerja untuk membiayai persediaan, tenaga
kerja, penerangan, asuransi, dan administrasi.
Penyiapan persediaan yang tidak berlebih mendorong pemanfaatan dana
yang lebih produktif pada usaha lain. Akibatnya tercipta peningkatan
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
4. Mengurangi Resiko
Penerapan nilai kejujuran mencegah terjadi penumpukan persediaan yang
berlebih karena penumpukan menyebabkan terjadi ketidak produktifan
kekayaan. Penumpukan persediaan bertentangan dengan ajaran agama,
maka dari itu penerapan nilai-nilai islam ini mengurangi tingkat resiko di
dalam berusaha, khususnya resiko pengelolaan persediaan dan
menghindari perbuatan tercela.
5. Hidup Tawadhu
6. Hidup Tentram
7. Percaya, bukan suudzon
8. Bisnis adalah sebuah Ibadah

ETIKA ENTREPENEUR
Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis
dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan
sosial sehingga, dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia
serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup. 6

Menurut Suparman Syukur dalam bukunya yang berjudul Etika Religi


menjelaskan bahwa istilah etika juga sering digunakan dalam tiga perbedaan yang
saling terkait, pertama merupakan pola umum atau jalan hidup, kedua seperangkat
aturan atau kode moral, dan ketiga penyelidikan tentang jalan hidup dan aturan-
aturan perilaku.7
Sedangkan mengenai istilah bisnis yang dimaksud adalah suatu urusan
atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi
atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para enterpreneur
dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif untuk mendapatkan
keuntungan.
Bisnis adalah suatu kegiatan di antara manusia yang menyangkut produksi,
menjual dan membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mengenai etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui
hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutkan tentu akan melakukan hal
benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang
berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengertian etika bisnis islami tersebut selanjutnya dijadikan sebagai

6 O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, 3.
7 Suparman Syukur, Etika Religius, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), 1.
kerangka praktis yang secara fungsional akan membentuk suatu kesadaran
beragama dalam melakukan setiap kegiatan ekonomi.
Inisiatif yang dilakukan oleh tiga agama samawi (Islam, Kristen, dan
yahudi) yang diprakarsai HRH. Princ Philip (the Duke of Edinburgh) dan Mahkota
Hasan bin Talal (Jordan) 1984 sepakat meletakkan prinsip-prinsip etika dalam
bisnis. Ada tiga isu etika dalam bisnis yang diklasifikasikan waktu itu, yaitu
moralitas dalam kebijakan organisasi yang terlibat dalam bisnis , serta moralitas
prilaku individual para karyawan saat bekerja.22 Sedangkan menurut Muhammad
Prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu meliputi kesatuan dan integrasi, kesamaan,
intelektualitas, kehendak bebas, tanggung jawab dan akuntabilitas, penyerahan
total, kejujuran, keadilan, keterbukaan, kebaikan bagi orang lain, kebersamaan.
Menurut Muhammad tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya
mencari cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis atau
perusahaan dengan tuntutan moralitas. Kedua, etika bisnis bertugas melakukan
perubahan kesadaran masyarakat tentang bisnis dengan memberikan suatu
pemahaman atau cara pandang baru, bahwa bisnis tidak terpisah dari etika.
Muhammad Djakfar mendeskripsikan urgensi etika dalam aktivitas bisnis, dalam
hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, aspek teologis, bahwasannya
etika dalam islam (akhlak) merupak ajaran tuhan yang diwahyukan kepada
rosulullah Saw. baik dalam bentuk al-Quran maupun Sunnah. Kedua, aspek
watak manusia, (character) yang cenderung mendahulukan keinginan (will)
daripada kebutuhan (need). Bukankah watak dasar manusia itu secara universal
adala bersifat serakah (tamak) dan cenderung mendahulukan keinginannya dan
tidak terbatas dan tidak terukur daripada sekedar memenuhi kebutuhan yang
terbatas dan terukur.
Dengan watak semacam ini tentu saja manusia membutuhkan pencerahan
agar mereka sadar bahwasannya dalam hidup ini yang paling pokok adalah
memenuhi kebutuhan yang mendasar. Ketiga, aspek sosiologis, sudah layaknya
perlu adanya ajaran etika dalam dunia bisnis agar para pelaku bisnis memahami
dan menyadari mana wilayah yang sah dilakukan, dan mana pula yang tidak boleh
dilanggar dalam melakukan usaha. Keempat, perkembanga tekhnologi
(technology) yang semakin pesat disatu sisi banyak mendatangkan nilai positif
yang semakin mempermudah dan mempercepat pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Namu, disisi lain dampak negatifnya pasti akan terjadi. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi terjadinya praktik penyimpangan etika tersebut di era
kecanggihan teknologi kehadiran etika bisnis sangatlah signifikan sekali. Kelima,
aspek akademis (science academic) perlunya kajian akdemik tentang etika dalam
bisnis agar selalu dihasilkan teori-teori baru yang dapat diaplikasikan dalam dunia
bisnis yang aktual dan kontekstual8

KESIMPULAN
Perlunya penerapan nilai-nilai kewirausahaan secara islami, agar setiap
masyarakat tidak hanya mendapatkan atau mencapai profit saja, tetapi juga dapat
menerapkan nilai-nilai entrepeneurship secara islami dan hal tersebut paling dasar
untuk dapat menjalankan atau memulai suatu usaha atau bisnis. Di dalam Al-
Quran terdapat banyak nilai yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, diantaranya tauhid, amanah, mashlahah, ikhlash, adl, ihsan,
istikhlaf, ukhuwwah, shiddiiq, dan lain sebagainya.
Nabi Muhammad Saw. menganjurkan untuk memiliki sifat yang terpuji dalam
keberhasilan dan kesuksesan berdagang,diantarnya memiliki sikap jujur (shiddiq),
menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan bijaksana (fathonah)
dalam berbisnis atau berdagang.
Selain itu bersikap adil dan bertindak jujur syarat penting menjaga hubungan
baik antara mitra dagang serta para pelanggan. Alasan kejujuran akan
membawakan saling percaya antar sesama, kecuali yang tidak jujur akan
menghilangkan kepercayaan para pelanggan, lambat laun akan memundurkan dan
mematikan usahanya.

8 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, (Jakarta: Penebar Plus Imprint dari Penebar Swadaya, 2012),
31-34.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muhtar (2006). dalam jurnal nilai-nilai Ekonomi Islam dalam


Berwirausaha, Iqtishoduna Vol. 7

FORDEBI (2016). EKONOMI DAN BISNIS ISLAM, ed. 1, cet.1. Jakarta:


RajaGrafindo Persada

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis (2012), Jakarta: Penebar Plus Imprint dari
Penebar Swadaya

O.P. Simorangkir (2003), Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Purwohandoko(2015), Kewirausahaan, Surabaya: Unesa University Press

Qardhawi, Yusuf.200a. Norma dan Etika Islam. Jakarta: Gema Insani Press

Suparman Syukur.(2004), Etika Religius, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004),

www. bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai