Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kista Ovarium

2.1.1 Definisi

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam
panggul.1

kista ovarium adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma
yang timbul di ovarium yang dapat bersifat jinak dan dapat merupakan suatu
keganasan.

2.1.2 Etiologi dan Faktor risiko

Etiologi kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun secara umum,
dapat digolongkan berdasarkan jenis kista. Penyebab terjadinya kista ovarium
dapat diakibatkan terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus,
hipofisis atau ovarium.2

Kista ovarium terbentuk oleh berbagai macam sebab. Penyebab ini akan
menentukan tipe kista. Tipe kista yang paling banyak ditemukan yaitu kista
folikuler. Kista ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Pada keadaan normal, folikel yang berisi ovum akan terbuka saat
siklus menstruasi untuk melepaskan sel ovum, namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak membuka dan menimbulkan bendungan cairan sehingga terbentuk
kista.2

Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase perdarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening dan biasanya
berhubungan dengan tipe lain tumor ovarium.2

Faktor resiko terjadinya kista ovarium :

Riwayat kista ovarium sebelumnya

Siklus menstruasi yang tidak teratur

Menstruasi di usia dini (usia 11 tahun atau lebih muda)

Hiperstimulasi induksi ovulasi dengan gonadotropin atau bahan lainnya,


dapat membentuk kista ovarium sebagai bagian dari ovarian
hyperstimulation syndrome.

2.1.3 Klasifikasi

Kista ovarium secara umum dibedakan menjadi dua macam, yaitu kista
non-neoplastik dan kista neoplastik. Kista non-neoplastik adalah kista yang
disebabkan karena ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen.
Sedangkan kista neoplastik terjadi akibat suatu proses neoplasma atau
pembelahan sel yang berlebihan akibat mutasi genetik.

Tabel 1 : Kista non-neoplastik dan kista neoplastik

Kista non-neoplastik Kista Neoplastik


Kista Folikel Kista Ovarii Simplek
Kista Korpus Luteum Kistaadenoma Ovarii Musinosum
Kista Lutein Kistaadenoma Ovarii Serosum
Kista Germinal Kista Endometroid
Kista Dermoid
2.1.4 Diagnosisi

Diagnosis tentu ditegakan berdasarkan anamnesis gejala-gejala yang ada


secara klinis, pemeriksaan fisik yang baik dan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan.

Gejala Klinis

Kebanyakan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala klinis atau


asimptomatis. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan
kista yang sudah cukup besar atau komplikasi akibat tumor tersebut.1

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit
nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar,
atau akibat terpuntirnya kista dapat menimbulkan keluhan nyeri. Pemastian
penyakit tidak biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan
setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang
serius.1

Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium:

Benjolan, perut terasa penuh, berat, kembung.

Penekanan pada saluran kemih, saluran cerna, sulit berkemih, defekasi.

Haid tak teratur.

Nyeri, apabila kista teruntir atau ruptur

Nyeri senggama.

Mual, ingin muntah seperti pada saat hamil.

Pemeriksaan Fisik

Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan
ascites yang pasif.1,2

Pemeriksaan Penunjang

a. USG
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam
rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging
yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular,
dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal
echo. Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista
fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista
inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul
ke dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga
kista neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista ovarium dengan
hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG endovaginal dapat
memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur pelvis.
Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh. USG
transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa
yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini
memerlukan kandung kemih yang penuh.1
b. CT scan dan MRI
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam
kasus keganasan ovarium.1
c. Ca 125
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium.Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel
ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml
adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan
karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan meningkat pada
kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.1

2.1.5 Tatalaksana

Tindakan operasi pada tumor neoplastik yang tidak ganas adalah


pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Apabila tumor berukuran besar atau disertai komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium dengan pengangkatan tuba.1

Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan terapi.


Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang berukuran
kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal dianggap aman untuk
dilakukan terapi, namun dimonitor dengan pemeriksaan USG serial. Sedangkan
untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman
untuk tidak dilakukan terapi.1

Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita


postmenopause, perimenopause dan wanita premenopause yang lebih tua dari 35
tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta berisiko menyebabkan karsinoma
ovarium. Jika keadaan meragukan perlu dilakukan pemeriksaan sediaan yang
dibekukan (frozen section) untuk memastikan ganas atau tidak.1

2.2 Karsinoma Endometrium

2.2.1 Definisi

Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel


epitel primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi grandular dan
berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas
endometrium adalah adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid atau
karsinoma tipe sel squamous (5-10%), adenoakantoma dan adenosquamous(30%),
sarkoma uterin (1-5%).2

Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis neoplasma


yang memiliki dua model pathogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1 yang
estrogen dependent dan mempunyai prognosis lebih baik, dan karsinoma
endometrium tipe 2 non- estrogen dependent yang lebih agresif dan berprognosis
lebih buruk.3

2.2.2 Insidensi

Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam


yang paling sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000
kasus baru yang dilaporkan pada 2008, terhitung 5 % dari semua kasus keganasan
baru pada wanita. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara maju seperti
Amerika, negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur dan insiden lebih rendah
di Afrika timur. Tingkat kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan
usia juga meningkat di negara-negara berkembang.3

Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring


pertambahan usia berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan
sebagian Eropa) sampai kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan
Asia). Resiko karsinoma endometrium meningkat seiring usia, dimana
kebanyakan kasus terdiagnosa setelah menopause. 3

Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi


kanker endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang
cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan
penderita di negara-negara barat dan eropa (berusia>50 tahun terbanyak),
kemungkinan disebabkan di indonesia pengguanaan TSH masih sangat jarang.
Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah penderita kanker ini di negara
Barat dan Eropa di era tahun 70-an.2
2.2.3 Etiologi

Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan


endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber
endogen dan eksogen lain. Kanker yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen
dependent ) ini cenderung untuk mengalami hiperplasia dan berdiferensiasi lebih
baik, dan secara umum punya prognosis baik. Sementara itu, tipe kanker
endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non estrogen dependent)
berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi jelek dan lebih agresif.
Banyak kasus karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor
resiko yang sudah diketahui seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa
studi menunjukan bahwa sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang
merupakan komponen dari sindrom metabolik, dapat berperan dalam pathogenesis
karsinoma endometrium. 2,3

2.2.4 Faktor resiko

Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai resiko


tiga kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Berbeda
dengan kanker payudara, usia pertama melahirkan tidak memperlihatkan adanya
hubungan terhadap terjadinya kanker ini walaupun masa laktasi yang panjang
dapat berperan sebagai proteksi.2

Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor resiko untuk kanker


endometrium didukung oleh penelitian- penelitian yang menunjukkan resiko yang
lebih tinggi untuk nulipara dibanding wanita yang tidak pernah
menikah.Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas
dihubungkan dengan resiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi
(terekspos estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar
androstenodion serum yang tinggi (kelebihan androstenodion dikonversi menjadi
estrone), tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan dan efek dari
kadar estrogen bebas dalam serum rendah pada nulipara. 2,3

Usia menarche dini (<12 tahun) berhubungan dengan meningkatnya faktor


resiko kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Kebanyakan
penelitian juga menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung
terhadap resiko meningkatnya kanker ini. sekitar 70% dari semua wanita yang
didiagnosis kanker endometrium adalah pascamenopause.2

Selain yang disebutkan diatas, faktor-faktor resiko yang masih terus diteliti
mempunyai hubungan erat dengan kanker ini adalah obesitas, diabetes melitus,
hipertensi, asupan gula, kopi, merokok, penggunaan tamoxifen, dan kebiasaan
(aktivitas fisik,waktu duduk atau berbaring). Resiko karsinoma karena obesitas
dihubungkan dengan kecenderungan peningkatan kadar estrogen yang terjadi
akibat perubahan jaringan lemak oleh hormon androgen menjadi estrogen.
Sedangkan asupan gula yang tinggi berujung pada kondisi hiperinsulinemia, yang
meningkatkan bioavabilitas IGF-1 (insulin- like growth factor-1) sehingga
menstimulasi pertumbuhan sel. Asupan gula dan diabetes juga meningkatkan
resiko karsinoma endometrium dengan meningkatkan stres oxidatif. 3

Penyakit- penyakit yang diteliti memiliki resiko langsung menjadi


karsinoma endometrium adalah sindroma polikistik ovarium dan adanya tumor
ovarium, dimana keduanya memiliki dampak menimbulkan ketidakseimbangan
hormon, peningkatan produksi estrogen yang akhirnya mengarah pada karsinoma
endometrium. Selain penyakit, penggunaan obat tamoxifen untuk penatalaksanaan
kanker payudara memiliki pengaruh lain pada jaringan uterus. Pada jaringan
uterus, obat ini bertindak seperti estrogen, sehingga bagi wanita yang telah
menopause, pengaruhnya dapat membuat pertumbuhan lapisan endometrium
secara berlebihan, namun resikonya masih rendah (kurang dari 1% kasus). 5

2.2.5 Gejala dan tanda

Diagnosis dini dari karsinoma endometrium hampir sepenuhnya


bergantung pada pengetahuan dan kesadaran pasien akan adanya perdarahan
pervaginam yang tidak teratur. Sebagian besar keluhan utama yang diderita pasien
kanker endometrium adalah perdarahan abnormal pascamenopause bagi pasien
yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum
menopause. Seorang klinisi harus mengevaluasi dengan teliti adanya perdarahan
saat menstruasi yang berlebihan atau bercak darah. Karena beberapa kelainan atau
tumor jinak juga memberikan gejala serupa. Selain itu keluahan yang dapat
menyertai adalah :

- Keluhan keluar sekret putih atau merah muda dari vagina

- Keluhan nyeri perut bawah atau panggul yang menetap 2 minggu atau lebih

- Nyeri saat berhubungan sex

Sayangnya, kebanyakan pasien tidak langsung mendatangi tenaga medis


saat sampai terjadi perdarahan berbulan-bulan, tahun, atau perdarahan yang
berlebihan dan irregular. Pasien dengan tipe Papillary serous tumour atau clear
cell tumour sering datang dengan gejala dan tanda yang mengindikasikan
karsinoma epitel ovarium yang sudah memberat. Tipe papillary serous tumour dan
clear cell tumour adalah termasuk karsinoma endometrium tipe 2 yang
berkembang agresif dan memiliki prognostik cenderung lebih buruk. Tipe
papillary serous tumour (insidensinya 5-10% dari seluruh kasus) adalah jenis yang
tumbuh dari sel endometrium yang atrhropi ( biasanya dari wanita lansia) yang
memiliki tipikal histologik pertumbuhan selnya lebih tidak beraturan, adanya
keratinisasi dengan inti yang atipik. Karsinoma endometrium tipe 2 yang mayor
lainnya adalah clear cell tumour dengan insiden lebih rendah ( <5%). Secara
mikroskopik, penampakannya lebih predominan solid, kistik dan tubular atau
dapat bercampur (mixed) dari dua atau lebih bentuk ini.3,4

2.2.6 Diagnosis

Untuk mengevaluasi perdarahan intrauterine abnormal, diagnosis


dilakukan dengan biopsi endometrium. Namun, pada pasien yang tidak dapat
dilakukan biopsi endometrium karena stenosis servikal atau gejala tetap bertahan
walaupun hasil biopsi normal, maka dapat dilakukan dilatasi dan kuretase dengan
anastesi. Prosedur dilatasi dan kuretase sampai saat ini merupakan baku emas
untuk diagnosis kanker endometrium.2

Melalui pemeriksaan mikroskopik biopsi endometrium dan kuret


endoserviks biasanya dapat ditegakkan diagnosis adenokarsinoma jenis
endometrioid atau musinous, tapi jarang dapat dihubungkan dengan lesi awal
berupa adenokarsinoma serviks insitu atau hiperplasia atipik pada endometrium.
Terlebih lagi gambaran histologik kanker endometrium sering tumpang tindih
atau terkontaminasi dengan sel-sel endoserviks. Padahal, darimana pertumbuhan
tumor berasal, apakah dari endometrium atau endoserviks mempengaruhi pilihan
terapi jenis pembedahan dan pascapembedahan) yang akan dilakukan. Penelitian
terakhir di Jakarta menyatakan bahwa pemeriksaan kimia dengan vimentin dapat
membantu membedakan kanker endometrium dan kanker endoserviks, khususnya
pada gambaran histologi tumpang tindih dengan sensitivitas (93,7%) dan
spesifitas (94,4%) yang cukup tinggi.2,3

Penggunaan histeroskopi untuk deteksi dini (prosedur diagnostik dengan


melihat langsung kedalam uterus dengan histeroskop yang biasanya dilakukan
bersamaan dengan dilatasi dan kuretase) memiliki sensitifitas dan spesifitas yang
tinggi dalam mendiagnosis dan mengevaluasi uterus jika dicurigai ada lesi awal
karsinoma endometrium. Pada penelitian Yela (2009) menunjukan hasil
sensitifitas 96,5% dan spesifitas 93,6% bagi histeroskopi dalam mengenali lesi
intra uterin pada pasien menopause dengan perdarahan pervaginam, termasuk lesi
awal karsinoma endometrium.7

Satu-satunya tumor marker klinis yang berguna dalam penatalaksanaan


kanker endometrium adalah jumlah serum CA-125. Secara langsung, peningkatan
jumlah serum ini menunjukan progresivitas penyakitnya (sensitivitas 63% dan
spesifitas 88% pada level cuttoff 35 U/mL). Dalam aplikasinya, pada pasien
tingkat lanjut, serum ini dapat membantu mengevaluasi respon terhadap terapi
selama dalam penanganan. Namun, meskipun evaluasi serum ini cukup bermakna,
biasanya penemuan klinis lain masih terbatas.3,10

Penggunaan radiologi pada karsinoma endometrium juga masih terbatas.


Secara umum, pada wanita dengan karsinoma endometrium tipe 1 yang
progresifitasnya lebih baik, foto thoraks adalah satu-satunya evaluasi radiologis
yang dibutuhkan dalam diagnosa preoperativ. Visualisasi menggunakan
Computed tomography (CT) atau Magnetic Resonance (MR) biasanya tidak
banyak dibutuhkan. Namun dalam beberapa kasus, MRI dapat membantu
membedakan karsinoma endometrium dan perluasan dari karsinoma serviks
primer. Penelitian Yela (2009) menunjukan penggunaan USG transvaginal juga
memiliki hasil yang memuaskan dalam diagnostik kelainan uterus. USG
transvaginal dapat mendeteksi lesi pada endometrium dengan ketebalan lebih dari
4-5cm sehingga sangat akurat dalam mendeteksi polip, mioma, hiperplasia
ataupun karsinoma endometrium. 2,7

Histologi

Umumnya (70-75% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah


endometrial/endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari
jaringan kelenjar atau karsinoma yang memiliki karakteristik sel-sel tumornya
membentuk struktur seperti kelenjar sehingga membedakan dengan jaringan
endometrium normal. Adanya karsinoma tipe endometrium tipe ini biasanya
dihubungkan dengan tumor grade rendah dan invasi ke miometrium yang kurang
masiv. Namun, ketika komponen kelenjar berkurang dan diganti dengan jaringan
solid dan sel berlapis, tumor ini akan diklasifikasi sebagai grade yang tinggi,
sebagai tambahan, endometrium yang atropi biasanya lebih dihubungkan dengan
lesi pre-kanker grade tinggi yang umumnya bermetastase.(3) Empat varian dari
tipe endometrioid dan tipe histologis lainnya dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Berdasarkan histopathologinya, terdapat 2 jenis kanker endometrium,
yaitu adenokarsinoma endometrium tipe 1 dengan karakteristik berdiferensiasi
baik dan invasi secara superfisial. Tipe ini sensitif terhadap progesteron dan
penderita cenderung memiliki prognosis yang baik. Adenokarsinoma
endometrium tipe 2 berdiferensiasi dengan buruk atau bertipe histologik yang
agresif (clear cell, papillary serous) dan berinvasi ke miometrium. Prognosis
penderita tipe ini kurang baik dan memiliki survival rate yang lebih rendah
dibanding penderita tipe 1. Selain itu pada beberapa jenis adenokarsinoma
endometrium tipe 2 ditemukan peningkatan molekul-molekul yang umumnya
ditemukan pada tipe 1, ini mengindikasikan bahwa adenokarsinoma endometrium
tipe 2 dapat terjadi sebagai perburukan dari tipe 1 yang telah ada sebelumnya. 4

Stadium

Pada literatur lama, terdapat 2 jenis stadium pada kanker endometrium,


yaitu stadium klinis dan stadium surgikal. Stadium klinik bertujuan untuk
menentukan jenis terapi yang akan diberikan, sedangkan stadium surgikal
bertujuan untuk menentukan terapi adjuvannya.2,4

Kini penentuan stadium telah bergeser dari stadium klinik ke stadium


surgikal/operasi. Akan tetapi stadium klinik masih dipergunakan bila penderita
dipertimbangkan tidak dapat menjalani proses pembedahan. Pembagian stadium
menurut FIGO (the International Federation of Gynecology and Obstetric) 2009
terlampir dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pembagian Stadium FIGO 2009 (4)

Penilaian FIGO secara pathologis meliputi3 :

- Kedalaman invasi ke miometrium (ratio invasi dan total ketebalan miometrium.

- Keterlibatan serviks (invasi stroma/glandular)

- Ukuran tumor dan lokasi ( fundus, segmen bawah rahim, atau serviks)

- Meluasnya tumor ke tuba fallopi dan ovarium.

- Grade tumor dan tipe histologis sel

- Invasi ke kelenjar lmfe dan pembuluh darah /Lymphovascular space

invasion (LVSI)

- Status kelenjar limfe. Tingkat insidensi keterlibatan kelenjar limfe dalam


Klasifikasi FIGO ; stage IA :5%, IB :10%, IC; 15%, II: 20%, III : 55%.

Gambar 2.1 Gambaran Pembagian stadium karsinoma endometrium FIGO 20093

Sumber : Williams Gynecology. Second Edition. McGraw-Hill Companies.Inc.


United States. 2008

Grade

Pada grade 1 lesi minimal dengan kecenderungan belum menyebar keluar


uterus, tumor grade 2 memiliki prognosis sedang / intermediet, dan grade 3
identik dengan meningkatnya potensi invasi dalam miometrium serta metastase
nodular ke jaringan luar. Metastase kgb pelvis dan para aorta meningkat dengan
meningkatnya grade. Pembagian karsinoma endometrium dalam grade yang
paling umum digunakan di seluruh dunia adalah berdasarkan FIGO.4
Tabel 2.3 Kriteria Histopatologik untuk menentukan grade FIGO3

Untuk menentukan stadium surgikal kanker uterus, dua faktor prognosis-


grade dan kedalaman invasi miometrium harus dicantumkan dalam penulisannya.

2.2.7 Terapi

Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan


pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi,
sedangkan staging surgikal (surgical staging) yang meliputi histerktomi simpel
dan pengambilan contoh kelenjar getah bening para aorta adalah penatalaksanaan
umum adenokarsinoma endometrium. Staging surgikal dengan bantuan
laparoskopi untuk kanker endometrium stadium 1 telah banyak dilaporkan, yaitu
meliputi histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi disertai
limpadenektomi kgb pelvis dan para-aorta.2,3

Pembedahan

Pasien dengan karsinoma endometrium sebagian besar harus menjalani


histerektomi. Penentuan stadium surgikal meliputi insisi mediana, bilasan
peritoneum, eksplorasi metastasis, histerektomi total, salpingo ooforektomi
bilateral, limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta. Beberapa
ahli hanya melakukan sampel biopsi pada kelenjar getah bening, terutama pada
yang mengalami pembesaran.2,6
Pada stadium II dimana terbukti ada keterlibatan endoserviks, prosedur
pengangkatan uterus dilakukan secara radikal (histerektomi radikal). Akan tetapi,
beberapa ahli tetap melakukan histerktomi total apabila diyakini bahwa keganasan
memang berasal dari endometrium, dengan alasan lokasi kekambuhan terbanyak
pada vagina dan angka kekambuhan yang kurang dari 10%.(2,6) Pada stadium III
dan IV dapat dilakukan radiasi, dan/ atau kemoterapi. Penanganan pasien stage III
dan IV sangat bersifat individual dengan radiasi dan kemoterapi. Pada beberapa
literatur untuk stage III dan IV dengan metastase masih menganjurkan dilakukan
histerektomi paliativ dengan pengangakatan kedua tuba dan ovarium serta eksisi
metastase bila mungkin, tergantung kondisi pasien, manfaat yang diharapkan dan
keputusan tim ahli. Pembedahan dapat diikuti dengan terapi radiasi dan
kemoterapi.2,4

Radioterapi

Stadium I dan II yang inoperabel secara medis hanya diberi terapi radiasi,
angka ketahanan hidup 5 tahunnya menurun 20-30 % dibanding pasien dengan
terapi operatif dan radiasi. Pada pasien dengan resiko rendah (stadium IA grade
1atau 2) tidak memerlukan radiasi ajuvan pascaoperasi.

Radiasi ajuvan diberikan pada

- Penderita stadium 1, apabila berusia diatas 60 tahun, grade III dan atau

invasi melebihi setengah miometrium.

- Penderita stadium II A/II B, grade I,II,III

Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberikan terapi secara tersendiri.2,3

Terapi medikamentosa

Kemoterapi

a. Cisplatin dan doxorubicin adalah agen yang paling sensitif


b. Agen kemoterapi lain adalah paclitaxel, doxorubicin, dan ifosfamide.

Hormon

Tumor yang mempunyai reseptor estrogen dan progesteron akan


memberikan respon yang lebih baik terhadap terapi hormon. Pemberian progestin
oral sama efektifnya dengan pemberian intramuskular. Sepertiga pasien yang
mengalami kekambuhan memberikan respon terhadap progestin 2,3

Dosis yang dianjurkan :

- Depo-Provera, 400mg IM per minggu

- Provera, 200 mg per oral 4 x sehari

- Megastrol acetate (Megace), 800 mg per oral 4 x sehari.


DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009.

2. Helm WC. Ovarian Cyst. eMedicine. Eds. Michel E Riven,et al. 2008

3. Endometrial Cancer 2013 Report. American Institute for Cancer

Research. http://www.dietandcancerreport.org. Diakses pada 28-02-

2015

4. Farid M. Abdul S. Onkologi ginekologi. Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo. Jakarta 2006

5. Barbara L, Hoffman w. Et al. Williams Gynecology. Second Edition.

McGraw-Hill Companies.Inc. United States. 2008

6. Platnois G, Castiglione M. Endometrial Cancer. :ESMO Clinical

Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow up. Annals of

Oncology 21 : V41-V45. 2010.

Anda mungkin juga menyukai