Anda di halaman 1dari 10

Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86

http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

Identifikasi Tingkat Aktivitas Gunung Guntur Periode


Oktober -November 2015 Berdasarkan Analisis Spektral
Dan Sebaran Hiposenter - Episenter Gempa Vulkanik

Ria Sulistiawan1,*, Nanang Dwi Ardi2,, Hetty Triastuty1


1
Departemen Pendidikan Fisika,Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung 40154
2
Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geoglogi (PVMBG )
Jl. Jalan Dipenogero No 57, Bandung

Email: riasulistiawan123@gmail.com h.triastuty@gmail.com


ABSTRAK

Kompleks Gunung Guntur (G.Guntur) merupakan salah satu gunung api aktif
yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kompleks ini terdiri atas beberapa
kerucut, salah satunya yaitu Gunung Masigit (2249m) yang merupakan kerucut
tertinggi. Sampai pada tahun ini masih terekam aktivitas kegempaan dibawah
G.Guntur, sehingga dilakukan pemantauan secara kontinyu di pos PGA untuk
mengetahui aktivitas G.Guntur. Metode pemantauan seismik saat ini merupakan
metode pemantauan yang dominan digunakan dalam pemantauan gunung api.
Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap kegempaan pada G.Guntur periode
Oktober sampai November 2015, berdasarkan analisis spektral dan analisis
sebaran hiposenter-episenter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe
gempa, sebaran hiposenter-episenter dan tingkat aktivitas kegempaan G.Guntur.
Sinyal gempa diperoleh dari 5 stasiun yaitu stasiun Citiis, Masigit, Sodong,
Legokpulus, dan stasiun Kabuyutan. Melalui parameter hiposenter-episenter serta
kandungan frekuensi dan jumlah event gempa yang digunakan dalam upaya
memonitoring gunungapi untuk mengetahui aktivitas gunungapi. Analisis spektral
didapatkan nilai frekuensi cut off dari gempa vulkanik untuk mengidentifikasi
penyebab aktivitas gempa tersebut. Analisis hiposenter serta episenter dilakukan
untuk mengetahui tipe gempa dan juga sebaran hiposenter-episenternya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap analisis tingkat aktivitas
kegempaan G.Guntur hasil yang diperoleh yaitu seismisitas kegempaan pada
G.Guntur masih di dominasi oleh gempa Vulkanik Dangkal dan Vulkanik Dalam.
Tingkat aktivitas G.Guntur yang teridentifikasi ditandai dengan terjadinya
peningkatan jumlah event dibawah 4 kali dalam sehari yang diakibatkan oleh
migrasi magma, dan pendangkalan gempa vulkanik dari periode Oktober ke
November, secara umum aktivitas gempa vulkanik G.Guntur ini tidak memicu

77 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

perubahan signifikan dan tergolong aktivitas yang normal. Sehingga untuk status
level bahaya G.Guntur masih berada pada level 1 (normal).
Kata kunci : G.Guntur, Gempa vulkanik, Analisis spektral, Hiposenter, Aktivitas

ABSTRACT

Complex Mount Guntur (G.Guntur) is one of the active volcano which is located
in Garut, West Java. This complex consisted of several cones, one of which is
Mount Masigit (2249m) which is the highest cone. Until this year still recorded
seismic activity under G.Guntur, so did monitoring continue at post PGA to
determine the activity G.Guntur. Seismic monitoring method is now a dominant
monitoring methods used in the monitoring of volcano. Therefore an examination
of the seismicity in G.Guntur the period of October to November 2015, based on
the spectral analysis and the analysis of the distribution hypocenter-epicenter. This
study aims to determine the level of seismic activity G.Guntur. Seismic signals
obtained from five stations namely Citiis station, Masigit, Sodong, Legokpulus
and Kabuyutan station. Monitoring seismic recordings obtained from the seismic
waves continue in Volcano Observation Post, the data is processed to obtain
information about the hypocenter, the type of earthquake, rupture area, and other
dominant frequency. These parameters are used to monitoring volcano, to learn
the activity of volcanoes. Spectral analysis was conducted to determine the value
of the cut-off frequency of volcanic earthquakes. Hypocenter and epicenter
analysis was conducted to determine the depth of the earthquake source and
distribution its hiposenter. Based on research conducted on the analysis of seismic
activity G.Guntur the results obtained by the seismicity of seismicity in G.Guntur
still dominated by earthquakes Volcanic Shallow and deep volcanic. G.Guntur
identified activity level indicated by the silting up of volcanic earthquakes of the
period of October to November, the general silting volcanic earthquake did not
trigger a significant change from volcanic activity G.Guntur. So as to status
G.Guntur danger level remained at level 1 (normal).
Key words: G.Guntur, volcanic earthquakes, spectral analysis, hiposenter, activity

78 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

1. PENDAHULUAN lain yang diperlukan adalah frekuensi


Kompleks Gunung Guntur cut off yang dihasilkan dari analisis
(G.Guntur) sebagai salah satu gunung spektral digunakan untuk
api aktif tipe A, yang terletak di mempermudah analisis terhadap sinyal
Kabupaten Garut, Jawa Barat. dengan cara mengubah domain waktu
Kompleks ini terdiri atas beberapa kedalam domain frekuensi, dan
kerucut, salah satunya yaitu Gunung mendapatkan nilai frekuensi dari sinya-
Masigit (2249 m) yang merupakan sinyal vulkanik, untuk memahami
kerucut tertinggi. Ke arah tenggara dari keterkitannya dengan peningkatan
G.Masigit terdapat kerucut aktivitas kegempaan pada G.Guntur.
G.Parukuyan (2135 m), G.Kabuyutan 2. METODE PENELITIAN
(2048m), dan G.Guntur. Gunung api
Data yang digunakan pada penelitian
Guntur ini merupakan kerucut termuda
kali ini yaitu data sekunder berupa data
dari kerucut-kerucut dalam Kompleks
rekaman gelombang seismik digital
G.Guntur (Alzwar, dkk, 1992). Sampai
G.Guntur periode Oktober-November
dengan tahun ini 2016 Gunung Guntur
2015 yang diperoleh dari lembaga
telah berada dalam fase istirahat selama
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
169 tahun, sejak letusan terakhirnya
Bencana Geologi (PVMBG). Semua
yaitu pada tahun 1847, dan juga masih
kegiatan pengambilan atau akuisisi data
terekam aktivitas kegempaan pada
dilakukan tim PVMBG di pos
G.Guntur, selain itu pada kawahnya
pengamatan Gunungapi Guntur yang
masih mengeluarkan asap sulfatara
berlokasi di Garut Jawa Barat. Metode
dan fumarola. Berdasarkan hasil
yang digunakan berdasarkan analisis
pemantauan aktivitas kegempaan
spektral dan sebaran hiposenter-
G.Guntur dari Pos Pengamatan Gunung
episenter, karena melalui parameter-
Api (PGA) Guntur, aktivitas G.Guntur
parameter seperti hiposenter-episenter,
masih dalam tingkat Level 1 (Normal).
frekuensi, dapat digunakan dalam
Mengingat masih terekamnya
upaya monitoring gunungapi,
aktivitas seismik dari G.Guntur, maka
mengetahui aktivitas dan level bahaya
tidak menutup kemungkinan akan
gunung api tersebut.
terjadi peningkatan aktivitas pada
G.Guntur dan kemungkinan terjadi Tahapan alur penelitian dapat dilihat
letusan di masa yang akan datang. pada gambar berikut :
Aktivitas yang dimaksud di sini adalah
aktivitas pergerakan magma yang
menyebabkan terjadinya gempa. Maka
dari itu dilakukan penelitian terhadap
aktivitas G.Guntur berdasarkan analisis
spektral dan sebaran hiposenter-
episenter, analisis sebaran hiposenter-
episenter menjadi hal penting untuk
mengetahui tipe gempa dan perubahan
letak pusat gempa dalam memahami
tingkat aktivitas G.Guntur. Parameter

79
Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

untuk sebaran episenternya yaitu


berupa peta kontur dari data
longitude dan latitude. Longitude
untuk sumbu x dan latitude untuk
sumbu y.
3. Penentuan tingkat aktivitas pada
penelitian kali ini yaitu dilihat dari
jumlah kejadian gempa setiap hari
(selama Oktober-November 2015),
berdasarkan analisis spektral dan
perubahan letak hiposenter atau
episenternya. Dalam menentukan
jumlah kejadian gempa tersebut
yaitu menggunakan software
LS7_WVE dengancara menginput
data gempa harian perjamnya
Gambar 1 tahapan alur penelitian untuk mengetahui ada atau
tidaknya gelombang gempa yang
terekam selama waktu tersebut..
Peningkatan event gempa
1. Penentuan tipe gempa vulkanik
dihubungkan dengan hasil analisis
yang mendominasi G.Guntur yang
spektral yaitu frekuensi cut off
dilakukan pada penelitian kali ini
untuk mengetahui penyebab
yaitu berdasarkan kedalaman
terjadinya peningkatan aktivitas
hiposenter yang diperoleh dari
G.Guntur melalui peningkatan
pengolahan software GAD.
event gempa. Sedangkan melihat
Klasifikasi gempa vulkanik yang
perubahan letak hiposenter atau
dikelompokan oleh Minakami
episenternya dari gambaran
digunakan sebagai acuan dalam
sebaran hiposenter dan peta kontur
menentukan tipe gempa vulkanik
episenter namun dengan mengplot
berdasarkan kedalaman hiposenter.
data Oktober dan November secara
2. Gambaran sebaran hiposenter yang
bersamaan dalam satu grafik atau
didapat dari penelitian ini yaitu
peta kontur untuk melihat
berupa proyeksi atau grafik
perbandingan letak hiposenternya
penampang barat-timur dan utara-
dominan tetap atau berubah
selatan, sumbu y pada grafik
selama periode tersebut.
tersebut merupakan kedalaman dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sumbu x merupakan longitude atau
latitude. Perbedaan antara Tipe gempa vulkanik G.Guntur
penampang barat-timur dan utara- berdasarkan kedalaman sumber
selatan yaitu terletak pada sumbu x gempa
nya, longitude untuk penampang Melalui pengamatan rekaman gempa
barat-timur sedangkan latitude menggunakan software LS7WVE,
untuk utara-selatan. Sedangkan didapatkan waktu terjadunya event
gempa dan data berupa waktu tiba

80 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

gelombang P dan gelombang S yang utara, dan bawah permukaan,


kemudian diolah menggunakan sedangkan tanda negatif untuk arah
software GAD sehingga diperoleh nilai barat, selatan, dan atas permukaan.
kedalaman dan koordinat hiposenter X,
Y, dan Z dari masing-masing event.
Berdasarkan klasifikasi gempa
vulkanik Minakami dalam Iguchi
(1994) jika dilihat dari kedalaman
hiposenternya, maka gempa yang
terjadi di Gunung Guntur ini
didominasi oleh gempa vulkano-
tektonik dalam (VT-A) dengan ciri
kedalamannya sekitar 1-20 km, dan
gempa vulkano tektonik dangkal
dengan kedalaman < 1 km. Gempa
vulkano tektonik ini bukan merupakan
gejala gunungapi yang akan terjadi
letusan, tapi sewaktu-waktu dapat
terjadi maka dari itu aktivitas
kegempaan Gunung Guntur harus Gambar 2. Gabungan sebaran episenter
dilakukan pemantauan secara terus periode Oktober-November 2015
menerus. Hal ini sesuai dengan
penelitian Sadikin (2008) menjelaskan
bahwa sebaran hiposenter sebagian
G.Guntur
besar berpusat pada kawah G.Guntur stasiun
2000 MSG hiposenter Oktober
itu sendiri dengan kedalamn kurang SDG hiposenter November

dari 5 km dibawah muka laut atau di 1000

bawah puncak G.Guntur. Penentuan 0


kedalaman (m)

hiposenter menggunakan metode GAD -1000

ini masih mengandung unsur kesalahan -2000

walaupun sudah banyak digunakan -3000

dalam setiap penentuan hiposenter. -4000

-5000
Sebaran hiposenter-episenter 107,70 107,75 107,80 107,85 107,90 107,95
penampang lintang barat-timur (longitude)
G.Guntur periode Oktober-
Novemeber 2015 (a)
Dari data koordinat hiposenter data X
menunjukan jarak pusat gempa ke arah
barat timur dari kawah, untuk sumbu
Y yaitu menunjukan jarak pusat gempa
ke arah utara selatan kawah, sumbu Z
menunjukan kedalaman pusat gempa
dibawah puncak G.Guntur. Tanda
positif menandakan ke arah timur,

81 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

lebih dangkal dari penyimpanan


ilustrasi G.Guntur
stasiun magma (magma storage).
MSG hiposenter Oktober
2000 KBY

LGP
hiposenter November Secara umum sebaran gempa ini berada
1000
bawah kawah G.Guntur-gandapura.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
kedalaman (m)

-1000
telah dilakukan oleh Suantika dalam
-2000
Hidayati, 2011, yang menyatakan
-3000 bahwa sebaran hiposenter gempa di
-4000 sekitar kompleks G.Guntur tersebar
-5000
-7,25 -7,20 -7,15 -7,10 -7,05 -7,00
sepanjang sesar Drajat, Kamojang dan
penampang lintang utara-selatan (latitude) Gandapura. Dan juga sesuai dengan
hasil penelitian-penelitian Sadikin
(b) 2008, menjelaskan bahwa sebaran
Gambar 3. Gabungan hiposenter hiposenter sebagian besar berpusat
periode Oktober-November (a) pada kawah G.Guntur itu sendiri
penampang barat-timur (b) penampang dengan kedalamn kurang dari 5 km
uatara-selatan dibawah muka laut atau di bawah
Melihat hasil pola sebaran puncak G.Guntur.
hiposenter terlihat pada gambar 4.1 dan Tingkat aktivitas G.Guntur
4.2 untuk bulan Oktober dan bulan Tingkat aktivitas kegempaan
November yang nampak berurut yang gunung api dapat membantu dalam
bisa menunjukan adanya pergerakan menentukan status dam level bahaya
magma dari bawah keatas, namun gunung api tersebut. Tingkat aktivitas
memiliki kedalaman yang berbeda G.Guntur periode Oktober-November
yang menghasilkan tipe gempa 2015 kali ini dilihat dari jumlah event
vulkanik dangkal dan gempa vulkanik gempa, analisis spektral dan letak
dalam pada analisis sebelumnya. Jika hiposenter-episenter.
di hubungkan dengan aktivitas jumlah event gempa vulkanik
magmatik, tipe gempa vulkanik dalam
banyaknya event gempa
disebabkan oleh normal fault, dan tipe
vulkanik yang terjadi pada Oktober
gempa vulkanik dangkal disebabkan
2015 yaitu sebanyak 17 kali, dan
oleh reverse fault, yang
terjadi peningkatan event gempa pada
diinterpretasikan disebabkan oleh local
tanggal 20 terjadi pada (jam 03 dan
stres karena adanya tekanan dari gas
jam 06), tanggal 21 terjadi (jam 5 dan
vulkanik atau magma menurut Hidayati
jam 8), dan tanggal 23 terjadi pada
2008, Dan berdasarkan letak
(jam 1 dan juga jam 5). Meskipun
kedalaman hiposenter Oktober ke
peningkatan yang terjadi tidak begitu
November tersebut dapat dilihat terjadi
banyak hanya terjadi peningkatan event
pendangkalan atau migrasi magma
gempa selama 2 kali dalam sehari dari
seperti hasil penelitian pada Gunung
yang awalnya hanya terjadi sekali
Lokon karena inflasi penyimpanan
gempa dalam sehari, peningkatan
magma (magma storage) menyebabkan
gempa terjadi pada slisih 3-4 jam
stres tensional pada kedalaman yang
setelah event gempa pertama.

82 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

Sedangkan periode November dikandung G.Guntur yaitu yang


2015, banyaknya event gempa yang terkecil sebesar 0,6 Hz dan terbesar
terjadi yaitu sebanyak 12 event gempa yaitu 16,3 Hz, dan bulan November
vulkanik, dan terjadi peningkatan event yaitu yang terkecil sebesar 3,6 Hz dan
gempa pada tanggal 18 yaitu sebanyak yang tertinggi yaitu 18,7 Hz.
2 kali (jam 9 dan jam 23), selanjutnya Peningkatan event gempa jika
pada tanggal 21 terjadi peningkatan dihubungkan dengan hasil analisis
event sebanyak 4 kali setiap satu jam spektral melalui frekuensi cut off,
sekali (jam 1 sampai jam 3), dan terjadi seperti yang telah dilakukan pada
peningkatan event gempa lagi pada penelitian gunung api
tanggal 30 yaitu sebanyak 3 kali event Kuchinoerabujima dijepang oleh
dalam sehari (jam 19 dan 20). Triastuty, H (2009) yang menghasilkan
Perbandingan event gempa yang terjadi bahwa ketika gempa vulkanik
antara bulan Oktober dan November meningkat, frekuensi cut off
lebih banyak event gempa pada bulan mengalami penurunan, peristiwa
Oktober, namun peningkatan event peningkatan event gempa vulkanik
gempa vulkanik terbanyak yaitu terjadi secara bertahap ini diikuti juga oleh
pada bulan November sebanyak 4 kali peningktan panjang rekahan yang
event gempa dalam sehari. mengikuti perkembangan atau
Maka dari itu keadaan perubahan zona patahan.
kegempaan Gunung Guntur dilihat dari
peningkatan jumlah event gempa bisa
dikatakan normal dengan hanya terjadi CTS
MSG
18

gempa sebanyak 1-4 kali dalam sehari, 16


SDG
LGP
KBY
karena peningkatan yang signifikan dan 14

12

perlu diwaspadai ketika peningkatan


Frekuensi cut off

10

event gempa lebih dari 5 kali dalam 8

sehari. Peningkatan yang masih 4

2
dibawah 5 kali dalam sehari tersebut 0

hanya diprediksi adanya gejala -2


06/10/2015
08/10/2015
01/10/2015

09/10/2015
12/10/2015
16/10/2015

20/10/2015
18/10/2015

20/10/2015

21/10/2015

23/10/2015

26/10/2015
19/10/2015

21/10/2015

23/10/2015

28/10/2015

aktivitas magma.
Berdasarkan analisis spektral TGL/BLN/THN

Melalui proses analisis spektral Gambar 4 Frekuensi cut off periode


TGL/BLN/THN
01/10/2015
06/10/2015
08/10/2015
09/10/2015
12/10/2015
16/10/2015
18/10/2015
19/10/2015
20/10/2015
20/10/2015
21/10/2015
21/10/2015
23/10/2015
23/10/2015
26/10/2015
28/10/2015

diperoleh nilai nilai frekuensi sudut Oktober 2015


(cut off) sinyal vulkanik sebagai 20
CTS
MSG
SDG
18 LGP

informasi dalam menganalisis aktivitas 16

14
KBY

G.Guntur. Setiap stasiun mengandung 12


Frekuensi cut off

10

frekuensi cut off yang berbeda-beda, 8

salah satu faktor yang 4

mempengaruhinya yaitu perbedaan -2


18/11/2015

21/11/2015

30/11/2015
20/11/2015

27/11/2015

21/11/2015
18/11/2015

30/11/2015
21/11/2015

jarak antara stasiun dengan sumber


TGL/BLN/THN

gempa (hiposenter). TGL/BLN THN


18/11/2015
18/11/2015
20/11/2015

Gambar 5 Frekuensi cut off periode


27/11/2015
21/11/2015
21/11/2015
21/11/2015
30/11/2015
30/11/2015 --

Selama periode Oktober 2015 ini November 2015


mengandung frekuensi cut off yang

83 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

Dari Gambar 4 peningkatan event CTS


MSG
SDG

gempa terjadi pada tanggal 20,21 dan 350

300
LGP
KBY

23 pada waktu tersebut juga frekuensi

panjang rupture (m)


250

cut off mengalami peningkatan dan 200

150

penurunan, penurunan yang pling 100

menonjol yaitu dari event gempa 50

18/11/2015

18/11/2015

27/11/2015

21/11/2015
21/11/2015

21/11/2015
20/11/2015

30/11/2015
3011/2015
tanggal 20 ke tanggal 21 yaitu dari TGL/BLN THN
18/11/2015
18/11/2015
20/11/2015
27/11/2015
21/11/2015
TGL/BLN/THN
21/11/2015
21/11/2015
30/11/2015
30/11/2015

frekuensi 12-15 Hz turun menjadi 1-3 Gambar 7 Hasil panjang rupture


Hz. periode Oktober 2015
Pada periode November 2015
Gambar 5 peningkatan event gempa Peningkatan panjang rupture
vulkanik terbanyak yaitu pada tanggal yang terlihat pada periode Oktober
21, untuk frekuensi cut off dalam 2015 yaitu pada tanggal 21 dan 23,
waktu tersebut terlihat jelas penurunan pada tanggal 21 peningkatan nilai
yang terjadi yaitu dari frekuensi sekitar panjang rupture mencapai nilai sekitar
8-18 Hz menurun bertahap sesuai event 500-800 m, sedangkan pada tangga 23
gempa menjadi 4-7 Hz dan 3-5 Hz yaitu mencapai 400-500 m. pada
karena pada tanggal 21 peningkatan periode November 2015 peningkatan
event gempa terjadi 3 kali dalam berturut-turut sesuai penngkatan event
sehari. nilai panjang rekahan yang gempa terlihatpada tanggal 21. Dengan
terjadi pada G.Guntur yaitu sekitar 73 peningkatan nilai panjang rupture dari
m yang terpendek dan 2 km yang sekitar 50-100m menjadi 200-300m
terpanjang selama bulan Oktober, dan meningkat lagi mencapai nilai 350
sedangkan pada bulan November nilai m. Selain aktivitas magma yang
panjang rekahannya yaitu 64 m yang menjadi penyebab terjadinya
terpendek dan 334 m yang terpanjang. pneingkatan tekanan system vulkanik
yaitu karena adanya intrusi fluida
hidrotermal lainnya seperti yang
CTS
2200

2000
disarankan oleh (Hirabayashi et al.,
MSG
SDG
LGP
1800

1600
2007), yaitu adanya peningkatan
KBY

kegiatan suhu fumarolic. Sehingga


panjang rupture (m)

1400

1200

1000

800
aktivitas G.Guntur ini hanya
600

400
disebabkan oleh pergerakan atau
200

0 migrasi magma yang diikuti oleh


-200
perluasan zona patahan.
20/10/2015
21/10/2015
19/10/2015
20/10/2015

21/10/2015
01/10/2015
06/10/2015

09/10/2015

16/10/2015

23/10/2015
23/10/2015

28/10/2015
08/10/2015

12/10/2015

18/11/2015

26/10/2015

TGL/BLN/THN
TGL/BLN/THN
01/10/2015
06/10/2015
08/10/2015
09/10/2015
12/10/2015
16/10/2015
18/10/2015
19/10/2015
20/10/2015
20/10/2015
21/10/2015
21/10/2015
23/10/2015
23/10/2015
26/10/2015
28/10/2015

Gambar 6 Hasil panjang rupture


periode Oktober 2015 4.3.2 Perubahan letak hiposenter dan
episenter
Dilihat dari gambaran sebaran
hiposenter dan episenter pada gambar 2
dan 3 yang menunjukan letak
hiposenter Oktober dan November
berada dominan pada titik yang

84 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

berbeda, berdasarkan kondisi seperti ini berada berada di bawah kawah


untuk aktivitas G.Guntur bisa G.Guntur-gandapura, dan mengalami
dikatakan normal-normal saja, dan pendangkalan gempa vulkanik dari
diprediksi munculnya kubah lava baru periode Oktober ke November dilihat
seperti penjelasan berikut ini, ketika dari penurunan kedalaman hiposenter,
diketahui posisi hiposenter berada pada dan jika dilihat dari sebaran
posisi yang berbeda dari kejadian episenternya letak pusat gempa pada
gempa vulkanik sebelumnya, apalagi periode Oktober ke November juga
mengalami kenaikan posisi maka tidak tetap. Tingkat aktivitas Gunung
berdasarkan kejadian ini di prediksi Guntur berdasarkan jumlah event
akan memicu munculnya sebuah kubah gempa dan perubahan letak hiposenter-
lava yang baru. Melalui persebaran episenter gempa vulkanik berada pada
hiposenternya yang tersebar mendekati tingkat normal-normal saja tidak terjadi
kawah, kemungkinan pergerakan peningkatan yang signifikan.
magma tersebut akan membentuk
kubah lava baru seperti dalam Zobin et
al, (2016) yaitu Migrasi magma dalam 5. REFERENSI
saluran yang dapat menghasilkan 1. Alzwar, M., Akbar, N., dan
aktivitas eksplosif dari gunung berapi. Bachri, S. (1992). Peta
Mendekati kawah, magma membentuk Geologi Lembar Garut dan
kubah lava dan lava arus yang nantinya Pameungpeuk Jawa. Pusat
menghasilkan aliran piroklastik dan Penelitian dan Pengembangan
rockfalls. Maka hal ini Geologi.
mengindikasikan bahwa gunung 2. Hidayati, S., Ishihara, K.,
tersebut tidak mengalami peningkatan Iguchi, M., dan Ratdomopurbo,
aktivitas yang serius Sehingga untuk (2008). Focal mechanism of
status level bahaya G.Guntur masih volcano-tectonic earthquake at
berada pada level 1 (normal). Merapi volcano, Indonesia.
Indonesian Journal of Physics,
19 (2), 75 - 82.
4. KESIMPULAN 3. Hidayati, S., Suparman, Y.,
dan Loeqman, A. ( 2011).
Berdasarkan penelitian yang Mekanisme Fokus dan
dilakukan terhadap analisis aktivitas Parameter Sumber Gempa
kegempaan G.Guntur periode Oktobe Vulkano-Tektonik di Gunung
November 2015, maka diperoleh hasil Guntur Jawa Barat.- Jurnal
yaitu : geologi Indonesia, 6, (1), 1-11.
Seismisitas kegempaan pada G.Guntur 4. Hirabayashi, J., Nogami, K.,
berdasarkan kedalaman hiposenter dan Ohshima, H., Iguchi, M., 2007.
kandungan frekuensinya, masih di The Relationship between the
dominasi oleh gempa-gempa Vulkanik Chemical Composition of
Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam Volcanic Gas from
(VA). Berdasarkan gambaran dari Kuchinoerabujima and Its
sebaran hiposenter, pusat gempanya Volcanic Activity: Annuals of.

85 | Copyright 2016, Wahana Fisika


Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86
http://ejournal.upi.edu/index.php/wafi

Disas. Prev. Res. Inst., Kyoto


Univ., vol. 50 B, pp. 359364
(in Japanese, with English
Abstr.).
5. Iguchi, M., 1994. A vertical
expansion source model for the
mechanisms of earthquakes
originated in the magma
conduit of an andesitic
volcano: Sakurajima, Japan.
Bull. Volcanol. Soc. Japan 39,
4967.
6. PVMBG. (2014). Data dasar
Gunung Guntur. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi . Bandung.
7. Sadikin, N., 2008. Study on
volcano-tectonic Earthquakes
and Magma Supply System at
Guntur volcano with long
dormant period. PhD thesis.
Kyoto University, Japan
8. Triastuty H, Igguchi, M,
Tamegu T,. (2009). Temporal
change of characteristics of
shallow volcano-tectonic
earthquakes associated with
increase in volcanic activity at
Kuchinoerabujima volcano,
Japan. Journal of Volcanology
and Geothermal Research,
187, 1-12.
9. Zobin, M, Vyacheslav, Gabriel
A, Reyes, Mauricio Breton.,
(2016). Volcanic tremor at
Volcn de Colima, Mxico
recorded during May 2002 and
its interactions with the seismic
signals produced by low-
energy explosive activity and
rockfalls. Journal of
Volcanology and Geothermal
Research 317, 114

86 | Copyright 2016, Wahana Fisika

Anda mungkin juga menyukai