Implementasi Nilai
Implementasi Nilai
ISLAM
Safarinda Imani
Ekonomi Islam, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga
Email: Safarinda.imani@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pertumbuhan makro ekonomi tergolong kuat selama satu dekade, secara
berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun
dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia
kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk
menstimulasi penciptaan lahan kerja baru agar pasar kerja dapat menyerap para
pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda
(kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu
kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat.
Dengan jumlah total penduduk sekitar 255 juta orang, Indonesia adalah negara
berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat).
Selanjutnya, negara ini memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar
setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua
faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki
kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi
ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam
perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Tabel 1: Tenaga Kerja Indonesia
Dalam Juta 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tenaga 116.5 119.4 120.3 121.9 121.9 122.4 127.8
Kerja
-Bekerja 108.2 111.3 113.0 112.8 114.6 114.8 120.8
- 8.3 8.1 7.3 7.4 7.2 7.6 7.0
Menganggur
Sumber : Badan Pusat Statistik
Didalam Islam telah di jelaskan pada ayat tentang perintah untuk bekerja,
karena menganggurnya orang yang mampu bekerja adalah haram. Tidak
dibenarkan seorang muslim malas dalam mencari rezeki, dengan alasan
konsentrasi ibadah dan tawakkal kepada Allah SWT. Yang demikian itu karena
langit tidak akan mencurahkan hujan emas ataupun perak.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
Sungguh pagi-pagi seseorang berangkat, lalu membawa kayu bakar di atas
punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya,
sehingga tidak minta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik baginya daripada
meminta kepada orang lain, baik mereka memberinya atau menolaknya....'' (HR.
Muslim dan Turmudzi).
Pengangguran yang masih tergolong banyak di Indonesia maka perlu adanya
wiraushawan yang dapat bersaing secara global maupun lokal, karena dalam
hadist telah dijelaskan bahwa tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
hal ini menunjukkan bahwa berwirausaha dan berusaha lebih baik dari pada
meminta-memina atau menjadi pengangguran. Kewirausahaan dapat membuka
lapangan kerja bagi pengangguran yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Maka
perlu penerapan nilai-nilai kewirausahaan secara islami, agar setiap masyarakat
tidak hanya mendapatkan atau mencapai profit saja, tetapi juga dapat menerapkan
nilai-nilai entrepeneurship secara islami dan hal tersebut paling dasar untuk dapat
menjalankan atau memulai suatu usaha atau bisnis
Di dalam Islam telah dijelaskan bahwasannya semangat kewirausahaan
terdapat dalam Al-Quran yang akan di uraikan sebagai berikut dalam QS. Hud:
61:
yang artinya : Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan
selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan(doa
hamba-Nya)."
Penerapan nilai-nilai entrepeneur tersebut juga harus mampu dilaksanakan
dalam setiap aspek perekonomian termasuk dalam penyelenggaraan produksi,
konsumsi maupun distribusi. Hal inilah yang sudah dilakukan pada beberapa
pelaku usaha menerapkan nilai bisnis Islam dalam kegiatan berwirausaha. Maka
dari itu perlunya mengkaji lebih dalam tentang bagaimana implentasi penerapan
nilai kewirausahaan dalam islam, sehingga untuk kedepannya dapat menjadi
acuan dalam berentrepeneur atau berwirausaha.
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah (value Added) di pasar melalui
proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar
dapat bersaing.Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang berfikir kreatif,
berperilaku inovatif menyukai perubahan, kemajuan dan tantangan. Unsur-unsur
kewirausahaan : motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan
kemampuan manfaatkan peluang.1
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata
secara kreatif.
Peter F Druker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Zimmerer mengartikan bahwa kewirausahaan merupakan suatu proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata
secara kreatif.
Ada keraguan istilah antara entrepreneurship, intraprneurship dan entrepreneurial
dan entrepreneur . 2
1. Entrepeneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk
menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi
pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan
managerial yang dibutuhkan seorang entreneur.
2. Intrapreneurship didefenisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam
organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antaran ilmu dengan keinginan
pasar.
3. Entrepreneur didefenisikan sebagali seorang yang membawa sumber daya
berupa tenaga kerja, material dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang
menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan
pada orang yang membawa perubahan, inovasi dan aturan baru.
ETIKA ENTREPENEUR
Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis
dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan
sosial sehingga, dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia
serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup. 6
6 O.P. Simorangkir, Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, 3.
7 Suparman Syukur, Etika Religius, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), 1.
kerangka praktis yang secara fungsional akan membentuk suatu kesadaran
beragama dalam melakukan setiap kegiatan ekonomi.
Inisiatif yang dilakukan oleh tiga agama samawi (Islam, Kristen, dan
yahudi) yang diprakarsai HRH. Princ Philip (the Duke of Edinburgh) dan Mahkota
Hasan bin Talal (Jordan) 1984 sepakat meletakkan prinsip-prinsip etika dalam
bisnis. Ada tiga isu etika dalam bisnis yang diklasifikasikan waktu itu, yaitu
moralitas dalam kebijakan organisasi yang terlibat dalam bisnis , serta moralitas
prilaku individual para karyawan saat bekerja.22 Sedangkan menurut Muhammad
Prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu meliputi kesatuan dan integrasi, kesamaan,
intelektualitas, kehendak bebas, tanggung jawab dan akuntabilitas, penyerahan
total, kejujuran, keadilan, keterbukaan, kebaikan bagi orang lain, kebersamaan.
Menurut Muhammad tugas utama etika bisnis dipusatkan pada upaya
mencari cara untuk menyelaraskan kepentingan strategis suatu bisnis atau
perusahaan dengan tuntutan moralitas. Kedua, etika bisnis bertugas melakukan
perubahan kesadaran masyarakat tentang bisnis dengan memberikan suatu
pemahaman atau cara pandang baru, bahwa bisnis tidak terpisah dari etika.
Muhammad Djakfar mendeskripsikan urgensi etika dalam aktivitas bisnis, dalam
hal ini dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, aspek teologis, bahwasannya
etika dalam islam (akhlak) merupak ajaran tuhan yang diwahyukan kepada
rosulullah Saw. baik dalam bentuk al-Quran maupun Sunnah. Kedua, aspek
watak manusia, (character) yang cenderung mendahulukan keinginan (will)
daripada kebutuhan (need). Bukankah watak dasar manusia itu secara universal
adala bersifat serakah (tamak) dan cenderung mendahulukan keinginannya dan
tidak terbatas dan tidak terukur daripada sekedar memenuhi kebutuhan yang
terbatas dan terukur.
Dengan watak semacam ini tentu saja manusia membutuhkan pencerahan
agar mereka sadar bahwasannya dalam hidup ini yang paling pokok adalah
memenuhi kebutuhan yang mendasar. Ketiga, aspek sosiologis, sudah layaknya
perlu adanya ajaran etika dalam dunia bisnis agar para pelaku bisnis memahami
dan menyadari mana wilayah yang sah dilakukan, dan mana pula yang tidak boleh
dilanggar dalam melakukan usaha. Keempat, perkembanga tekhnologi
(technology) yang semakin pesat disatu sisi banyak mendatangkan nilai positif
yang semakin mempermudah dan mempercepat pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. Namu, disisi lain dampak negatifnya pasti akan terjadi. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi terjadinya praktik penyimpangan etika tersebut di era
kecanggihan teknologi kehadiran etika bisnis sangatlah signifikan sekali. Kelima,
aspek akademis (science academic) perlunya kajian akdemik tentang etika dalam
bisnis agar selalu dihasilkan teori-teori baru yang dapat diaplikasikan dalam dunia
bisnis yang aktual dan kontekstual8
KESIMPULAN
Perlunya penerapan nilai-nilai kewirausahaan secara islami, agar setiap
masyarakat tidak hanya mendapatkan atau mencapai profit saja, tetapi juga dapat
menerapkan nilai-nilai entrepeneurship secara islami dan hal tersebut paling dasar
untuk dapat menjalankan atau memulai suatu usaha atau bisnis. Di dalam Al-
Quran terdapat banyak nilai yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, diantaranya tauhid, amanah, mashlahah, ikhlash, adl, ihsan,
istikhlaf, ukhuwwah, shiddiiq, dan lain sebagainya.
Nabi Muhammad Saw. menganjurkan untuk memiliki sifat yang terpuji dalam
keberhasilan dan kesuksesan berdagang,diantarnya memiliki sikap jujur (shiddiq),
menyampaikan (tabligh), dapat dipercaya (amanah), dan bijaksana (fathonah)
dalam berbisnis atau berdagang.
Selain itu bersikap adil dan bertindak jujur syarat penting menjaga hubungan
baik antara mitra dagang serta para pelanggan. Alasan kejujuran akan
membawakan saling percaya antar sesama, kecuali yang tidak jujur akan
menghilangkan kepercayaan para pelanggan, lambat laun akan memundurkan dan
mematikan usahanya.
8 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, (Jakarta: Penebar Plus Imprint dari Penebar Swadaya, 2012),
31-34.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis (2012), Jakarta: Penebar Plus Imprint dari
Penebar Swadaya
O.P. Simorangkir (2003), Etika Bisnis, Jabatan dan Perbankan, Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Qardhawi, Yusuf.200a. Norma dan Etika Islam. Jakarta: Gema Insani Press
www. bps.go.id