Anda di halaman 1dari 40

CASE REPORT

ORCHITIS DAN PENYAKIT INFEKSI

Disusun Oleh :
Timothy Kurniawan

Pembimbing :
dr. Yulius Fajar Sp. U

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


RUMAH SAKIT HUSADA

1
I. TINJAUAN KASUS

1.1 Identitas
Nama : Tn.AM
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Gunung Sahari Raya no.3
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan terakhir : Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan : Swasta
Tanggal masuk RS HUSADA : 28 Mei 2017
Tanggal pemeriksaan : 28 Mei 2017

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Pembengkakan buah zakar kanan.

Keluhan Tambahan :
Nyeri pada buah zakar kanan, nyeri pada saat berkemih, keluar lendir dari penis, kencing
berdarah, demam, mual, dan lemas.

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Os datang dengan keluhan pembengkakan pada buah zakar kanan sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit Husada. Buah zakar terasa lebih berat di sebelah kanan, dengan
ukuran awal sebesar buah anggur, sekarang berukuran sebesar +/-cm x 3 cm. Bengkak
pada buah zakar, tidak hilang timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Nyeri
pada buah zakar dirasakan hilang timbul sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan
rasa nyeri yang dirasakan berupa ngilu yang tidak menjalar dan menyebabkan pasien
mual dan lemas. Keluhan demam dirasakan pasien sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit Husada. Terdapat lendir dan cairan bening yang keluar dari zakar sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit Husada. Riwayat trauma dan penyakit menular seksual
2
disangkal. Pasien mengaku nyeri pada saat berkemih dan warna BAK merah, terdapat
lendir dan darah sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit, BAB tidak ada
keluhan. Pasien mengaku belum mengkonsumsi obat sebelum berobat ke rumah sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal. Riwayat gondongan (+) pada saat
pasien usia 16 tahun.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga :


Riwayat penyakit keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit sedang ( FAST score
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 18 x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 38,7C

Status generalis

Kepala
Bentuk dan ukuran normal;
Tidak ada benjolan;
Kulit kepala normal;
Rambut warna hitam terdistribusi merata;
Tidak mudah dicabut.
Mata
Palpebral superior et inferior, dextra et sinistra tidak tampak edema
Konjungtiva anemis (-);
Sklera ikterik(-);
Pupil isokor, bulat, refleks cahaya (+/+)
THT
Bentuk telinga normal,
Sekret (-/-);
Bentuk hidung normal;

3
Nyeri tekan sinus paranasal (-);
Lidah kotor (-);
T1-T1,
Faring hiperemis (-)
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak ada
pembesaran,
Nyeri tekan (-)
Leher
Trakea di tengah,
Pembesaran kelenjar tiroid (-),
JVP dalam batas normal.
Thorax
Inspeksi : bentuk dada datar, simetris
Palpasi : stem fremitus sama kuat, krepitasi (-)
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak Nampak
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCl sinistra
Perkusi : redup
Auskultasi : S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar, simetris
Auskultasi : bising usus menurun
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Terdapat defans muskular di perut kanan bawah, supel
pada bagian perut lainnya, nyeri tekan dan lepas pada perut kanan bawah,
mcburney(+), Blumberg (+), obturator(+), rovsing (-), psoas(-).
Ekstremitas
Akral hangat,
Capillary refill < 2 detik
Kulit
Tidak tampak edema

4
Status Lokalis :

a/r skrotalis dextra :

- Bentuk testis lonjong


- Bengkak (+)
- Ukuran 7 x 3 cm
- Konsistensi kenyal
- Permukaan rata
- Terfiksir (-)
- Nyeri tekan (+)
- Hiperemis (+)

1.4 Diagnosa Banding


- Orchitis dextra
- Tumor testis dextra
- Hernia skrotalis dextra
- Hidrokel
- Epididimitis
- Torsio testis dextra

1.5 Usulan Pemeriksaan


- Darah Rutin
- Analisa urin
- Kultur urin
5
- VDRL
- USG testis

1.6 Diagnosa Klinik


- Suspek Orchitis Dextra

1.7 Penatalaksanaan
Cefadroxil tablet 2x1
Dexamethason tablet 3x1
Parasetamol tab 3x1

1.8 Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI TESTIS

Testis merupakan organ yang berperan dalam proses reproduksi dan hormonal. Fungsi utama
dari testis adalah memproduksi sperma dan hormon androgen terutama testosteron. Sperma
dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel
spermatogenik. Diantara tubulus seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat
dimana sel leydig berada.

Testis normal berukuran rata-rata 4x3x2,5 cm. Organ ini diliputi oleh suatu lapisan yang
disebut dengan tunika albuginea, oleh suatu septa-septa jaringan ikat testis dibagi menjadi
250 lobus. Pada bagian anterior dan lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang
disebut dengan tunika vaginalis yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal, lapisan ini
langsung berhubungan dengan kulit skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan
dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya. Testis terdapat di dalam
skrotum yang merupakan lapisan kulit yang tidak rata dimana dibawahnya terdapat suatu
lapisan yang disebut tunika dartos yang terdiri dari serabut-serabut otot.

Peredarahan darah testis memiliki keterkaitan dengan peredarahan darah di ginjal karena
asal embriologi kedua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal dari aorta
yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dari vasa deferensia yang
merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Aliran darah dari testis kembai ke pleksus
pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di anulus inguinalis interna akan
membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava
inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke dalam vena renalis kiri.3

Saluran limfe yang berasal dari testis kanan mengalir ke kelenjar getah bening di daerah
7
interaaortacaval, paracaval kanan dan iliaka komunis kanan, sedangkan saluran limfe testis
kiri mengalirkan isinya ke kelanjar getah bening paraaorta kiri dan daerah hilus ginjal kiri,
paracaval kiri dan iliaka kiri

2. Epididimis

Anatomi:

Merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari
testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk oleh

8
duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih
kecil ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi
sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi

Epididimis terbagi menjadi 3 bagian yaitu:


- Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 1214 duktus eferen.
- Body of epididymis
- Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens.

3. Duktus deferens
Anatomi:
Merupakan perpanjangan saluran epididimis. Duktus deferens:
- Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan
struktur yang kuat
- Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis
- Merupakan komponen utama spermatic cord
- Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal
- Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus
ejakulatori
- Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla.
Vaskularisasi:

9
- Arteri : berasal dari arteri vesical superior yang akhirnya akan menyatu dengan arteri
testicular.
- Vena : berasal dari vena testicular, termasuk plexus pampiniform. Bagian ujungnya
menuju vena vesicular plexus atau vena prostatic plexus.

ORCHITIS

DEFINISI DAN ETIOLOGI


Orkitis adalah proses inflamasi (peradangan) satu atau kedua biji testis (zakar).
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering
menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Hampir 15-25% pria yang
menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis.
70% kasus orchitis biasanya didahului dengan kejadian parotitis akibat infeksi
virus Mumps. Bakteri yang menyebabkan orchitis biasanya merupakan penyebaran dari
epididimitis pada pria yang aktif secara seksual atau pada pasien BPH. Beberapa bakteri
yang dpat menyebabkan orchitis antara lain Neisseria gonorrhoeae, Clamydia
trachomatis, Eschericia coli, Klebsiella pneumoniae, Psedomonas Aeruginosa,
Staphylococcus, dan Streptococcus.

FAKTOR RESIKO
# Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual
adalah:
10
Immunisasi gondongan yang tidak adekuat
Usia lanjut (lebih dari 45 tahun)
Infeksi saluran kemih berulang
Kelainan saluran kemih.

# Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah:
Berganti-ganti pasangan
Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan
Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.

MANIFESTASI KLINIS
Pembengkakan skrotum
Testis yang terkena terasa berat, membengkak dan teraba lunak
Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang terkena
Demam
Dari penis keluar nanah
Nyeri ketika berkemih (disuria)
Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi
Nyeri selangkangan
Nyeri testis, bisa terjadi ketika buang air besar atau mengedan
Semen mengandung darah.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan dan pembengkakan testis
yang terkena.
# Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah: Analisa air kemih
# Pembiakan air kemih

11
# Tes penyaringan untuk klamidia dan gonore
# Pemeriksaan darah lengkap
# Pemeriksaan kimia darah.

DIAGNOSIS BANDING
Torsi testis umumnya menampakkan gejala nyeri buah zakar yang mendadak
(terlokalisir pada satu testicle) yang mungkin disertai tanda-tanda dan gejala-gejala
kepekaan testicular dan/atau scrotal, pembengkakan dan kemerahan testicular
dan/atau scrotal, kenaikan dari buah pelir yang terpengaruh didalam scrotum,
kehilangan cremasteric reflex pada sisi yang terpengaruh.
Tumor testis kadang-kadang menyebabkan nyeri buah pelir namun biasanya tidak
mengakibatkan nyeri pada benjolan itu sendiri. Terdapat perubahan pada ukuran
atau tekstur dari buah pelir disertai sakit yang tumpul dari perut bagian bawah,
punggung bagian bawah atau area selangkangan.

PENGOBATAN
Penderita sebaiknya menjalani tirah baring, skrotumnya diangkat dan dikompres
dengan air es.
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Selain itu juga diberikan
obat pereda nyeri dan anti peradangan. Antibiotik yang biasa dipakai antara lain
ceftriaxone, ciprofloxacin, doksisiklin, azithromycin dan kotrimoksazol. Pastikan
sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat2 dimaksud. Dan habiskan antibiotika
yang diberikan walaupun gejala penyakitnya sudah mereda.
Jika penyebabnya adalah virus, obat yang diberikan bertujuan menghilangkan
gejala-gejala yang ada. Obat anti nyeri, anti demam, obat anti peradangan non
steroid (NSAID), seperti ibuprofen atau naproxen
Operatif :
Radikal Orchiectomy Inguinalis

KOMPLIKASI

12
Testis yang mengecil (atropi)
Abses (nanah) pada kantong testis
Infertilitas (susah punya anak), terutama jika terkena kedua testis.

PENCEGAHAN
Immunisasi gondongan bisa mencegah terjadinya orkitis akibat gondongan. Saat
ini sudah tersedia vaksin untuk mumps yaitu MMR (measles, mumps, rubella)
dan MMRV (MMR plus varisela, untuk usia 1-12 tahun).
Perilaku seksual yang aman dan terlindung (misalnya tidak berganti-ganti
pasangan dan menggunakan kondom) bisa mengurangi resiko terjadinya orkitis
akibat penyakit menular seksual.

KESIMPULAN
Penanganan pertama untuk orchitis dapat dilakukan Bed rest dan Elevasi
skrotum diikuti pemberian Antibiotik, Analgesik.
Pada pasien orchitis dengan penyebab utama bakteri terutama pada pasien di
bawah usia 35 tahun dan aktif secara seksual dapat diberikan antibiotik
Ceftriaxone, Doksisiklin ataupun Azitromycin.
Penanganan lanjut apabila ada komplikasi hidrokel/pyocele dilakukan drainase
untuk mengurangi tekanan pada tunica.
Beberapa kasus orchitis mereda secara spontan dalam waktu 3 10 hari. Dengan
pemberian antibiotic yang tepat kebanyakan kasus orchitis bacterial dapat
sembuh tanpa komplikasi

EPIDIDIMITIS AKUT

13
1. Definisi
Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis. Epididimis
merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang testis dan
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.

Berdasarkan timbulnya nyeri, epididimitis dibedakan menjadi epididimitis akut dan


kronik. Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya
dalam beberapa hari sedangkan pada epididimitis kronik, timbulnya nyeri dan
peradangan pada epididimis telah berlangsung sedikitnya selama enam minggu
disertai dengan timbulnya indurasi pada skrotum.

2. Etiologi
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien, sehingga
penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :
Infeksi bakteri non spesifik
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella) menjadi penyebab
umum terjadinya epididimitis pada anak-anak, dewasa dengan usia lebih dari 35 tahun
dan homoseksual. Ureaplasma urealyticum, Corynebacterium, Mycoplasma, and Mima
polymorpha juga dapat ditemukan pada golongan penderita tersebut. Infeksi yang
disebabkan oleh Haemophilus influenzae and N meningitides sangat jarang terjadi.
Penyakit Menular Seksual

14
Chlamydia merupakan penyebab tersering pada laki-laki berusia kurang dari 35
tahun dengan aktivitas seksual aktif. Infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, Treponema pallidum, Trichomonas dan Gardnerella vaginalis juga sering
terjadi pada populasi ini.
Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada epididimitis yang
disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria. Mumps merupakan virus yang
sering menyebabkan epididimitis selain coxsackie virus A dan
varicella
Tuberkulosis
Epididimitis yang disebabkan oleh basil tuberkulosis sering terjadi di daerah endemis TB
dan menjadi penyebab utama terjadinya TB urogenitalis.
Penyebab infeksi lain
Seperti brucellosis, coccidioidomycosis, blastomycosis, cytomegalovirus [CMV],
candidiasis, CMV pada HIV) dapat menjadi penyebab terjadinya epididimitis
namun biasanya hanya terjadi pada individu dengan sistem imun tubuh yang
rendah atau menurun.
Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks.
Vaskulitis (seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak) sering
menyebabkan epididimitis akibat adanya proses infeksi sistemik.
Penggunaan Amiodarone dosis tinggi
Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung dengan dosis
awal 600 mg/hari 800 mg/ hari selama 1 3 minggu secara bertahap dan dosis
pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari 200
mg/hari) akan menimbulkan antibodi amiodarone HCL yang kemudian akan menyerang
epidididmis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian yang sering terkena adalah
bagian cranial dari epididimis dan kasus ini terjadi pada 3-11 % pasien yang menggunakan
obat amiodarone.
Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan oleh
bakteri maupun non bakteri dapat menyebar ke skrotum, menyebabkan timbulnya

15
epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan dan jika disentuh
terasa sangat nyeri. Gejala yang juga sering menyertai adalah nyeri di selangkangan,
daerah antara penis dan anus serta punggung bagian bawah, demam dan menggigil.
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang membengkak dan terasa nyeri
jika disentuh.
Tindakan pembedahan seperti prostatektomi.
Prostatektomi dapat menimbulkan epididimitis karena terjadinya infeksi preoperasi
pada traktus urinarius. Hal ini terjadi pada 13% kasus yang dilakukan
prostatektomi suprapubik.
Kateterisasi dan instrumentasi
Terjadinya epididimitis akibat tindakan kateterisasi maupun pemasangan instrumentasi
dipicu oleh adanya infeksi pada urethra yang menyebar hingga ke epididimis.

3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana diperkirakan terjadinya
epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung bakteri, dari uretra
pars prostatika menuju epididimis melalui duktus ejakulatorius vesika seminalis,
ampula dan vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadi di prostat dan uretra
serta adanya anomali kongenital pada bagian genito-urinaria sering menyebabkan
timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi sewaktu miksi. Setiap kateterisasi
maupun instrumentasi seperti sistoskopi merupakan faktor resiko yang sering
menimbulkan epididimitis bakterial.
Infeksi berawal di kauda epididimis dan biasanya meluas ke tubuh dan hulu epididimis.
Kemudian mungkin terjadi orkitis melalui radang kolateral. Tidak jarang berkembang
abses yang dapat menembus kulit dorsal skrotum. Jarang sekali epididimitis
disebabkan oleh refluks dari jalan kemih akibat tekanan tinggi intraabdomen karena cedera
perut.

4. Gejala Klinis

16
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber
infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh uretra
dan nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi
yang meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi
pada vesika urinaria yang disebut Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum,
frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat
infeksi pada prostat yang disebut prostatitis), demam dan nyeri pada regio flank (akibat
infeksi pada ginjal yang disebut pielonefritis).

Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul dari bagian
belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis,
skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi.
Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan
muntah.

5. Tanda Klinis
Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik adalah :
Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua
testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan epididimis
membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Setelah beberapa hari,
epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah karena bengkak yang juga
meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas, merah dan bengkak karena adanya
udem dan infiltrat. Funikulus spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan
nyeri.
Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal
Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat
ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun
pemeriksaan ini kurang spesifik.
Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis.
Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu adanya

17
pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.
Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan
Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus
urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya suatu infeksi
adalah:
Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat dengan shift to the left
(10.000-30.000/l)
Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi
Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak
Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

6. Pemeriksaan Radiologis
Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :

1. Color Doppler Ultrasonography


Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan ini
lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut
skrotum lainnya.
Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien (seperti
ukuran bayi berbeda dengan dewasa)
Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah pada
arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis cenderung
meningkat.
Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagai
komplikasi dari epididimitis.
Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang
disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echo
yang heterogen pada ultrasonografi.

18
2. Nuclear Scintigraphy
Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk
mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai
ultrasonografi.
Pada epididimitis akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras
Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat
infeksi.
Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam melakukan
interpretasi

3. Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG Abdomen

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali kongenital pada pasien
anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.

7. Diagnosis
Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui :

a) Anamnesa
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan Laboratorium
d) Pemeriksaan penunjang lainnya

8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding epididimitis meliputi :
1. Orkitis
19
2. Hernia inguinalis inkarserata
3. Torsio testis
4. Seminoma testis
5. Trauma testis

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah,
berupa :
a. Penatalaksanaan Medis
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering
digunakan adalah :
Fluorokuinolon, namun penggunaannya telah dibatasi karena terbukti resisten terhadap
kuman gonorhoeae
Sefalosforin (Ceftriaxon)
Levofloxacin atau ofloxacin untuk mengatasi infeksi klamidia dan digunakan pada
pasien yang alergi penisilin
Doksisiklin, azithromycin, dan tetrasiklin digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri non
gonokokal lainnya

b. Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti :


Pengurangan aktivitas
Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua sampai tiga hari
untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
Kompres es
Pemberian analgesik dan NSAID
Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra

c. Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi :
Scrotal exploration
20
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis seperti
abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan
intrascrotal baru dapat ditegakkan saat dilakukan orchiectomy.
Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh kronik
epididimitis pada 50% kasus.
Epididymotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.

10. Komplikasi
Komplikasi dari epididimitis adalah :
Abses dan pyocele pada skrotum
Infark pada testis
Epididimitis kronis dan orchalgia
Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus epididimis
Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
Fistula kutaneus

11. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat
serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner seksualnya.
Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa terjadi.

PAROTITIS

21
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan
kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).
Gambar Kelenjar Saliva Mayor (DeNardin, 2006)
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan
telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas
ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk., 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar
parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas
horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis
berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di
seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur,
1995).

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di
antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas
atau pipi bagian bawah.

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik,
Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang

22
dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,
payudara dan organ lainnya.

Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka
yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon
kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.

# Penularan Penyakit Gondongan

Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak
langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan
dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran
kelenjar.

Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun,
hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang
baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki
kekebalan seumur hidupnya.

# Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan
sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun
demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat
menjadi sumber penularan penyakit tersebut.

Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat
digambarkan sdebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5
40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
23
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali
dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami
pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan
kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan
buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

# Diagnosis Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis)

Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis,
termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau
Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil
laboratorium air kencing (urin) dan darah.

# Pemeriksaan Laboratorium

Disamping leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase
dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi
normal kembali dalam dua minggu.

Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan
gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter
akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah.
Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps
antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies
(HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

# Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang
gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat

24
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal
tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang
dini :

1. Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi
kemandulan.

2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang
ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.

3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit
kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis
dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti
ketulian atau kelumpuhan otot wajah.

4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu
1 minggu dan penderita akan sembuh total.

5. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam
jumlah yang banyak

6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi.

# Pengobatan Penyakit Gondongan

Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita
panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri
(antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh

25
diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (Pengaruh
aspirin pada anak-anak).

Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat
tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada
area testis yang membengkak tersebut. Sedangkan penderita yang mengalami serangan
virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah
sebaiknya diberikan cairan melalui infus.

Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin


diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat
dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk
menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.

Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam self limiting disease (penyakit yg sembuh
sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan
atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet
makanan cair dan lunak.

Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci
pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya
agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah
belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk
membantu proses kesembuhan.

# Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)

Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-
kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada
usia 15 bulan.

Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita
Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya.

26
Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko
terkena serangan penyakit gondongan.

KOLITIS

Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5
m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar
daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada
sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum
menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengontrol
aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascendens,
transversum, descendens, dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam
yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan
fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan
berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan
rektum. Rektum terbentang dari kolon sigmoid sampai dengan anus. Satu inci terakhir dari
rektum terdapat kanalis ani yang dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus.
Panjang rektum sampai kanalis ani adalah 5,9 inci (Lindseth, 2005).
Dinding kolon terdiri dari empat lapisan yaitu tunika serosa, muskularis, telasubmukosa, dan
tunika mukosa akan tetapi usus besar mempunyai gambaran-gambaran yang khas berupa:
lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna tetapi terkumpul dalam tiga pita yang
disebut taenia koli yang bersatu pada sigmoid distal. Panjang taenia lebih pendek daripada
usus sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut
haustra. Pada taenia melekat kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak yang
disebut apendices epiploika. Lapisan mukosa usus besar lebih tebal dengan kriptus
lieberkuhn terletak lebih dalam serta mempunyai sel goblet lebih banyak daripada usus
halus.
Vaskularisasi usus besar diatur oleh arteri mesenterika superior dan inferior.
Arteri mesenterika superior memvaskularisasi kolon bagian kanan (mulai dari
sekum sampai dua pertiga proksimal kolon transversum). Arteri mesenterika superior
mempunyai tiga cabang utama yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika
27
media. Sedangkan arteri mesenterika inferior memvaskularisasi kolon bagian kiri (mulai
dari sepertiga distal kolon transversum sampai rektum bagian proksimal). Arteri
mesenterika inferior mempunyai tiga cabang yaitu arteri kolika sinistra, arteri
hemorroidalis superior, dan arteri sigmoidea. Vaskularisasi tambahan daerah rektum diatur
oleh arteria sakralis media dan arteria hemorroidalis inferior dan media. Aliran balik vena
dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan inferior serta vena
hemorroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati.
Vena hemorroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Ada anastomosis antara vena hemorroidalis
superior, media, dan inferior sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan
aliran balik ke dalam vena-vena ini dan mengakibatkan hemorroid. Aliran pembuluh limfe
kolon mengikuti arteria regional ke limfenodi preaorta pada pangkal arteri mesenterika
superior dan inferior. Aliran balik pembuluh limfe melalui sistrna kili yang bermuara ke
dalam sistem vena pada sambungan vena subklavia dan jugularis sinistra. Hal ini
menyebabkan metastase karsinoma gastrointestinal bisa ada dalam kelenjar limfe leher
(kelenjar limfe virchow). Aliran balik pembuluh limfe rektum mengikut i aliran pembuluh
darah hemorroidalis superior dan pembuluh limfe kanalis ani menyebar ke nodi limfatisi
iliaka interna, sedangkan aliran balik pembuluh limfe anus dan kulit perineum mengikuti
aliran limfe inguinalis superficialis.

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan penyebab
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik,
kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.
b. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohns kolitisradiasi,
kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simplecolitis).
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai
daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitistuberkulosa serta
infeksi E.coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di
Indonesia.

28
KOLITIS AMEBIK (AMEBIASIS KOLON)
Batasan.
Peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica.
Epidemiologi.
Prevalensi amebiasis diberbagai tempat sangat bervariasi, diperkirakan 10% populasi
terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia
merupakan host sekaligus reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke
makanan dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal atau lewat
hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek. Penduduk yang padat dan
kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.
Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi jaringan, hanya mengeluarkan kista pada
tinjanya. Kista tersebut dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Sedangkan pada pasien
dengan infeksi amuba akut/kronik yang invasif selain kista juga mengeluarkan trofozoit,
namun bentuk trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama diluar tubuh manusia.

Gejala klinis.
Gejala klinis pasien amebiasis sangat bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat
dengan gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif. Beberapa jenis keadaan klinis pasien
amebiasis adalah sebagai berikut :
1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau hanya
keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-kadang diare.

29
Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dalam waktu satu tahun, sisanya (10 %)
berkembang menjadi kolitis ameba.
2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare ringan
dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir, keadaan umum pasien
baik.

3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegalidengan nyeri
spontan.
4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual, anemia.

5. Disentri ameba kronik : gejala menyerupai disentri ameba ringan diselingi dengan
periode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun, neurasthenia, serangan diare biasanya timbul karena kelelahan, demam atau
makanan yang sukar dicerna.
Penatalaksanaan.
1. Karier asimtomatik.
Diberi obat yang bekerja di lumen usus (luminal agents) antara lain: Iodoquinol
(diiodohidroxyquin) 650 mg tiga kali per hari selama 20 hari atau Paromomycine 500
mg 3 kali sehari selama 10 hari.
2. Kolitis ameba akut.
Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5 10 hari, ditambah dengan obat
luminal tersebut di atas.

3. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba).


Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan obat luminal
tersebut diatas. Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal ekstra intestinal tidak
terbukti lebih efektif dari satu macam obat.

SELULITIS

Selain sebagai pelindung terhadap cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit, dan
radiasi, kulit juga berfungsi sebagai pengindra, pengatur suhu tubuh, dan ikut mengatur
peredaran darah. Pengaturan suhu dimungkinkan oleh adanya jaringan kapiler yang luas di
dermis (vasodilatasi dan vasokonstriksi), serta adanya lemak subkutan dan kelenjar

30
keringat. Faal perasa dan peraba dijalankan oleh ujung saraf sensoris Vater Paccini,
Meissner, Krause, Ruffini yang terdapat di dermis.(5)

1. Bagian-bagian Kulit Manusia


Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaring
an subkutan atau subkutis.

a) Epidermis

Epidermis terbagi atas lima lapisan.

1. Lapisan tanduk atau stratum korneum yaitu lapisan kulit yang paling luar yang terdiri
dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah
berubah menjadi keratin (zat tanduk).

31
2. Stratum Lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma berubah
menjadi eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
3. Lapisan granular atau stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa biasanya tidak
memiliki lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
4. Lapisan malpighi atau stratum spinosum. Nama lainnya adalah pickle cell layer
(lapisan akanta). Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan besar
berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena mengandung
banyak glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Makin dekat letaknya ke permukaan
bentuk sel semakin gepeng. Diantara sel terdapat jembatan antar sel (intercellular
bridges) terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Penebalan antar jembatan
membentuk penebalan bulat kecil disebut nodus bizzozero. Diantara sel juga terdapat
sel langerhans.
5. Lapisan basal atau stratum germinativium. Terdiri dari sel berbentuk kubus tersusun
vertikal pada perbatasan dermo-epidermal, berbaris seperti pagar
(palisade),mengadakan mitosis dari berbagai fungsi reproduktif dan terdiri dari :
A. Sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,
dihubungkan satu dengan yang lain dengan jembatan antar sel.
B. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel berwarna muda
dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butiran pigmen
(melanosomes).
Epidermis mengandung juga : Kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, ram
but dan kuku.

Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menye
babkan panasdilepaskan dengan cara penguapan. Kelanjar ekrin
terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya
berjumlah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Sekretnya cairan jernih
kira-kira 99 persen mengandung klorida,asam laktat,nitrogen dan zat lain.
Kelenjar apokrin
adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut, terdapat di ketiak,
daerah anogenital, papilla mamma dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh
32
tubuh, kecuali di manus, plantar pedis, dan dorsum
pedis. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa
sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain.

b) Dermis

Dermis atau korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan.
Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin
rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah terjalin lebihlebih longgar (pars r
eticularis). Lapisan pars retucularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

c) Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)


Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan
subkutan dan dermis tidak tegas. Sel sel yang terbanyak
adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan
subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, kandungan rambut
dan di lapisan atas jaringansubkutan terdapat kelenjar keringan. Fungsi dari jaringa
n subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan
energi.

Selulitis adalah radang jaringan ikat difus dengan peradangan parah lapisan dermal dan
subkutan kulit.

33
Selulitis bisa disebabkan oleh flora kulit normal atau oleh bakteri eksogen, dan sering terjadi
di mana kulit sebelumnya telah rusak: retakan di kulit, luka, lecet, luka bakar, gigitan
serangga, luka bedah, atau situs penyisipan kateter intravena.

Kulit pada wajah atau kaki bagian bawah paling sering terkena infeksi ini, meskipun selulitis
dapat terjadi pada setiap bagian tubuh. Andalan terapi tetap pengobatan dengan antibiotik
yang tepat.

Erisipelas adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang lebih dangkal dari lapisan dermis
dan subkutan bagian atas yang menyajikan klinis dengan tepi yang didefinisikan dengan
baik. Erisipelas dan selulitis sering hidup berdampingan, sehingga sering sulit untuk
membuat perbedaan antara keduanya.

Selulitis adalah tidak berhubungan (kecuali etimologis) untuk selulit, kondisi kosmetik
yang menampilkan dimpling kulit.

Orang tua dan mereka dengan imunodefisiensi (sistem kekebalan tubuh yang lemah) sangat
rentan untuk tertular selulitis.

Penderita diabetes lebih rentan terhadap selulitis daripada populasi umum karena gangguan
sistem kekebalan tubuh, mereka sangat rentan terhadap selulitis pada kaki karena penyakit
penyebab gangguan sirkulasi darah di kaki yang mengarah ke diabetes kaki / kaki bisul.

Kontrol miskin kadar glukosa darah memungkinkan bakteri untuk tumbuh lebih cepat di
jaringan yang terkena dan memfasilitasi perkembangan yang cepat jika infeksi memasuki
aliran darah. Degenerasi saraf pada diabetes cara ini borok mungkin tidak menyakitkan dan
dengan demikian sering menjadi terinfeksi.

Obat imunosupresif, dan penyakit lain atau infeksi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
juga faktor yang membuat infeksi lebih mungkin. Cacar air dan herpes zoster sering
mengakibatkan lepuh yang pecah, memberikan celah di kulit melalui mana bakteri bisa
masuk. Lymphedema, yang menyebabkan pembengkakan pada lengan dan / atau kaki, juga
dapat menempatkan seseorang pada risiko.

34
Penyakit yang mempengaruhi sirkulasi darah di kaki dan kaki, seperti insufisiensi vena kronis
dan varises, juga faktor risiko untuk selulitis.

Selulitis juga sangat umum di kalangan populasi yang padat berbagi fasilitas kebersihan dan
tempat tinggal umum, seperti instalasi militer, asrama perguruan tinggi, dan tempat
penampungan tunawisma.

Setiap luka harus dibersihkan dan berpakaian tepat. Mengubah perban setiap hari atau ketika
mereka menjadi basah atau kotor akan mengurangi risiko tertular selulitis. Saran medis
harus dicari untuk setiap luka yang dalam atau kotor dan ketika ada kekhawatiran tentang
benda asing dipertahankan.

Infeksi dan inflamasi dan kulit dan jaringan subkutan yang menyebar

PENYEBAB
Biasanya disebabkan Streptokok dan Stafilokok, tetapi walaupun jarang, bisa akibat
Kiostridium. Penyebaran mungkin terjadi akibat kerusakan jaringan menurunnya daya
tahan tubuh atau virulensi dan organisme invasif

MANIFESTASI KLINIS
- Daerah kemerahan, nyeri, panas dan mernbengkak pada kulit dengan batas yang tidak jelas

- Bila jaringan yang dalam terkena, nyeri pada palpasi

- Tanda dan gejala konstitusional

- Kecurigaan kuman anerob bila luka terkontaminasi benda asing

Mungkin terjadi limfangitis, limfadenitis, penibentukan abses dan penyebaran ke tempat


-
jauh

DIAGNOSA
- Thombosis vena yang dalam harus disingkirkan
- Mungkin perlu diIakukan pemeriksaan sinar-X pada selulitis yang dalam

TERAPI

35
Antibiotik yang tepat (penicillin, penicillinase-resistant penicillin, erytliromycin,
cephalosporin)
Nyeri lokal dapat dihilangkan dengan kompres dingin
Analgesik (aspirin, acetaminophen dan lain-lain) mungkin juga mcmbantu
menghilangkan nyeri
Infeksi anerob, gunakan antibiotik yang tepat secara sistemik
Bila disertai dengan fasutis akibat infeksi sterptokok diperlukan tindakan
""debridement"" segera

OSTEOMIELITIS

36
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur
terbuka atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau
tulang, yang terjadi akibat gigitan hewan atau manusia, atau injeksi intramuskular yang
salah tempat, dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Bakteri adalah penyebab umum
osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan mikroorganisme lain dapat berperan.

Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses lokal. Abses
tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk; dengan demikian, pelepasan sel imun
dan antibiotik terbatas. Nyeri hebat dan disabilitas permanen dapat terjadi apabila infeksi
tulang tidak diobati dengan segera dan agresif.
37
Gambaran Klinis
- Gejala osteomielitis hematogen pada anak-anak adalah demam, menggigil, dan
keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada individu dewasa, gejala mungkin
samar dan berupa demam, keletihan, dan malaise. Infeksi saluran napas, saluran kemih,
telinga, atau kulit sering mcndahului osteomielitis hematogen.
- Osteomielitis eksogen biasanya disertai tanda cedera dan inflamasi di tempat nyeri.
Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional.
Perangkat Diagnostik
- Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida berlabel radioaktif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan
resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI) dapat memungkinkan
peningkatan sensitivitas diagnostik.
- Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap (HDL) dan laju
endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi aktif yang sedang berlangsung.
Komplikasi
- Osteomielitis kronis dapat terjadi, yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak berkurang
dan penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena.
Penatalaksanaan
- Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami patah tulang atau luka tusuk
pada jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda tanda infeksi timbul.
Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif.

III. PEMBAHASAN

1. Mengapa pasien ini didiagnosis dengan suspek orchitis dextra ?


Berdasarkan anamnesa :
38
Pembengkakan pada buah zakar kanan
Buah zakar terasa lebih berat di sebelah kanan
Kadang-kadang terdapat keluhan nyeri pada benjolan, dan rasa nyeri menjalar
sampai ke selangkangan.
Pembengkakan / benjolan pada buah zakar, tidak hilang timbul baik saat tidur,
berdiri ataupun mengedan.
Didapatkan riwayat demam selama satu minggu. Riwayat trauma dan penyakit
menular seksual disangkal.

Berdasarkan pemeriksaan fisik :


a/r skrotalis dextra :
Bentuk benjolan bulat lonjong
Ukuran 7 x 3 cm
Konsistensi lunak
Permukaan rata
Terfiksir
Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-)
Transiluminasi (-)

2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?


Penatalaksanaan sudah tepat, pasien diberikan antibiotic cefadroxil tablet 2x1,
Dexamethason tablet 3x1 sebagai obat antiinflamasi,
dan Parasetamol tablet 3x1 sebagai antipiretik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo, Soelarto.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI.Jakarta:Binarupa


Aksara.

39
2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 4. Jakarta:EGC.
3. http://www.drdidispog.com/2009/12/radang-testis-orchitis.html
4. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=PENATALAKSANAAN+OR
CHITIS+PADA+LAKI-LAKI+UMUR+23+TAHUN
5. http://www.drdidispog.com/2009/12/radang-testis-orchitis.html
6. http://drvickywiedira.blogspot.com/2009/11/orchitisinfeksi-pada-testis.html
7. http://www.suaradokter.com/2009/06/kolitis/
8. http://jurnaldokter.com/2011/04/03/osteomielitis-akut
9. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/susunan-kulit-manusia/

40

Anda mungkin juga menyukai