Anda di halaman 1dari 12

1.

Hasil pemeriksaan psikiatrik:


Komponen tingkah laku motorik:
Tingkah laku motorik adalah perbuatan dan pergerakkan yang dipengaruhi keadaan jiwa
seseorang dan dapat dilihat oleh orang lain. Tingkah laku motorik yang dapat dinilai meliputi:
Normoaktif: dorongan yang wajar untuk bergerak dan relevan dengan lingkungan.

Hiperaktif: dorongan yang besar untuk bergerak sehingga cenderung tidak terbendung.

Hipoaktif: dorongan yang sangat kurang untuk bergerak walaupun diberi stimuli eksternal.

Gelisah: dorongan yang menunjukkan adanya ketegangan jiwa yang memuncak.

Terkoordinasi: adanya keadaan gerakkan yang harmonis.

Mannerism: gerakan yang bermacam-macam dan aneh yang menjadi kebiasaan, yang

seringkali menarik perhatian dan tidak sesuai dengan stimulus eksternal.


Stereotipik: gerakan yang bertahan dalam satu/dua gerakan yang khusus dan tidak sesuai

dengan stimulus eksternal.


Komponen sikap:
Sikap adalah suatu keadaan yang diperlihatkan oleh seseorang yang dapat menjadi patokan
terhadap jiwa orang tersebut. Sikap meliputi:
Kooperatif: bersahabat, menuruti petunjuk atau perintah, dan mau bekerja sama dan
mampu memberikan respons relevan.
Indifferent: sikap yang tidak menuju kesuatu kecenderungan (tendensi) tertentu, jadi
banyak bersifat netral.
Apatik: sikap acuh tak acuh, masa bodoh dan tak menghiraukan apapun yang terjadi di
sekelilingnya, hanya mengikuti dorongan internal.
Agresif: didominasi sikap melawan dan menunjukkan agresifitas terhadap lingkungan
sekitar.
Negativistik: respons bertolak belakang terhadap petunjuk atau perintah, tanpa alasan
objektif.
Dependen: sikap ingin menggantungkan dari secara berlebihan pada pemeriksa, atau
individu lain yang memegang kekuasaan.
Infantil: sikap kekanak-kanakan.
Curiga: sikap yang tak percaya, seolah-olah menyangsikan maksud baik dari pemeriksa atau
orang lain, baik ucapannya maupun gerakannya.
Rigid: sikap kaku dan tak fleksibel, kadang-kadang sudah dekat dengan sikap negativistik.
Berubah-ubah: sikap yang tak stabil, selalu berganti-ganti sikap, hal ini sering menunjukkan
kegelisahan yang bersangkutan.

1
Tegang: sikap yang tidak tenang dan diliputi kegelisahan.
Stereotipik: sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja dalam waktu yang cukup
lama, sering kali aneh, tak masuk akal dan tak ada tujuannya.
Aktif: sikap yang penuh inisiatif, dan keinginan bertindak.
Pasif: sikap tanpa inisiatif, menurut atau menyerah saja.
Bermusuhan: sikap ingin menyerang atau marah saja.
Komponen perhatian:
Perhatian adalah proses mental yang sadar di mana individu memilih atau memeriksa dunia
dalam dan dunia luarnya untuk mendapatkan data yang diperlukan. Perhatian meliputi:
Adekuat: kemampuan untuk memusatkan perhatian menuju stimuli yang relevan dan
mempertahankannya dalam waktu yang cukup lama.
Distraktibilitas: ketidakmampuan untuk memusatkan atensi; penarikan atensi kepada
stimulasi eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
Inatensi: ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian, seringkali akibat kelelahan,
keracunan, atau akibat keadaan psikogenik. Pada retardasi mental, inatensi disebabkan
oleh miskinnya asosiasi pikiran.
Inatensi selektif: hambatan hanya pada hal-hal tertentu, yang biasanya tidak
menyenangkan atau menimbulkan kecemasan.
Hipervigilensi: pemusatan perhatian yang berlebihan pada semua stimulasi internal dan
eksternal, biasanya merupakan akibat sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.
Trance: perhatian yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat pada
hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa.
Komponen kesadaran:
Kesadaran adalah peghayatan atau pengetahuan yang penuh dari individual akan dirinya
sendiri dan lingkungannya. Kesadaran terbagi menjadi sebagai berikut:
Psikoanalitik (psikodinamik); berdasarkan teori topografik Sigmund Freud.
Alam sadar (conscious)
Alam prasadar (preconscious)
Alam tidak sadar (unconscious)
Organobiologik (sensorium); berdasarkan respons sensoris individu terhadap stimulus
yang diberi.
Compos mentis (kesadaran penuh): kemampuan untuk menyadari informasi dan
menggunakannya secara efektif dalam mempengaruhi hubungan dirinya dengan
lingkungan sekitarnya.

2
Somnolen: terkantuk-kantuk
Stupor: acuh tak acuh terhadap sekelilingnya dan tak ada reaksi terhadap stimuli.
Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon terhadap
stimuli.
Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan persepsi dan
sikap.
Delirium: kesadaran menurun disertai bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita
menjadi tidak dapat diam.
Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi, biasanya
terjadi pada epilepsi.
Mental (awareness); berdasarkan perlunya persepsi dalam (diri) dan persepsi luar
(lingkungan); dapat berkaitan erat dengan kesadaran organobiologik.
2. Alam perasaan:
Kelainan afek:
Afek merupakan emosi yang segera dirasakan, berkaitan dengan ide, representasi dan mental,
dari objek berupa ekspresi emosi yang bisa dilihat. Afek terbagi menjadi:
Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang harmonis (sesuai,
sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai; digambarkan lebih
lanjut sebagai yang afek yang luas atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap
diekspresikan secara sesuai.
Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama perasaan
emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan.
Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar.
Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama perasaan
yang kurang parah dari pada efek yang tumpul tetapi jelas menurun.
Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi afek;
suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang
tidak berhubungan dengan stimulasi eksternal.
Kelainan mood:
Mood adalah suatu emosi yang meresap yang dipertahankan dalam waktu lama, yang dialami
secara subjektif dan dilaporkan oleh seseorang, dan terlihat oleh orang lain.

3
Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang
tertekan atau melambung.
Mood hipertimik: mood yang meningkat (gembira) di atas rentang normal.
Elasi: mood yang diliputi keyakinan dan kesenangan yang paologis.
Ekspansif: eksprsi tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian berlebihan terhadap
kepentingan atau makna diri.
Ekstasi: kegembiraan yang luar biasan dan melebihi batas.
Mood hipotimik: mood yang menurun (sedih) di bawah rentang normal.
Berkabung (grieving): kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata.
Depresi: perasaan kesedihan yang patologis.
Anhedonia: kehilangan minat terhadap semua aktivitas.
Mood distimik: mood yang ditandai oleh:
Iritabel: ekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau dibuat marah.
Disforik: gelisah dan tidak menyenangkan.
Poikilotimik (labile mood): osilasi antara euforia dan depresi atau kecemasan.
Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari
emosi atau mood seseorang.
Ansietas dan Reality Testing Ability:
Kecemasan (ansietas): perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran
penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas.
Reality testing ability (RTA): suatu pengujian kemampuan pasien dalam menilai realitas
atau bukan, dinilai pada alam perasaan, alam pikiran, dan alam perbuatan. Kemampuan ini
akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas
kehidupan. Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah satu contoh
penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas.
Penilaian hidup emosi:
Hidup emosi adalah suatu corak perasaan jiwa yang datangnya secara tiba-tiba dalam waktu
yang relatif singkat, hebat dan disertai kegiatan-kegiatan fisik.
Stabilitas: frekuensi/keseringan perubahan reaksi emosional (labil/stabil).
Kedalaman: amplitudo/kekuatan reaksi emosional (dalam/normal/dangkal).
Pengendalian: kemampuan penguasaan emosi diri (terkendali/tidak terkendali).

4
Adekuat-inadekuat: kesesuaian reaksi emosional dengan makna dan isi perasaan
(adekuat/inadekuat).
Echt-unecht: kesungguhan dari ekspresi emosional (echt/unecht).
Skala diferensiasi: tingkat pembedaan reaksi emosional (melebar/normal/menyempit).
Einfuhlung (empati): tingkat perabarasaan emosi oleh orang lain/pemeriksa (bisa
dirabarasakan/sukar dirabarasakan/tidak bisa dirbarasakan).
Arus Emosi: kecepatan reaksi emosional terhadap rangsangan (cepat/normal/lambat).
3. Alam pikiran:
Kelainan arus pikiran:
Flight of ideas: pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topik ke topik lain tanpa
terputus, di mana masih terdapat benang merah antar topik tersebut (masih terkait, walau
sangat kecil kaitannya). Keadaan ini ditandai oleh distraktibilitas dan pressure of speech.
Asosiasi longgar: pasien berbicara dengan kalimat-kalimat yang tidak berhubungan, namun
masih dapat dimengerti.
Inkoherensi: Ide yang berturutan diungkapkan tanpa urutan-urutan yang logik dan dtandai
dengan disorganisasi struktur kalimat. Secara khas terdapat pada skizofrenia.
Word salad: bicara denga kata, frasa atau kalimat yang tidak beraturan dan hampir
semuanya tidak dapat dimengerti.
Neologisme: pembentukan kata-kata baru yang hanya dapat dipahami oleh penderita, bisa
berupa kondensasi dari beberapa ide yang sering tidak diketahui asalnya, sering terdapat
pada pasien skizofrenia. Neologisme dapat pula akibat halusinasi akustik sehingga sering
merupakan kata yang diulang.
Tangential thinking: pembicaraan pasien terlepas sama sekali dari pokok pembicaraan dan
tidak kembali ke pokok pembicaraan tersebut, sehingga tujuan tidak pernah tercapai.
Sering dijumpai pada pasien bipolar fase manik.
Blocking: putusnya pikiran yang ditandai dengan putusnya secara sementara atau
terhentinya pembicaraan. Sering ditemukan pada skizofrenia.
Inhibition: inisiasi dan majunya aliran pikiran melambat dan ide yang dilontarkan sedikit.
Dibutuhkan rangsangan berulang untuk kembali mengalirkan pikiran individu.
Perseverasi: respons dari stimuli kalimat terdahulu yang menetap dan berulang.
Verbigerasi: pengulangan kata atau frasa spesifik yang tidak relevan.

5
Kelainan pemilikan pemikiran:
Normal: individu menghayati pikiran yang dikeluarkannya sebagai miliknya, walaupun di
luar kesadarannya. Dia yang mengontrol pikirannya, artinya ia dapat berpikir atau berhenti
berpikir kapan ia menghendakinya.
Obsesi: suatu keadaan di mana isi mental mendesak ke kesadaran individu terus-menerus,
berulang- ulang dan persisten, tidak dapat ditentang dengan kemauan sadar individu.
Alienasi: individu menghayati pikiran yang dikeluarkannya sebagai bukan miliknya, tetapi
datang dari kekuatan luar tertentu.
Waham dan kelainan isi pikiran:
Pola sentral: topik atau ide yang menjadi pokok pemikiran individu.
Preokupasi: ide atau pikiran yang kuat getaran perasaannya dan cenderung mendominasi
kesadaran, sehingga dapat membutakan individu dari hal-hal di luar pikiran tersebut.
Kemiskinan isi pikir: pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi karena
ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frasa yang tidak dikenal.
Ide terfiksir: pikiran-pikiran salah yang belum sampai taraf waham da masih bisa dibantah
atau dikoreksi. Bisa berupa kecurigaan, ide bunuh diri, idea of reference, dll.
Fobia: rasa takut patologis yang persisten, irrasional dan berlebihan, terkait dengan objek
atau situasi tertentu, dan individu tersebut dapat menyadari bahwa ketakutan tersebut
tidak beralasan, namun tidak dapat menghilangkannya.
Hipokondria: kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi kesehatan yang didasarkan pada
interpretasi yang tidak realistis terhadap gejala atau tanda fisik.
Konfabulasi: tindakan/usaha pengisian kekosongan yang terdapat atau terjadi dalam
ingatan dengan hal-hal yang bersifat pengalaman realita, yang tidak cocok dengan hal yang
ditemukannya sekarang.
Perasaan inferior: perasaan rendah diri yang berlebihan/patologis.
Perasaan berdosa/salah: perasaan berdosa atau bersalah yang berlebihan.
Rasa permusuhan/dendam: perasaan tidak suka/kebencian nyata terhadap orang lain.
Waham atau delusi: suatu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan
latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan
penyajian fakta. Jenis- jenis waham:
Menurut objek: allopsikik (objek waham merupakan orang lain) dan autopsikik (objek
waham merupakan dirinya sendiri).

6
Menurut sifat: primer (tidak didahului gejala lain) dan sekunder (didahului gejala lain);
sistematik dan non-sistematik; bizzare dan non-bizzare.
Menurut isi: persekutorik, grandiosa, erotomania, cemburu, dsb. Isi waham dapat
berbagai macam, di antaranya adalah:
- Thought broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain,
tersiar di udara, hingga ke belahan dunia lain.
- Thought withdrawal: individu merasa bahwa pikirannya diambil oleh orang atau
kekuata asing.
- Delusion of control, influence and passivity: individu merasa bahwa pikrannya,
perilakunya, perasaannya dan keinginannya dikendalikan oleh kekuatan asing.
- Delusional perception: individu merasakan hal yag tidak mungkin dirasakan pada
tubunya.
Kelainan bentuk pikiran:
Autistik: pikiran yang timbul dari fantasi, berokupasi pada ide yang idesentris. Selalu hidup
dalam alam/dunianya sendiri, dan secara emosional terlepas dari orang lain.
Dereistik: tidak sesuai dengan kenyataan dal lebih didasarkan pada khayalan, misal: saya
adalah seorang malaikat atau saya dapat menyembuhkan segala macam penyakit.
Nonrealistik: tidak sesuai dengan kenyataan tetapi masih mungkin, misal: saya adalah
seorang presiden atau seorang dokter berkata, saya dapat menyembuhkan semua orang
yang sakit.
Simbolitik: pikiran yang diungkapkan dengan menggunakan perumpamaan.
Paralogik: menyimpulkan kesamaan antara dua hal karena persamaan objek.
Simetrik: kecenderungan pikiran untuk meyamakan objek dan subjek.
Konkritisasi: hilangnya kemampuan untuk berpikir abstrak.
Overinklusif: terjadi ketidakmampuan individu untuk memeprtahankan batas-batas
konseptual, dengan akibat unsur-unsur atau hal-hal yang sangat jauh berhubungan atau
sama sekali irrelevan, ke dalam konsep pikirannya.
4. Alam perbuatan:
Katatonia:
Katatonia merupakan kelainan motorik khas dalam gangguan non-organik (sebagai lawan dari
gangguan kesadaran dan aktivitas motorik sekunder dari patologi organik).
Posturing katatonik: mengambil postur tertentu (biasanya aneh dan tidak sesuai keadaan)
yang dipertahankan dalam waktu yang tidak masuk akal.

7
Cerea flexibility (fleksibilitas lilin): seseorang dapat diatur dalam suatu posisi yang
kemudian dipertahankannya; jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien,
anggota tubuh terasa seakan-akan terbuat dari lilin.
Rigiditas katatonik: penerimaan postur yang kaku yang disadari, menentang usaha untuk
digerakkan (seperti patung).
Stupor katatonik: penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai titik
imobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling.
Katalepsi: istilah umum untuk suatu posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus
menerus.
Luapan katatonik (catatonic furor): aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan dan
tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal.
Kelainan alam perbuatan selain katatonia dan kompulsi:
Abulia: penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai dengan ketidakacuhan
tentang akibat tindakan; disertai dengan defisit neurologis.
Vagabondage: jalan-jalan seperti berkelana tanpa tujuan.
Raptus/impulsivitas: dorongan yang datang tiba-tiba dan tidak dapat ditahan/ditunda.
Mannerisme: pergerakan tidak disadari yang menjadi kebiasaan.
Kegaduhan umum: dorongan yang muncul secara berlebihan dan tidak terkendali di
hampir semua aspek kejiwaan.
Autisme: penarikan diri secara aktif dari alam nyata ke alam fantasi yang kemudian
mendominasi pikiran penderita.
Logore: dorongan untuk bicara terus-menerus dan tidak dapat dikendalikan.
Ekolalia: pegulangan kata yang diucapkan orang lain.
Ekopraksia: peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain.
Katapleksi: hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang dicetuskan oleh
berbagai keadaan emosional.
Otomatisme: tindakan atau tindakan-tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili
suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari.
Otomatisme perintah: otomatisme mengikuti sugesti (juga disebut kepatuhan otomatik).
Overaktivitas:
Agitasi psikomotor: overaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya tidak
produktif dan sebagai akibat respons atas ketegangan dari dalam (inner tension).
Hiperaktivitas/hiperkinesis: kegelisahan dan aktivitas destruktif, seringkali disertai
dengan dasar patologi pada otak.

8
Tik: pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
Tidur berjalan (somnambulisme): aktivitas motorik saat tertidur.
Akathisia: perasaan subjektif terhadap ketegangan motorik sebagai akibat sekunder
dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan kegelisahan;
duduk dan berdiri berulang secara berganti-ganti dan berulang; dapat disalahartikan
sebagai agitasi psikotik.
Ataksia: kegagalan koordinasi otot, iregularitas gerakan otot.
Polifagia: makan berlebihan yang patologis.
Hipoaktifitas/hipokinesis: penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi
psikomotor; perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat.
Mimikri: aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak.
Agresi: tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan yang mungkin verbal atau fisik; bagian
motorik dari afek kekerasan, kemarahan atau permusuhan.
Memerankan (acting out): ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak
disadari dalam bentuk gerakan; fantasi yang tidak disadari dihidupkan secara impulsif
dalam perilaku.
Kompulsi:
Kompulsi adalah pengulangan suatu tindakan disertai dengan efek yang seolah-olah tidak
pernah mencapai kepuasan. Ada tendensi makin lama pengulangannya makin hebat.
Termasuk ke dalam tindakan kompulsi adalah:
Dipsomania: kompulsi untuk minum minuman beralkohol terus menerus.
Pyromania: berulang-ulang bermain api (membakar).
Trikotilomania: berulang-ulang mencabuti rambutnya.
Erotomania: preokupasi dengan hal-hal seksual.
Kleptomania: kompulsi mencuri.
Megalomania: kompulsi mencari kekuasaan.
Poriomania: kompulsi untuk mengembara (keluyuran).
Nimfomania: kompulsi bersanggama yang berlebihan pada wanita.
Satiriasis: kompulsi bersanggama yang berlebihan pada pria.
Deviasi seksual:
Deviasi seksual adalah penyimpangan dalam identitas, orientasi, dan/atau preferensi seksual
dari yang sewajarnya.
Pemerkosaan: Pada dasarnya, pemerkosaan merupakan perilaku seksual yang memiliki
objek seksual yang normal, artinya lawan jenis dan sebaya. Namun relasi seksual yang

9
terjalin dalam pemerkosaan berada dalam lingkup kondisi antisosial karena relasi seksual
terjadi atas dasar paksaan yang mengandung unsur agresivitas dari orang yang memiliki
kepribadian diliputi dengan kebencian.
Incest: Incest adalah relasi seksual yang terjalin dilakukan oleh pasangan yang memiliki
ikatan keluarga yang kuat, seperti misalnya ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan
anak laki-lakinya, atau antarsesama saudara kandung.
Homoseksualitas dan transvestitism: Homoseksualitas adalah suatu kondisi ketika
penderita memiliki ketertarikan erotik seksual terhadap jenis kelamin yang sama, demikian
pula pada penderita transvestitism. Perbedaannya, pada penderita homoseksual tidak
memiliki keinginan untuk menggunakan pakaian wanita dan menampilkan diri sebagai
wanita, sedangkan penderita transvestitism selain ketertarikan seksual erotik tertuju pada
jenis kelamin yang sama, ia pun menikmati penampilan sosial dengan menggunakan atribut
kewanitaan.
Pedofilia: Objek seksual pada penderita pedophilia adalah anak-anak di bawah umur.
Bestialitas: Deviasi seksual yang menjadikan binatang sebagai objek pemuasan dorongan
seksualnya dinamakan bestialitas.
Exhibitionism: Deviasi seksual ini ditandai oleh pencapaian kenikmatan seksual dengan
cara mempertontonkan alat genital di antara sekelompok orang atau pada kelompok orang
yang lebih besar. Secara mayoritas terdiri dan orang-orang yang berlawanan jenis.
Voyeurism: Voyeurism adalah perilaku mengintip sebagai cara untuk memperoleh
kepuasan seksual. Objek perilaku mengintip tersebut adalah tubuh wanita telanjang yang
sedang berada di kamar mandi, atau mengintip pasangan yang sedang melakukan
hubungan seksual.
Fetishism: Penderita ini memiliki minat seksual yang terkait dengan bagian tubuh yang
hidup seperti rambut perempuan, atau obyek-obyek mati seperti pakaian dalam
perempuan. Rentang objek fetishistik terdiri dari buah dada, rambut, kuping, tangan,
pakaian dalam, sepatu, sapu tangan, mnyak wangi, atau stoking yang terkait dengan jenis
kelamin lain. Yang patut digarisbawahi, eksitasi dan kepuasan seksual berkisar pada
mencium, memainkan, atau mengecap benda-benda tersebut.
Nekrofilia: Nekrofilia adalah suatu keadaan penderita yang mendapatkan dirinya dapat
memperoleh eksitasi dan kepuasan seksual melalui relasi seksual dengan mayat. Penderita
ini biasanya memiliki dasar psikopatologi yang ekstrem, sehingga dapat dikatakan bahwa
nekrofilia merupakan kasus yang jarang ditemui.

10
Sadisme dan Masokisme: Seorang sadisme akan memperoleh kepuasan seksual melalui
jeritan dan teriakan pasangannya yang menderita karena siksaan fisik yang dilakukannya
selama berhubungan seksual. Pada umumnya, penderita sadisme adalah taki-laki,
sedangkan efek perilaku sadisme secara perlahan akan berpengaruh terhadap kondisi
psikologis pasangan perempuannya.
5. Tambahan:
Komponen orientasi:
Kemampuan individu untuk mengenali hubungan dirinya dengan lingkungannya secara
temporal, spasial dan personal. Kemampuan ini sangat berkaitan dengan daya ingat dan
pengetahuan, namun dapat dikaburkan dengan situasi tertentu. Komponen orientasi:
Orientasi ruang atau spasial.
Orientasi waktu.
Orientasi orang.
Definisi halusinasi dan ilusi:
Halusinasi: Persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimuli eksternal
yang nyata; pada gangguan mood, dapat konsisten dengan mood (mood-congruent
hallucination) atau tidak (mood-incongruent hallucination). Jenis-jenis halusinasi:
Halusinasi perintah: individu mendengar suara yang memerintahkan dirinya untuk
melakukan sesuatu.
Formication: individu merasa ada serangga kecil yang merayap di kulitnya.
Halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubuhnya, lebih sering
menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai cenesthesic hallucination).
Mikropsia: individu melihat objek pada ukuran lebih kecil.
Makropsia: individu melihat objek pada ukuran lebih besar.
Thought echo: individu mendengar isi pikirannya sendiri.
Halusinasi diskusi: individu mendengar dua atau lebih suara yang mendiskusikan
perilaku kegiatannya.
Halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika seseorang mulai
tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
Halusinasi hipnopompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika seseorang mulai
terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
Halusinasi pada sensory deprivation: halusinasi yang timbul setelah mengalami deprivasi
sensoris.
Ilusi: adalah satu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimuli eksternal yang nyata.

11
Komponen kontak psikis:
Kontak psikis adalah kesanggupan seseorang untuk mengadakan hubungan mental atau
emosional. Dilaporkan sebagai ada, kurang, minimal, atau tidak ada. Terdiri dari:
Kontak mata
Kontak sisik
Kontak verbal
Definisi discriminative insight & discriminative judgement:
Discriminative insight (tilikan): Kemampuan seseorang untuk memahami penyebab
sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (terutama keadaan diri sendiri).
Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya.
Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya.
Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.
Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak memahami
penyebab sakitnya.
Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.
Tilikan derajat 6: menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan.
Discrimnative judgement: Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak
yang sesuai dengan situasi tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai