Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

AIDS (Acquired Immunodeficiency Svndrome atau Acquired Immune

Deficiency Syndrome) sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena HIV

(Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menurunkan kekebalan pada

tubuh manusia karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi

virus HIV. HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh,

termasuk darah, semen cairan, vagina dan air susu.

Asuhan keperawatan bagi penderita AIDS merupakan tantangan yang besar

bagi perawat karena setiap system organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi

ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah

emosional, sosial dan etika.Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun

secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit perawat

menggunakan suatu bentuk pendekatan dalam bidang keperawatan yang terdiri dari

empat tahapan : Tahap pengkajian,intervensi (perencanaan), implementasi

(pelaksanaan), dan evaluasi.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu :


1. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa data,diagnosa

keperawatan yang terjadi pada klien HIV/AIDS.

2. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan perencanaan asuhan

keperawatan klien dengan HIV/AIDS.

3. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan mengevaluasi asuhan

keperawatan dengan klien HIV/AIDS

4. Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan mendokumentasiasuhan

keperawatan klien dengan HIV/AIDS

C. Manfaat Penulisan

Manfaat yang di peroleh setelah membaca Makalah ini yaitu :

1. Sebagai informasi tentang dampak yang ditimbulkan dari penyakit HIV AIDS.

2. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit HIV/AIDS

3. Dapat memberikan asuhan keperawatan dengan klien HIV/AIDS

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI HIV/AIDS
AIDS (Acquired Immunodeficiency Svndrome atau Acquired Immune

Deficiency Syndrome) sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena

rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menurunkan

kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentang

terhadap sembarang infeksi ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan

yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus. namun penyakit ini

belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung

antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh

yang mengandung HIV, seperti darah air mani, cairan vagina, cairan preseininal, dan air

susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),

transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama

keharnilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan

tersebut.

Hukuman sosial bagi penderita yang terkena HIV/AIDS, umumnya lebih besar

bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman

sosial tersebut juga turut mengenai petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat

dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA)

B. ETIOLOGI HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus

(HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh

darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

Diketahui terdapat dua jenis virus HIV-1 dan HIV-2. Sering ditemukan di Amerika

Serikat. Sedankan HIV-2 ditemukan terutama di Afrika Barat. HIV-1 pertama kali di

identifikasi pada awal 1980-an. Virus ini adalah suatu retrovirus yang berarti bahwa ia

terdiri dari untai tunggal RNA virus yang masuk dalam anti sel pejamu dan

ditranskripsikan ke dalam DNA pejamu. Transipsi virus kedalam DNA pejamu mulai

langsung berkerja suatu enzim spesifik yang disebut reserve transciptase yang dibawa

oleh virus kedalam sel setelah menjadi bagian dari DNA pejamu, virus beraplikasi dan

bermutasi selama beberapa lahun dan, secara perlahan tetapi tetap menghasilkan

sistem irnun.

Perjalanan Infeksi HIV

Seseorang yang terjangkit HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala

(asimtomatik) selama bertahun-tahun. Selama ini jumlah sel T4 dapat berkurang dari

sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi menjadi sekitar 200 sampai 300 per

darah 2-10 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar gejala infeksi

misalnya infeksi jamur oportunistik atau timbulnya herpes zoster (cacar ular), muncul

jumlah T4 kemudian menurun karena timbulnya penyakit baru akan nrenyebabkan virus

berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seseorang didiognosis mengidap

AIDS apabila dihitung sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml, atau apabila terjadi infeksi

oportunistik, kanker atau demensis AIDS.

Penularan HIV
HIV ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh,

termasuk darah, semen cairan, vagina dan air susu. Urin dan isi saluran cerna tidak

dianggap sebagai sumber penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah.

Air mata, air Iiur, dan keringat mungkin mengandung virus tetapi jumlahnya diperkirakan

terlalu rendah untuk menimbulkan infeksi.

HIV tidak ditularkan melaiui :

1. Hubungan sosial seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa,

berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum.

2. Gigitan nyamuk.

3. Kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/jamban yang sama.

4. Tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS.

OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah,

ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HlV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-

laki, tetapi, proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi

dan anak, 90 % terjadi dari ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang

pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala HIV, namun demikian orang tersebut

dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu berkembang dan menunjukkan tanda-

tanda atau gejala-gejala.

Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-

masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan
gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn.

Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh.

Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang

yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

Tanda-tanda klinis penderita AIDS:

1. Berat badan menurun lehih dari 10 % dalam 1 bulan

2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis

5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala Minor

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

2. Dermatitis generalisata yang gatal

3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang

4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan

mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa

menggunakan kondom

2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama

3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik

4. Bayi yang ibunya positif HIV


HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom

pada setiap hubungan seks berisiko, tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-

sama, dan sedapat mungkin tidak mernberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai

saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk

menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat.

Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

Orang Yang Beresiko Terjangkit HIV

Orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV adalah mereka yang bertukar

darah dengan orang terinfeksi. Hal ini berarti setiap orang yang terpajan darah yang

tercemar melalui transfuse atau jarum suntik yang terkontaminasi. Pajanan ke jarum

suntik yang tercemar dapat terjadi secara tidak sengaja di difasilitas pelayanan

kesehatan atau melalui tukar menukar jarum selama pemakaian obat intravenal (IV).

Resiko terinfeksi setelah tertusuk jarum terinfeksi secara tidak sengaja adalah sangat

rendah (<1%). Walaupun resiko terinfeksi dari transfusi darah tercemar sangat tinggi

(hampir 100%).

Gambaran Klinik

Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat

mengenai sistem organ penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan AIDS terjadi

akibat infeksi, maliknasi dan efek langsung, HIV pada jaringan tubuh.

Gejala mirip flu termasuk dalam dernam ringan, nyeri badan, mengigil, dapat muncul

beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Gejala ini bersesuaian dengan

pembetukan anti body terhadap virus. Gejala menghilang setelah respon imun awal
menurunkan jumlah partikel, walaupun virus tetap dpat bertahan pada sel-sel lain yang

terinfeksi.

Selama periode laten orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan gejala

atau pada sebagaian kasus mengalami limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah

bening) persistem. Antara 2-10 tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar pasien mulai

mengalami berbagai oputumisti. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan munculnya AIDS

dan berupa infeksi ragi pada vagina atau mulut dan berbagai infeksi virus misalnya

varisella roster (cacar air dan ular), sitomegalovirus, atau herpes simpleks persistem,

wanita dapat menderita infeksi ragi kronik, atau penyakit radang panggul.

Setelah terbentuk AIDS sering terjadi saluran nafas, oleh organisme oportunistik

pneumoctis carinii.

Dapat timbul tubercolosa yang resisten bermacam-macam obat karena pasien AIDS

tidak mampu melakukan respon imun yang efektif untuk melawan bakteri, walupun

dibantu melakukan anti biotik.

Gejala susunan saraf pusat adalah defekmototri kejang perubahan kepribadian dan

demensia pasien akan menjadi buta dan akhirnya menjadi buta. Banyak dari gejala

tersebut karena, infeksi bakteri dan firus opertunistik pada SSP yang menyebabkan

peradangan otak, HIV juga dapat secara langsung merusak sel-sel otak.

Diare dan berkurangnya lemak tubuh sering terjadi pada apasien AIDS. Diare terjadi

akibat infeksi virus dan protozoa. Infeksi jamur dan hipotagus menyebabkan nyeri hebat

sewaktu menelan dan mengunyah dan ikut berperan menyebabkan berkurangnya

lemak dan gangguan pertumbuhan.


Berbagai kanker muncul pada pasien AIDS akibat tidak adanya respon imun seslular

terhadap ses-sel neuplstik yang terjadi pada pasien AIDS kanker yang sebenarnya

Jarang dijumpai. Sakroma Kaposi. Sakroma Kaposi adalah kanker sisten vaskuler yang

ditandai oleh resi-resi berwarna merah

C. MANIFESTASI KLINIK

Apabila terinfeksi oleh HIV, maka pengobatannya adalah :

o Obat-obat anti HIV ,misalnya azidotimidin (AZT), yang menghambat enzim reverse

transcriptase dan tampaknya efektif untuk menurunkan jumlah infeksi yang diidap

pasien AIDS, tetapi dapat memperlama waktu kelangsungan hidup bagi sebagian

orang. Efek samping otot tersebut adalah mual, nyeri kepala dan penekanan sumsum

tulang belakang.

o Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat-obat terlarang. Makanan yang

sehat dan gaya hidup yang bebas stress sangatlah penting. Stress gizi yang kurang,

alcohol diketahui fungsi imun. merokok juga harus dihindari.

o Menghindari infeksi lain. Dimana infeksi tersebut dapat mengaktitkan sel T dan dapat

mempercepat replikasi HlV. untuk mencegah infeksi, harus diberikan vaksin-vaksin

yang ada sepanjang tidak digunakan vaksin virus hidup

o Terapi untuk kanker dan infeksi spesifik.

Terapi alternative
Ilmu kedokteran Barat tradisional menfokuskan perhatiannya pada pengobatan

penyakit. Pengobalan atau intervensi ini diajarkan pada semua sekolah kedokteran dan

digunakan para dokter dalarn merawat pasien-pasien mereka.

Terapi alternatf dapat dibagi menjadi empat kategori :

a. Terapi spiritual atau psikologis yang mencakup terapi humor, hipnosis, kembuhan

karena iman-kepercayaan (faith healing), guided imatri dan afirmasi positif.

b. Terapi nutrisi yang mencakup diet vegetarian atau makribiotik suplemen Vitamin C arau

karoten dan kunyit/kunir (suatu umbi tanaman yang digunakan sebagai penyedap

makanan), yang mengandung curcumem

c. Terapi obat dan biologic termasuk nobat-obat yang pemakaianya tidak disetujui FDA.

d. Terapi dangan tenaga fisik dan alat yang mencakup akupunktur, akupresur, terapi

masase, reflek sologi terapi sentuhan yoga dan kristal.

D. PENATALAKSANAAN MEDIS

Belum ada penyembuhan bagi AIDS sehinggga pencegahan infeksi HIV perlu

dilakukan. Pencegahan berarti tidak berkontak dengan cairan tubuh tercemar HIV

karena mustahil diketahui sebelumnya apakah suatu cairan tubuh sudah tercemar oleh

HIV, maka seseorang harus rnengganggapnya tercemar sampai terbukti sebaliknya.

Untuk mencegah terpajan HIV seseorang harus :

o Melakukan abstinensi seks atau hubungan kelamin monogamy bersama dengan

pasangan yang tidak terinfeksi


o Diperiksa untuk mengetahui adanya virus paling sedikit 6 bulan Setrlah hubungan

terakhir yang tidak terlindung

o Menggunakan kondom lateks apabila terjadi hubungan kelamin dengan orang yang

HIVnya tidak diketahui

o Tidak melakukan tukar menukar jarum dengan siapapun untuk alasan apapun

o Mencegah infeksi ke janin atau bayi baru lahir

PROSES KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang

besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasaran

infeksi ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi

masalah emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus

disusun secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien.

E. PENGKAJIAN

1. Riwayat Penyakit.

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur

kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan

pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.

2. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)


Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan faktor risiko yang potensial,

termasuk praktek seksual beresiko dan penggunaan bius IV. Status fisik dan psikologis

pasien harus dinilai. Semua faktor yang mempengaruhi fungsi sistem imun perlu digali

dengan seksama.
Status nutrisi dinilai dengan menanyakan riwayat diet dan mengalami faktor-faktor

yang dapat mengganggu asupan oral seperti anoreksia, mual, vomitos. Nycri oral atau

kesulitan menelan.

Kulit dan membrane mukosa diinsfeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda

lesu, ulserasi atau infeksi. Rongga mulut diperiksa untuk memantau gejala kemerahan,

ulseri dan adanya bercak-bercak putih

Status respiratorius dinilai lewat pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk,

produksisputum, nafas yang pendek dan nyeri dada. Keberadaan suara pernafasan dan

juga harus diperiksa.

Status neuroiosis ditentukan dengan menilai tingkat kesadaran pasien, orientasinya

terhadap orang, tempat serta waktu dan ingatan yang hilang. Pasien juga dinilai untuk,

mendeteksi gangguan motorik

Status cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membran mukosa

untuk menentukan turgor dan kekeringan.

Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit

harus dievaluasi. Disamping itu, tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai.

3. Pemeriksaan Diagnostik

Tes Laboratorium
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil penilaian diagnosa keperawatan yang utama bagi

penderita penyakit AIDS dapat mencakup keadaan berikut ini :

o Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan

diare pada kulit.

o Diare yang berhubungan dengan kuman pathogen usus dan/atau infeksi HIV Risiko

terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodefisiensi

o Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan,

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan poksia yang menyertai infeksi paru

o Perubahan proses piker yang berhubungan dengan penyempitan rentang perhatian,

gangguan daya ingat, kebingungan dan disoriensi yang menyertai ensefalopati HIV

o Bersihan saluran nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pneumonia

pnearmucystis carinii (PCP), peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan

untuk batuk yang menyertai kelemahan, serta keadaan mudah letih

o Nyeri yang berhubungan dengan gangguan inteoritas kulit perianial akibat diare

o Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhuhungan dengan penurunan

asupan oral.

o Isolasi sosial yang berhubungan dengan stigma penyakit penarikan diri dari sistem

pendukung, prosedur isolasi dan bila dirinya ketakutan bila dirinya menulari orang lain

o Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV

dan mandiri

Masalah kolaboratif komplikasi potensial

Berdasarkan data-data hasil penilaian, komplikasi yang mungkin terjadi mencakup;


a. Infeksi oportunistik

b. Kerusakan pernafasan atau kegagalan respirasi

c. Sindrom pelisutan dan gangguan keseimbanban cairan serta elektrolit

d. Reaksi yang merugikan terhadap obat-obatan

G. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI

Sasaran bagi pasien mencakup pencapaian dan pemeliharaan intregitas kulit,

pemulihan kembali kebiasaan defekasi yang normal, tidak adanya infeksi, perbaikan

toleran terhadap aktivitas, perbaikan status nutrisi, peningkatan sosialisasi, ekspresi

berduka, peningkatan pengetahuan tentang penyakit serta perawatan-mandiri, dan

tidak adanya komplikasi.

INTERVENSI

1. Meningkatkan integrasi kulit.

Kulit dan mukosa oral harus dinilai secara rutin untuk mendeteksi perubahan

dalam penampakan, lokasi serta ukuran lesi dan menemukan bukti infeksi serta

kerusakan kulit. Pasien dianjurkan agar sedapat mungkin mempertahankan

keseimbangan istirahat dan mobilitas. Pasien yang immobile (tidak dapat bergerak)

harus dibantu, untuk mengubah tubuhnya setiap 2 jam sekali.

Alat-alat seperti kasur dengan tekanan yang berubah-ubah dan tempat tidur

khusus yang digunakan untuk mencegah disrupsi. Pasien diminta untuk menggaruk dan

mau menggunakan sabun yang nonabrasif serta tidak membuat kulit tidak menjadi
kering dan memakai pelembab kulit tanpa parfum untuk mencegah kekeringan kulit.

Perawatan oral yang rutin harus dianjurkan pula.

2. Meningkatkan kebiasaan defekasi yang lazim.

Pola defikasi pasien harus dinilai untuk mendeteksi diare. Perawat harus

memantau frekuensi defikasi serta konsistensi veses dan melaporkan rasa sakit atau

keram pada perut yang berkaitan dengan defekasi. Faktor-faktor yang akan membuat

diare Yang frekuensi kambuh kembali harus pula dinilai. Kwantitas dan volume veses

cair diukur untuk mencatat kehilangan volume cairan. Kultur vases dilakukan untuk

mengidentifikasi micro organism pathogen penyebab diare.

Konseling mengenai cara-cara mengurangi diare perlu dilakukan pada pasien.

Dokter dapat merekomendasikan pembatasan asupan oral unluk mengistirahatkan usus

selama periode implemasi akut yang berkaitan dengan infeksi usus yang berat. Dengan

ditingkatnya Asupan makanan, jenis jenis makanan yang merangsang usus seperti

buah serta sayuaran bakar, minuman bersoda, makanan pedas, dan makanan dengan

suhu ekstem perlu dihindari . Makanan dengan porsi kecil tetapi akan sering membantu

mencegah dispense abdomen.

Dokter dapat meresepkan obat-obat antikolinergik,antispasmodic atau opiold

yang mengurangi diare dengan menurunkan motilitas dan spasme usus ; pemberian

obat anti diare, dengan jadwal tertentu. Mungkin akan lebih efektif dari pada pemberian

kalau perlu. Preparat antibiot dan antipungal dapat pula diresepkan untuk melawan

kuman-kuman pathogen yang ditemukan lewat pemeriksaan kultur fases.

3. Mencegah infeksi.
Kepada pasien dan orang yang merawatnya diminta untuk memantau tanda-

tanda serta gejala infeksi. Tanda-tanda ini mencakup gejala demam/panas, menggigil,

keringat malam, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas yang pendek,

kesulitan bernapas, rasa sakit pada mulut atau kesulitan menelan, bercak-bercak putih

dalann rongga mulut, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar

limpa yang membengkak, mual, muntah persistem, sering berkemih, sulit untuk mulai

dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan persual, dan penurunan daya ingat,

kemerahan, pembengkakan atau pengeluaran secret dari luka pada kulit, dan lesi

paskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal. perawat juga harus memantau hasil

laboratorium yang menunjukkan infeksi seperti hidung, leokosit dan hidung jenis.

Dokter dapat memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kultur specimen dari

secret luka, lesi, urin, feses, sputum, mulut serta darah untuk mengidentifikai

mikroorganisme pathogen dan terapi anti mikroba yang paling tepat.

4. Memperbaiki toleransi terhadap aktifitas.

Toleransi terhadap aktifitas dinilai dengan memantau kemampuan pasien untuk

bergerak (ambulasi) dan melakukan kegiatan sehari-hari. Mungkin tidak mampu

mempertahankan aktifitas yang lazim karena kelemahan, keadaan mudah lelah, napas

yang pendek. Bantuan dalam menyusun rencana rutinitas harian yang keseimbangan

antara aktifitas dan istirahat mungkin diperlukan.

Disamping itu, pasien akan terbantu dengan informasi mengenai teknik-teknik

menghemat tenaga seperti duduk pada saat mencuci atau pada saat mempersiapkan

makanan. Terapi seperti relaksasi dan imajinasi mungkin bermanfaat bagi pasien

karena dapat mengurangi rasa cemas yang menimbulkan kelelahan dan mudah letih.
Kolaborasi dengan anggota lainnya dari tim keperawatan kesehatan menunjukkan

faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan keadaan mudah lelah dan strategi

untuk menghadapinya.

5. Memperbaiki proses berfikir.

Pemeriksaan pasien dilakukan pula untuk menilai perubahan pada status mental

yang berhubungan dengan gangguan neorologis abnormalitas, metabolism, infeksi,

efek samping pengobatan atau mekanisme untuk mengatasi persoalan. Status mental

harus dinilai sedini mungkin untuk memberikan data dasar pada keperluan pemantauan

perilaku.

6. Memperbaiki bersihan jalan napas.

Status respiratorius yang mencakup frekuensi, irama, penggunaan otot-otot

aksesoris dan suara pernapasan, status mental dan warna kulit harus dinilai paling tidak

sekali sehari. Setiap gejala batuk dan jumlah karakteristik sputum harus dicatat.

Specimen sputum dianalisis untuk menemukan mikro organisme yang menular. Terapi

fulmuner (batuk, bernapas dalam dan fibrasi) dilakukan sedikitnya setiap dua jam untuk

mencegah stasis sekresi dan meningkatkan bersihan saluran Jalan napas.

7. Pasien dinilai untuk menentukan kualitas dan kuantitas rasa nyeri.

Dimana nyeri ini berkaitan dengan tergangunya integrasi kulit periana sarcoma

Kaposi dan neuropati perifer nyeri akibat sarcoma Kaposi kerap kali dikeluarkan

sebagai berat dan tekanan yang menusuk nusuk jika terdapat limfedema. penanganan

nyeri dapat mencakup penggunaan preparat anti implamasi nonstaroid dan opioid

disamping pendekatan nonparmakologis seperti tehnik relaksasi


8. Memperbaiki tehknik relaksasi.

9. Mempertahankan status nutrisi yang memadai

Status nutrisi dinilai dengan memantau berat badan. Asupan makanan dan kadar

albumin. pasien juga dinilai untuk menemukan faktor faktor yang mengganggu asupan

oral seperti anoreksia infeksi kandida pada mulut serta esophagus ; mual, muntah,

nyeri,kelemahan dan keadaan mudah letih.

Berdasaarkan hasil penilaian ini, perawat dapat mengemplementasikan asupan

oral. Pasien dianjurkan untuk memakan makanan yang mudah ditelan dan menghindari

makanan kasar, pedas, ataupun lengket, terlalu panas atau dingin.

H. EVALUASI DATA

Hasil yang diharapkan :

1. Mempertahankan integritas kulit

2. Mendapatkan kembali kehiasaan defeksasi yang normal

3. Tidak mengalami infeksi

4. Mempertahankan tingkat toleransi yang memadai terhadap aktivitas

5. Mempertahankan tingkat proses berfikir yang lazim

6. Mempertahankan klirens saluran napas yang efektif

7. Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri

8. Mempertahankan teknik relaksasi

9. Mempertahankan status nutrisi yang mernadai


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun secara individual

untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien. Asuhan keperawatan pada klien

dengan HIV/AIDS terdiri dari 4 tahap yaitu Pengkajian,Diagnosa,Intervensi,

Implementasi,dan Evaluasi.

Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan faktor risiko yang potensial,

termasuk praktek seksual beresiko dan penggunaan bius IV. Dalam perencanaan dan

implementasi, sasaran bagi pasien mencakup pencapaian dan pemeliharaan intregitas

kulit, pemulihan kembali kebiasaan defekasi yang normal, tidak adanya infeksi,

perbaikan toleran terhadap aktivitas, perbaikan status nutrisi, peningkatan sosialisasi,

ekspresi berduka, peningkatan pengetahuan tentang penyakit serta perawatan-mandiri,

dan tidak adanya komplikasi.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; Media Aesculapius

Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Jakarta ; EGC

http://netsains.com/2008/02/lebih-jauh-dengan-hivaids-dan-penanggulangannya/

Posted in: MATERNITAS DAN REPRODUSI


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Komentar dengan akun facebook


<a
href="http://alam414m.b
src="http://i1180.photob
</a>

link

Health links

Archive
2011 (57)
o Juni (46)
askep hipertensi
askep meningitis
makalah hiv / aids
askep hemoroid
kebutuhan cairan IWL dan SWL
askep diare
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HERPES ZOSTER (cacar...
INFARK MIOKARD AKUT
askep pnemonia
ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
ASUHAN KEPERAWATAN ENCEPHALITIS
ASKEP PENYAKIT HIRSCPRUNG
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN
KELAIN...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN dg Gangguan Kelenjar...
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS KONTAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPARATIROIDISME
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA
BAKA...
ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP) HERNIA
asuhan keperawatan dengan kanker serviks
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMILITIS
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TRAUMA ESOFAGUS
ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP) PERILAKU BUNUH DIRI
ASKEP SINDROM CUSHING
ASKEP TUMOR INTRACRANIAL (TUMOR OTAK)
MENJADIKAN PEKERJAAN SEBAGAI REKREASI
KELEBIHAN PERAWAT DARI DOKTER
ASKEP ASFIKSIA NEONATORUM
ASKEP EFUSI PLEURA
ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH
ASKEP HARGA DIRI RENDAH (JIWA)
PERAWATAN LUKA
MENJADI PERAWAT YANG LEBIH BAIK
KELUH - KESAH PERAWAT DI INDONESIA
KANKER PAYUDARA ( CA. MAMMAE)
MENGGUGURKAN KANDUNGAN ( ABORSI)
KESEHATAN REPRODUKSI MASA REMAJA
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) OSTEOSARCOMA
google-site-verification: google8e5f76815ab50ffb.h...
ASKEP FARINGITIS
Hubungan/komunikasi Terapeutik Perawat dan Klien
RENTANG RESPON KONSEP DIRI KLIEN
TEORI STRESS DAN ADAPTASI
Omron Blood Pressure Monitor
ASKEP KLIEN DENGAN AMPUTASI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TRAUMA KAPITIS
ASKEP HIDROSEFALUS/HIDROCEFALUS
o Juli (11)

2012 (19)

2013 (2)

2014 (1)

Temukan Di Facebok
ASKEP ANAK (7)
KATA BIJAK (3)
KEBUTUHAN CAIRAN (1)
KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1)
Maros (1)
OPINI (1)
PERAWATAN (1)
Persoalan Remaja (1)

Entri Populer


Hubungan/komunikasi Terapeutik Perawat dan Klien

1. Pengertian Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari


hubungan yaitu : Relationship adalah proses inte...

ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP) HERNIA

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Secara umum Hernia merupakan proskusi


atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai organ inter...

Askep GASTRITIS

A. Konsep Medis 1. Pengertian Gastritis adalah peradangan lambung baik lokal atau
menye...

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata adalah alat indera


kompleks yang berevolusi dari bintik bintik peka sin...

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) OSTEOSARCOMA

1. DEFINISI Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma


tulangprimer yang sanga...

KONSEP BERMAIN PADA ANAK


BAB. I PENDAHULUAN Anak tidak memisahkan antara dan bekerja. Bagi anak
bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja, kesena...

TEORI STRESS DAN ADAPTASI

www.alam414m.blogspot.com Modernisasi dan kemajuan tekhnologi membawa


perubahan dalam cara berfikir dan dalam pola hidup masyara...

kebutuhan cairan IWL dan SWL

KEBUTUHAN CAIRAN (2 -6 -2003) 1. IWL : Anak = (30-50)


cc/kgBB/hari = 30 cc/k...

ASKEP SCABIES

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit scabies merupakan salah


satu penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabei. Saat ...

ASKEP FARINGITIS

BAB I KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN Faringitis adalah inflamasi febris yang


disebabkan oleh infeksi virus yang tak terkomplikasi biasanya ...

Anda mungkin juga menyukai