Anda di halaman 1dari 180

i

TUGAS AKHIR - PS 1380

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN


ALBERGO JAKARTA MENGGUNAKAN STRUKTUR
KOMPOSIT BAJA BETON

ACHMAD CHOIRUL
NRP 3105 100 109

Dosen Pembimbing
Ir. R. Soewardojo, MSc
Ir. Isdarmanu, MSc

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2009
ii

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR - PS 1380

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN


ALBERGO JAKARTA MENGGUNAKAN STRUKTUR
KOMPOSIT BAJA BETON

ACHMAD CHOIRUL
NRP 3105 100 109

Dosen Pembimbing
Ir. R. Soewardojo, MSc
130 520 307
Ir. Isdarmanu, MSc
130 532 042

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2009
iii

FINAL PROJECT - PS 1380

DESIGN MODIFICATION OF JAKARTA ALBERGO


APARTMENT BUILDING USING STEEL CONCRETE
COMPOSITE STRUCTURE

ACHMAD CHOIRUL
NRP 3105 100 109

Councelor Lecture
Ir. R. Soewardojo, MSc
130 520 307
Ir. Isdarmanu, MSc
130 532 042

DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING


FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGI
SURABAYA 2009
iv

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN


ALBERGO JAKARTA MENGGUNAKAN STRUKTUR
KOMPOSIT BAJA BETON

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada
Bidang Studi Struktur
Program Studi S-1 Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh :
ACHMAD CHOIRUL
Nrp. 3105 100 109

Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir :

Ir. R. Soewardojo, MSc .

HALAMAN PENGESAHAN

Ir. Isdarmanu, MSc .

SURABAYA
2009
v

Halaman ini sengaja dikosongkan


vi

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN


ALBERGO JAKARTA MENGGUNAKAN STRUKTUR
KOMPOSIT BAJA BETON

Nama Mahasiswa : Achmad Choirul


NRP : 3105 100 109
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. R. Soewardojo, MSc
Ir. Isdarmanu, MSc
ABSTRAK
Abstrak
Apartemen Albergo merupakan merupakan gedung yang
terdiri dari 36 lantai yang pada awalnya didesain dengan
menggunakan struktur beton bertulang. Sebagai bahan studi
perancangan bangunan ini dimodifikasi menjadi komposit baja-
beton. Keuntungan dari perencanaan komposit yaitu
penghematan berat baja, penampang balok baja dapat lebih
rendah, kekakuan lantai meningkat, panjang bentang untuk
batang tertentu dapat lebih besar, kapasitas pemikul beban
meningkat.
Dalam Tugas Akhir ini dibahas perencanaan ulang
dengan menggunakan struktur komposit baja-beton. Perencanaan
yang dilakukan disini meliputi perencanaan pelat lantai, tangga,
atap beton, balok anak, balok induk ,kolom dan pondasi. Balok
komposit merupakan campuran beton dengan baja profil, dimana
pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang dialami suatu elemen
struktur dipikul oleh besi tulangan, tetapi pada beton komposit ini
gaya-gaya tarik yang terjadi pada suatu elemen struktur dipikul
oleh profil baja.
Tujuan dari Tugas akhir ini adalah menghasilkan
perencanaan struktur gedung komposit baja-beton yang rasional
dengan memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan
SNI 03-2847-2002, SNI 03-1729-2002, SNI 03-1726-2002, dan
PPIUG 1983.
Kata Kunci : gedung, baja-beton, komposit
vii

Halaman ini sengaja dikosongkan


viii

STRUCTURE DESIGN MODIFICATION OF


JAKARTA ALBERGO APARTMENT BUILDING USING
STEEL-CONCRETE COMPOSITE STRUCTURE

Name of Student : Achmad Choirul


NRP : 3105 100 109
Department : Civil Engineering, FTSP-ITS
Supervisor : Ir. R. Soewardojo, MSc
Ir. Isdarmanu,MSc

Abstract

Albergo Apartment Building is 36 storeys, the actual


building was designed using reinforced concrete but for
comparation study this building is now modified by using steel-
concrete composite. The benefit of this composite design is less
steel, smaller the beam section, the stiffness of the floor could be
increased, the beam could support a longer span, the capacity to
loads increasing.
In this final project will recover redesigning with steel-
concrete composite structure. Include in this redesign was slab,
stairs, concrete roof, secondary beam, primary beam, column and
foundation. Composite beam is a combination between concrete
with steel. The tension force in the reinforced concrete design was
carried by reinforced steel, while in the composite concrete
design, it was carried by the steel section profil.
The purpose of this final project is to make a rationally
composite building structure that fulfill safety factor by SNI 03-
2847-2002, SNI 03-1729-2002, SNI 03-1726-2002, and PPIUG
1983.

Keyword: building, steel-concrete, composite


ix

Halaman ini sengaja dikosongkan


x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala


ridho, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Modifikasi
Perencanaan Gedung Apartemen Albergo Jakarta Menggunakan
Struktur Komposit Baja Beton.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ir. R. Soewardojo, MSc, dan Ir. Isdarmanu,MSc selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Dr. Ir. Hidayat Sugihardjo, Ms, selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil, FTSP-ITS.
3. Ir. Moesdarjono, Msc selaku dosen wali.
4. Dr. Ir. Edijatno, selaku Koordinator Komisi Tugas Akhir
Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS.
5. Seluruh dosen pengajar Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
6. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS.
7. Teman-teman seperjuangan S-48 (2005), dan semua rekan
mahasiswa Teknik Sipil ITS lainnya
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata
semoga Tugas Akhir ini bermanfaat.

Surabaya, Juli 2009

Penulis
xi

Halaman ini sengaja dikosongkan


xii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Atas terselesaikannya tugas akhir ini, penulis mengucapkan


terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya serta dengan segala kebesaran-Nya yang telah
memberiku jalan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberiku dukungan baik
moral maupun materiil serta selalu mengiringi setiap
langkahku dengan doa.
3. Mbak Azar, Mas Emat, adik Ipul dan adik Tia, kalian adalah
kakak dan adik-adik terbaikku yang selalu memberikan
motivasi, kritikan, saran dan nasihat.
4. Dosen-dosen teknik sipil yang telah membimbingku serta
para karyawan teknik sipil yang telah banyak membantu.
5. Teman-teman seperjuanganku (s-48), kalian adalah motivator
dan teman-teman yang paling berkesan sepanjang pendidikan
kuliahku.
6. Mas andrik, Nauval, Inay, Fauzi, Novita, Luluk, Reski dan
Erin, makasih atas semuanya, kalian adalah teman-teman
terbaikku.
7. Drajat, Destri, Mario, Seto, Alex, makasih atas semua
bantuannya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
8. Senior-seniorku yang telah banyak membantu dan membagi
ilmunya tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia
ketekniksipilan dan referensi buku-buku yang sudah
dipinjamkan.
9. Pihak-pihak yang belum tersebut diatas, terima kasih atas
segalanya.
xiii

Halaman ini sengaja dikosongkan


xiv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iv
ABSTRAK ...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... xii
DAFTAR ISI ..............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
I.1 Latar belakang .............................................................................. 1
I.2 Permasalahan ................................................................................ 2
I.3 Tujuan ........................................................................................... 2
I.4 Batasan masalah ........................................................................... 3
I.5 Manfaat ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5


2.1 Umum .......................................................................................... 5
2.2 Balok komposit ............................................................................ 6
2.2.1 Kekuatan Balok Komposit dengan Penghubung Geser ........ 8
2.2.2 Lebar efektif plat lantai : ...................................................... 9
2.2.3 Menghitung momen nominal ............................................... 9
2.2.4 Penghubung Geser ............................................................. 12
2.2.5 Kontrol lendutan (Deflection) ............................................ 13
2.3 Kolom Komposit ........................................................................ 14
2.3.1 Kuat rencana kolom komposit ............................................ 15
2.4 Sambungan................................................................................. 18
2.4.1 Klasifikasi sambungan : .................................................... 18
2.4.2 Perencanaan sambungan .................................................... 19
2.4.3 Sambungan Baut ................................................................ 19
2.4.4 Sambungan Las .................................................................. 19
2.5 Perencanaan Pondasi .................................................................. 20
2.5.1 Pondasi Tiang Pancang ...................................................... 20
2.5.2 Repartisi beban-beban diatas tiang kelompok .................... 23

BAB III METODOLOGI ............................................................................ 25


3.1 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir ...................................... 25
xv

3.2 Mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan ........ 26


3.3 Studi literatur ............................................................................. 26
3.4 Perencanaan Struktur Sekunder ................................................. 27
3.5 Preliminary Design dan Pembebanan ........................................ 27
3.5.1 Preliminary Design Balok ................................................. 27
3.5.2 Preliminary dimensi kolom ............................................... 28
3.5.3 Pembebanan....................................................................... 28
3.6 Pemodelan dan Analisa Struktur ............................................... 31
3.7 Kontrol Desain .......................................................................... 31
3.8 Perencanaan Pondasi ................................................................. 31
3.9 Penggambaran hasil perhitungan dalam gambar teknik ............ 31

BAB IV PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER .............................33


4.1 Perencanaan Tangga .................................................................. 33
4.1.1 Data perencanaan............................................................... 33
4.1.2 Perecanaan Jumlah Injakan Tangga ................................... 33
4.1.3 Perencanaan Pelat Tangga ................................................. 35
4.1.4 Perencanaan Penyangga Pelat Injak .................................. 36
4.1.5 Desain Bordes .................................................................... 39
4.1.6 Desain Balok Utama Tangga ............................................. 39
4.1.7 Desain Balok Penumpu Bordes ......................................... 45
4.1.8 Perencanaan Sambungan Profil Tangga ............................ 48
4.2 Perencanaan Struktur Lantai ..................................................... 51
4.2.1 Pelat Lantai Atap ............................................................... 51
4.2.2 Pelat lantai 1 dan lantai 3 sampai lantai 11 ........................ 52
4.2.3 Pelat lantai 2 ...................................................................... 54
4.2.4 Pelat Lantai Mesin Lift ...................................................... 55
4.3 Perencanaan Balok Anak........................................................... 56
4.3.1 Kondisi Balok Anak Sebelum Komposit ........................... 57
4.3.2 Kondisi Balok Anak Setelah Komposit ............................. 60
4.5 Perencanaan Sambungan balok Anak dengan balok Induk ........ 66
4.6 Perencanaan Balok Lift ............................................................. 69
4.6.1 Perencanaan Balok Penggantung Lift ................................ 70
4.6.2 Perencanaan Balok Penumpu Lift ..................................... 77

BAB V PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR ...........................85


5.1 Umum ........................................................................................ 85
5.2 Pembebanan .............................................................................. 85
5.2.1 Data Gedung ...................................................................... 85
xvi

5.2.2 Perhitungan Berat Struktur ................................................. 86


5.3 Pembebanan Gempa Dinamis .................................................... 90
5.3.1 Arah Pembebanan .............................................................. 92
5.3.2 Faktor Respons Gempa (C) ................................................ 93
5.3.3 Respon Spektrum Rencana................................................. 94
5.4 Menentukan Eksentrisitas Rencana Bangunan (ed) .................... 94
5.4 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental (T) ........................... 96
5.5 Kontrol Gaya Geser Dasar (Base Shear).................................... 97
5.6 Kontrol Partisipasi Massa .......................................................... 99
5.6 Metode Penjumlahan Respons Ragam ..................................... 100

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA .................................. 107


6.1 Perencanaan Balok Induk......................................................... 107
6.1.1 Kondisi Balok Utama Sebelum Komposit ....................... 108
6.1.2 Kondisi Balok Utama Setelah Komposit .......................... 111
6.2 Kolom Komposit ...................................................................... 116
6.3 Desain Sambungan................................................................... 122
6.3.1 Sambungan Antara Balok dengan Kolom ........................ 122
6.3.2 Sambungan Kolom Kolom ............................................ 129
6.3.3 Disain Base Plate.............................................................. 133

BAB VII PERENCANAAN PONDASI .................................................... 139


7.1 Perencanaan Pondasi Kolom .................................................... 139
7.1.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal............................. 140
7.1.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok ......................... 141
7.1.3 Kontrol Beban Maksimum 1 Tiang (Pmax) .................... 143
7.1.4 Kontrol Kekuatan Tiang ................................................... 143
7.1.5 Perencanaan Poer ............................................................. 145
7.1.6 Perancangan Sloof Pondasi (Tie beam) ............................ 151

BAB VIII PENUTUP ................................................................................ 155


8.1 Kesimpulan ............................................................................... 155
8.2 Saran ......................................................................................... 156

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xvii

Halaman ini sengaja dikosongkan


xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penampang balok komposit .................................. 8


Gambar 2.2 Distribusi tegangan plastis .................................... 9
Gambar 2.3 Metode transfornasi luasan ................................. 11
Gambar 2.4 Penampang kolom komposit ............................... 14
Gambar 4.1 Denah tangga ...................................................... 34
Gambar 4.2 Potongan A-A tangga .......................................... 34
Gambar 4.3 Tampak anak tangga ........................................... 35
Gambar 4.4 Tampak melintang anak tangga .......................... 36
Gambar 4.5 Sketsa pembebanan pelat tangga ......................... 37
Gambar 4.6 Sketsa pembebanan balok utama tangga ............. 40
Gambar 4.7 Sketsa bidang momen pada balok tangga ........... 43
Gambar 4.8 Sketsa profil Canal 260.90.10.14 ........................ 44
Gambar 4.9 Sketsa pembebanan balok penumpu bordes ........ 46
Gambar 4.10 Sambungan balok bordes dengan balok
penumpu bordes ........................................................................ 48
Gambar 4.11 Sambungan balok tangga dengan balok
tumpuan tangga......................................................................... 49
Gambar 4.12 Potongan pelat Atap ............................................ 52
Gambar 4.13 Potongan plat lantai 1 dan 3 sampai dengan 11 .. 53
Gambar 4.14 Potongan plat lantai 2.......................................... 55
Gambar 4.15 Potongan plat lantai mesin lift ............................ 56
Gambar 4.16 Detail sambungan balok anak dan balok induk ... 66
Gambar 4.17 Detail plat siku ................................................... 68
Gambar 4.18 Denah lift ............................................................ 71
Gambar 4.19 Sketsa mekanika pehitungan balok penggantung
lift ............................................................................................. 72
Gambar 4.20 Distribusi tegangan plastis .................................. 74
Gambar 4.21 Sketsa mekanika pehitungan balok penumpu lift 78
Gambar 4.22 Distribusi tegangan plastis .................................. 80
Gambar 5.1 Pemodelan Struktur .............................................. 91
Gambar 5.2 Pemodelan Stuktur 3D ......................................... 92
xix

Gambar 5.3 Grafik nilai C-T zona gempa 3 ............................. 93


Gambar 6.1 Denah pembalokan lantai ................................... 105
Gambar 6.2 Potongan balok Induk......................................... 112
Gambar 6.3 Distribusi tegangan negatif ................................. 114
Gambar 6.4 Sketsa Penampang kolom komposit ................... 116
Gambar 6.5 Skema kolom ...................................................... 118
Gambar 6.6 Sambungan Balok Kolom yang direncanakan.... 122
Gambar 6.7 Gaya-gaya yang bekerja pada profil T ............... 125
Gambar 6.8 Sambungan Kolom-Kolom yang direncanakan .. 129
Gambar 6.9 Desain Base plate ............................................... 136
Ganbar 7.1 Denah rencana pondasi ...................................... 139
Gambar 7.2 Konfigurasi Rencana tiang ................................. 142
Gambar 7.3 Analisa poer sebagai balok kantilever ................ 148
Gambar 7.4 Diagram Interaksi Aksial Vs Momen
pada sloof ................................................................................. 153
xx

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ukuran Minimum Las Sudut ...................................... 20


Tabel 5.1 Berat Struktur per lantai.............................................. 90
Tabel 5.2 Nilai Xcr dan Ycr........................................................ 95
Table 5.3 Eksentrisitas Rencana Bangunan ............................ pp96
Table 5.4 Modal Participating Mass Ratio ................................. 99
Tabel 5.5 Selisih Periode antar Mode yang Berdekatan ........... 100
Tabel 5.6 Simpangan ................................................................ 102
Tabel 5.7 Analisa s akibat gempa arah x ................................ 103
Tabel 5.8 Analisa s akibat gempa arah y ................................ 103
Tabel 5.9 Analisa m akibat gempa arah x .............................. 104
Tabel 5.10 Analisa m akibat gempa arah y ............................. 105
xxi

Halaman ini sengaja dikosongkan


xxii
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Kota Jakarta merupakan kota metropolitan dengan jumlah


penduduk yang sangat padat. Kebutuhan akan sarana dan
prasarana pendukung di kota tersebut sangat diperlukan salah
satunya adalah kebutuhan akan tempat tinggal yang terus
meningkat. Sementara itu ketersediaan lahan untuk tempat tinggal
di kota tersebut semakin sempit, hal tersebut menjadi satu alasan
banyak bangunan tempat tinggal di kota Jakarta dibangun
bertingkat dan salah satunya adalah Tower Albergo. Tower
Albergo merupakan satu diantara empat tower The Bellezza,
dimana tower tersebut merupakan gedung apartemen yang
dibangun dengan menggunakan beton bertulang konvensional.
Apartemen tersebut terdiri dari 36 lantai, kemudian direncanakan
ulang dengan menggunakan struktur komposit baja beton.
Struktur komposit semakin banyak dipakai dalam
rekayasa struktur. Dari beberapa penelitian, struktur komposit
mampu memberikan kinerja struktur yang baik dan lebih efektif
dalam meningkatkan kapasitas pembebanan, kekakuan dan
keunggulan ekonomis ( Vebriano Rinaldy & Muhammad
Rustailang, 2005 ).
Balok komposit merupakan campuran beton dengan baja
profil, dimana pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang dialami
suatu elemen struktur dipikul oleh besi tulangan tetapi pada
struktur komposit ini gaya-gaya tarik yang terjadi pada suatu
elemen struktur dipikul oleh profil baja. Komposit balok baja dan
pelat beton adalah satu usaha dalam mendapatkan suatu
konstruksi yang baik dan efisien. Keistimewaan yang nyata dalam
sistem komposit adalah (1) Penghematan berat baja, (2)
Penampang balok baja yang digunakan lebih kecil, (3) kekakuan
lantai meningkat, (4) kapasitas menahan beban lebih besar, (5)
2

Panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar ( Charles


G. Salmon,1991 ).
Pada Tugas Akhir ini menggunakan peraturan SNI 03-
2847-2002 tentang tata cara perhitungan beton untuk bangunan
gedung dan SNI 03-1726-2002 tentang tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk bangunan gedung serta SNI 03-1729-
2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja.

I.2 Permasalahan

Permasalahan yang ditinjau dalam modifikasi


perancangan gedung Apartemen Albergo dengan struktur
komposit baja beton, antara lain :
1. Bagaimana menentukan Preliminary design penampang
struktur primer dan struktur sekunder.
2. Bagaimana menghitung pembebanan setelah adanya
modifikasi.
3. Bagaimana memodelkan dan menganalisa struktur setelah
adanya modifikasi.
4. Bagaimana merencanakan sambungan yang memenuhi
kriteria perancangan struktur.
5. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan
besar beban yang dipikul dan kondisi tanah di lapangan
6. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan
dalam bentuk gambar teknik.

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dari modifikasi perancangan gedung


Apartemen Albergo dengan struktur komposit baja beton, yaitu :
1. Dapat menentukan Preliminary design penampang
struktur primer dan struktur sekunder.
2. Dapat menghitung pembebanan setelah adanya
modifikasi.
3

3. Dapat memodelkan dan menganalisa struktur dengan


menggunakan program bantu
4. Dapat merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria
perancangan struktur.
5. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan
besar beban yang dipikul dan kondisi tanah di lapangan
6. Dapat menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan
dalam bentuk gambar teknik.

I.4 Batasan masalah

1. Perencanaan struktur utama meliputi balok induk dan


kolom, struktur sekunder meliputi balok anak, tangga dan
pelat lantai.
2. Jumlah lantai yang akan direncanakan ulang
menggunakan struktur komposit baja beton sebanyak 12
tingkat.
3. Tidak meninjau dari segi analisa biaya, arsitektural, dan
manajemen konstruksi.
4. Meninjau metode pelaksanaan yang hanya berkaitan
dengan perhitungan struktur.
5. Analisa struktur menggunakan program bantu ETABS
v9.2.0

I.5 Manfaat

Manfaat yang bisa didapatkan dari modifikasi


perencanaan ini adalah :
1. Dapat merencanakan struktur komposit yang memenuhi
persyaratan keamanan struktur.
2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat perencanaan sehingga kegagalan
struktur bisa diminimalisasi.
4

Halaman ini sengaja dikosongkan


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang


penting. Sifat-sifatnya yang terutama penting dalam penggunaan
dibandingkan terhadap bahan lain yang tersedia dan sifat
ductility. Ductility adalah kemampuan untuk berdeformasi secara
nyata baik dalam tegangan maupun regangan sebelum terjadi
kegagalan (Charles G. Salmon, 1991).
Penampang komposit adalah penampang yang terdiri dari
profil baja dan beton digabung bersama untuk memikul beban
tekan dan lentur. Batang yang memikul lentur umumnya disebut
dengan balok komposit sedangkan batang yang memikul beban
tekan, tekan dan lentur umumnya disebut dengan kolom
komposit.
Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih
besar dibandingkan dengan penampang lempeng beton dan
gelagar baja yang bekerja sendiri-sendiri dan dengan demikian
dapat menahan beban yang lebih besar atau beban yang sama
dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang yang lebih
panjang. Apabila untuk mendapatkan aksi komposit bagian atas
gelagar dibungkus dengan lempeng beton, maka akan didapat
pengurangan pada tebal seluruh lantai, dan untuk bangunan-
bangunan pencakar langit, keadaan ini memberikan penghematan
yang cukup besar dalam volume, pekerjaan pemasangan kabel-
kabel, pekerjaan saluran pendingin ruangan, dinding-dinding,
pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya.(Amon, Knobloch &
Mazumder,1999).
Dalam perhitungan perencanaan ada tiga macam metode
perhitungan yaitu metode elastis, metode plastis, dan metode
LRFD (Load and Resistance Factor Design).
6

a) Metode Elastis
Metode ini berdasarkan beban kerja dimana akibat beban
kerja yang direncanakan tegangan yang terjadi harus lebih kecil
dari tegangan yang diijinkan.
Teganganleleh y
Tegangan ijin = atau w =
FaktorKeamanan FK

b) Metode Plastis
Metode ini berdasarkan pada sifat baja yang mempunyai
sifat daktilitas. Baja akan memiliki cadangan kekuatan di atas
kekuatan elastis. Sehingga beban kerja yang direncanakan
dikalikan dengan faktor beban dan struktur direncanaan
berdasarkan kekuatan keruntuhan (collapse).
LF (Q) Rn

c) Metode LRFD
Metode ini berdasarkan pada konsep keadaan batas (limit
state), yaitu suatu keadaan dimana struktur atau elemen struktur
didesain sampai menunjukkan perilaku tidak dapat berfungsi lagi.
Ada dua kategori yang menyatakan keadaan batas (limit state) :
- Strength limit state : kemampuan struktur memikul beban
- Serviceability limit state: kelakuan struktur memikul beban
Secara umum perumusan untuk pendekatan desain
metode LRFD ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Rn o i Qi

2.2 Balok komposit

Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur


yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah
elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus
dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini akan menyebabkan balok
melentur (Spiegel & Limbrunner,1998).
7

Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah


balok yang kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis
diantara dua atau lebih bahan (Bowles,1980). Beberapa jenis
balok komposit antara lain :
a. Balok komposit penuh
Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus
disediakan dalam jumlah yang memadai sehingga balok mampu
mencapai kuat lentur maksimumnya. Pada penentuan distribusi
tegangan elastis, slip antara baja dan beton dianggap tidak terjadi
(SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).

b. Balok komposit parsial


Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam
memikul lentur dibatasi oleh kekuatan penghubung geser.
Perhitungan elastis untuk balok seperti ini, seperti pada penentuan
defleksi atau tegangan akibat beban layan, harus
mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton
(SNI 03-1729-2002 Ps. 12.2.7).

c. Balok baja yang diberi selubung beton


Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi
selubung beton di semua permukaannya dianggap bekerja secara
komposit dengan beton, selama hal-hal berikut terpenuhi (SNI 03-
1729-2002 Ps.12.2.8)
1) Tebal minimum selubung beton yang menyelimuti baja
tidak kuang daripada 50 mm, kecuali yang disebutkan
pada butir ke-2 di bawah.
2) Posisi tepi atas balok baja tidak boleh kurang daripada 40
mm di bawah sisi atas pelat beton dan 50 mm di atas sisi
bawah plat.
3) Selubung beton harus diberi kawat jaring atau baja
tulangan dengan jumlah yang memadai untuk
menghindari terlepasnya bagian selubung tersebut pada
saat balok memikul beban.
8

a) Balok Komposit (tanpa deck) b) Balok baja diberi selubung beton

Gambar 2.1 Penampang balok komposit

2.2.1 Kekuatan Balok Komposit dengan Penghubung Geser


a.Kuat Lentur positif rencana ditentukan sebagai berikut
(LRFD Pasal 12.4.2.1) :
- untuk h 1680
tw
fy
dengan b = 0,85 dan Mn dihitung berdasarkan distribusi
tegangan plastis pada penampang komposit.
h 1680
- untuk >
tw fy
dengan b = 0,9 dan Mn dihitung berdasarkan superposisi
tegangan-tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh
tumpuan sementara plastis pada penampang komposit.

b.Kuat Lentur negatif rencana b .Mn harus dihitung untuk


penampang baja saja, dengan mengikuti ketentuan-
ketentuan pada butir 8 (LRFD Pasal 12.4.2.2) :
9

2.2.2 Lebar efektif plat lantai :


- Untuk gelagar interior :
bE L
4
bE bo (untuk jarak balok yang sama)

- Untuk gelagar eksterior :


bE L
8
bE bo + (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)
dimana : L = bentang balok
bo = bentang antar balok

2.2.3 Menghitung momen nominal

Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan plastis :

Gambar 2.2. Distribusi tegangan plastis


(Sumber :Charles G. Salmon, 1996)

Menghitung momen nominal ( Mn ) positif


1. Menentukan gaya tekan ( C ) pada beton :
C = 0,85.fc.tp.beff .
Menentukan gaya tarik ( T) pada baja :
T = As.fy
Dipilih nilai yang terkecil dari kedua nilai di atas
10

2. Menentukan tinggi blok tekan effektif :


As. fy
a=
0,85. f ' c.beff
3. Kekuatan momen nomimal :
Mn = C.d 1 atau T.d1
Bila kekuatan nominal dinyatakan dalam bentuk gaya
baja akan diperoleh :
d a
Mn = As. fy + ts
2 2

Menghitung momen nominal ( Mn ) negatif.


1.Menentukan lokasi gaya tarik pada balok baja
T = n.Ar.fyr
Pyc = As.fy
Gaya pada sayap ; Pf = bf .tf . fy
Gaya pada badan ; Pw = Pyc T Pf
2
Pw
aw =
tw. fy
2.Menghitung jarak ke centroid
d1 = hr + tb c
( Pf .0,5.tf ) + ( Pw(tf + 0,5.a web )
d2 =
Pf + Pw
d
d3 =
2
3.Menghitung momen ultimate :
Mn = T(d1 + d2) + Pyc(d3 - d2)
11

b efektif
btr

ts
hr GNE

GNE komposit

GN baja
d
yt

Gambar 2.3. Metode transformasi luasan

Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan elastis :


1. Menghitung nilai transformasi beton ke baja
Ec = 4700 . fc' Mpa .......... untuk beton normal.
Es = 200000 Mpa
n = Es
Ec
beff
btr =
n
Atr = btr . ts
2. Menentukan letak garis netral penampang transformasi
(dimomen ke ambang atas)
ts d
A . + A . ts +
GNE = tr 2 s 2
A + ( tr
A
s
)
3. Menghitung momen inersia penampang transformasi
2
It = b . ( ts)3 d
2
tr
+ A GNE ts + Ix + A + ts + hr GNE
12 tr 2

s
2
4. Menghitung modulus penampang transformasi
yc = GNE
yt = d + ts + hr - GNE
12

I I
tr tr
Str.c = dan Str.t =
yc yt
5. Menghitung momen ultimate
Kapasitas momen positif penampang balok komposit
penuh digunakan dari nilai yang terkecil dari :
Mn1 = 0,85 . fc . n . Str.c
Mn2 = fy . Str.t
Jadi : Mu . Mn

2.2.4 Penghubung Geser


Kekuatan penghubung geser jenis paku (LRFD Pasal 12.6.3)


Qn = 0,5.Asc. fc'.Ec .rs Asc.fu

Dimana : rs untuk balok tegak lurus balok :


0.85 wr Hs
rs = * * 1 1
Nr hr hr
rs untuk balok sejajar balok :
wr Hs
rs = 0.6 * * 1 1
hr hr
Nr = jumlah stud setiap gelombang
Hs = tinggi stud
Hr = tinggi bondek
Wr = lebar effektif bondek
Asc = Luas penampang shear connector
fu = Tegangan putus penghubung paku/stud
Qn = Kuat nominal geser untuk penghubung
geser
Jumlah penghubung geser (shear connector) yang
C
dibutuhkan yaitu : n =
Qn
13

2.2.5 Kontrol lendutan (Deflection)

Batasan lendutan atau deflection pada biaya telah diatur


didalam SNI 03-1729-2002. Lendutan diperhitungkan
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
Lendutan yang besar dapat mengakibatkan rusaknya barang-
barang atau alat-alat yang didukung oleh balok tersebut.
Penampilan dari suatu struktur akan berkurang dari segi estetika
dengan lendutan yang besar.
Lendutan yang terlalu besar akan menimbulkan rasa tidak
nyaman bagi penghuni banguna tersebut.Perhitungan lendutan
pada balok berdasarkan beban kerja yang dipakai di dalam
perhitungan struktur, bukan berdasar kan beban berfaktor. Besar
lendutan dapat dihitung dengan rumus :
5.ql 4
max = untuk beban terbagi merata, dan
384.E.I
3
max = Pl untuk beban terpusat di tengah bentang
48.E.I
14

2.3 Kolom Komposit

Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja yang


dibuat dari potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di
dalam beton struktural atau terbuat dari tabung atau pipa baja dan
diisi dengan beton struktural (Salmon & Jonson, 1996).

Ada dua tipe kolom komposit, yaitu :


Kolom komposit yang terbuat dari profil baja yang diberi
selubung beton di sekelilingnya (kolom baja berselubung
beton).
Kolom komposit terbuat dari penampang baja berongga
(kolom baja berintikan beton).

Profil Baja dibungkus beton Pipa baja O didisi beton


Gambar 2.4. Penampang kolom komposit

Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur


tekan (SNI 03-1729-2002 Ps.12.3.1) :
Luas penampang profil baja minimal sebesar 4% dari luas
penampang komposit total.
1. Selubung beton untuk penampang komposit yang
berintikan baja harus diberi tulangan baja longitudinal
dan tulangan pengekang lateral.
15

2. Tulangan baja longitudinal harus menerus pada lantai


struktur portal, kecuali untuk tulangan longitudinal yang
hanya berfungsi memberi kekangan pada beton.
3. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh melebihi 2/3 dari
dimensi terkecil penampang kolom komposit. Luas
minimum penampang tulangan transversal (atau
lonitudinal) terpasang. Tebal bersih selimut beton dari
tepi terluar tulangan longitudinal dan transveersal
minimal sebesar 40 mm;
4. Mutu beton yang digunakan tidak lebih 55 Mpa dan tidak
kurang dari 21 Mpa untuk beton normal dan tidak kurang
dari 28 Mpa untuk beton ringan.
5. Tegangan leleh profil dan tulangan baja yang digunakan
untuk perhitungan kekuatan kolom komposit tidak boleh
lebih dari 380 Mpa;

Tebal minimum dinding pipa baja atau penampang baja


berongga yang diisi beton adalah b fy / 3E untuk setiap sisi
selebar b pada penampang persegi dan D fy / 8 E untuk
penampang bulatyang mempunyai diameter luar D.

2.3.1 Kuat rencana kolom komposit


(SNI 03-1729-2002 Ps. 12.3.2)

Kuat rencana kolom komposit yang menumpu beban


aksial adalah c Nn dengan c = 0,85
fmy
Nn = As fcr dan fcr =

untuk r 0,25 maka = 1
1,43
untuk 0,25 r 1,2 maka =
1,6 0,67c
untuk r 0,25 maka = 1,25c 2
dengan ,
16

kcL fmy
c =
rm Em
A A
fmy = fy + c1 fyr r + c 2 fc' c
As As
A
E m = E + c3 E c c
As
E c = 0,041w1,5 f 'c

Keterangan :
As adalah luas penampang beton, mm2
Ar adalah luas penampang tulangan longitudinal, mm2
E adalah modulus elastis baja, MPa
Ec adalah modulus elastisitas beton, MPa
E m adalah modulus elastisitas untuk perhitungan kolom
komposit, MPa
f cr adalah tegangan tekan kritis, MPa
fy adalah tegangan leleh untuk perhitungan kolom komposit,
MPa
fy adalah tegangan leleh profil baja, MPa
fc ' adalah kuat tekan karakteristik beton, MPa
kc adalah faktor panjang efektif kolom
Nn adalah kuat aksial nominal, N
rm adalah jari-jari girasi kolom komposit, mm
c adalah parameter kelangsingan
c adalah faktor reduksibeban aksial tekan
adalah faktor tekuk
17

Pada persamaan di atas, c1 , c 2 ,dan c3 adalah koefisien


yang besarnya
a). Untuk pipa baja yang diisi beton :
c1 = 1, c 2 = 0,85 ,dan c3 =0,4
b). Untuk profil baja yang diberi selubung beton :
c1 = 1, c 2 = 0,85 ,dan c3 =0,4

Kekuatan rencana kolom komposit yang menahan beban


kombinasi aksial dan lentur (LRFD Pasal 7.4.3.3).
a. Nu 0,2
c.Nn

Nu + 8 . Mux + Mny 1,0
.Nn 9 b.Mnx b.Mny
b. Nu < 0,2
c.Nn

Nu + Mux + Mny 1,0
2 . .Nn b.Mnx b.Mny
dimana :
Nu = Gaya aksial (tarik atau tekan) terfaktor, N
Nn = Kuat nominal penampang, N
= Faktor reduksi kekuatan
c = 0,85 (struktur tekan)
b = 0,90 (struktur lentur)
Mnx , Mny =Momen lentur nominal penampang komponen
struktur masing-masing terhadap sumbu x dan
sumbu y, N.mm
Mux , Muy =Momen lentur terfaktor masing-masing terhadap
sumbu x dan sumbu y, N.mm
18

2.4 Sambungan

Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat


pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat penyambung)
dan alat pengencang (baut dan las).

2.4.1 Klasifikasi sambungan :


1. Sambungan kaku / Rigid connection adalah sambungan
yang dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut di antara komponen-
komponen struktur yang akan disambung.
2. Sambungan semi kaku / Semi rigid connection adalah
sambungan yang tidak memiliki kekakuan yang cukup
mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-
komponen struktur yang disambung, namun harus dianggap
memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan
kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan sudut-
sudut tersebut
3. Sambungan sendi / Simple connection adalah sambungan
yang pada kedua ujung komponen struktur dianggap bebas
momen. Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar
memberikan rotasi yang diperlukan pada sanbungan.
Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur
terhadap komponen struktur yang disambung.

Semi Rigid Connection Rigid Connection Rigid Connection

Gambar 2.5. Sambungan pada baja


19

2.4.2 Perencanaan sambungan

Kuat rencana setiap komponen tidak boleh kurang dari


beban terfaktor yang dihitung. Perencanaan sambungan harus
memenuhi persyaratan (SNI 03-1729-2002 Ps. 13.1.3) :
1. Gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan
dengan gaya-gaya yang bekerja pada sambungan.
2. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas
kemampuan deformasi sambungan.
3. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus
mampu memikul gaya-gaya yang bekerja padanya.

2.4.3 Sambungan Baut

Kuat geser Rnv = .fv.Ab.m diambil


Kuat tumpu Rnt = .(1.8)fy.db.tp yang terkecil
Jumlah baut, n = Vu
Rn
Kontrol jarak baut :
Jarak tepi minimum : 1.5db (LRFD 13.4.2)
Jarak tepi maksimum : (4tp + 100 mm) atau 200 mm
(LRFD 13.4.3)
Jarak minimum antar baut : 3db (LRFD 13.4.1)
Jarak maksimum antar baut : 15tp atau 200 mm
(LRFD 13.4.3)
Kontrol Kekuatan Pelat
Pn = 0.75 0.6 fu Anv
Vu < Pn

2.4.4 Sambungan Las

Ru Rnw
dengan, f .Rnw = 0.75 t e (0.6 fuw) (las)
20

f .Rnw = 0.75 t e (0.6 fu ) (bahan dasar)


keterangan : fuw : tegangan tarik putus logam las
fu : tegangan tarik putus bahan dasar
te : tebal efektif las (mm)

Tebal bagian paling tebal, t Tebal minimum las sudut, a


(mm) (mm)
t 7 3
7 < t 10 4
10 < t < 15 5
15 < t 6

Tabel 2.1.Ukuran Minimum Las Sudut

2.5 Perencanaan Pondasi

Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen


struktur pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi
sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah. Dalam
perencanaan pondasi ada dua jenis pondasi yang umum dipakai
dalam dunia konstruksi, yaitu pondasi dangkal dan pondasi
dalam. Pondasi dangkal dipakai untuk struktur dengan beban
yang relatif kecil, sedangkan untuk pondasi dalam dipakai untuk
struktur dengan beban yang relatif besar seperti pada gedung yang
berlantai banyak, dikatakan pondasi dalam jika perbandingan
antara kedalaman pondasi (D) dengan diameternya (B) adalah
lebih besar sama dengan 10 (D/B > 10).Pondasi dalam ini ada
beberapa macam jenis, antara lain pondasi tiang pancang, pondasi
tiang bor ( pondasi sumuran ), pondasi caisson dan lain
sebagainya.

2.5.1 Pondasi Tiang Pancang


a. Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh
dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar
21

tiang pondasi ( Qp ) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan


lateral tanah ( Qf ). Sehingga daya dukung total dari tanah dapat
dirumuskan : Qu = Qp + Qs
Disamping peninjauan berdasarkan kekuatan tanah tempat
pondasi tiang pancang di tanam, daya dukung suatu tiang juga
harus ditinjau berdasarkan kekuatan bahan tiang pancang tersebut.
Hasil daya dukung yang menentukan yang dipakai sebagai daya
dukung ijin tiang. Perhitungan daya dukung dapat ditinjau dari
dua keadaan, yaitu :
Daya dukung tiang pancang tunggal yang berdiri sendiri
Daya dukung tiang pancang dalam kelompok.
Perhitungan daya dukung tiang pancang ini dilakukan
berdasarkan hasil uji Standard Penetration Test ( SPT ) menurut
Luciano Decourt ( 1982 )
Ql = Qp + Qs
dimana :
Qp = qp . Ap = ( Np . K ) . Ap
dengan :
Np = Harga rata-rata SPT di sekitar 4B di atas hingga
4 B di bawah dasar tiang pondasi
K = Koefisien karakteristik tanah
= 12 t/m2, untuk tanah lempung
= 20 t/m2, untuk tanah lanau berlempung
= 25 t/m2, untuk tanah lanau berpasir
= 40 t/m2, untuk tanah pasir
Ap = Luas penampang dasar tiang
qp = tegangan di ujung tiang

Qs = qs . As =
Ns
+ 1 . As
3
22

Dengan :
qs = tegangan akibat lekatan lateral dalam t/m2
Ns = harga rata-rata sepanjang tiang yang tertanam,
dengan batasan : 3 N 50
As = keliling x panjang tiang yang terbenam
Daya dukung ijin dari satu tiang pancang yang berdiri
sendiri adalah daya dukung tiang total dibagi dengan suatu angka
keamanan.
Qu
Qijin 1 tiang =
SF
Dimana :
SF = safety factor = 3
N = harga SPT di lapangan
N = harga SPT setelah dikoreksi
= 15 + [ ( N 15 ) /2 ]
b. Daya dukung dukung tiang kelompok
Disaat sebuah tiang merupakan bagian dari sebuah group,
daya dukungnya mengalami modifikasi, karena pengaruh dari
group tiang tersebut. Dari problema ini, dapat dibedakan dua
fenomena sebagai berikut :
Pengaruh group disaat pelaksanaan pemancangan tiang-tiang
Pengaruh group akibat sebuah beban yang bekerja
Proses pemancangan dapat menurunkan kepadatan di
sekeliling tiang untuk tanah yang padat. Namun untuk kondisi
tanah didominasi oleh pasir lepas atau dengan tingkat kepadatan
sedang, pemancangan dapat menaikkan kepadatan disekitar tiang
bila jarak antar tiang < 7 s/d 8 diameter.
Untuk daya dukung batas, pengaruh dari sebuah group tiang
pondasi tidak perlu diperhitungkan bila jarak as ke as antar tiang
23

adalah > 3 diameter. Sebaliknya, jarak minimum antar tiang


dalam group adalah 2 s/d 2.5 diameter tiang.
Untuk kasus daya dukung group pondasi, harus dikoreksi
terlebih dahulu dengan koefisien efisiensi Ce.
QL (group) = QL (1 tiang) n Ce
n = jumlah tiang dalam group
Untuk menghitung koefisien efisiensi Ce, digunakan cara
Converse Labarre :
arc tan ( / s ) 1 1
Ce = 1 2
90 m n
dimana:
: diameter tiang pondasi
S : jarak as ke as antar tiang dalam group
m : jumlah baris tiang dalam group
n : jumlah kolom tiang dalam group

2.5.2 Repartisi beban-beban diatas tiang kelompok


Bila diatas tiang-tiang dalam kelompok yang disatukan oleh
sebuah kepala tiang (poer) bekerja beban-beban vertikal (V),
horizontal (H), dan momen (M), maka besarnya beban vertikal
ekivalen (Pv) yang bekerja pada sebuah tiang adalah :
V M y .x max M x .y max
Pv = dimana :
n x 2
y 2

Pv = Beban vertikal ekivalen


V = Beban vertikal dari kolom
n = banyaknya tiang dalam group
Mx = momen terhadap sumbu x
My = momen terhadap sumbu y
xmax = absis terjauh terhadap titik berat kelompok
tiang
ymax = ordinat terjauh terhadap titik berat kelompok
tiang
2
x = jumlah dari kuadrat absis tiap tiang terhadap
garis netral group
24

y2 = jumlah dari kuadrat ordinat tiap tiang terhadap


garis netral group
nilai x dan y positif jika arahnya sama dengan arah e, dan
negative bila berlawanan dengan arah e.
Perhitungan jarak tiang ( Dirjen Bina Marga Departemen PU)
sebagai berikut :
2,5D S 3D
1,5D S1 2D
dimana : S = jarak antar as tiang pancang.
S1 = jarak as tiang pancang ke tepi.
D = diameter tiang pancang.
25

BAB III
METODOLOGI

3.1 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir

Mulai

Pengumpulan Data

Studi Literatur

Perencanaan Struktur Sekunder

Preliminary Desain dan Pembebanan

Pemodelan dan Analisa Struktur


Not Ok

Kontrol Desain

Ok

Perencanaan Pondasi

Penggambaran Hasil Perencanaan

Selesai
26

3.2 Mengumpulkan data yang berkaitan dengan perencanaan


Mempelajari gambar eksisting sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan modifikasi perencanaan.
Mempelajari data-data perencanaan secara keseluruhan yang
mencakup:
- Data umum bangunan (kondisi Awal)
1. Nama Gedung : Gedung Albergo
2. Lokasi : JL. Letjen Soepono, Jakarta
3. Fungsi : Apartemen
5. Jumlah lantai : 36 lantai + Atap
6. Panjang banguna : 40 m
7. Lebar bangunan : 27 m
8. Tinggi Bangunan : 140,7 m
10. Struktur Utama : Struktur beton bertulang
- Data Bahan

3.3 Studi literatur


Mencari literatur dan peraturan gedung (building
code) yang menjadi acuan dalam pengerjaan tugas akhir ini.
Adapun beberapa literatur serta peraturan gedung tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :
a. G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur
Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua.
Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga.
b. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam.
Surabaya : ITS.
c. Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder,Atanu.
1999. Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan
Arsitektur 2.Bandung : PT.Pradinya Paramita.
d. Purwono, Rahmat. 2006. Perencanaan Struktur Beton
Bertulang Tahan Gempa.
e. Rinaldy, Vebriano & Rustailang, Muhammad. 2005
f. Spiegel & Limbrunner. 1998
g. American Institute of Steel Construction Load and
Resistance Factor Design (AISC-LRFD).
27

h. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG)


1983.
i. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung.
j. SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.
k. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

3.4 Perencanaan Struktur Sekunder


a. Perencanaan tangga
b. Perencanaan pelat lantai
c. Perencanaan pelat atap
d. Perencanaan balok anak
e. Perencanaan balok lift

3.5 Preliminary Design dan Pembebanan


3.5.1 Preliminary Design Balok
Mu
= Mn

Mn = Zp x fy .........(asumsi tegangan baja
mencapai tegangan plastis)
Mn
Zp = ...dari nilai Zp didapat rencana
fy
awal dimensi balok.
Dimana :
Mu : momen ultimate beban
: faktor reduksi lentur
Mn : momen nominal
Zp : momen tahan plastis
fy : tegangan leleh baja
28

3.5.2 Preliminary dimensi kolom


pu
= Pn

pn
fy = (asumsi tegangan baja mencapai tegangan plastis)
A
Pn
A= dari nilai A didapat rencana awal dimensi kolom.
fy
Dimana :
Pu : gaya aksial ultimate beban
: faktor reduksi gaya aksial tekan
Pn : momen nominal
A : luas penampang

3.5.3 Pembebanan
Perencanaan pembebanan pada struktur ini
berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
(PPIUG) 1983 dan SNI 03-1726-2002. Pembebanan tersebut
antara lain :
a. Beban Mati (PPIUG 1983 Bab1 pasal 1.1)
Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu
gedung yang bersifat tetap termasuk segala unsur
tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung itu. Yang nilainya sebagai
berikut :
Berat volume beton : 2400 kg/m3 (tabel 2.1)
Berat volume aspal : 1400 kg/m3 (tabel 2.1)
Berat volume spesi : 2100 kg/m3 (tabel 2.1)
Berat volume tegel : 2400 kg/m3 (tabel 2.1)
Berat volume ps bata merah : 250kg/m2 (tabel 2.1)
Berat volume plafond : 11 kg/m2 (tabel 2.1)
Berat volume penggantung : 7 kg/m2 (tabel 2.1)
Berat volume AC dan perpipaan : 10 kg/m2 (tabel 2.1)
Berat dinding partisi : 40 kg/m2 (tabel 2.1)
29

b. Beban Hidup (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1. 2)


Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya
termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang -
barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan
yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
lantai dan atap tersebut.
- Beban hidup pada lantai atap diambil sebesar 100 kg/m2
(pasal 3.2.1)
- Beban hidup pada lantai diambil sebesar 250 kg/m2
(pasal 3.1)
- Beban hidup pada lantai mesin elevator diambil sebesar
400 kg/m2 (tabel 3.1)
- Beban hidup pada tangga diambil sebesar 300 kg/m2
(tabel 3.1)

c. Beban Angin (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1. 3)


Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih
dalam tekanan udara.
Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya
tekanan positif dan tekanan negatif (isapan), yang bekerja
tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya
tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam
kg/m2, ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup yang
ditentukan dalam pasal 4.2 (PPIUG 1983) dengan kefisien-
koefisien angin yang ditentukan dalam pasal 4.3 (PPIUG
1983).

d. Beban Gempa (PPIUG 1983 Bab 1 pasal 1.4)


Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen
yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
30

menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.


Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung
ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang
diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya di
dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah
akibat gempa itu.
Gaya geser dasar rencana total, V, ditetapkan sebagai berikut:

C1 I
V = Wt ; T1 = Cc (hn)3/4
R
dimana :
V = Gaya geser dasar Nominalstatik ekuivalen
R = Faktor reduksi gempa
T1 = Waktu getar alami fundamental
Wt = Berat total gedung
I = Faktor kepentingan struktur
Hn = Tinggi total gedung
C1 = Faktor respons gempa

Pembatasan waktu getar alami fundamental (Pasal 5.6 SNI


03 1726 2002):
T1 < n
dimana : = Koefisien untuk wilayah gempa tempat struktur
gedung berada (Tabel 8).
n = Jumlah tingkatnya

Simpangan antar lantai (SNI 03 1726 2002)


- Kinerja batas layan : S = 0.03 / R Ambil terkecil
(pasal 8.1)
S = 30 mm
Dimana : R = RSRPMB Baja = 4.5 ............ (pasal 4.3.6)

- Kinerja batas ultimit : M = S * ............ (pasal 8.2)


31

Kombinasi Pembebanan
Kombinasi Pembebanan sesuai dengan LRFD tersebut di
atas dengan kombinasi sebagai berikut (metode LRFD) :
- 1,4 D (6.2-1)
- 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)
- 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (L L atau 0,8 W) (6.2-3)
- 1,2 D + 1,3 W + L L + 0,5 (La atau H) (6.2-4)
- 1.2 D + 1,0 E + L L (6.2-5)
- 0,9 D (1,3W atau 1,0 E) (6.2-6)

3.6 Pemodelan dan Analisa Struktur


Untuk mengetahui gaya dalam yang timbul pada elemen
struktur akibat beban yang bekerja maka dilakukan analisa
struktur dengan menggunakan program bantu ETABS
v9.2.0.

3.7 Kontrol Desain


Setelah melakukan analisa struktur bangunan, tahap
selanjunya kita kontrol desain meliputi kontrol terhadap
kolom, balok, dan juga perhitungan sambungan dimana dari
kontrol tersebut dapat mengetahui apakah desain yang kita
rencanakan telah sesuai dengan syarat-syarat perencanaan,
dan peraturan angka keamanan, serta efisiensi. Bila telah
memenuhi maka dapat diteruskan ke tahap pendetailan. Bila
tidak memenuhi maka dilakukan re-design.

3.8 Perencanaan Pondasi


Setelah perencanaan bangunan atas selesai, tahap selanjutnya
yaitu kita mendesain pondasi bangunan.

3.9 Penggambaran hasil perhitungan dalam gambar teknik


Penggambaran hasil Perencanaan dan perhitungan dalam
gambar teknik ini dengan menggunakan program bantu
AutoCAD.
32

Halaman ini sengaja dikosongkan


33

BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

4.1 Perencanaan Tangga

4.1.1 Data perencanaan

Tinggi antar lantai = 425 cm


Tinggi bordes = 212,5 cm
Lebar injakan = 30 cm
Panjang tangga = 360 cm
Lebar pegangan tangga = 5 cm

4.1.2 Perecanaan Jumlah Injakan Tangga

- Persyaratan persyaratan jumlah injakan tangga


60 cm < ( 2t + i ) < 65 cm
25 < a < 40
Dimana : t = tinggi injakan (cm)
i = lebar injakan (cm)
a = kemiringan tangga

- Perhitungan jumlah injakan tangga


Tinggi injakan ( t ) = 65 30 = 17,5 cm
2
Jumlah tanjakan = 212,5 = 13 buah
17,5
Jumlah injakan ( n ) =13-1 = 12 buah
Lebar bordes = 140 cm
Lebar tangga = 150 cm
Panjang Tangga = 360 cm
Panjang Bordes = 330 cm
a = arc tg 212,5 = 30,55 ..................Ok
30 x12
34

Pelat Combideck
t= 9 cm

Balok Utama Tangga


Channel 260x90x10x1

Pelat Anak Tangga


t= 3 mm

Gambar 4.1 Denah tangga

Gambar 4.2 Potongan A A tangga


35

4.1.3 Perencanaan Pelat Tangga

Pelat baja t=3mm


Profil Siku
60.60.6

150 cm
30 cm

Gambar 4.3 Tampak anak tangga

- Perencanaan tebal pelat tangga


Tebal pelat tangga = 3 mm = 0,003 m
Berat jenis baja = 7850 kg/m3
Mutu baja Bj 41Tegangan leleh baja = 2500 kg/cm2

- Perencanaan pembebanan pelat tangga


Beban Mati
Berat pelat = 0,003 x 1,50 x 7850 = 35,325 kg/m
Alat penyambung ( 10 % ) = 3,53 kg/m +
qD = 38,858 kg/m
Beban Hidup
qL = 300 x 1,50 = 450 kg/m

Perhitungan MD dan ML
MD = 1/8 q D l2
= 0,125 x 38,858 x 0,32 = 0,437 kgm
ML = 1/8 q L l2
= 0,125 x 450 x 0,32 = 5,063 kgm

Perhitungan Kombinasi Pembebanan MU


MU = 1,4 MD
= 1,4 x 0,437 kgm = 0,612 kgm
36

MU = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 x 0,437 + 1,6 x 5,063 = 8,625 kgm
( menentukan )
Kontrol Momen Lentur
Zx = bh2 = 0,25 x 150 x 0,32 = 3,375 cm3
Mn = Zx x fy = 0,9 x 3,375 x 2500= 7593,75 kgcm
Syarat : Mn > Mu
75,94 kgm > 8,625 kgm..................Ok

Kontrol Lendutan
f = L = 30 = 0,0833 cm
360 360
Ix = 1 bh 3 = 1 x 150 x 0,33 = 0,3375 cm4
12 12
Ymax = 5 (q D + q L )l < f
4

384 EI x

= 5 (0,38858 + 4,35)30 4

365 2.10 6.0,3375


= 0,0804 < 0,0833 ..................Ok

4.1.4 Perencanaan Penyangga Pelat Injak

Direncanakan menggunakan profil siku 60x60x6,


dengan data sebagai berikut :
b = 60 mm Ix = 22,8 cm4 ix = 1,82 cm
4
tw = 6 mm Iy = 22,8 cm iy = 1,82 cm
2
W = 5,42 kg/m A = 6,91 cm Zx = 9,83 cm3

Gambar 4.4 Tampak melintang anak tangga


37

-
Perencanaan pembebanan
P=100Kg P=100Kg

VA VB

Gambar 4.5 Sketsa pembebanan pelat tangga

Beban Mati ( lebar injakan)


Berat pelat = 0,15 x 0,003 x 7850 = 3,533 kg/m
Berat baja siku 60x60x6 = 5,42 kg/m +
= 8,953 kg/m
Alat penyambung ( 10 % ) = 0,895 kg/m +
qD = 9,848 kg/m
Beban Hidup ( 1/2 lebar injakan )
qL = 300 x 0,15 = 45 kg/m
pL = 100 = 100 kg

Perhitungan MD dan ML
MD = 1/8 qD l2
= 0,125 x 9,848 x 1,502 = 2,769 kgm

ML = 1/8 qL l2 akibat beban merata


= 0,125 x 45 x 1,502 = 11,827 kgm

ML = 1/3(PL) akibat beban terpusat


= 1/3.100.150 = 5000 kg cm = 50 kgm
Vu = 1 ( 1,2.qD.l ) + 1 ( 1,6.P.2 )
2 2
= 0,5(1,2.9,848.1,50) + 0,5(1,6.100.2)
= 168,863 Kg
38

Perhitungan Kombinasi Pembebanan MU


MU = 1,4 MD
= 1,4 x 2,769 = 3,877 kgm
MU = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 x 2,769 + 1,6 x 50= 83,323 kgm
( menentukan )

Kontrol Momen Lentur

Mn = Zx x fy = 0,9 x 9,83 x 2500


= 22117,5 kgcm = 221,175 kgm

Syarat : Mn > Mu
221,175 kgm > 83,323 kgm..................Ok

Kontrol Lendutan

f = L = 150 = 0,625 cm
240 240
Ix = 22,8 cm4
Ymax = 5 (q D + q L ) l 4
+ 23 Pl 3

384 EI x 648 EI x

= 5 (0,09848 + 0 , 45)150 4
+
23 (100 + 100 )x150 3

384 2.106 x 22,8 648 2.10 6 x 22,8


= 0,605 < 0,625...................Ok
39

4.1.5 Desain Bordes

Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75mm.


Pembebanan
a.Beban Berguna (Superimposed)
Beban finishing :
- spesi lantai t = 1cm
= 1.21 kg /m2 = 21 kg/m2
- lantai keramik t = 1cm
= 1.24 kg /m2 = 24 kg/m2
- sandaran baja = 20 kgm2
Total beban finishing = 65 kgm2

Beban Hidup
Beban hidup = 300 kg/m2
Beban berguna = beban hidup + beban finishing
= 300 kg/m2 + 65 kg/m2 = 365 kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus
tanpa tulangan negatif tanpa penyangga didapatkan data-data
sebagai berkut :
- bentang (span) = 1,4 m
- tebal pelat beton = 9 cm

b.Beban Mati
- Pelat lantai bondek = 10,1 kg/m2
= 10,1 kg/m2 = 10,1 kg/m2
- Pelat beton t = 9 cm
= 0,09 m.2400 kg/m3 = 216 kg/m2+
qD2 = 226,1 kg/m2

4.1.6 Desain Balok Utama Tangga

Balok utama tangga dianalisa dengan anggapan terletak


di atas dua tumpuan sederhana dengan menerima beban merata
dari berat sendiri dan beban dari anak tangga. Balok utama tangga
40

direncanakan menggunakan profil Channel 260x90x10x14,


dengan spesifikasi sebagai berikut :
A = 48,3 cm2 Ix = 4820 cm4
W = 37,9 kg/m Iy = 317 cm4
ix = 9,99 cm Sx = 371 cm3
iy = 2,56 cm Sy = 47,7 cm3
Zx = 445 cm3 Zy = 105 cm3

- Perencanaan Pembebanan

BEBAN ANAK TANGGA (qu1)


BEBAN BORDES (qu2)

B C

VuC

VuA

Gambar 4.6 Sketsa pembebanan balok utama tangga

1. Perencanaan pembebanan anak tangga


Beban Mati
Berat pelat = 0,003 x 1,50/2 x 7850 = 17,663 kg/m
Berat profil siku = 5,42 x 2 x0,75 /0,30 = 27,1 kg/m
Berat profil = 37,9 / cos 30,55 = 44,01 kg/m
Berat sandaran besi = 20 kg/m
= 108,773kg/m
Berat alat penyambung (10%) = 10,887kg/m
qD1 = 119,650 kg/m
41

Beban Hidup
qL1 = 300 x 1,50 x 0,5 = 217,5 kg/m

2. Perencanaan pembebanan bordes


Beban Mati
Berat profil = 37,9 kg/m
Berat bordes =(65+226,1) x 1,65 = 480,315 kg/m
= 518,215 kg/m
Berat penyambung ( 10 % ) = 51,822 kg/m
qD2 = 570,037 kg/m

Beban Hidup
qL2 = 300 x 1,65 = 495 kg/m

- Perhitungan Gaya Gaya pada Tangga

A. Beban Mati
VDA = {(qd1.3,6.3,2) + (qd2.1,4.0,7) }/5
= 387,40 kg ( )
VDC = {(qd2.1,4.4,3) + (qd1.3,6.1,8) }/5
= 841,39 kg ( )

Kontrol : V = 0
387,40 +841,39 = (119,650.3,6)+(570,037.1,4)
1228,79 kg = 1228,79 kg ....................Ok

B. Beban Hidup
VLA = {(ql1.3,6.3,2) + (ql2.1,4.0,7)}/5 = 598,14 kg ( )
VLC = {( ql2.1,4.4,3) + (ql1.3,6.1,8)}/5 = 877,86 kg ( )

Kontrol : V = 0
598,14 + 877,86 = ( 217,5.3,6) + (2495.1,4)
1476 kg = 1476 kg ....................OK
42

C. Gaya Gaya Dalam Ultimate

qu1 =1,2.qd1 + 1,6.ql1


= (1,2.119,65 + 1,6.217,5) = 491,58 kg/m
qu2 = 1,2.qd2 + 1,6.ql2
= (1,2.570,037 + 1,6.495) = 1476,044 kg/m

VUA = 1,2 VDA + 1,6.VLA


= 1,2. 387,40 + 1,6. 598,14 = 1421,90 kg ( )
VUC = 1,2 VDC + 1,6.VLC
= 1,2. 841,39 + 1,6. 877,86 = 2414,24 kg ( )

MUBC = - (VUC . 1,4) + (qu2.1,4.0,7)


= - (2414,24.1,4) + (1476,04.1,4.0,7)
= - 1933,416 kgm
MUBA = (VUA.3,6) (qu1.3,6.1,8)
= (1421,90.3,6) (491,58.3,6.1,8)
= 1933,416 kgm

Kontrol : MUBA = MUBC.................Ok

Batang AB
Mx1 = (VUA.x1) (1/2.qu1.x12)
dMx1
= 0 VUA qU 1 .x1 = 0
dx1
V 1421,90
x1= UA = = 2,893 m < 3,6m...................Ok
qU 1 491,58

MUmax = (VUA.x) - (1/2. qu1.x2)


= (1421,90.2,893) (0,5. 491,58.2,8932)
= 2056,441 kgm
43

B C
+

+ 1933,416 kgm
A 2056,441 kgm
2,893 m

Gambar 4.7 Sketsa bidang momen pada balok tangga

- Kontrol Kekuatan Propil


Penampang Profil
fy = 2500 kg/cm2
untuk sayap : untuk badan :
b 170 h 1680

2tf fy tw fy
90 170 200 1680

2.14 250 10 250
3,21 10,75 20 106,25
Penampang profil kompak, maka Mnx = Mpx

Kontrol Lateral Buckling


1.Batang Miring
30
Lb = = 34,84 cm
cos 30,55
E 2.10 5
Lp = 1,76.iy. = 1,76.2,22. = 110,51 cm
fy 250
Ternyata Lp>Lb, maka Mnx = Mpx

2.Balok Bordes
Lb = 0 m
Lp = 131,082 cm
Ternyata Lp >Lb, maka Mnx = Mpx
44

- Kontrol Momen Lentur

90m m

14m m
y1
260m m
y2
10m m

Gambar 4.8 Sketsa profil Canal 260.90.10.14

Mp = Zx.fy = 445.2500
= 1112500 kgcm = 11125 kgm

1,5 My = 1,5 Sx.fy = 1,5.371.2500


= 139125 kgcm

Jadi, Mn = Mp = 1112500 kgcm = 11125 kgm

Syarat : Mu Mn
2056,441 kgm 0,9. 11125 kgm
2056,441 kgm < 10012,5 kgm............Ok

- Kontrol Kuat Rencana Geser


162 110

5,5 250

20 < 69,57 .........................plastis


45

Vn = 0,6 x fy x Aw Aw = tw.d
= 10.260 = 2600 mm2

Vn = 0,6 x 2500 x (26)


= 39000 kg

Vn = 0,9 x 39000 = 35100 kg


VUA = 1421,904 kg

Syarat : Vu Vn
1421,904 Kg < 35100 kg ....................Ok
Jadi profil Channel 260x90x10x4 dapat dipakai.

4.1.7 Desain Balok Penumpu Bordes

Balok penumpu bordes direncanakan menggunakan profil


WF 350x175x7x11, dengan data sebagai berikut :
A = 63,14 cm2 Ix = 13600 cm4 Sx = 775 cm3
W = 49,6 kg/m Iy = 984 cm4 Sy = 112 cm3
bf = 175 mm ix = 17,70 cm Zx = 841 cm3
d = 350 mm iy = 3,95 cm Zy = 172 cm3
tf = 11 mm r = 14 mm
tw = 7 mm
h = 300 mm

- Perencanaan pembebanan
Beban Mati
Berat sandaran besi : 20 kg/m = 20 kg/m
Berat sendiri profil : = 49,6 kg/m +
= 69,6 kg/m
Berat ikatan ( 10 % ) = 6,96 kg/m +
qD = 76,56 kg/m
qU = 1,2. 76,56 kg/m = 91,87 kg/m

P = VUC = 2414,24 kg
46

P=2414,24 Kg P P P
qD=91,87 Kg/m'

VA VB

Gambar 4.9 Sketsa pembebanan balok penumpu bordes

MB = 0
VA.8 - P.(5,65 + 4,15 + 3,85 + 2,35)- qD.82 = 0
1
2414,24 (16) + (91,87 ) 8 2
2
( )
VA =
8
VA = 5195,96 Kg

MA = 0
VB.8 - P.(5,65 + 4,15 + 3,85 + 2,35)- qD.82 = 0
2414,24 (16) +
1
2
( )
(91,87) 8 2
VB =
8
VB = 5195,96 Kg

Kontrol : VA + VB = (qD.8 + P.4)


5195,96 + 5195,96 = (91,87.8 + 2414,24.4)
10391,92 = 10391,92 Ok

Mmax = VA.4 P (1,65+0,15)- q.42


2
= 5195,96.4 2414,24.(1,65+0,15) - 91,87 .4
2
= 15703,24 kgm
47

- Kontrol Kekuatan Propil


Penampang Profil
untuk sayap : untuk badan :
bf 170 h 1680

2tf fy tw fy
175 170 30 1680

2.11 250 7 250
7,95 10,75 42,86 106,25
Penampang profil kompak, maka Mnx = Mpx

Kontrol Momen Lentur


Mn = x fy x Zx
= 0,9 x 2500 kg/cm2 x 841cm3 = 1892250 kgcm
Syarat : Mn > Mu
18922,5 kgm > 15703,24 kgm.................Ok

Kontrol Lendutan
L 800
fijin = = = 3,33 cm
240 240
Lendutan yang terjadi (SAP 2000)
f = 2,22 cm f ijin.....................Ok

- Kontrol Kuat Rencana Geser


h 1100 30 1100

tw fy 7 250
42,86 < 69,57 .........................plastis
Vn = 0,6 x fy x Aw
= 0,6 x 2500 x (0,7.30) = 31500 kg
Vn = 0,9 x 31500 = 28350kg
Syarat : Vu Vn
5195,976 kg < 28350 kg.....................Ok
Jadi profil WF 350x175x7x11dapat dipakai.
48

4.1.8 Perencanaan Sambungan Profil Tangga

Ada dua sambungan yang akan digunakan pada tangga,


yaitu sambungan baut dan las. Sambungan baut digunakan
untuk menyambung balok bordes dengan balok penumpu
tangga. Sambungan las digunakan untuk menyambung balok
tangga miring dengan balok tangga horizontal (bordes).

Sambungan Baut
Model mekanika tumpuan tangga menggunakan asumsi
sendi pada tangga dan rol pada bordes. Sehingga
sambungan baut yang dipakai adalah sambungan geser.
a. Sambungan balok bordes dengan balok penumpu
bordes
Asumsi tumpuan pada bordes adalah rol (balok
tangga diletakkan di atas balok penumpu bordes),
sehingga reaksi tumpuan balok bordes langsung
diterima balok penompu bordes. Maka sambungan
baut hanya diperlukan praktis. Dipakai 2 buah baut
dengan baut = 12 mm.

A Baut 12

Balok penumpu bordes


350.175.7.11 Balok tangga Channel
260.90.10.14
Balok penumpu bordes
Pot. A 350.175.7.11

Gambar 4.10
Sambungan balok bordes dengan balok penumpu bordes
49

Sambungan Las

Sambungan antara balok balok tangga direncanakan


dengan menggunakan sambungan las, dengan ketentuan
sebagai berikut :
Mutu las E70 XX (fuw = 70 ksi = 4921 kg/cm2)
Tebal pelat penyambung, t = 10 mm

P o t.I - I

B a lo k ta n g g a C h a n n e l 2 6 0 .9 0 .1 0 .1 4
P la t p e n y a m b u n g T e b a l = 1 0 m m

Gambar 4.11 Sambungan balok tangga dengan balok


tumpuan tangga

Kontrol Sambungan Las

Digunakan las mutu E70XX


0,707. fu.tw 0,707.4100.1
aeffbadan = = = 0,589cm
E 70 XX 70.70,3

0,707. fu.tf 0,707.4100.1,4


aeffsayap = = = 1,64cm
E 70 XX 70.70,3
50

Dimisalkan dipakai tebal las (te = 1 cm)


A = 1.(26+(0,9.2) + 23,2 + (1,4.2) + (0,8.2))
= 55,4 cm2

Akibat Pu
Pu 1556,74
fr = = = 28,1 kg/ cm2
A 55,4

Akibat Mu
Mu 193341,6
fh = = = 521,14 kg/ cm2
Sx 371

f total = fr 2 + fh 2
= 28,12 + 958,32
= 958,71 kg/ cm2

f total 958,71
te perlu = = = 0,43cm
. fu 0,75.0,6.70.70,3

te 0,43
a perlu = = = 0,608cm < aeffmax = 1,64 cm
0,707 0,707
Sehingga, digunakan a = 0,8 cm = 8 mm
51

4.2 Perencanaan Struktur Lantai

Pada perencanaan struktur lantai direncanakan pelat lantai


menggunakan bondex, dimana dalam perencanaan ini bondek
yang digunakan merupakan produk dari PT. Gunung Garuda.

4.2.1 Pelat Lantai Atap


Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75 mm
Pembebanan
a.Beban Superimposed (Berguna)
Beban finishing :
- aspal t = 2 cm = 2.14 kg/m2 = 28 kg/m2
- rangka + plafond = (11+7)kg/m2 = 18 kg/m2
- ducting AC + pipa = 10 kg/m2 +
Total beban finishing = 56 kg/m2

Beban Hidup
Beban Hidup = 100 kg/m2
Beban superimposed/berguna
= beban hidup + finishing
= 100 kg/m2 + 56 kg/m2 = 156 kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang
menerus dengan tulangan negatif dengan satu baris
penyangga didapatkan data-data sebagai berkut :
- bentang (span) = 2,50 m
- tebal pelat beton = 9 cm
- tulangan negatif = 1,71 cm2/m
- direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm
(As = 50,24 mm2 = 0,5024 cm2)
- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m
A 1,71
= = = 3,4 buah = 4 buah
As 0,5024
Jarak antar tulangan tarik per-meter = 1000mm/4 = 250 mm
Jadi, dipasang tulangan tarik 8-250
52

b.Beban Mati
- Pelat lantai bondek = 10,1 kg/m2
- Pelat beton t = 9 cm = 0,09m.2400 kg/m3 = 216 kg/m2 +
= 226,1kg/m2

Tulangan 8 250mm
90 mm Plat Bondex t = 0,75 mm

Balok

Gambar 4.12 Potongan plat lantai Atap

4.2.2 Pelat lantai 1 dan lantai 3 sampai lantai 11


Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75mm.
Pembebanan
a.Beban Superimposed
Berat finishing :
- spesi lantai t = 2 cm = 2.21kg /m2 = 42 kg/m2
- lantai keramik t = 1cm
= 1.24 kg /m2 = 24 kg/m2
- rangka + plafond = (11+7)kg/m2 = 18 kg/m2
- ducting AC+pipa = 10 kg/m2
- dinding = 250 kgm2
Total beban finishing = 344 kg/m2

Beban Hidup
Beban hidup = 250 kg/m2
Beban berguna
= beban hidup + finishing
= 250 kg/m2 + 344 kg/m2 = 594 kg/m2

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus


dengan tulangan negatif dengan satu baris penyangga didapatkan
data-data sebagai berkut :
53

- bentang (span) = 2,50 m


- tebal pelat beton = 9 cm
- tulangan negatif = 3,25 cm2/m

- direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm


(As = 50,24 mm2 = 0,5024 cm2)

- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m


A 3,25
= = = 6,47 buah = 7 buah
As 0,5024
Jarak antar tulangan tarik per-meter = 140 mm
Jadi, dipasang tulangan tarik 8-140

b.Beban Mati
- Pelat lantai bondex = 10,1kg/m2
- Pelat beton t = 9 cm = 0,09m.2400 kg/m3 = 216 kg/m2+
= 226,1kg/m2

Tulangan 8 140mm
90 mm
Plat Bondex t = 0,75 mm

Balok

Gambar 4.13
Potongan plat lantai 1 dan lantai 3 sampai lantai 11
54

4.2.3 Pelat lantai 2


Dipakai pelat bondek dengan tebal pelat = 0,75mm.
Pembebanan
a.Beban Superimposed
Berat finishing :
- spesi lantai t = 2 cm = 2.21kg /m2 = 42 kg/m2
- lantai keramik t = 1 cm
= 1.24 kg /m2 = 24 kg/m2
2
- rangka + plafond = (11+7)kg/m = 18 kg/m2
- ducting AC+pipa = 10 kg/m2
- dinding = 250 kgm2 +
Total beban finishing = 344 kg/m2

Beban Hidup
Beban hidup = 400 kg/m2
Beban berguna = beban hidup + finishing
= 400 kg/m2 + 344 kg/m2 = 744 kg/m2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus
dengan tulangan negatif dengan satu baris penyangga
didapatkan data-data sebagai berikut :
- bentang (span) = 2,50 m
- tebal pelat beton = 11 cm
- tulangan negatif = 3,38 cm2/m
- direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm
(As = 50,24 mm2 = 0,5024 cm2)
- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m
A 3,38
= = 6,73 buah = 7 buah
As 0,5024
Jarak antar tulangan tarik per-meter = 140 mm
Jadi,dipasang tulangan tarik 8-140

b.Beban Mati
- Pelat lantai bondex = 10,1kg/m2
- Pelat beton t = 11 cm = 0,11m.2400 kg/m3 = 264 kg/m2+
= 274,1kg/m2
55

Tulangan 8 140mm
100 mm Plat Bondex t = 0,75 mm

Balok

Gambar 4.14 Potongan plat lantai 2

4.2.4 Pelat Lantai Mesin Lift


Dipakai pelat bondex dengan tebal pelat = 0,75 mm
Pembebanan
a.Beban Superimposed
Berat finishing :
- spesi lantai t = 1cm = 1.21kg /m2 = 21 kg/m2
2
- rangka + plafond = (11+7)kg/m = 18 kg/m2
- ducting AC+pipa = 10 kg/m2 +
Total beban finishing = 49 kg/m2

Beban Hidup
Beban hidup = 400 kg/m2
Beban superimposed
= beban hidup + finishing
= 400 kg/m2 + 49 kg/m2 = 449 kg/m2

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus


dengan tulangan negatif dengan satu baris penyangga
didapatkan data-data sebagai berkut :
- bentang (span) = 2,55 m
- tebal pelat beton = 10 cm
- tulangan negatif = 3,11 cm2/m
- direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm
(As = 50,24 mm2 = 0,5024 cm2)
- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m
56

A 2,86
= = = 5,69 buah = 6 buah
As 0,5024
Jarak antar tulangan tarik per-meter = 160 mm
Jadi,dipasang tulangan tarik 8-160
b.Beban Mati
- Pelat lantai bondex = 10,1kg/m2
- Pelat beton t = 10 cm = 0,1m.2400 kg/m3 = 240 kg/m2+
=250,1 kg/m2

Tulangan 8 140mm
100 mm Plat Bondex t = 0,75 mm

Balok

Gambar 4.15 Potongan plat lantai mesin lift

4.3 Perencanaan Balok Anak

Balok anak berfungsi membagi luasan lantai agar tidak


terlalu lebar, sehingga mempunyai kekakuan yang cukup. Balok
anak menumpu di atas dua tumpuan sederhana. Pada perencanaan
ini, ditunjukkan perhitungan balok anak pada lantai 2, balok anak
direncanakan menggunakan profil WF 400.200.8.13, dengan data
sebagai berikut :
A = 72,16 cm2 ix = 16.7 cm r = 16 mm
W = 56,6 kg/m tw = 7 mm Zx = 1088 cm3
d = 396 mm tf = 11 mm Sx = 1010 cm3
bf = 199 mm Ix = 20000 cm4 Iy = 1450 cm4
iy = 4,48 cm h = d2(tf + r ) = 3962(11+16) = 342 mm
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2 fu = 4100 kg/cm2
fr = 700 kg/cm2 Beton : fc= 250 kg/cm2
fL = fy fr = 2500 700 = 1800 kg/cm2
Panjang balok anak (L) = 950 cm
57

4.3.1 Kondisi Balok Anak Sebelum Komposit

1.Beban Mati
- berat pelat bondex = 10,1 kg/m2.2,5 m = 25,25 kg/m
- berat sendiri pelat beton
= 0,1 m.2400kg/m3.2,5m = 600 kg/m
- berat sendiri profil WF = 56,6 kg/m+
= 681,85 kg/m
- berat ikatan : 10 %.681,85 kg/m = 68,19 kg/m+
qD = 750,04 kg/m

Kombinasi Beban :
qu = 1,2 qD
= 1,2. 750,04 = 900,048 kg/m = 90,0048 kg/cm

A 9,5cm
950 m
B

4275,23
4334,14Kg
kg

4275,23 Kg kg
4334,14

1015367
1029358Kgcm
kgcm

Gambar.4.14
Bidang D dan M pada komposit balok sebelum komposit
58

Momen yang terjadi:


Mu = 1 .qu.L2
8
= 1 .90,0048. 9502 = 1015367 kgcm
8

Geser yang terjadi :


Vu = 1.qu.L
2
= 1 .90,0048.950 = 4275,23 kg
2

Kontrol Lendutan
Lendutan ijin :
L 950
f '= = = 2,639 cm
360 360
5.q u .l 4
ymaks =
384.E.Ix
5.(9,00048 ).950 4
=
384.2.10 6.20000
= 2,389 cm < f ' ..................Ok

Kontrol Kekuatan Penampang (Local Buckling)


Untuk Sayap Untuk Badan
bf 170 h 1680

2tf fy tw fy
199 170 342 1680

2.11 250 7 250
9,05 < 10,752.......ok 48,86 < 106,25.......ok

Profil penampang kompak, maka Mn = Mp


59

Kontrol Lateral Buckling


Jarak Penahan Lateral Lb = 47,5 cm
(diambil sejarak pemasangan shear connector)

Berdasarkan tabel profil untuk BJ 41 profil WF 400.200.8.13


didapatkan : Lp = 226,003 cm,
Lr = 658,357 cm
Jadi, Lb < Lp bentang Pendek,
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lb < Lp
(untuk bentang pendek), kuat nominal komponen struktur
adalah :
Mn = Mp = Zx . fy
= 1088 . 2500
= 2720000 kg cm
Persyaratan :
Mu Mn
1015367 Kgcm 0,9. 2720000 kgcm
1015367 Kgcm < 2448000 kgcm.........Ok
Penampang profil baja mampu menahan beban yang
terjadi.

Kontrol Geser
h 1100

tw fy
342 1100

7 250
48.86 < 69,57Ok

Vn = 0,6. fy. Aw
= 0,6.2500.(39,6 .0,7) = 41580 kg

Syarat : Vn Vu
0,9. 41580kg 4275,23 kg
37422kg 4275,23 kg.......Ok
60

4.3.2 Kondisi Balok Anak Setelah Komposit

Pembebanan setelah komposit

1.Beban Mati
- berat pelat bondex = 10,1kg/m2.2,5m = 25,25 kg/m
- berat sendiri pelat beton
= 0,1 m.2400 kg/m3.2,5 m = 600 kg/m
- berat sendiri profil WF = 56,6 kg/m
- berat spesi 2 cm = 2. 21 kg/m2.2,5 m = 105 kg/m
- berat keramik = 1.24 kg/m2.2,5m = 60 kg/m
- berat rangka + plafond = (11+7)kg/m2.2,5m = 45 kg/m
- berat ducting AC+pipa = 10 kg/m2.2,5m = 25 kg/m+
= 916,85 kg/m
- berat ikatan : 10 %.916,85 = 91,68 kg/m+
qD = 1008,53 kg/m

2. Beban Hidup : qL = 400 kg/m2.2,5 m = 1000 kg/m

Kombinasi Beban :
qu = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2. 1008,53 + 1,6.1000
= 2810,24 kg/m = 28,1024 kg/cm

Momen yang terjadi:


Mu = 1 .qu.L2 = 1 .2810,24.9502 = 3170302 kgcm
8 8

Geser yang terjadi :


Vu = 1 . qu.L
2
= 1 .28,1024.950
2
= 13347,5 kg
61

Menghitung Momen Nominal

Kontrol kriteria penampang


Untuk Sayap Untuk Badan
bf 170 h 1680

2tf fy tw fy
199 170 342 1680

2.11 250 7 250
9,05 < 10,752.......ok 48,86 < 106,25.......ok

Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen


penampang dianalisa dengan distribusi tegangan plastis.

Menentukan lebar effektif pelat beton


Lebar efektif :
beff .L = .9500 mm = 2375 mm = 237,5 cm
beff S = 2,50 m = 2500 mm
jadi beff = 2375 mm =237,5 cm

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada pelat


C1 = As.fy = 72,16.2500 = 180400 kg
C2 = 0,85.fc.tplat.beff
= 0,85.250.10.237,5 = 504687,5 kg
N
C3 = Qn ( C
n =1
3 tidak menentukan )

Jadi, C =C1 ( terkecil)


= 180400 kg
Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang
bekerja:
C 180400
a= = = 3,57 cm
0,85. fc'.beff 0,85.250.237,5
62

2375 mm t = 46 mm

54 t = 100 mm
12

t = 400 mm

Gambar 4.15 potongan Balok anak

a 3,57
d1 = tb - = 4,6 - = 2,815 cm
2 2
d2 = 0 profil baja tidak mengalami tekan
d 39,6
d3 = = = 19,8 cm
2 2

Menghitung kekuatan nominal penampang komposit


Mn = C.(d 1 + d 2 ) + Py (d 3 d 2 )
C = 180400 kg
Py = As.fy = 72,16.2500 = 180400 kg

Mn = 180400 (2,815 + 0) + 180400 (19,8 - 0)


= 4079746 kgcm

Syarat : Mu .Mn
3170302 kgcm 0,85.4079746 kgcm
3170302 kgcm 3467784 kgcm..........Ok

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar


daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga
penampang mampu menahan beban yang terjadi.
63

Kontrol Lendutan
Menghitung luasan transformasi beton ke baja
1, 5
Ec = 0,041.wc . fc' = 0,041.24001,5. 25
= 2,41.104 Mpa
Es = 2,1.10 5 Mpa
beff = 237,5 cm (balok interior)
Es 2,1.10 5
n = = = 8,713
Ec 2,41.10 4
beff
btr = = 237,5 = 27,26 cm
n 8,713
Atr = btr.t plat beton = 27,26.94 = 272,6 cm

Menentukan letak garis netral


Atr .t platbeton d
+ As t platbeton +
2 2
Yna =
( Atr + As )
272,6 .10 40
+ 84,12 10 +
2 2
=
(272,6 + 84,12 )
= 10,52 cm

Menentukan nilai momen inersia penampang transformasi


2 2
b tr (t pb ) 3 t pb d
I tr = + Atr Yna + Ix + A s + t pb Yna
12 2 2
2 2
27,26(10)3 10 40
I tr = + 272,610,52 + 23700 + 84,12 + 10 10,52
12 2 2
= 66148,69 cm4
64

Kontrol Lendutan
Lendutan ijin :
f ' = L = 950 = 2,639 cm
360 360

5.(q DL + q LL ).l 4 5.(10,6388 + 10).9504


ymaks = =
384.E.Ix 384.2.106.66148,69
= 1,654 cm < f ' ..................ok

Kontrol Geser
Kuat geser balok tergantung pada perbandingan antara tinggi
bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
h kn.E , dimana:
1,1
tw fy
kn = 5 + 5 ; untuk balok dengan pengaku vertikal pelat badan
a( )
h
2

kn = 5 ;untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan


h kn.E
sehingga : 1,1
tw fy
342 < 5.(2.10 6 )
1,1
7 2500
48,86 < 69,57...............Ok

Vn = 0,6.fy.Aw
= 0,6.2500 (39,6.0,7) = 41580 kg

Syarat :
Vn Vu
0,9. 41580 kg 13347,5 kg
37422 kg 13347,5 kg ..Ok
65

Perencanaan Penghubung Geser


Untuk penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan:
ds = 19 mm
Asc = 283,53 mm2
fu = 400 Mpa = 40 kg/mm2
Ec = w1,5 .0,041. fc ' = 24001,5.0,041 25
= 2,41.104 Mpa
Qn = 0,5.Asc. fc '.Ec = 0,5.283,53 25.2,41.10 4
= 110039,23 N
= 11003,923 kg/stud

Syarat : Qn Asc.fu
11003,923 kg/stud 283,53.40 kg/stud
11003,923 kg/stud 11341,2 kg/stud .......Ok

Cek koefisien reduksi (rs) karena pengaruh gelombang pelat


combideck yang dipasang tegak lurus terhadap balok.
hr = 54 mm
Wr = 200 mm : Pelat gelombang combideck
Nr = 2 : Setiap gelombang dipasang 2 stud
Hs = (hr + 46)
= 54+46 = 100 mm

0,85 Wr H s
rs = 1 1
N r hr hr
0,85 200 100
rs = 1 1
2 53 53
= 1,712 > 1 diambil rs = 1

Qn = Qn. rs = 11003,923 .1
= 11003,923 Kg < 11341,2 Kg .....................Ok
66

Jumlah stud untuk setengah bentang :


Tmaks 210300
N= = = 9,56 10 buah
Qn 2.11003,923
Jadi, dibutuhkan 20 buah stud untuk seluruh bentang.
Jarak seragam (P) pada masing-masing lokasi :
L 950
P= = = 47,5 cm
N 20
Jarak maksimum (Pmaks) = 8.tplatbeton
= 8 x 10 cm = 80 cm
Jarak minimum = 6.(diameter)
= 6 x 1,9 cm = 11,4cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 47,5cm sebanyak 20
buah untuk masing-masing bentang.

4.5 Perencanaan Sambungan balok Anak dengan balok Induk

Sambungan antara balok anak dengan balok induk


direncanakan dengan baut yang tidak dapat memikul momen,
karena disesuaikan dengan anggapan dalam analisa sebagai sendi.
Vu = 13407,616 kg
Balok Anak WF 400.200.8.13
Balok Utama WF 600.200.13.23
Baut M16 mm Baut M16 mm
fu = 5000 Kg/m2

50
50

100
100

50
50

Profil siku 60.60.6

Balok Anak WF 400.200.8.13

Profil siku 60.60.6

Balok Utama WF 600.200.13.23

Gambar 4.16 Detail sambungan balok anak dengan balok Induk


67

Sambungan Plat Siku dengan Balok Anak


Direncanakan : profil siku 60.60.6
Baut M16 mm (fu = 5000 kg/cm2)
Kuat geser
Vn = f. r1 . fu . Abaut . m
Dimana :
r1 = 0,5
fu = 5000 kg/cm2
baut = 16 mm (Abaut = 2,01 cm2 )
m = 2 sisi

Vn = 0,75.0,5.5000.2,01.2
= 7537,5 kg (menentukan)

Kuat tumpu
Vn = f. 2,4 .db. tp . fu (tebal plat sayap dipakai tp = 8 mm)
= 0,75.2,4.1,6.0,8.4100
= 9446,4 kg

Vu 13407,616
n= = = 1,78
Vn 7537,5
Dipasang 2 buah baut M16mm (Jumlah baut untuk 1 sisi)

Sambungan Plat Siku dengan Balok Induk


Direncanakan : profil siku 60.60.6
Baut M16 mm (fu = 5000 kg/cm2)

Kuat geser
Vn = f. r1 . fu . Abaut . m
Dimana :
r1 = 0,5
fu = 5000 kg/cm2
baut = 16 mm (Abaut = 2,01 cm2 )
m = 1 sisi
68

Vn = 0,75.0,5.5000.2,01.1
= 3768,75 kg (menentukan)

Kuat tumpu
Vn = f. 2,4.db.tp .fu (t plat sayap dipakai tp=6 mm)
= 0,75.2,4.1,6.0,6.4100
= 7084,8 kg

Vu 13407,616
n= = = 3,56
Vn 3768,75
Dipasang 4 buah baut 16 mm (Jumlah baut untuk 2 sisi)

Kontrol Plat Siku pada Gelagar


Direncanakan : Profil siku 60.60.6
Baut M16 mm (fu = 5000 kg/cm2)
Luas bidang geser

50

100

50

Gambar 4.17 Detail pelat siku pada gelagar

Luas bidang geser = Anv = Lnv.t


= (200 2.16).6
= 1008 mm2

Kuat rencana : Rnv = .0,6.fu.An


= 0,75.0,6.5000.10,08
= 22680 kg
69

Terdapat 2 siku, sehingga


2 Rnv = 2. 22680 kg
= 45360 kg

Persyaratan :
Vu Rn
13407,616 kg Vn
13407,616 kg 45360 kg...................OK

4.6 Perencanaan Balok Lift

Perencanaan balok lift meliputi balok balok yang


berkaitan denagn ruang mesin lift, yaitu terdiri dari balok
penumpu dan balok penggantung lift. Untuk lift pada bangunan
ini menggunakan lift yang diproduksi oleh Sigma elevator
company, dengan data data sebagai berikut :
Tipe lift : Duplex
Merk : Sigma
Kapasitas : 15 orang
Lebar pintu (opening width) : 900 mm

Dimensi sangkar (car size) : - outside : 1650 x 1665 mm2


- inside : 1600 x 1500 mm2

Dimensi ruang luncur : 4300 x 2150 mm2


Dimensi ruang mesin : 4300 x 2150 mm2

Beban reaksi ruang mesin :


R1 = 6150 Kg
(Berat mesin penggerak + beban kereta + perlengkapan)
R2 = 4600 Kg
(Berat bandul pemberat + perlengakapan)
70

4.6.1 Perencanaan Balok Penggantung Lift


1. Beban yang bekerja pada balok penumpu
Beban yang bekerja merupakan beban akibat dari mesin
penggerak lift + berat kereta luncur + perlengakapan, dan
akibat bandul pemberat + perlangkapan.

2. Koefisien kejut beban hidup oleh keran


Pasal 3.3.(3) PPIUG 1983 menyatakan bahwa beban
keran yang membebani struktur pemikulnya terdiri dari
berat sendiri keran ditambah muatan yang diangkatnya,
dalam kedudukan keran induk dan keran angkat yang
paling menentukan bagi struktur yang ditinjau. Sebagai
beban rencana harus diambil beban keran tersebut dengan
mengalikannya dengan suatu koefisien kejut yang
ditentukan dengan rumus berikut :
= ( 1+k1k2v ) 1,15
Dimana :
= koefisien kejut yang nilainya tidak boleh diambil
kurang dari 1,15.
V = kecepatan angkat maksimum dalam m/det pada
pengangkatan muatan maksimum dalam kedudukan
keran induk dan keran angkat yang paling
menentukan bagi struktur yang ditinjau, dan
nilainya tidak perlu diambil lebih dari 1,00 m/det.
k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur
keran induk, yang untuk keran induk dengan
struktur rangka, pada umumnya nilainya dapat
diambil sebesar 0,6.
k2 = koefisien yang bergantung pada sifat mesin angkat
dari keran angkatnya, dan diambil sebesar 1,3

Jadi, beban yang bekerja pada balok adalah :


P = R . = ( 6150 + 4600 ).( 1 + 0,6.1,3.1 )
= 10750.1,78 = 19135 Kg
71

Balok Penggantung Lift Balok Penumpu Lift

1,075 m

2,5 m

Balok Anak

2,15 m

4,3 m

Gambar 4.18 Denah Lift

3.Data perencanaan

Digunakan profil 300 x 150 x 8 x 13


A = 40.8 cm2 ix = 12,4 cm r = 13 mm
W = 32 kg/m tw = 9 mm Zx = 455 cm3
d = 298 mm tf = 13 mm Zy = 91 cm3
b = 149 mm Ix = 6320 cm4 Sx = 424 cm3
iy = 3,29 cm Iy = 442 cm4 Sy = 59,3 cm3
h = d 2(tf + r )
= 298 2(13 + 13)
= 246 mm

BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2 fr = 700 kg/cm2


fu = 4000 kg/cm2 fL = fy-fr = 2500 - 700
Beton : fc= 250 kg/cm2 =1800 kg/cm2

Panjang balok anak (L) = 215 cm = 2,15 m


72

Pembebanan :
Beban Mati :
Berat sendiri profil = 32 kg/m
Berat pelat beton atap lift
= 0,1.2400.2,15 = 516 kg/m
Berat pelat combideck :
= 10,1 kg/m2 .2,15 = 21,72 kg/m
Berat aspal
t = 2 cm = 2.14.2,15 kg/m2 = 60,2 kg/m +
= 629,92 kg/m
Berat ikatan (10%)
= 629,92 kg/m x10% = 62,99 kg/m +
qD = 692,91 kg/m

- Beban terpusat lift P = 19135 kg

Beban Hidup (qL)


= 100 kg/m2 x 2,15 m = 215 kg/m

Kombinasi Beban
qU = 1,2qD + 1,6 qL = 1,2. 692,91 + 1,6. 215
= 1175,5 kg/m = 11,755 kg/cm
P
qu

A B

Gambar 4.19
Sketsa mekanika perhitungan balok penggatung lift
73

1 1
Vu = quL + p
2 2
= 1263,65 + 9567,5 = 10831,15 kg

1 1
Mu = quL2 + pL
8 4
1 1
= (11,755)(215) 2 + (19135)(215)
8 2
= 1096428,11kgcm

Kontrol Kekuatan penampang


Untuk Sayap Untuk Badan
bf 170 h 1680

2tf fy tw fy
149 170 246 1680

2.13 250 8 250
5,73 < 10,75.......ok 30,75 < 106,25.......ok

Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen


penampang dianalisa dengan distribusi tegangan plastis.

Menghitung Momen nominal


Menentukan lebar effektif pelat beton
Lebar efektif :
beff .L = 537,5 mm = 53,73 cm
beff S = 1,075 m = 107,5 mm
jadi beff = 537,3 mm = 53,73 cm

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada pelat


C1 = As.fy = 40,8.2500 = 102000 kg

C2 = 0,85.fc.tplat.beff
= 0,85.250.10.53,73 = 114219 kg
74

N
C3 = Qn ( C
n =1
3 tidak menentukan )

Jadi, C =C1 ( terkecil) = 102000 kg

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang


bekerja:
C 102000
a= = = 8,93 cm
0,85. fc'.beff 0,85.250.53,73
beff
btr
0,85 fc'
c
tb GN komposit

GN baja Py
d

Gambar 4.20 Distribusi tegangan plastis

a 8,93
d1 = tb - = 9,4 - = 5,53 cm
2 2
d2 = 0 profil baja tidak mengalami tekan
d 29,8
d3 = = = 14,9 cm
2 2
Menghitung kekuatan nominal penampang komposit
Mn = C.(d 1 + d 2 ) + Py (d 3 d 2 )
C = 102000 kg
Py = As.fy = 40,8.2500
= 102000 kg

Mn = 102000 (5,53 + 0) + 102000 (14,9 - 0)


= 2084358,14 kgcm
75

Syarat : Mu .Mn
1096428 kgcm 0,85.2084358,14 kgcm
1096428 kgcm 1771704,42 kgcm..........Ok
Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar
daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga
penampang mampu menahan beban yang terjadi.

Kontrol Lendutan
f ' = L = 215 = 0,896 cm
240 240
f = 5 (q D + q L ) l + 1 Pl
4 3

384 EI x 48 EI x

= 5 (6,9291+ 2,15)215 + 23 19135x 215


4 3

384 2.10 6 x 7210 648 2.10 6 x7210


= 0,361 < 0,896.................Ok

Perencanaan penghubung geser


Penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :
ds = 19 mm
Asc = 283,53 mm2
fu = 400 Mpa

Ec = 0,041.Wc 1,5 fc ' = 0,041.24001,5 25


= 24102,98 Mpa
Qn = 0,5. Asc ( fc'.Ec )
(
= 0,5.2,8353 250.241029,8 )
= 110046 N
= 11004,6 Kg

Qn Asc.fu
11004,6 2,8353.4000
11004,6 Kg 11341,1 Kg ...................OK
76

Cek koefisien reduksi (rs) karena pengaruh gelombang pelat


combideck yang dipasang tegak lurus terhadap balok.
hr = 53 mm
Wr = 200 mm : Pelat gelombang combideck
Nr = 2 : Setiap gelombang dipasang 2 stud
Hs = (hr + 40)
= 54+40 = 94 mm

0,85 Wr H s
rs = 1 1
N r hr hr
0,85 200 93
rs = 1 1
2 53 53
= 1,712 > 1 diambil rs = 1

Qn = Qn. rs = 11004,6.1
= 11004,6 Kg < 11341,1 Kg .................OK
Vh = C = 102000 kg

Jumlah stud untuk setengah bentang :


102000
N = Vh /Qn = = 5 buah
2.11004,6
Jadi, dibutuhkan 10 buah stud untuk seluruh bentang.

Jarak seragam (P) pada masing-masing lokasi :


L 215
P= = = 21,5 cm
N 10
Jarak maksimum (Pmaks) = 8.tplatbeton
= 8 x 10 cm = 80 cm
Jarak minimum = 6.(diameter)
= 6 x 1,9 cm
= 11,4cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 21,5 cm sebanyak
10 buah untuk masing-masing bentang.
77

Kontrol geser
Kuat geser balok bergantung pada perbandingan antara
tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan
(tw).
h k .E
1,1 n
tw fy
5
Dimana, kn = 5 + , untuk balok dengan pengaku
( h)
a
2

vertikal pelat badan.


kn =5, untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat
badan, sehingga
246 5(2.10 6 )
1,1
8 2500
31 69,57................. OK

Vn = 0,6.fy.Aw
= 0,6.2500 kg/cm2.29,8.0.8 cm2
= 35760 kg
Persyaratan : Vu Vn
10831,15 Kg 0,9. 35760 Kg
10831,15 Kg 31184 Kg ................OK

4.6.2 Perencanaan Balok Penumpu Lift

1. Data perencanaan
Digunakan profil WF 350 x 175 x 6 x 9 , dengan data
sebagai berikut :
A = 52,68 cm2 ix = 14,5 cm r = 14 mm
W = 41,4 kg/m tw = 6 mm Zx = 689 cm3
d = 346 mm tf = 9 mm Zy = 139 cm3
b = 174 mm Ix = 11100 cm4 Sx = 641 cm3
iy = 3,88 cm Iy = 792 cm4 h = 300 mm
78

BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2 fr = 700 kg/cm2


fu = 4000 kg/cm2 fL = fy fr = 2500 - 700
2
Beton : fc= 250 kg/cm = 1800 kg/cm2
Panjang balok anak (L) = 2500 mm = 2,5 m

Pembebanan :
Beban Mati :
Berat sendiri profil = 41,4 kg/m
Berat pelat beton atap lift
= 0,1.2400.2,5 = 600 kg/m
Berat pelat combideck :
= 10,1 kg/m2 .2,5 = 25,25 kg/m
Berat aspal
t = 2 cm = 2.14.2,5 kg/m2 = 70 kg/m +
= 736,65 kg/m
Berat ikatan (10%)
736,65 kg/m x10% = 73,67 kg/m +
qD = 810,32 kg/m

- Beban terpusat akibat reaksi balok penggantung lift


P = 21662,30 kg
Beban Hidup (qL) = 100 kg/m2 x 2,50 m = 250 kg/m

Kombinasi Beban
qU = 1,2 qD + 1,6 qL
= 1,2. 810,32 + 1,6.250 = 1372,38 kg/m

P
x1 qu x2

A B

Gambar 4.21
Sketsa mekanika perhitungan balok penumpu lift
79

MB = 0
VA.2,5 0,5.qu.l2 P.1,425 = 0
0,5.1372,38.2,52 + 21662,3.1,425
VA = = 14062,99 Kg
2,5
MA = 0
VB.2,5 0,5.qu.l2 P.1,075 = 0
0,5.1372,38.2,52 + 21662,3.1,075
VB = = 11030,26 Kg
2,5
Dx1 = +14062,99 qx1
x1 = 0 DA = 14062,99 Kg
x1 = 1,075 Dc = 12587,68 Kg
Mx1 = 14062,99 x1 qx1.0.5x1
x1 = 0 MA = 0
x1 = 1,075 MC = 14324,73 kgm = 1432473 kgcm
Dx2 = - 11030,26 + qx2
x2 = 0 DB = - 11030,26 Kg
x2 = 1,425 DC = - 9074,62 Kg
Mx2 = +11030,26 x2 q.x2.0,5.x2
x2 = 0 MB = 0
x2 = 1,45 MC = 14324,73 Kgm =1432473 kgcm

Kontrol Kekuatan penampang


Untuk Sayap Untuk Badan
bf 170 h 1680

2tf fy tw fy
175 170 300 1680

2.9 250 6 250
9,67 < 10,75.......ok 50 < 106,25.......ok

Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen


penampang dianalisa dengan distribusi tegangan plastis
80

Menghitung Momen nominal


Menentukan lebar effektif pelat beton
Lebar efektif :
beff .L = 625 mm = 62,5 cm
beff S = 2,15 m = 21,5 cm
jadi beff = 625 mm = 62,5 cm

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada pelat


C1 = As.fy = 52,68.2500 = 131700 kg

C2 = 0,85.fc.tplat.beff
= 0,85.250.10.62,5 = 132813 kg
N
C3 = Qn ( C
n =1
3 tidak menentukan )

Jadi, C =C1 ( terkecil) = 131700 kg

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang


bekerja:
C 131700
a= = = 9,92 cm
0,85. fc'.beff 0,85.250.62,5

beff
btr
0,85 fc'
c
tb GN komposit

GN baja Py
d

Gambar 4.22 Distribusi tegangan plastis


81

a 9,92
d1 = tb - = 10 - = 5,04 cm
2 2
d2 = 0 profil baja tidak mengalami tekan
d 34,6
d3 = = = 17,3 cm
2 2

Menghitung kekuatan nominal penampang komposit


Mn = C.(d 1 + d 2 ) + Py (d 3 d 2 )
C = 131700 kg
Py = As.fy = 52.68.2500 = 131700 kg

Mn = 131700 (5,04 + 0) + 131700 (17,3 - 0)


= 2942425,91 kgcm

Syarat : Mu .Mn
1432473 kgcm 0,85.2942425,91 kgcm
1432473 kgcm 2501062,02 kgcm..........Ok

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar


daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga
penampang mampu menahan beban yang terjadi.

Kontrol Lendutan
L 250
f = = = 1,042 cm
240 240
Lendutan yang terjadi (SAP 2000)
f = 0,172 cm f ijin.....................Ok

- Kontrol Kuat Rencana Geser


h 1100
tw fy0,5
300 1100
6 2500,5
50 < 69,57 .........................plastis
82

Vn = 0,6 x fy x Aw
= 0,6 x 2500 x 34,6.0,6
= 31140 kg
Vn = 0,9 x 31140 = 28026 kg

Syarat : Vu Vn
1715,5 kg < 28026 kg.......................OK

Perencanaan penghubung geser


Penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :
ds = 19 mm
Asc = 283,53 mm2
fu = 400 Mpa
Ec = 0,041.Wc1,5 fc' = 0,041.24001,5 25
= 24102,98 Mpa
(
Qn = 0,5. Asc fc'.Ec )
(
= 0,5.2,8353 250.241029,8 )
= 110046 N= 11004,6 Kg
Qn Asc.fu
11004,6 2,8353.4000
11004,6 Kg 11341,1 Kg ...................OK

Cek koefisien reduksi (rs) karena pengaruh gelombang pelat


combideck yang dipasang tegak lurus terhadap balok.
hr = 53 mm
Wr = 200 mm : Pelat gelombang combideck
Nr = 2 : Setiap gelombang dipasang 2 stud
Hs = (hr + 40)
= 53+40 = 93 mm
0,85 Wr H s
rs = 1 1
N r hr hr
83

0,85 200 93
rs = 1 1
2 53 53
= 1,712 > 1 diambil rs = 1

Qn = Qn. rs
= 11004,6.1
= 11004,6 Kg < 11341,1 Kg ......................... OK

Jumlah stud untuk setengah bentang :


131700
N = Tmaks/Qn = = 6 buah
2.11004,6
Jadi, dibutuhkan 12 buah stud untuk seluruh bentang.
Jarak seragam (P) pada masing-masing lokasi :
L 250
P= = = 20,83 cm
N 12
Jarak maksimum (Pmaks) = 8.tplatbeton
= 8 x 10 cm = 80 cm
Jarak minimum = 6.(diameter)
= 6 x 1,9 cm = 11,4cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 20,83 cm sebanyak
12 buah untuk masing-masing bentang.
84

Halaman ini sengaja dikosongkan


85

BAB V
PEMBEBANAN DAN ANALISA STRUKTUR

5.1 Umum
Merencanakan beban gempa adalah bertujuan untuk
mendapatkan beban gempa yang sesuai dengan peraturan untuk
dibebankan kedalam struktur gedung. Beban gempa rencana dicek
terhadap kontrol kontrol sesuai peraturan gempa yaitu SNI 03-
1726-2002, dimana kontrol kontrol tersebut terdiri dari kontrol
nilai gaya geser dasar (base shear), waktu getar alami
fundamental (T), dan simpangan (drift).

5.2 Pembebanan
Untuk mendapatkan beban gempa yang sesuai dengan
SNI 03-1726-2002, maka terlebih dahulu dicek besarnya Vdinamis
yang telah didapatkan dengan bantuan program ETABS v9.2.0 dan
membandingkan besaran Vdinamis tersebut dengan Vstatis yang akan
diperhitungkan di bawah ini sesuai dengan SNI 03-1726-2002
Ps.6.1, dan nilai Vstatis ini harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung ke masing masing lantai sesuai SNI 03-1726-
2002 Ps.6.1.2
.
5.2.1 Data Gedung
Data data gedung yang akan dibutuhkan dalam
penghitungan Vstatis adalah sebagai berikut,
- Mutu baja : Bj 41
- Mutu beton (fc) : 25 MPa
- Tinggi tipikal lantai : 4,25 m
- Tebal pelat bondek lantai 1,3-14 : 10 cm
- Tebal pelat bondek lantai 2 : 11 cm
- Tebal pelat bondek lantai atap : 9 cm
- Profil balok induk 1 : WF 500x200x10x16
- Profil balok induk 2 : WF 500x200x9x14
- Profil balok anak : WF 400x200x8x13
- Profil kolom : K 500x200x10x16
86

- Wilayah Gempa : WG3


- Kategori tanah : Tanah keras
- I : 1
Denah gedung terlampir.

5.2.2 Perhitungan Berat Struktur


Beban gravitasi berupa beban mati dan beban hidup yang
yang bekerja di tiap lantai/atap.
a) Lantai 1
Kolom (Profil baja) : 4,25 179,2 20 = 15232 Kg
(beton) : 4,25 0,4672 2400 20 = 95300,6 Kg
Balok induk 1 : 40 89,6 = 3584 Kg
Balok induk 2 : 255 79,5 = 30600 Kg
Balok anak : 320,7 66 = 21166,2 Kg
Balok tangga : 395,5 = 395 Kg
Pelat bondek : 40 27 10,1 = 10908 Kg
Pelat beton : 40 x 27 x 0,10 x 2400 = 259200 Kg
Dinding : (80+54) 4,25 250 = 142375 Kg
Penggantung : 40 27 7 = 7560 Kg
Plafond : 40 27 11 = 11880 Kg
Tegel t = 1 cm : 40 27 24 = 25920 Kg
Spesi t = 2 cm : 40 27 21 2 = 45360 Kg
Plumbing : 40 27 10 = 10800 Kg
Pipa + ducting : 40 27 20 = 21600 Kg
Wd1 = 678805,8 Kg
Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut
adalah,
Beban hidup : 40 27 250 = 270000 Kg
Wl1 = 270000 Kg
Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat
direduksi untuk komponen struktur yang menumpu
beberapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat
direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban
hidup sebesar 0,75 untuk gedung yang berfungsi sebagai
penghunian menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3. Sehingga
setelah dikalikan faktor reduksi tersebut, maka total
beban hidup (Wl1) menjadi,
Wl1 = 0,75 x Wl1
= 0,75 270000
= 202500 Kg
87

Sehingga berat total lantai 1


Wt1 = Wd1 + Wl1
= 678805,8 + 202500
= 881305,8 Kg

b) Lantai 2
Kolom (Profil baja) : 4,25 179,2 20 = 15232 Kg
(beton) : 4,25 0,4672 2400 20 = 95300,6 Kg
Balok induk 1 : 40 89,6 = 3584 Kg
Balok induk 2 : 255 79,5 = 30600 Kg
Balok anak : 320,7 66 = 21166,2 Kg
Balok tangga : 395,5 = 395,5 Kg
Pelat bondek : 40 27 10,1 = 10908 Kg
Pelat beton : 40 x 27 x 0,11 x 2400 = 285120 Kg
Dinding : (80+54) 4,25 250 = 142375 Kg
Penggantung : 40 27 7 = 7560 Kg
Plafond : 40 27 11 = 11880 Kg
Tegel t = 1 cm : 40 27 24 = 25920 Kg
Spesi t = 2 cm : 40 27 21 2 = 45360 Kg
Plumbing : 40 27 10 = 10800 Kg
Pipa + ducting : 40 27 20 = 21600 Kg
Wd2 = 704725,8 Kg
Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut
adalah,
Beban hidup : 40 27 400 = 432000 Kg
Wl2 = 432000 Kg
Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat
direduksi untuk komponen struktur yang menumpu
beberapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat
direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban
hidup sebesar 0,75 untuk gedung yang berfungsi sebagai
penghunian menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3. Sehingga
setelah dikalikan faktor reduksi tersebut, maka total
beban hidup (Wl2) menjadi,
Wl2 = 0,75Wl2
= 0,75 432000
= 324000 Kg
Sehingga berat total lantai 2
Wt2 = Wd2+ Wl2
= 704725,8 + 324000 = 1028725,8 Kg
88

c) Lantai 3-11
Kolom (Profil baja) : 4,25 179,2 20 = 15232 Kg
(beton) : 4,25 0,4672 2400 20 = 95300,6 Kg
Balok induk 1 : 40 89,6 = 3584 Kg
Balok induk 2 : 255 79,5 = 30600 Kg
Balok anak : 320,7 66 = 21166,2 Kg
Balok tangga : 395,5 = 395,5 Kg
Pelat bondek : 40 27 10,1 = 10908 Kg
Pelat beton : 40 x 27 x 0,10 x 2400 = 259200 Kg
Dinding : (80+54) 4,25 250 = 142375 Kg
Penggantung : 40 27 7 = 7560 Kg
Plafond : 40 27 11 = 11880 Kg
Tegel t = 1 cm : 40 27 24 = 25920 Kg
Spesi t = 2 cm : 40 27 21 2 = 45360 Kg
Plumbing : 40 27 10 = 10800 Kg
Pipa + ducting : 40 27 20 = 21600 Kg
Wd = 678805,8 Kg

Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut


adalah,
Beban hidup : 40 27 250 = 270000 Kg
Wl = 270000 Kg

Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat


direduksi untuk komponen struktur yang menumpu
beberapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat
direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban
hidup sebesar 0,75 untuk gedung yang berfungsi sebagai
penghunian menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3. Sehingga
setelah dikalikan faktor reduksi tersebut, maka total
beban hidup (Wl) menjadi
Wl = 0,75Wl
= 0,75 270000
= 202500 Kg

Sehingga berat total lantai


Wt = Wd + Wl
= 678805,8 + 202500
= 881305,84 Kg
89

d) Lantai 12 (Atap)
Kolom (Profil baja) : 2,125 179,2 20 = 7616 Kg
(beton) : 2,125 0,4672 2400 20 = 47650,3 Kg
Balok induk 1 : 40 89,6 = 3584 Kg
Balok induk 2 : 255 79,5 = 30600 Kg
Balok anak : 320,7 66 = 21166,2 Kg
Balok lift : 448,1 = 448,1 Kg
Pelat bondek : 40 27 10,1 = 10908 Kg
Pelat beton : 40 x 27 x 0,09 x 2400 = 233280 Kg
Dinding : (80+54) 4,25 250 = 142375 Kg
Penggantung : 40 27 7 = 7560 Kg
Plafond : 40 27 11 = 11880 Kg
Aspal t = 1 cm : 40 27 24 = 15120 Kg
Plumbing : 40 27 10 = 10800 Kg
Pipa + ducting : 40 27 20 = 21600 Kg
Wd1 = 564139,5 Kg

Dan beban hidup yang bekerja pada lantai tersebut


adalah,
Beban hidup : 40 27 100 = 10800 Kg
Wl15 = 10800 Kg

Menurut PPIUG Ps.3.5 bahwa beban hidup dapat


direduksi untuk komponen struktur yang menumpu
beberapa lantai tingkat, maka beban hidup diatas dapat
direduksi dikalikan dengan koefisien reduksi untuk beban
hidup sebesar 0,75 untuk gedung yang berfungsi sebagai
penghunian menurut PPIUG Ps.3.5 Tabel 3.3. Sehingga
setelah dikalikan faktor reduksi tersebut, maka total
beban hidup (Wl15) menjadi,

Wl12 = 0,75Wl12
= 0,75 108000
= 81000 Kg
Sehingga berat total lantai 12 menjadi,
Wt12 = Wd12+ Wl12
= 564139,5 + 81000
= 645139,5 Kg
90

Ringkasan berat bangunan dinyatakan dalam Tabel 5.1


berikut ini :

Tabel 5.1 Berat struktur per lantai


Tinggi Berat Lantai
Lantai
hx (m) Wx (kN)
12 51 6451,395
11 46.75 8813,058
10 42.5 8813,058
9 38.25 8813,058
8 34 8813,058
7 29.75 8813,058
6 25.5 8813,058
5 21.25 8813,058
4 17 8813,058
3 12.75 8813,058
2 8.5 10287,258
1 4.25 8813,058
104869,238

5.3 Pembebanan Gempa Dinamis

Pembebanan gempa secara dinamis menggunakan


bantuan program ETABS v9.2.0 dengan analisa dinamis respons
spektrum. Sebelumnya dilakukan permodelan 3D struktur dai
gedung apartemen Albergo terlebih dahulu, struktuk gedung
tersebut dimodelkan sebagai berikut :
91

Denah Lantai

Arah y Arah x

Gambar 5.1 Pemodelan Struktur


92

Gambar 5.2 Permodelan stuktur 3D

5.3.1 Arah Pembebanan


Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan
terjadi dalam arah sembarang (tidak terduga) baik dalam arah
x dan y secara bolak balik dan periodikal. Menurut SNI 03-
1726-2002 ps 5.8.2. Untuk mensimulasikan arah pengaruh
gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung,
pengaruh pembebanan gempa rencana dalam arah utama
harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi
bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa yang
arahnya tegak lurus dengan arah utama dengan efektifitas
30%.
93

- Gempa Respon Spektrum X :


100% efektifitas untuk arah X dan 30% efektifitas arah Y

- Gempa Respon Spektrum Y :


100% efektifitas untuk arah Y dan 30% efektifitas arah X

5.3.2 Faktor Respons Gempa (C)

Faktor Respon Gempa (C) dinyatakan dalam percepatan


gravitasi yang Nilai Faktor Respon Gempa (C1) bergantung
pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya
ditampilkan dalam spektrum respon gempa rencana. Respon
Spektrum gempa rencana untuk masing masing wilayah
gempa ditetapkan grafik nilai C-T dalam Gambar 2 SNI 03-
1726-2002. Dimana pada perencanaan gedung ditetapkan
Respon Spektrum gempa Rencana Wilayah Gempa 3 pada
tanah keras.

Gambar 5.3 Grafik nilai C-T zona gempa 3


94

Pada gambar dapat dilihat untuk menentukan nilai faktor


respon gempa (C1) pada tanah keras didapat dengan nilai
0,23 dimana T adalah waktu getar alami struktur gedung yang
T
didapat dari hasil analisa struktur setelah men-define Respon
Spektrum Rencana dan mengeplot grafik C-T pada analisa
Respon Spektrum.

5.3.3 Respon Spektrum Rencana


Menurut SNI 03-1726-2002 ps 7.2.1 menyatakan bahwa
analisis Respons Spektrum Gempa Rencana, nilai ordinatnya
harus dikalikan dengan I/R. Lalu karena nilai C dinyatakan
dengan percepatan gravitasi, maka nilai C harus dikalikan
faktor pengali percepatan gravitasi sebesar 9,81 m/s.

5.4 Menentukan Eksentrisitas Rencana Bangunan (ed)


Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps. 5.4.3, bahwa antara
pusat massa dan dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau
suatu eksentrisitas rencana ed sebagai berikut,
Untuk 0 < e 0,3 b, maka :
ed = 1,5 e + 0,05 b
atau
ed = e 0,05 b
dipilih nilai yang terbesar dari keduanya
Untuk e > 0,3 b, maka :
ed = 1,33 e + 0,1 b
atau
ed = 1,17 e 0,1 b
dipilih nilai yang terbesar dari keduanya
1
ex = b xcr
2
1
e y = L ycr
2
95

Dimana kedua nilai diatas diambil harga mutlaknya, sehingga


edx = 1,5 ex + 0,05 b
edy = 1,5 ey + 0,05 L

maka didapatkan suatu titik koordinat pusat massa, yaitu


koordinat x = xcr + edx
koordinat y = ycr + edy
Setelah koordinat pusat massa diperoleh, maka massa dari
tiap tiap lantai diletakkan pada titik koordinat tersebut,
kemudian dilakukan analisa kembali.

Dan dari hasil analisa ETABS v9.2.0 didapat nilai Xcr dan Ycr
yang ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 5.2 Nilai Xcr dan Ycr

Lantai Xcr (m) Ycr (m)

12 20,000 13,500
11 20,001 13,500
10 20,000 13,500
9 20,001 13,500
8 20,001 13,500
7 20,001 13,500
6 20,001 13,500
5 20,002 13,500
4 20,000 13,500
3 20,001 13,500
2 20,002 13,500
1 20,001 13,500

Berdasar rumus diatas, maka nilai ed untuk masing masing


arah dapat dihitung dan ditabelkan sebagai berikut :
96

Tabel 5.3 Eksentrisitas Rencana Bangunan

B L Xcr Ycr ex ey edx edy koord x koord y


Lantai
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
12 40 27 20,000 13,50 0,000 0 2,000 1,35 22,000 14,85
11 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85
10 40 27 20,000 13,50 0,000 0 2,000 1,35 22,000 14,85
9 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85
8 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85
7 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85
6 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85
5 40 27 20,002 13,50 -0,002 0 1,997 1,35 21,999 14,85
4 40 27 20,000 13,50 0,000 0 2,000 1,35 22,000 14,85
3 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85
2 40 27 20,002 13,50 -0,002 0 1,997 1,35 21,999 14,85
1 40 27 20,001 13,50 -0,001 0 1,999 1,35 22,000 14,85

5.4 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental (T)


T dihitung dengan menggunakan rumus empiris Method
A dari UBC 1997 Section 1630.2.2 dengan tinggi gedung 51
meter.
Pada arah X Tx = Cc (hn)3/4
= Cc (51)3/4
= 1,15 detik
Pada arah Y Ty = Cc (hn)3/4
= Cc (51)3/4
= 1,15 detik
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu
fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur
gedung harus dibatasi. Dengan nilai dari Tabel 8 SNI 03-1726-
2002 dan n adalah jumlah lantai dari gedung yang akan ditinjau,
maka kontrol waktu getar alami fundamental (T) menjadi,
T<n
Untuk WG 3 maka nilai = 0,18 dan nilai n = 12.
97

Arah x
Tx = 1,15 < (0,18x12) = 2,16 detik ..OK
Arah y
Ty = 1,15 < (0,18x12) = 2,16 detik ..OK
Sehingga, beradasarkan waktu getar alami fundamental struktur
gedung masih memenuhi batas kontrol waktu getar alami.

5.5 Kontrol Gaya Geser Dasar (Base Shear)


Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap
pembebanan gempa nominal akibat Gempa Rencana dalam suatu
arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons
ragam yang pertama, sesuai SNI 03-1726-2002 Ps. 7.1.3. Dengan
nilai waktu getar alami fundamental (T) perkiraan awal dengan
rumus empiris sebagai berikut,
Ty = 1,15 detik
Tx = 1,15 detik
Maka dari Gambar 5.1 didapat nilai
Cy = 0,2 dan Cx = 0,2
Dari tabel 5.1 didapat nilai Wx = Wt = 104869,238 kN

Untuk arah x
C I 0,2 1
Vxs = x Wt = 104869,238 = 3495,64 kN
R 6
- Untuk arah y
CyI 0,2 1
Vys = Wt = 104869,238 = 3495,64 kN
R 6

Setelah dilakukan analisa struktur dengan asumsi asumsi yang


telah dijelaskan diatas, maka didapatkan output untuk nilai gaya
geser dasar (base shear) sebagai berikut,

Vxd = 59976.39 Kg = 599,7639 kN


Vyd = 58776.41 Kg = 587,7641 kN
98

Maka untuk arah x,


V xd 0,8V xs
599,7639 kN < 2796,512 kN........ .......... ....Not OK!
Maka untuk arah y,
V yd 0 ,8V ys
587,7641 kN < 2796,512 kN........ .......... ......Not OK!

Sehingga untuk memenuhi persyaratan SNI 03-1726-2002


Ps. 7.1.3, maka menurut SNI 03-1726-2002 ps 7.2.3 gaya geser
tingkat nominal akibat pengaruh gempa rencana sepanjang tinggi
struktur gedung hasil analisis ragam spektrum respon dalam suatu
arah tertentu harus dikalikan nilainya dengan suatu faktor skala.
0.8V1
FS = 1
Vt
Dimana :
V1 = Gaya geser dasar nominal sebagai respon dinamik ragam
pertama
Vt = Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisa
ragam spektrum respons yang telah dilakukan
Sehingga dengan cara tersebut didapat nilai FS untuk masing
masing arah pembebanannya. Nilai skala tersebut adalah sebagai
berikut :
- Untuk arah x
0,8V xs 2796,512
FS = = = 4,66
V xd 599,7639
- Untuk arah y
0,8V ys 2765 ,512
FS = = = 4,71
V yd 587,7641
Setelah didapat nilai nilai skala untuk masing masing arah
pembebanan, maka dilakukan analisa struktur ulang dengan
mengalikan faktor diatas pada scale factor untuk Define Respons
Spectra. Kemudian dilakukan running program ulang sehingga
didapatkan output sebagai berikut :
99

Vxd = 280091,58 Kg = 2800,9158 kN


Vyd = 276249,10 Kg = 2798,3687 kN
Maka untuk arah x,
V xd 0,8V xs
2800,9158 kN > 2796,512 kN........ .......... ....OK!
Maka untuk arah y,
V yd 0,8V ys
2798,3687 kN > 2796,512 kN.......................OK!
Sehingga, gaya gempa dari spektrum respon dinamik
tersebut selanjutnya digunakan sebagai beban gempa desain
struktur.

5.6 Kontrol Partisipasi Massa


Sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Ps. 7.2.1 jumlah ragam
vibrasi (jumlah mode shape) yang ditinjau dalam penjumlahan
respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa
(Modal participating Mass Ratios) dalam menghasilkan respons
total harus mencapai sekurang kurangnya 90 %.

Tabel 5.4 Modal Participating Mass Ratio


Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ
1 2.429487 0.0000 78.4192 0 0.0000 78.4192 0
2 2.230644 78.9803 0.0000 0 78.9803 78.4192 0
3 1.554149 0.0000 0.0015 0 78.9803 78.4207 0
4 0.769604 0.0000 10.1093 0 78.9803 88.53 0
5 0.71274 9.8969 0.0000 0 88.8772 88.53 0
6 0.596052 0.0000 0.0002 0 88.8772 88.5302 0
7 0.422585 0.0000 4.1696 0 88.8772 92.6998 0
8 0.396882 4.0632 0.0000 0 92.9405 92.6998 0
9 0.335163 0.0000 0.0001 0 92.9405 92.6999 0
10 0.27223 0.0000 2.3936 0 92.9405 95.0935 0
11 0.258883 2.3130 0.0000 0 95.2535 95.0935 0
12 0.220727 0.0000 0.0001 0 95.2535 95.0936 0
100

Dari Tabel 5.4 didapatkan bahwa dalam penjumlahan


respons ragam menghasilkan respons total mencapai 95.2535 %
untuk arah X dan 95.0936 % untuk arah Y. Dengan demikian
ketentuan menurut SNI 03-1726-2002 Ps. 7.2.1 dapat dipenuhi.

5.6 Metode Penjumlahan Respons Ragam


Menurut SNI 03-1726-2002 Ps. 7.2.2 untuk struktur
gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami
yang berdekatan yaitu apabila selisih nilainya kurang dari 15 %,
harus dilakukan dengan metoda Kombinasi Kuadratik Lengkap
(CQC). Untuk Struktur gedung yang memiliki waktu getar alami
yang berjauhan, penjumlahan respons ragam dapat dilakukan
dengan metoda Akar Jumlah Kuadarat (SRSS).
Tabel 5.5 Selisih Periode Antar Mode yang Berdekatan
Mode Periode (sec) Selisih %
1 2.429487
0.198843 19.88%
2 2.230644
0.676495 67.65%
3 1.554149
0.784545 78.45%
4 0.769604
0.056864 5.69%
5 0.712740
0.116688 11.67%
6 0.596052
0.173467 17.35%
7 0.422585
0.025703 2.57%
8 0.396882
0.061719 6.17%
9 0.335163
0.062933 6.29%
10 0.272230
0.013347 1.33%
11 0.258883
0.038156 3.82%
12 0.220727
101

Karena selisih waktu getar alami dominan kurang dari


15%, maka metoda penjumlahan ragam respons menggunakan
metoda CQC.

5.7 Simpangan Antar Lantai

Simpangan antar lantai dihitung berdasarkan respons simpangan


inelastis maksimum, m, dihitung sebagai berikut:

m = 0,7 Rs

Dengan R adalah factor modifikasi respons (table 12.2-1).

s adalah respons statis simpangan elastic struktur yang terjadi di


titik-titik kritis akibat beban gempa horizontal rencana.Simpangan
elastis struktur dihitung menggunakan analisa dinamis.

Batasan simpangan antar lantai

Simpangan antar lantai yang dihitung berdasarkan persamaan


diatas tidak boleh melebihi 2,5% dari jarak lantai untuk struktur
dengan waktu getar dasar lebih kecil daripada atau sama dengan
0,7 detik, sedangkan untuk struktur bangunan dengan waktu getar
dasar lebih besar daripada 0,7 detik, simpangan antar lantai
tersebut tidak boleh melebihi 2,0% dari jarak antar lantai, secara
singkat batasan simpangan antar lantai dapat dituliskan :

2,5
T 0,7 detik, maka m xh
100
2,0
T 0,7 detik, maka m xh
100
102

Simpangan Elastis Struktur

Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps. 8.1.2, simpangan antar


tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh
melampaui 0.03 dikali tinggi antar tingkat atau dibatasi sebesar 30
R
mm diambil nilai yang terkecil. Nilai R didapat sebesar 6
sehingga batasan Simpangan elastis struktur gedung didapat :
- Untuk h = 4,25 m :

s = 0,03 hi = 0,03 4,25 = 0,02125 meter = 21,25 mm


R 6
Nilai simpangan struktur gedung didapat dari hasil
running ETABS v9.2.0 dengan memilih satu titik pada setiap
gedung yang direncanakan. Sedangkan nilai simpangan antar
tingkat diambil dari selisih nilai simpangan antar gedung yang
terjadi. Nilai simpangan gedung yang terjadi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5.6 Simpangan
x y
Lantai
(mm) (mm)
12 48.7 49.7
11 47.2 48.1
10 45.1 45.9
9 42.3 43.1
8 38.9 39.5
7 34.8 35.4
6 30.1 30.6
5 25.0 25.3
4 19.4 19.6
3 13.4 13.6
2 7.5 7.6
1 2.4 2.4

Setelah didapat nilai simpangan gedung, ditinjau nilai s antar


tingkat arah X dan arah Y dapat diperoleh pada tabel berikut :
103

Arah x :
Tabel 5.7 Analisa s akibat gempa arah x
Drift s tiap Drift s
Syarat drift
Lantai hx (m) tingkat antar tingkat Ket
s (mm)
(mm) (mm)
12 51 48.7 1.5 21.25 OK
11 46.75 47.2 2.1 21.25 OK
10 42.5 45.1 2.8 21.25 OK
9 38.25 42.3 3.4 21.25 OK
8 34 38.9 4.1 21.25 OK
7 29.75 34.8 4.7 21.25 OK
6 25.5 30.1 5.1 21.25 OK
5 21.25 25 5.6 21.25 OK
4 17 19.4 6 21.25 OK
3 12.75 13.4 5.9 21.25 OK
2 8.5 7.5 5.1 21.25 OK
1 4.25 2.4 2.4 21.25 OK

Arah y :
Tabel 5.8 Analisa s akibat gempa arah y
Drift s Drift s
Syarat drift
Lantai hx (m) tiap tingkat antar tingkat Ket
s (mm)
(mm) (mm)
12 51 49.7 1.6 21.25 OK
11 46.75 48.1 2.2 21.25 OK
10 42.5 45.9 2.8 21.25 OK
9 38.25 43.1 3.6 21.25 OK
8 34 39.5 4.1 21.25 OK
7 29.75 35.4 4.8 21.25 OK
6 25.5 30.6 5.3 21.25 OK
5 21.25 25.3 5.7 21.25 OK
4 17 19.6 6 21.25 OK
3 12.75 13.6 6 21.25 OK
2 8.5 7.6 5.2 21.25 OK
1 4.25 2.4 2.4 21.25 OK
104

Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai simpangan antar


tingkat dalam arah X maupun arah Y tidak ada yang melebihi
syarat batas yang telah ditentukan.

Simpangan Antar Lantai

Sesuai SNI 1729 Pasal 15.4.1 simpangan antar lantai dihitung


berdasarkan respons simpangan inelastis maksimum, m,
dihitung sebagai berikut:
m = 0,7 Rs

Dengan batasan simpangan antar lantai :


Waktu getar dasar yang terjadi T = 1,15 detik
2,0
T 0,7 detik, maka m xh
100
2,0
m x 4,25 m = 0,085 m = 85 mm
100
Nilai simpangan antar tingkat dapat diperoleh pada tabel berikut :
Arah x :
Tabel 5.9 Analisa m akibat gempa arah x
Drift s Drift m Syarat
Lantai hx (m) antar tingkat antar tingkat drift m Ket
(mm) (mm) (mm)
12 51 1.5 6.30 85 OK
11 46.75 2.1 8.82 85 OK
10 42.5 2.8 11.76 85 OK
9 38.25 3.4 14.28 85 OK
8 34 4.1 17.22 85 OK
7 29.75 4.7 19.74 85 OK
6 25.5 5.1 21.42 85 OK
5 21.25 5.6 23.52 85 OK
4 17 6 25.20 85 OK
3 12.75 5.9 24.78 85 OK
2 8.5 5.1 21.42 85 OK
1 4.25 2.4 10.08 85 OK
105

Arah y :

Tabel 5.10 Analisa m akibat gempa arah y


Drift s Drift m
Syarat drift
Lantai hx (m) antar tingkat antar tingkat Ket
m (mm)
(mm) (mm)
12 51 1.6 6.72 85 OK
11 46.75 2.2 9.24 85 OK
10 42.5 2.8 11.76 85 OK
9 38.25 3.6 15.12 85 OK
8 34 4.1 17.22 85 OK
7 29.75 4.8 20.16 85 OK
6 25.5 5.3 22.26 85 OK
5 21.25 5.7 23.94 85 OK
4 17 6 25.20 85 OK
3 12.75 6 25.20 85 OK
2 8.5 5.2 21.84 85 OK
1 4.25 2.4 10.08 85 OK
106

Halaman ini sengaja dikosongkan


107

BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA

6.1 Perencanaan Balok Induk

Gambar 6.1 Denah Pembalokan lantai

Pada perencanaan ini, ditunjukkan contoh perhitungan


balok Induk pada lantai 1 dengan kode balok B-23. Pada
perhitungan berikut Balok Induk direncanakan dengan profil WF
500.200.10.20. Panjang balok (L) = 1000 cm. Adapun data data
profil adalah sebagai berikut :
A = 114,2 cm2 ix = 20.5 cm r = 20 mm
W = 89,6 kg/m tw = 10 mm Zx = 2096 cm3
d = 500 mm tf = 20 mm Zy = 332 cm3
b = 200 mm Ix = 47800 cm4 Sx = 1910 cm3
108

iy = 4,33 cm Iy = 2140 cm4 Sy = 214 cm3


h = 428 mm

6.1.1 Kondisi Balok Utama Sebelum Komposit

Dari hasil output ETABS v9.2.0 untuk batang B-23,


didapatkan :
Mmax (-) = 2850308,21 Kgcm
Vu (-) = 13797,56 Kg
L = 1000 cm

Kontrol Lendutan
Lendutan ijin (f) adalah
L 1000
f '= = = 2,78 cm
360 360
Lendutan yang terjadi (ETABS v9.2.0)
f = 0,765 cm
f < f ' ...........OK

Kontrol Kekuatan Penampang (Local Buckling)


Pelat Sayap :
bf 200 bf
= = 6,25 < p ...............OK
2.tf 2.16 2.tf
170 170
p = = = 10,75
fy 250
Pelat badan :
h 428 h
= = 42,80 < p..............OK
tw 10 tw
1680 1680
p = = = 106,25
fy 250
Jadi, termasuk penampang kompak, maka Mnx = Mpx
109

Kontrol Lateral Buckling


Jarak Penahan Lateral Lb = 250 cm
Berdasarkan tabel untuk BJ 41 profil WF 500.200.10.20
didapatkan :
Lp = 215,549 cm,
Lr = 643,749 cm
Jadi, Lr > Lb > Lp bentang Menengah,
Untuk komponen struktur yang memenuhi Lr > Lb > Lp,
kuat nominal komponen struktur adalah :
( Lr Lb)
Mn = Cb M r + ( M p M r ) Mp
( Lr Lp )

MA = 1990319,24 Kgcm
MB = 1135694,71 Kgcm
MC = 286624,06 Kgcm

12,5Mmaks
Cb = 2,3
2,5Mmaks + 3M A + 4 M B + 3M C
12,5.2850308,21
=
(2,5.2850308,21 ) + (3.1990319,24 ) + (4.1135694,71 ) + (3.286624,06 )

= 1,93 < 2,3 dipakai 1,93

My = Sx.fy
= 1910 . 2500
= 4775000Kgcm
Mp = fy.Zx
= 2500 . 2096
= 5240000 kgcm < 1,5 My
MR = (fy-fr)Sx = 1800. 1910
= 3438000 kgcm
110

(643,749 250)
Mn = 1,933438000 + (5240000 3438000) Mp
( 643,749 215,549 )
= 9828385,92 kgcm > 5240000 kgcm
Dipakai Mn = Mp = 5240000 kgcm

Persyaratan :
Mu Mn
2850308,21 Kgcm 0,9. 5240000 kgcm
2850308,21 Kgcm < 4716000 kgcm............OK
Jadi Penampang profil baja sebelum komposit mampu
menahan beban yang terjadi.

Kontrol Geser
Kontrol geser balok tergantung pada perbandingan antara
tinggi bersih pelat badan (h) dengan tebal pelat badan (tw).
h k .E
1,1 n
tw fy
5
Dimana, kn = 5 + , untuk balok dengan pengaku vertikal
a
h
( )
2

pelat badan.

kn =5, untuk balok tanpa pengaku vertikal pelat badan.


Sehingga,
428 5(2.10 6 )
1,1
10 2500
42,8 69,57.............................. OK

Vn = 0,6.fy.Aw
= 0,6.2500 kg/cm (42,8.1) cm2
= 64200 kg
111

Persyaratan :
Vu Vn
13797,56 Kg 0,9. 64200 Kg
13797,56 Kg < 57780 kg .........................OK

6.1.2 Kondisi Balok Utama Setelah Komposit

Zona momen Positif


Dari hasil output ETABS v9.2.0 didapatkan momen positif
adalah Mmaks = 3269371,38 Kgcm (batang B-23).

Menghitung Momen Nominal


Kontrol kriteria penampang
Untuk Sayap Untuk Badan
bf 170 h 1680

2tf fy tw fy
200 170 428 1680

2.16 250 10 250
6,25 < 10,752.......ok 42,8 < 106,25.......ok

Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen


penampang dianalisa dengan distribusi tegangan plastis.

L = 1000 cm
beff .L = .1000 cm = 250 cm
jadi beff = 250 cm

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada pelat


C1 = As.fy = 114,2.2500 = 285500 kg
C2 = 0,85.fc.tplat.beff
= 0,85.250.10.250
= 531250 kg
112

N
C3 = Qn ( C
n =1
3 tidak menentukan )

Jadi, C =C1 ( terkecil)


= 285500 kg

Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang


bekerja:
C 285500
a= = = 5,379 cm
0,85. fc'.beff 0,85.250.250

beff = 2375 mm

t = 100 mm
54 mm

Gambar 4.15 Potongan balok Induk

a 5,379
d1 = tb - = 9,4 - = 4,713 cm
2 2
d2 = 0 profil baja tidak mengalami tekan
d 50
d3 = = = 25 cm
2 2

Menghitung kekuatan nominal penampang komposit


Mn = C.(d 1 + d 2 ) + Py (d 3 d 2 )
C = 285500 kg
Py = As.fy = 114,2.2500 = 285500 kg
113

Mn = 285500 (4,713 + 0) + 285500 (25 - 0)


= 8483061,5 kgcm

Syarat :
Mu .Mn
3269371,38 kgcm 0,85.8483061,5 kgcm
3269371,38 kgcm 7210602,27 kgcm..........Ok

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar


daripada momen akibat beban berfaktor, sehingga
penampang mampu menahan beban yang terjadi.

Zona momen negatif


Dari hasil output program ETABS v9.2.0 didapatkan momen
negatif Mmaks = 5440837,21 Kgcm (batang B-23).

L = 1000 cm
beff .L = .1000 cm = 250 cm
tbondex = 0,75 mm
fyr = 240 Mpa
ts = 100 mm

Menentukan Lokasi Gaya Tarik pada Balok Baja


Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada
pelat beton.

Tc = Asr . fyr
= 17. . . 0,82 . 2400
= 20508,32 Kg
Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja
Pyc = As . fy
= 114,2. 2500
= 285500 Kg
114

Gambar 6.3 Distribusi tegangan negatif

Karena Pyc > Tc, maka PNA pada web, berlaku


persamaan.

Pyc Tc 285500 20508,32


Ts = =
2 2
= 132495,84 Kg

Gaya pada sayap, Tf = bf . tf . fy


= 20 . 2,3 . 2500
= 115000 Kg

Pyc Tc
Gaya pada badan, Tw = Tf
2
= 132495,84 115000
= 17495,84 Kg

Jarak garis netral dari tepi bawah sayap :


Tw 17495,84
aw = =
fy.tw 2500.1,0
= 6,99 cm
115

Menenentukan Jarak Gaya yang Bekerja dari Centroid

(Tf .0,5tf ) + (Tw(tf + 0,5aw))


d2 =
Tf + Tw
(115000.0,5.2,0) + (17495,84.(2,0 + 0,5.6,99))
=
115000 + 17495,84
= 1,593 cm
= 15,93 mm

d3 = D/2 =50/2
= 25 cm

d1 = ts c
= 10 2,5 = 7,5 cm

Perhitungan Momen Nominal Negatif

Mn = Tc (d1+ d2) + Pyc(d3 d2)


= 20508,32 (7,5 + 1,593) + 285500 (25 1,593)
= 6869180,65 Kgcm

Persayaratan :
Mu Mn
5440837,21 Kgcm 0,85 .6869180,65 Kgcm
5440837,21 Kgcm 5838803,56 Kgcm.......OK
116

6.2 Kolom Komposit


Dari hasil output ETABS v9.2.0 diperoleh gaya gaya
yang bekerja pada kolom CIN 7 lantai dasar adalah :
Pu = 595950,6 Kg
Mux = 2261074,56 Kgcm
Muy = 2250329,3 Kgcm
Vux = 16667,15 Kg
Vuy = 15154,31 Kg
Kolom komposit direncanakan dengan menggunakan profil
K500.200.10.16 dengan spesifikasi material :
A = 228,4 cm2 Ix = 49940 cm4 ix = 14,79 mm
4
d = 500 mm Iy = 52189 cm iy = 15,17 mm
b = 200 mm H = 428 mm Sx = 1997,6 cm
3
Sy = 2046,6 cm
KING CROSS
KC 500 x 200 x 10 x 16

TULANGAN
16mm

50 TULANGAN GESER
12 - 300

700

700

Gambar 6.4 Sketsa penampang kolom komposit

Zx = (( 1 . d.tw. 1 . d) + (b-tw)(tf)(d-tf)) + (( 1 . b.tf. 1 . b).2 +


2 2 2 2
(d-2tf).( 1 tw).( 1 tw))
. .
2 2
= (( 1 . 50.1. 1 . 50)+(20-1)(1,6)(50-1,6))+(( 1 . 20.1,6. 1 . 20).2 +
2 2 2 2
(50-2.1,6).( 1 . 1).( 1 . 1))
2 2
3
= 2428,06 cm
117

Zy = (( 1 . tf.b. 1 . b).2 + (d-2tf). 1 . tw. 1 . tw) + ( 1 (d+tw).tw. 1 (d+tw)


2 2 2 2 2 2
+ (b-tw).tf.(d+tw-tf))
=(( 1 . 1,6.20. 1 . 20).2+(50-.1,6). 1 . 1. 1 . 1)+( 1 (50+1).1. 1 (50+1)
2 2 2 2 2 2
+ (20-1).1,6.(50+1-1,6))
= 2483,71 cm3

Kontrol luas penampang minimum profil baja :


As 228,4
= x100% = 4,7% > 4%
Ac (70.70)

Tulangan longitudinal
Jarak spasi tulangan = 700 (2.50) -2.12 16 = 560 mm

Luas tulangan longitudinal (Ar) = 4.1/2..162


= 804,25 mm2
Ar minimum = 0,18.560 = 100,8 mm2 < 804,25 mm2

Tulangan Lateral (Sengkang dipasang 12-300mm)


Luasan tulangan sengkang = ..122
= 113,09 mm2
Luas sengkang minimum = 0,18.300 = 54 mm2 < 113,09 mm2
Luas penampang bersih (Acn) = (70.70) (228,4 + 8,04)
= 4663,56 mm2

Untuk baja yang diberi selubung beton :


C1 = 0,7 ; C2 = 0,6 ; C3 = 0,2
As Acn
fmy = fy + C1.fyr. + C2.fc.
Ac As
8,04 4663,56
= 250 + 0,7.240.8,04. + 0,6.25.
228,4 228,4
= 562,19 Mpa
118

Ec = 0,04.w1,5fc = 0,041.24001,525 = 24102,98 Mpa


Es = 200.000 Mpa
Acn
Em = Es + C3.Ec.
As
4663,56
= 200000 + 0,2.24102,98 = 298428,8 Mpa
228,4
rm = 0,3b = 0,3.70 = 21 cm > iy ( dipakai rm)

Kuat Nominal Aksi Kolom Komposit

WF 500.200.10.16

WF 600.200.9.14 WF 600.200.9.14

WF 600.200.13.23

Kolom K500.200.10.16
WF 500.200.10.20
WF 500.200.10.20

Kolom K500.200.10.16

Arah X

Kolom K500.200.10.16
WF 500.200.9.14 WF 500.200.9.14

Kolom K500.200.10.16

Gambar 6.5 Skema Kolom


119

Bagian dasar kolom diasumsikan jepit, sehingga nilai GB = 1


Ix 49940
2 x
L kolom 425
GAx = = = 2,34
Ix 47800
2 x
L
balok 950
Iy 52189
2 x
L kolom 425
GAy = = = 2,54
Ix 41900 41900
+
L
balok 950 800

Jenis rangka tidak berpengaku (unbraced frame),


sehingga dari nomogram didapatkan nilai Kcx = 1,52 dan nilai
Kcy = 1,54 KcY menentukan

Lk = Kc.L = 1,54.425 = 654,5 cm


Lk 654,5
= = = 31,17 cm
rm 21
f my 31,17 654,5
c = = = 0,47
Em 298428 ,8

Karena nilai c, 0,25 < c <1,2, maka termasuk dalam


kategori kolom menengah, dimana :
1,43 1,43
= = = 1,11
1,6 0,67c 1,6 0,67.0,47
f my 562,19
fcr = = = 506,63 Mpa
1,11

Pn = As.fcr = 228,4 cm2.5066,3 Kg/cm2


= 1157153,26 Kg
120

Pn = 0,85. 1157153,26 Kg
= 983580,27 Kg > Pu..(OK)

Semua beban desain kolom ditopang oleh kolom


komposit ( terdiri dari profil baja dan beton). Persyaratan luas
minimal penampang beton yang menahan beban desain kolom
adalah :
Kemampuan profil baja menahan beban
Pns = 0,85.As.fy
= 0,85.228,4.2500
= 485350 Kg

Kemampuan penampang beton menahan beban


Pnc = Pn Pns
= 983580,27 Kg 485350 Kg
= 498230,27 Kg

Syarat yang harus dipenuhi untuk luas penampang beton


Pnc 1,7..fc.Ab
Pnc 498230,27
Ab = = 1953,84 .(OK)
1,7. . fc ' 1,7.0,6.250

Kuat Nominal Komposit dan Aksial Kolom Komposit


Luasan badan profil (Aw) = (1.50) + ((50+10)10)
= 101 cm2
Crc = Crt = 350 (50 + 12 + (1/2.16))
= 280 mm
Cr = (Crc + Crt)/2
= 280 mm
h1 = h2 = 700 mm

Pu 595950,6
= = 0,6 > 0,2
Pn 983580,27
121

h2 Awfy
Mnx = Zx.fy + 1/3.(h2 2Cr)Ar.fyr + ( )Aw. fy
2 1,7. fc'.h1
= 2428,06 x 2500 + 1/3(70 2x28) x 8,04 x 2400
70 101x 2500
+( )101x 2500
2 1,7 x 250 x70
= 12854730,77 Kgcm

h2 Aw. fy
Mny = Zy.fy + 1/3.(h2 2Cr)Ar.fyr + ( )Aw. fy
2 1,7. fc '.h1
= 2483,71 x 2500 + 1/3(70 2x28) x 8,04 x 2400
+ ( 70 101x 2500 )101x 2500
2 1,7 x 250x70
=12993755,77 Kgcm

Pu 8 Mux Muy
Untuk Pu > 0,2 + + 1
Pn Pn 9 Mnx Mny

8 2261074,56 2250329,3
0,6 + + = 0,965 1,0(OK )
9 0,85.12854730,7 7 0,85.12993755,7 7

Kesimpulan:
Kolom komposit digunakan profil K500.200.10.16
122

6.3 Desain Sambungan


6.3.1 Sambungan Antara Balok dengan Kolom

Gambar 6.6 Sambungan Balok Kolom yang direncanakan

Sambungan balok utama B-22 dengan kolom direncanakan


dengan rigid connection dimana sambungan memikul beban geser
Pu dan momen Mu. Penerimaan beban dianggap sebagai berikut :
Beban Pu diteruskan oleh sambungan pada badan secara
tegak lurus ke flens kolom
Beban momen Mu diteruskan oleh sayap balok dengan
baja T keflens kolom
Vu = 16319 Kg (1,2 D + 0,5 L)
Sambungan kaku yang merupakan bagian dari Sistem
Rangaka Pemikul Beban Gempa mempunyai kuat lentur Mu yang
besarnya paling tidak sama dengan :
Mu = 1,1.Ry.Mpbalok
= 1,1.1,5. (2096.2500) Kgcm
= 14265900 Kgcm
123

Momen lentur rencana sambungan berdasarkan


kemampuan balok. Elemen elemen sambungan :
Balok melintang menggunakan profil WF 500.200.10.16
Kolom menggunakan profil K500.200.10.16

Gaya geser terfaktor V pada sambungan kaku harus


diambil berdasarkan kombinasi pembebanan 1,2D + 0,5L
ditambah gaya geser yang berasal dari Mu diatas (LRFD ps
15.9.2.2), sehingga besarnya :
14265900 + 14265900
Vutambah = = 30033,5 Kg
950
Vutotal = 16319 Kg + 30033,5 Kg
= 46352,5 Kg

A. Sambungan geser pada badan balok

Kuat geser baut


Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r1 = 0,5)
Mutu profil BJ41 (fu = 4100 Kg/cm2)
Baut tipe A325, D = 25,4 mm
fub = 825 Mpa = 8250 kg/cm2
Ag = 5,07 cm2

Vdg = f.(r1fub).2Ab
= 0,75.(0,5.8250)2.5,07
= 31370,6 Kg

Kuat tumpu baut


Vdt = f.2,4.db.tp.fu (tebal pelat badan dipakai tebal
badan balok tp = 10 mm))
= 0,75.2,4. 25,4 cm.1,0 cm.4100 Kg/cm2
= 18745,2 Kg
Vdg < Vdt (digunakan Vdg =18745,2 Kg)
124

Vu 46352,5
n= = = 2,47 , dipasang 3 buah
Vdg 18745,2

B. Sambungan geser pada sayap kolom

Kuat geser baut


Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r1 = 0,5)
Mutu profil BJ41(fu = 4100 Kg/cm2)
Baut tipe A325, D = 25,4 mm
fub = 825 Mpa = 8250 kg/cm2
Ag = 5,07 cm2
Vdg = f.(r1fub). Ab
= 0,75.(0,5. 8250 Kg/cm2). 5,07 cm2
= 15685,3 Kg

Kuat tumpu baut


Vdt = f.2,4.db.tp.fu (tebal pelat badan dipakai tebal
pelat siku tp = 7 mm))
= 0,75.2,4.2,54.0,7.4100
= 13121,64 Kg

Vu 46352,2
n= = = 3,53 , dipasang 4 buah pada 2 sisi,
Vdg 13121,64
sehingga pada satu sisi menjadi 2 baut

C. Kontrol siku penyambung


Siku direncanakan menggunakan 70.70.7, BJ 41 dengan
fu = 4100 Kg/cm2.
lubang = 25,4 mm + 1,6 mm (lubang dibuat dengan bor)
= 27 mm
Anv = Lnv.t = (L n. lubang).t
= (30 2.2,7).0,7
= 17,22 cm2
125

Siku ditinjau satu sisi sehingga gaya = .Vu = 23176,25 Kg


Pn = (0,6.fu.Anv)
= 0,9.0,6.4100 Kg/cm2. 17,22 cm2
= 38125,08 Kg > 23176,25 Kg ........ Ok

D. Sambungan pada sayap profil T dengan sayap kolom

Direncanakan menggunakan baut D25,4 mm, dengan data


data:
lubang = 25,4 mm + 1,6 mm (lubang dibut dengan bor)
= 27 mm
Ab = 5,07 cm2
Mutu baja profil BJ 50 (fu = 5000 Kg/cm2)
Mutu baut (fu = 8250 Kg/cm2)

Akibat gaya Mu, profil T akan mendapat gaya tarik sebesar :


Mu
2T =
d balok
14265900
T= = 142659 Kg
2.50

W
Q
a a'
1
2(T + Q)

1
2(T + Q) b' b
Bidang kritis
2T

Badan profil T
1
2(T + Q)

1 flens profil T
2(T + Q)

Gambar 6.7 Gaya gaya yang bekerja pada profil T


126

B = Kekuatan rencana baut


= Rn = 0,75.fub.(0,75.Ab)n; n = jumlah baut
= 0,75.8250 Kg/cm2.0,75.5,07 cm2.4
= 94111,88 Kg

Syarat, B > T
94111,88 Kg < 142659 Kg (Tidak memenuhi syarat)
Untuk mengatasinya kita dapat memakai potongan profil
balok atau profil T yang dihubungkan ke bawah balok
utama agar lengan momen kopel menjadi besar.
14265900
Lengan kopel = = 151,58 cm
2.47055,94

Sehingga tinggi tambahan yang diperlukan menjadi,


= 151,58 50= 101,58 cm
Dalam hal ini kita coba pakai profil T 600.200.12.20
14265900
Maka, T = = 88828,76 Kg
2.(50 + 30,3)

Syarat, B > T
94111,88 Kg > 88828,76 Kg (memenuhi syarat)

Perhitungan sayap kolom dengan profil T

Perhitungan tebal sayap T yang diperlukan :


Direncanakan memakai profil T 400.400.20.35, r = 22mm
a = 50 mm (direncanakan)
400 20
b= (50 + 90) = 50mm
2
Menurut Kulak, Fisher dan Shrink : a 1,25 b
50 < 1,25.50 = 62,5 mm..(OK)
Koreksi untuk a dan b
a = a + . baut = 50 + .25,4 = 62,7 mm
b = b . baut = 50 - .25,4 = 37,5 mm
127

B a ' 94111,88 62,7


= 1 = 1 = 0,3 < 1
T b' 88828,76 37,5
w d ' 200 2.26,6
= = = 0,734
w 200
1 1 0,3
= = = 0,58 < 1, dipakai
1 0,734 1 0,3
Nilai = 0,58

Q= T b' = 88828,76 Kg 0,58.0,734 37,5


1 + a ' 1 + 0,58.0,734 62,7
= 12001 Kg

Gaya yang terjadi pada baut :


B (T + Q)
94111,88 (88828,7 + 12001)
94111,88 Kg > 50414,85 Kg.Ok

Maka tebal perlu sayap profil T


4.T .b'
tf
.w. fy.(1 + )
4.88828,76 Kg .3,5

0,9.20cm.4100 Kg / cm 2 .(1 + 0,58.0,734)
3,16 cm = 31,6 mm
Sehingga, tf pada profil T 400.400.20.35 dapat dipakai

E. Sambungan pada badan profil T dengan sayap balok

Kontrol Kekuatan Baut


Kuat geser baut
Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r1 = 0,5)
Mutu profil BJ55 (fu = 5500 Kg/cm2)
128

Baut tipe tumpu baut 25,4 mm ; BJ 55 (Ag = 5,07 cm2)

Vdg = f.(r1fub).Ab
= 0,75.(0,5.8250 Kg/cm2).5,07 cm2
= 15685,31 Kg

Kuat tumpu baut


Vdt = f.2,4.db.tp.fu (tebal pelat badan dipakai tebal
sayap profil balok tp = 12 mm))
= 0,75.2,4. 2,54cm.1,2 cm.8250 Kg/cm2
= 45262,8 Kg
Vdg < Vdt (digunakan Vdg = 15685,31 Kg)

T 88828,76
n= = = 5,66buah , sehingga dipasang 6
Vdg 15685,31
buah baut pada 2 sisi, sehingga pada 1 sisi menjadi 3
baut.

Kekuatan badan profil T


Dipakai baut 25.4 mm, BJ 55 dengan fy = 4100 Kg/cm2
dan fu = 8250 Kg/cm2
Ag = w.tw
= 20 cm.4,5 cm
= 90 cm2
An = Ag (d.tw)
= 90 cm2 (3.3,16 cm.4,5 cm)
= 47,34 cm2

Terhadap leleh
2T 0,9.Ag.fy
2.88828,76 0,9.90.4100
177657,52 Kg 332100 Kg....(Ok)
129

Terhadap patah
2T 0,9.An.fu
2. 88828,76 0,9.47,34.8250
177657,52 Kg 350712,45 Kg..(Ok)

6.3.2 Sambungan Kolom Kolom

Sambungan kolom - kolom direncanakan pada lantai 1.


Gaya gaya yang bekerja pada kolom lantai CIN.7 adalah
sebagai berikut :
Pu = 595950,6 Kg
Mux = 1,5.fy.Zx
= 1,5.2500.1997,6 = 7491000 Kgcm

Baut D 25.4

Baut D 25.4

Baut D 25.4

Gambar 6.8 sambungan kolom kolom


130

Pembagian Beban Momen


1 .1.503
I badan
Mubadan = Mu = 12 7491000 = 1562500Kgcm
I profil 49940

Musayap = Mu Mubadan
= 7491000 1562500
= 5928500 Kgcm

Pembagian Beban Aksial


A 2.1.50
Pubadan = badan .Pu = 595950,6 = 260920 Kg
Aprofil 228,4
Pusayap = Pu Pubadan
= 595950,6 260920
= 335026,52 Kg

Kontrol Geser pada Sayap Kolom

Dipakai tebal pelat penyambung 16 mm


Kuat geser baut
Pada bidang geser tidak ada ulir (r1 = 0,5)
Mutu baja profil BJ 50 ( fu = 5000 Kg/cm2)
Baut tipe tumpu baut D 25,4 mm, ( Ag = 5,07 cm2)

Vdg = f.r1.fub. 2Ab


= 0,75.0,5.8250 Kg/cm2. 2.5,07 cm2
= 31989,37 Kg

Kuat tumpu baut


Vdt = f.2,4.db.tp.fu (tebal plat dipakai tebal plat sayap
Kolom tp = 16 mm)
= 0,75.2,4.2,54.1,6.4100
= 29992,32 Kg
131

Gaya kopel pada sayap


Musayap 5928500
Tu = = = 296425Kg
d 20
Pu sayap
Jumlah gaya total pada sayap = T +
4
335026,52
= 296425 +
4
= 380181,63 Kg

Vdg > Vdt (digunakan Vdg = 29992,32 Kg)


Vu 380181,63
n= = = 11,67buah 12buah
Vdg 29992,32
Dipasang 12 buah agar simetris

Kontrol Geser pada Badan Kolom


Kuat geser baut
Pada bidang geser tidak ada ulir (r1 = 0,5)
Mutu baja profil BJ 50 ( fu = 5000 Kg/cm2)
Baut tipe tumpu baut 25,4 mm, ( Ag = 5,07 cm2)
Vdg = f.r1.fub.2Ab
= 0,75.0,5.8250 Kg/cm2.2.5,07 cm2
= 31370,63 Kg

Kuat tumpu baut


Vdt = f.2,4.db.tp.fu (tebal plat dipakai tebal plat badan
Kolom tp = 10 mm)
= 0,75.2,4.2,54.1,0. 5000
= 22860 Kg
Dipakai, Vdt = 22860 Kg
Momen yang bekerja pada titik berat sambungan badan
Mutotal = Mubadan + Pu.e
= 1562500+ 260920,1.9
= 2058248 Kgcm
132

Dicoba dengan baut sebanyak 12 buah


Pubadan 260920
Akibat Pu KuV1 = = = 20743.33Kg
n 12
Vu 16667,15
Akibat Vu KuH1 = = = 555,6 Kg
n 12
(x2 + y2) = 12(4,5)2 + 4(4,52 + 13,52 + 22,52) = 3078 cm2

Mutotal .x 2058248 x 4,5


KuV2 = = = 3009.14
( x 2 + y 2 ) 3078
Mutotal . y 2058248 x 22,5
KuH2 = = = 14246.28
( x 2 + y 2 ) 3078

Kutotal = (KuV ) 2 + (KuH ) 2


= (21743.33 + 3009,14) 2 + (555.6 + 15246.28) 2
= 19030,426 Kg

Kutotal < Vn
19030,426 Kg < 22860 KgOK

Kontrol jarak baut :


Jarak tepi minimum = 1,75 db = 1,75.2.54 = 4.445 cm
Jarak tepi maksimum = 12.tp = 12.1 = 12 cm
Jarak tepi maks = 20 cm
Dipasang jarak tepi baut = 5,5 cm
Jarak antar baut minimum = 3.db = 3.2.54 = 7.62 cm
Jarak antar baut maksimum = 15.tp = 15.1 = 15 cm
Jarak tepi maksimum = 20 cm
Dipasang jarak antarbaut = 9 cm
133

6.3.3 Disain Base Plate

Perencanaan base plate dibawah ini menggunakan fixed


plate dari catalog PT Gunung Garuda untuk profil
K500.200.10.16 dengan data data sebagai berikut :
No.Part = BMK-13
H = 70 cm
B = 70 cm
tp = 46 mm = 4,6 cm

Dari output Etabs pada CIN 7 (comb 1,2D + 0,5L + E) lantai


dasar adalah :
Pu = 595950,6 Kg
Vu = 16667,15 Kg

Pu 595950,6
= = 0,6 > 0,2
Pn kolom 983580,27
Pu Pu 8 Mux Muy
Untuk > 0,2 + + 1
Pn Pn 9 Mnx Mny
8 Mux
0,6 + + 0 = 1,0
9 0,85.12854730,77
Mux = 4916934,52 Kgcm

Sambungan Las pada End Plate

Direncanakan las dengan te = 1,7 cm pada daerah yang


diarsir pada profil K 500.200.10.16 sehingga didapat :
Alas = {(2.45,8)+(2.46,8) + (4.20)} 1,7 cm =530,4 cm2

= 84732,504 cm4
134

1 1 1 1
Iy = 2. .2.45,83 + .20.23 + 2.20.22,92 + 2. .46,8.23 + .2.203 + 2.20.102
12 12 12 12
= 84732,504 cm4

Ix 84732,504
Wx = = = 3700,11cm3
y 22,9
Iy 84732,504
Wy = = = 3621,05cm3
x 23,4

fulas = .0,6.FE70xx = 0,75.0,6.70.70,3.1 = 2214,45 Kg/cm2

Pu Mx 595950 4916934,52
Akibat beban P, f P = + = +
A Wx 530,4 3700,11
= 2452,45 Kg/cm2

Vu 16667,15 4916934,52
Akibat beban Vu, f V = += +
A 530,4 3621,05
2
= 1389,3 Kg/cm

2 2
f total = f p + fV

= 2452,45 2 + 1389,3 2
= 2818,63 Kg/cm2

f total 2818,63
te = = .1cm = 1,27cm
fu las 2214,45
te 1,27
a= = = 1,8 cm(amin)
0,707 0,707
135

Syarat syarat tebal kaki las


Tebal minimum = tplat = 46 mm
fu 4100
aeff max = 1,41. .tp = 1,41. .4,6 = 5,4cm
f E 70 xx 70.70,3
Sehingga dipakai las dengan a = 18 mm

Perhitungan Base Plate

Mux 4916934,52
e= = = 18,25cm > 1 H = 11,7cm
Pu 595950,6 6
d = 9 mm

Direncanakan diameter baut : 28,6


h we + c1
we = jarak baut ke tepi = 1,75.db = 1,75.1,125.2,86 = 6 cm
c1 = jarak minimum untuk kunci = 27/16.db =4,8 cm
= dipakai c1 = we = 5 cm

h 6+ 5 = 10 cm, dipakai h = 12 cm
h = H 0,5h = 900 0,5.120 = 840 mm= 84 cm
B =900 mm = 90 cm

Dimensi beton :
Panjang : 90 cm
Lebar : 90 cm

A2 90 x90 1,28
= =
A1 70 x70
A2
Fcu = 0,85. f ' c. = 0,85.300.1,28 = 290,7
A1
136

Pu (2h H ) + 2Mu
a =h- h2
0,6. fcu.B
595950,6 (2.84 90) + 2.4916934,52
= 84- 842
0,6.290,7.90
= 26,05 cm

Tu = (0,6.fcu.B.a) Pu
= (0,6.290,7.90.26,05) 595950,6
= 52596,29 Kg

Tu (h' we)
t 2,108 ;we 0,5.h = 0,5.84 = 42 mm =4,2 cm
fy.B
52596,29(12 4,2)
2,108
2500.90
2,85 cm

Maka base plate dengan ukuran 90 x 90 cm dengan tp = 3 cm


dapat digunakan sebagai alas kolom K500.200.10.16

Perhitungan Baut Angkur


Dipakai baut angkur 28,6 mm
Rn = 0,75.fub.(0,5Ab)
= 0,75. 7250.(0,5.1/4..2,862)
= 14579 Kg
2Tu + Cv.Vu
Rn ; dimana Cv = 1,25
n
2.52596,29 + 1,25.16667,15
14579
n
n = 8,4 diambil jumlah baut = 12 buah baut angkur 28,6 mm
137

Panjang Angkur
2V + (4V 2 + 6d . f c ( M + V .5cm))1/ 2
L
d. fc

2.16667,15+ (4.16667,152+ 6.50.250(4916934,52+16667,15.5))1/ 2



50.250

73,6 cm diambil L = 120 cm


138

Halaman ini sengaja dikosongkan


139

BAB VII
PERENCANAAN PONDASI

7.1 Perencanaan Pondasi Kolom

Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen


struktur pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi
sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah.

Gambar 7.1 Denah Rencana Pondasi

Pondasi pada gedung apartemen Albergo, Jakarta ini


direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis pencil pile
shoe produk dari PT. WIKA Beton. Spesifikasi tiang pancang
yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Diameter : 500 mm
Tebal : 90 mm
Type : A3
140

Allowable axial : 166,21 ton


Bending Momen crack : 14 ton m
Bending Momen ultimate : 21 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program
bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar,
hasilnya adalah sebagai berikut :
Pu : 587339 kg
Mx : 74927,94 kgm
My : 74054,92 kgm
Hx : 12667,15 kg
Hy : 11154,31 kg

7.1.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal

Data yang diperoleh dan yang digunakan dalam


merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil
Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi
tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung
perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Qp) dan daya
dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano
Decourt (1982) :
QL = QP + QS
Dimana :
QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = resistance ultimate di dasar tiang
QS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs . As = (Ns/3 +1).As
Dimana :
Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.
K = koefisien karakteristik tanah
Ap = luas penampang dasar tiang
141

Ns = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan


3 N 50
As = luas selimut tiang
46 + 42 + 54
Np = = 47,33
3
AP = 0,25 D 2 = 0,25 0,52 = 0,196m 2
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
QP = N p K Ap = 47,33 40 0,196 = 371,73m 2
22 + 44 + 38 + 48 + 42
Ns = = 38,8
5
AS = H D = 10 0,5 2 = 7,854m 2
2

N 38,8
QS = S + 1 AS = + 1 7,854 = 109,43ton
3 3
QL = QP + QS = 371,73 + 109,43= 481,16 ton
QL 481,16
QU = = = 160,39 ton
SF 3

7.1.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok

Pondasi tiang pancang direncanakan 50 cm. Jarak dari


as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada
perhitungan di bawah ini :
Untuk jarak antar tiang pancang :
2,5 D S 3 D dimana : S = jarak antar tiang pancang
2,5 50 S 3 50 S1= jarak tiang pancang ke tepi
125 S 150
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5 D S1 2 D
1,5 50 S1 2 50
75 S1 100
Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 130 cm
jarak tepi tiang pancang (S1) = 80 cm
142

Gambar 7.2 Konfigurasi Rencana Tiang

QL (group) = QL (1 tiang) n
= 1 - arc tan( D / S ) 2 1 1 Converse Labarre

90 m n
Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 3
n = jumlah baris tiang pancang = 3
Efisiensi :
arctan(500 / 1000) 1 1
() =1- 2 = 0,606
90 0 3 3
QL (group) = 160390 9 0,606 = 874767,1 kg

Perhitungan beban aksial maksimum pada pondasi kelompok


a. Reaksi kolom = 587339 kg
b. Berat Poer = 4,2 4,2 1 2400 = 42336 kg +
Berat total = 629675 kg

QL (group) = 874767,1 kg > P = 629675 kg........OK


143

7.1.3 Kontrol Beban Maksimum 1 Tiang (Pmax)

Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam


tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen
yang bekerja pada tiang. Momen pada tiang dapat menyebabkan
gaya tekan atau tarik pada tiang, namun yang diperhitungkan
hanya gaya tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari
beban gravitasi struktur, sehingga berlaku persamaan :
V My. X max Mx.Ymax
Pmax =
+ + Pijin 1 tiang
n X 2
Y 2

643,579 74,05492 1,3 74,92794 1,3


Pmax = + +
9 6 1,3 2
6 1,3 2

= 86,2 ton Pijin 1 tiang = 160,390 x 0,606

= 86,2 ton = 97,19 ton.......OK

7.1.4 Kontrol Kekuatan Tiang

Dari spesifikasi Wika Pile Classification direncanakan


tiang pancang beton dengan :
Diameter : 500 mm
Tebal : 90 mm
Type : A3
Allowable axial : 166,21 ton
Bending Momen crack : 14 ton m
Bending Momen ultimate : 21 ton m

Kontrol terhadap Gaya Aksial


Untuk 50 cm kelas A3 pada Wika Piles Classification,
gaya aksial tidak diperkenankan melebihi 166,21 ton.
Pmax = 86,2 ton < Pijin 97,19 ton ..OK
144

Kontrol terhadap Gaya Momen

Setelah tiang dipancang


Perumusan yang dipakai diambil dari buku Daya Dukung
Pondasi Dalam :
Mmax = H (e + 1,5d + 0,5f)
H
f =
9.Cu .d
Dimana:
H = Lateral Load
e = jarak antara lateral load (H) dengan muka tanah
d = diameter pondasi
dari lampiran data tanah di ketahui qu = 0,85 kg/cm2
1 2
Cu = qu = 0,425 kg/cm
2
= 4,25 t/m2
12,66715
f = = 0.627 m
9 4,25 0,5
M = Mmax = 16,66715. (0 + 1,5(0,5) + 0,5(0.627))
= 13,47 tm
Untuk 50 cm kelas A3 pada Wika Piles Classification,
momen tidak diperkenankan melebihi Mcrack = 14 tm.
Cek kekuatan momen tiang :
Mcrack = 14 tm > M = 13,47 tm ................. Ok
145

7.1.5 Perencanaan Poer

Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas


ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki
kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.
Data perancangan poer :
Pu = 643,579 ton
P max (1 tiang) = 86,2 ton
tiang pancang tiap group =9
Dimensi kolom = 700 700 mm2
Dimensi poer = 4,2 4,2 1 m3
Mutu beton (fc) = 40 MPa
Mutu baja (fy) = 410 MPa
Diameter tulangan 25 mm
Selimut beton = 50 mm

Tinggi efektif (d) :


dx = 1000 50 25 = 937,5 mm
dy = 1000 50 25 25 = 912,5 mm

Kontrol Geser Pons Pada Poer

Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan


kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI
03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan
beton dirumuskan :
2 fc '
.Vc = 1 + bo d
c 6
tetapi tidak boleh kurang dari :
Vc = f ' c bo d

Dimana :
146

c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari


700
daerah beban terpusat atau reaksi = =1
700

bo = keliling dari penampang kritis pada poer


bo = 2 (bk + d) + 2(hk + d)
dimana : bk = lebar penampang kolom
hk = tinggi penampang kolom
d = tebal efektif poer

Kontrol geser pons pada tiang pancang tengah (akibat Kolom)


bo = 2 (700 + 937,5) + 2 (700 + 912,5)
= 6500 mm

Batas geser pons


2 40
Vc = 0,6 1 + 6500 937.5
1
6

= 115620777,7 N = 1156,21 ton

Vc = 0,6 . 40 6500 937,5


= 7708051,8 N
= 770,805 ton
587339
P yang bekerja = 587,339-
9
= 552,08 ton

P = 552,08 ton < Vc = 770,805 ton


Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser
ponds.
147

Kontrol geser pons pada tiang pancang pojok

c = rasio sisi terpanjang terhadap sisi terpendek (daerah


500
beban terpusat) = =1
500

bo = penampang kritis poer


= 1 x D + 800 + 800
4
= 2385,4 mm

Batas geser pons


2 40
Vc = 0,6 1 + 2385,4 937,5
1
6

= 5743104,6 N = 574,310 ton

Vc = 0,6 . 40 2385,4 937,5


= 2828736,4 N
= 282,873 ton
587339
P yang bekerja = 587,339-
9
= 552,08 ton

P = 552,08 ton < Vc = 574,310 ton


Jadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap
geser ponds.
148

Penulangan Poer

Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok


kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang
menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer.
Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori
mekanika statis tertentu.

Gambar 7.3 Analisa Poer Sebagai Balok Kantilever

a = jarak poer ke tepi kolom + selimut kolom + db sengkang


+ 1/2 db kolom
= 80 + 5 + 1,2 + . 1,6 = 87 cm
b = jarak tepi tiang pancang = 80 cm

Penulangan arah x
Penulangan lentur :
Pmax = 96231 kg
q = 4,2 2,40 1 =10,08 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 3 96231 0,87) (1/2 10080 x 1,672)
= 23711 kg m = 23,711 107 Nmm
dx = 1000 50 25 = 937,5 mm
dy = 1000 50 25 25 = 912,5 mm
f ' c 30
1 = 0,85- 8 (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
1000
149

40 30
= 0,85- 8 = 0,77
1000
0,85 1 f c ' 600
balance = (SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)

fy 600 + f y
= 0,85 0,77 40 600
410 600 + 410
= 0,039
max = 0,75 b (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)
= 0,75 0,039
= 0,029

min = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)


fy 400
m= = = 11,765
0.85 f ' c 0.85 40
Mu 23,711 10 7 2
Rn = = = 0,0803 N/mm
bd 2
0,8 4200 937,5 2

1 2 m Rn

perlu = 1 1
m fy

1 2 11,765 0,0803
= 1 1

11,765 410

= 0,0002 < min = 0,0018
Maka dipakai min = 0,0018
Tulangan tarik yang dibutuhkan :
Asperl u = .b.d = 0,0018 4200 937,5 = 7087,5 mm2
Digunakan tulangan D25 125 (As pakai = 7363,1 mm2)
Tulangan tekan yang dibutuhkan :
As= 0,5.As = 0,5. 7087,5 = 3543,75 mm2
Digunakan tulangan D25 250 (As pakai = 3927 mm2)
150

Penulangan arah y
Pmax = 96231 kg
q = 4,2 2,40 1 =10,08 ton/m
Momen momen yang bekerja :
M = ( 3 96231 0,87) (1/2 10080 x 1,672)
= 23711 kg m = 23,711 107 Nmm
dx = 1000 50 25 = 937,5 mm
dy = 1000 50 25 25 = 912,5 mm
f ' c 30
1 = 0,85- 8 (SNI 03-2847-2002 ps 12.2.7.3)
1000
40 30 = 0,77
= 0,85- 8
1000
0,85 1 f c ' 600
(SNI 03-2847-2002 ps 10.4.3)
balance =
fy 600 + f
y
= 0,85 0,77 40 600
410 600 + 410
= 0,039

max = 0,75 b (SNI 03-2847-2002 pasal 12.3.3)


= 0,75 0,039
= 0,029

min = 0,0018 (SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1)

fy 400
m= = = 11,765
0.85 f ' c 0.85 40

Mu 23,711 10 7 2
Rn = = = 0,0875 N/mm
bd 2 0,8 4200 912,5 2
151

1 2 m Rn

perlu = 1 1
m fy

1 2 11,765 0,0875
= 1 1

11,765 410

= 0,00021 < min = 0,0018
Maka dipakai min = 0,0018

Tulangan tarik yang dibutuhkan :


Asperl u = .b.d = 0,0018 4200 912,5 = 6898,5 mm2
Digunakan tulangan D25 125 (As pakai = 7363,1 mm2)
Tulangan tekan yang dibutuhkan :
As= 0,5.As = 0,5. 6898,5 = 3449,25 mm2
Digunakan tulangan D25 250 (As pakai = 3927 mm2)

7.1.6 Perancangan Sloof Pondasi (Tie beam)

Struktur sloof dalam hal ini digunakan dengan tujuan agar


terjadi penurunan secara bersamaan pada pondasi atau dalam kata
lain sloof mempunyai fungsi sebagai pengaku yang
menghubungkan antar pondasi yang satu dengan yang lainnya.
Adapun beban beban yang ditimpakan ke sloof meliputi : berat
sendiri sloof, berat dinding pada lantai paling bawah, beban aksial
tekan atau tarik yang berasal dari 10% beban aksial kolom.

Data data perancangan :


Dimensi sloof : b = 400 mm
h = 600 mm
Ag = 240000 mm2
Mutu bahan : fc = 30 MPa
fy = 400 MPa
Selimut Beton = 50 mm
Tulangan utama D25
152

Tulangan sengkang = 12
Tinggi efektif (d) = 600 (50 + 12 + . 25) = 525,5 mm

Beban-beban yang terjadi pada sloof :


Berat sendiri sloof = 0,4 0,6 2400 = 576 kg/m
Berat dinding = 10 m 250 = 2500 kg/m +
qu = 3076 kg/m

Panjang sloof = (panjang bentang lebar poer)+daerah penjepitan


= (10 4,2) + 0,4 = 6,2 m
Mutump = 1/12 x qu. L2
= 1/12 x 3076 x 6,22
= 9853,5 kgm
Mulap = 1/8 x qu x L2
= 1/8 x 3076 x 6,22
= 14780,18 kgm
D (Vu) = x qu. L
= x 3076 x 6,2
= 9535,6 kg

Penulangan Lentur pada Sloof


Pu = 10% Pukolom = 10 %.643579 = 64357,9kg
Mutump = 9853,5 kgm = 98535000 Nmm
Rasio tulangan pakai :
P 64357,9.10
ky = = = 2,68
Ag 400 x600
Mu 98535000
kx = = = 0,41
Ag.h 400 x600 x1000
Dari diagram interaksi M-N F 400300,82 , didapat = 1 %
Luas tulangan perlu :
As = 0,01 x 400 x 600
= 2400 mm2
Dipasang Tulangan 6D25 ( As = 2945,2 mm2)
153

Penulangan Tarik pada Sloof


qu = 3076 kg/m
Mutump = 1/12 x qu. L2
= 1/12 x 3076 x 6,22
= 9853,5 kgm = 98535000 Nmm

D (Vu) = 10% Pukolom


= 10 %.643579 = 64357,9kg = 643579 kg

Tulangan tarik yang dibutuhkan :


Vu 643579
As = = = 1608,95 mm2
fy 400
Tulangan tekan yang dibutuhkan :
As = 0,5 x As = 0,5 x 1608,95 = 804,475 mm2
Mu 98535000
Mn = = = 123168750 Nmm
0,8
fy 400
m = = = 15,68
0,85f' c 0,85 30
1,4 1,4
min = = = 0,0035
fy 400
600
0,85.f' c..
max = 0,75 b = 0,75
fy 600 + fy
0,85 30 0,85 600
= 0,75
400 600 + 400
= 0,024
Mn 123168750
Rn = = = 1,12
bd 2
400 525,5 2

1 2m.Rn
perlu = 1 1

m fy
154

1 2 15,68 1,12
= 1 1 = 0,00497
15,68 400

min > perlu = min = 0,0035

Tulangan tarik yang dibutuhkan :


As1 = b d = 0,0035 x 400 x 525,5 = 735,7 mm2

Tulangan tekan yang dibutuhkan :


As1 = 0,5 x As1 = 0,5 x 735,7 = 367,85 mm2

Jumlah tulangan tarik : As + As1 = 1608,95 + 735,7


= 2344,65 mm2
Digunakan tulangan 5D25 (As = 2454,37 mm2)
Jumlah tulangan tekan : As + As1 = 804,475 + 367,85
= 1172,33 mm2
Digunakan tulangan 3D25 (As = 1472,6 mm2)

Penulangan Geser
Geser yang terjadi :
Vu = 9535,6 kg = 95356 N
1 Nu
Vc = 2 fc bw dx 1 +
6 14. Ag
1 95356
= 2 35 400 5391 +
6 14 400 600
= 437235,13 N

Vc = 0,75 437235,13
= 327926,35 N > Vu = 92956,5 N
Karena Vu < Vc, maka tidak perlu tulangan geser.
Digunakan tulangan geser praktis 10 200.
155

BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka


dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu
seperti perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak
terhadap beban-beban yang bekerja baik beban mati, beban
hidup maupun beban terpusat.
2. Analisa balok dihitung terhadap kontrol lendutan, kontrol
penampang (local buckling), kontrol lateral buckling dan
kontrol geser.
3. Dilakukan kontrol terhadap balok utama dengan anggapan
balok adalah balok baja dianggap sebagai struktur komposit
dengan pelat pada saat komposit. Dimana balok menerima
beban dari struktur sekunder yang harus dilakukan kontrol
meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang (local
buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser.
4. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang
meliputi kontrol luas minimum beton pada kolom
komposit, perhitungan kuat tekan aksial kolom, perhitungan
kuat lentur kolom, dan kontrol kombinasi aksial dan lentur.
5. Dari hasil pehitungan didapatkan data-data perencanaan
sebagai berikut :
Tebal Pelat Atap : 9 cm (atap) dan 10 cm (lantai)
Tebal Pelat Lantai : 10 cm
Dimensi Kolom : 70 x 70 cm
Profil kolom : K 500.200.10.16
Profil Balok Induk 1 : WF 500.200.10.20
Profil Balok Induk 2 : WF 500.200.9.14
Profil Balok Anak : WF 400.200.8.13
156

Struktur bawah bangunan menggunakan tiang pancang


pracetak dengan diameter 50 cm.

8.2 Saran

Pelaksanaan struktur dengan sistem komposit baja beton


harus dilakukan dengan pengawasan yang ketat sebab pada
bangunan baja, keakuratan pemasangan sangat penting, agar
dapat diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan.
157

DAFTAR PUSTAKA

G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja


Desain Dan Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir.
Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga.

Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam.


Surabaya : ITS.

Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder,Atanu. 1999.


Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitektur
2.Bandung : PT.Pradinya Paramita.

Purwono, Rahmat. 2006. Perencanaan Struktur Beton Bertulang


Tahan Gempa.

Rinaldy, Vebriano & Rustailang, Muhammad. 2005

Spiegel & Limbrunner. 1998

American Institute of Steel Construction Load and Resistance


Factor Design (AISC-LRFD).

Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983.

SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan


Gempa Untuk Bangunan Gedung.

SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Perhitungan


Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.

SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Perhitungan


Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.
158

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Surabaya, 2


Nopember 1985, merupakan anak
ketiga dari lima bersaudara. Penulis
telah menempuh pendidikan formal,
yaitu SDN Karang Pilang 446
Surabaya, SLTPN 16 Surabaya dan
SMAN 15 Surabaya. Setelah lulus
dari SMUN, pada tahun 2005 penulis
diterima di S1 Teknik Sipil Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya. Penulis aktif sebagai
Anggota sekaligus Fungsionaris Civil
Engineering Computer Club (CECC)
HMS-FTSP ITS. Penulis aktif
mengikuti beberapa kegiatan seminar dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh Jurusan, Fakultas dan Institut, selain itu
penulis pernah pernah mengikuti beberapa kompetisi dan
perlombaan baik yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi lain
maupun perlombaan tingkat Nasional. Di jurusan Teknik Sipil
ITS penulis mengambil bidang Struktur dan menyelesaikan
studinya pada tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai