THT Bos
THT Bos
INFORMASI II
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit
Vital Sign : Nadi 120x/menit Respirasi 24x/menit
TD = 100/70 mmHg Temperatur 39,5oC
Status Generalis : dalam batas normal
Pemeriksaan Otoskopi
Telingan Kanan Telinga Kiri
Aurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
massa (-) massa (-)
Pre-aurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
massa (-), fistula (-), abses (-) massa (-), fistula (-), abses (-)
Retroaurikula Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),
massa (-), fistula (-), abses (-) massa (-), fistula (-), abses (-)
Palpasi Nyeri pergerakan aurikula Nyeri pergerakan aurikula(-),
(+), nyeri tekan tragus (+) nyeri tekan tragus (-)
MAE Edema (-), hiperemia (-), Edema (-), hiperemia (-),
serumen (-), furunkel (-) serumen (-), furunkel (-)
Membran Edema (+), hiperemia (+), Intak, conus of light (+)
timpani bulging (+), conus of light (-)
INFORMASI III
Pemeriksaan garpu tala :
Jenis AD (Aurikula AS (Aurikula Kesan
Pemeriksaan Dextra) Sinistra)
Rinne Negatif Positif CHL AD
Weber Lateralisasi ke AD CHL AD
Schwabach Memanjang Sama dengan CHL AD
pemeriksa
INFORMASI IV
Diagnosis : Otitis Media Supuratif Akut Aurikuler Dextra
Penatalaksanaan :
- Antibiotika
- Dekongestan
- Analgetik / Antipiterik
BAB II
ISI
A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Informasi I
Nyeri telinga atau otalgia : gejala nyeri telinga karena peradangan, biasanya
terdapat pada bagian luar dan tengah, gejala lain juga dapat timbul akibat
keterlibatan sendi temporomandibular, gigi, atau faring (Behrman, et al.,
2000).
2. Informasi II
a. Bulging : sering terjadi oleh karena inflamasi telinga dan merupakan
tanda dari otitis media. Bulging terjadi apabila ada sekumpulan cairan di
belakang membran timpani dan akan terdesak atau menonjol ke depan
oleh karena tekanan cairan tersebut. Sering terjadi pada pars flaccida
membran timpani. Apabila progresi inflamasi semakin parah dan cairan
semakin banyak, dapat mengakibatkan perforasi membran timpani
(Probst, et al., 2004).
b. Cone of light : merupakan refleks cahaya yang merupakan petunjuk
penting pada membran timpani. Apex dari cone of light terletak pada
umbo. Sedangkan basis cone of light terletak pada arah jam 5 pada
telinga kanan dan arah jam 7 pada telinga kiri. Difusi atau hilangnya cone
of light merupakan kriteria dari otitis media, akan tetapi dapat pula terjadi
oleh karena hiperemis kapiler membran timpani, ketidakseimbangan
tekanan atmosfer dengan tekanan dalam telinga, dan efusi telinga tengah
(Alper dan Bluestone, 2004).
B. ANALISIS MASALAH DAN PENJELASAN PERMASALAHAN
1. Anatomi Telinga
Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi mentransmisikan suara menuju
membran timpani. Telinga tengah berfungsi mengkonduksi suara dari
membran timpani menuju koklea. Sedangkan telinga dalam berfungsi
mentransmisikan sinyal tersebut ke otak (Alberti, 2006).
2. Fisiologi Pendengaran
a. Suara ditangkap oleh telinga luar melalui aurikula.
1) Gelombang suara disalurkan ke membran timpani melalui MAE.
2) Membran timpani bergerak menggetarkan ossicula auditiva ke
oval window.
3) Terbentuk gelombang tekanan pada perilimfe skala vestibular
round window tertekan ketika stapes bergerak masuk.
4) Gelombang tekanan menekan membran basillaris.
5) Menggerakkan sel rambut menekan membrana tectorial buka
kanal ion membran plasma sel rambut jalarkan impuls.
b. Informasi diteruskan lewat neuron bipolar ganglia spiralis cabang
cochlear N. VIII nuclei cochlear di medulla oblongata.
c. Informasi diteruskan ke colliculus inferior mesencephalon nucleus
geniculatum medial thalamus capsula interna crus posterior
radiation acustica cortex cerebri lobus temporalis area 41.
d. Informasi diolah menjadi penginterpretasian suara (Kerschner, 2007).
6. Differential Diagnosis
a. Rhinofaringitis
Faringitis biasanya didahului oleh rhinitis. Tanda dan gejala
meliputi pilek, hidung tersumbat, batuk, nyeri menelan, dan demam.
Pada pemeriksaan choncha dapat ditemukan hiperemis dan edem. Pada
pemeriksaan faring dapat ditemukan faring hiperemis (Longo, et al.,
2008).
b. Miringitis Bulosa
Miringitis bulosa adalah suatu miringitis yang bersifat akut,
ditandai dengan adanya pembentukan bula pada membran timpani.
Pada anamnesis ditemukan adanya nyeri yang hebat pada telinga,
sifatnya berdenyut selama 2-3 hari, serta tuli sensorineural pada nada
nada tinggi (Schweinfurth, 2009).
Pada pemeriksaan otoskop ditemukan :
1) Tanda peradangan pada membran impani (hiperemis pada membran
timpani, reflex cahaya memendek atau hilang).
2) Tanda khasnya adalah adanya bula pada membran timpani. Bula ini
dapat pecah dan menimbulkan perdarahan pada membran timpani.
3) Beberapa kasus ditemukan adanya nyeri pinna saat ditarik
(Schweinfurth, 2009).
c. Mastoiditis Akut
Mastoiditis akut memiliki tanda dan gejala seperti demam, nyeri
telinga, gangguan pendengaran, membran timpani menonjol, dinding
posterior kanalis menggantung, pembengkakan post-aurikula, dan nyeri
tekan mastoid (Adams, et al., 1997).
7. Interpretasi Informasi II
a. Keadaan umum anak Abon tampak sakit. Vital sign : nadi meningkat,
respirasi, dan tekanan darah dalam batas normal, dan peningkatan
temperatur oleh karena demam. Status generalis dalam batas normal.
b. Pemeriksaan otoskopi :
1) Aurikula, pre-aurikula dan retro-aurikula dalam batas normal.
2) Palpasi adanya nyeri gerak aurikula dan nyeri tekan tragus pada
telinga kanan, dapat menunjukkan adanya radang pada telinga
tersebut (termasuk manifestasi klinis OMA).
3) Meatus auditorius eksterna dalam batas normal, tidak edema, tidak
hiperemis, dan tidak terdapat furunkel.
4) Membran timpani pada telinga kanan mengalami edema, hiperemis,
bulging dan cone of light tidak tampak. Dapat menunjukkan terjadi
inflamasi serta adanya cairan di belakang membran timpani sehingga
muncul gambaran bulging dan cone of light tak tampak.
1. Diagnosis kerja pada kasus ini adalah otitis media supuratif akut aurikuler
dextra.
2. Otitis media akut sering disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarhalis, walau dapat
pula disebabkan oleh virus.
3. Sering terjadi pada anak-anak oleh karena tuba eustachius anak-anak masih
pendek, lebar dan datar, sehingga bakteri mudah masuk dari nasofaring menuju
telinga tengah dan kemudian menyebabkan inflamasi dan terjadilah otitis
media akut.
4. Manifestasi klinis dari otitis media akut berupa otalgia, penurunan
pendengaran, demam, serta inflamasi pada telinga tengah seperti edema dan
hiperemis membran timpani serta tampak bulging pada membran timpani.
5. Penatalaksanaan otitis media supuratif akut dapat berupa pemberian antibiotik,
dekongestan, serta antipiretik atau analgesik atau obat simptomatis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, G., Boies L., Higler P. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.
Alberti, Peter W. 2006. The Anatomy and Physiology of the Ear and Hearing.
Singapore : Department of Otolaryngology.
Alper, Cuneyt M., Charles D. Bluestone. 2004. Advanced Therapy of Otitis
Media. Ontario : BC Decker.
Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Jakarta : EGC.
Bhatt, Reena A. 2011. Ear Anatomy. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1948907-overview#showall. Diakses
pada tanggal 09 April 2013.
Buchman, C. A., J. D. Levine, T. J. Balkany. 2003. Infection of the Ear. Dalam :
Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. USA : McGraw-Hill.
Chen, R. C., A. S. Khorsandi, D. R. Shatzkes, R. A. Holliday. 2009. The
Radiology of Referred Otalgia. American Journal of Neuroradiology. Vol.
30 : 1817-23.
Davis, Hallowell, Sol Richard Silverman. 1970. Hearing and Deafness. New
York : Holt McDougal.
Djaafar, Zainul A., Helmi, Ratna D. Restuti. 2010. Kelainan Telinga Tengah.
Dalam : Buku Ajar Telinga Hidung dan Tenggorok. Jakarta : FKUI.
Donaldson, John D. 2013. Acute Otitis Media. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview#showall. Diakses
pada tanggal 12 April 2013.
Flint, P. W., Haughey B. H., Lund V. J., et al. 2010. Cummings Otolaryngology
Head and Neck Surgery. St. Louis : Mosby Elsevier.
Goldman, L., Schafer Al. 2011. Cecil Medicine. Philadelphia : Saunders Elsevier.
Kerschner, J.E. 2007. Otitis Media. Dalam : Nelson Textbook of Pediatrics. USA
: Saunders Elsevier.
Koch, Karen. 2012. Managing otitis externa. South African Pharmaceutical
Journal. Vol. 79 (8) : 17-22.
Lalwani, Anil K. 2007. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head
& Neck Surgery. USA : Mc Graw-Hill.
Lieberthal, Allan S., Aaron E. Carroll, Tasnee Chonmaitree, et al. 2013. The
Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. American Academy of
Pediatrics. Vol. 131 (3) : e964-99.
Longo, Dan, Anthony Fauci, Dennis Kasper, Stephen Hauser, et al. 2008.
Harrison's Principles of Internal Medicine. USA : McGraw-Hill.
Majumdar, S., K. Wu, N. D. Bateman, J. Ray. 2009. Diagnosis and management
of otalgia in children. Archives of Disease in Childhood Education &
Practice Edition. Vol. 94 : 33-6.
Mansjoer, Arif, et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Probst, Rudolf, Gerhard Grevers, Heinrich Iro. 2004. Basic Otorhinolaryngology.
Stuttgart : Georg Thieme.
Ransome, Joselen. 1987. Acute Suppurative Otitis Media. Dalam : Scott-Browns
Otolaryngology. London : Butterworths.
Scarbrough, Todd J., Terry A. Day, Todd E. Williams, et al. 2003. Referred
Otalgia in Head and Neck Cancer: A Unifying Schema. American Journal
of Clinical Oncology. Vol. 26 (5) : e157-62.
Schweinfurth J. 2009. Middle ear, tympanic membran, infections. Available at :
http://www.emedicine.com. Diakses pada tanggal 11 April 2013.
Simon, Chad, Harold Pine, Francis B. Quinn, Melinda Stoner Quinn. 2009.
Complications of Acute Otitis Media. Available at :
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/pedi-otitis-091026/pedi-otitis-slides-
091026.pdf. Diakses pada tanggal 11 April 2013.
Soepardi, Efiaty Arsyad, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi
Restuti. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher. Jakarta : FKUI.
Soetirto, Indro, Hendarto Hendarmin, Jenny Bashiruddin. 2009. Gangguan
Pendengaran (Tuli). Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Jakarta : FKUI.