Flokulasi Koagulasi Laporan
Flokulasi Koagulasi Laporan
PENECEMARAN
Koagulasi-Flokulasi
Oleh :
I. TUJUAN
Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi dengan
metode jar test
Mendapatkan dosis optimum dari koagulan
Tawas
Aquadest
Sampel air
III. DASAR TEORI
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karenaadanya gaya
grafitasi. Koagulasi juga merupakan penambahan koagulan dapat menetralkan muatan dan
meruntuhkannya yang berada di sekitar koloid sehingga dapat menggumpal. Sedangkan
koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatannegatif partikel di dalam
suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi
muatan negatip partikel.
Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi. Bila suhu
air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses kagulasi akan berubah
dan merubah pembubuhan dosis koagulan.
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang optimum.
Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu sama lainnya.
Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya
efektivitas daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk larutan lebih
efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu : pengaruh anion
lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium dan magnesium tidak
memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi. Sebaliknya
pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan berlangsung cepat.
Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang rendah maka pembentukan
flok kurang efektif.
Dosis koagulan
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi sangat
tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan Bila pembubuhan koagulan sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan dengan baik.
Kecepatan pengadukan
Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air
(Tjokrokusumo, 19920. Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion
hidroksida pada reaksihidrolisa koagulan.
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang
telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat.
Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga partikel-
partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap
turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan
menyimpannya pada bak flokulasi.
Sebelum tiba di bak flokulasi, air sudah dikoagulasikan, dan sudah memiliki inti flok
(microflocs). Sehingga kini saatnya mendorong inti flok menjadi kumpulan dan membentuk
flok yang lebih besar. Waktu penahanan sekitar 20 sampai 60 menit dibutuhkan, oleh karena
itu bak flokulasi harus 50 kali lebih besar dari unit kecepatan pengadukan. Pergejolakan yang
lembut diperlukan pada unit ini untuk menaikkan pengadukkan dengan seksama. Meskipun
pengadukan seharusnya tidak terlalu keras karena akan menyebabkan rusaknya flok yang
sudah terbentuk. Bak flokulasi dikategorikan menjadi tipe aliran mendatar (axial flow
type/hydraulic) atau tipe aliran melintang (cross flow type/mechanical).
Flokulasi menyebabkan peningkatan ukuran dan densitas dari partikel yang terkoagulasi,
menghasilkan pengendapan partikel-partikel flok yang lebih cepat. Kecepatannya mungkin
akan terakselerasi lebih lanjut dengan adanya penambahan flokulan. Flokulan merupakan
senyawa yang digunakan untuk membentuk senyawa dari polutan yang mudah mengendap
dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar dengan suatu reaksi kimia.
Flokulan yang biasanya digunakan dalam proses flokulasi adalah tawas (Al2(SO4)3, kapur
(CaO), dan polyaluminium chloride (PAC). Flokulan juga dapat berupa polielektrolit seperti
polisakarida dan asam poliamino yang dihasilkan atau dieksresikan oleh bakteri selama
pertumbuhan bakteri tersebut.
Penggunaan tawas, kapur dan PAC sebagai flokulan mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu:
Penggunaan tawas dan PAC mengakibatkan air menjadi asam karena pembentukan sulfat
dalam air mencapai 550 mg/L yang dapat mengganggu kesehatan manusia apabila
dikonsumsi. Asam juga dapat mengakibatkan korosi benda-benda dari logam.
Pembentukan asam mengakibatkan kebutuhan penetral, yaitu NaOH, menjadi lebih
banyak sehingga tidak ekonomis.
Kapur dapat membuat air menjadi sadah karena adanya ion kalsium.
Ada dua jenis proses flokulasi yaitu :
Flokulasi perikinetik
Flok yang diakibatkan oleh adanya gerak thermal (panas) yang dikenal sebagai gerak
Brown, prosesnya disebut flokulasi perikinetik. Gerak acak dari partikel-partikel koloid yang
ditimbulkan karena adanya tumbuhan molekul-molekul air, akan mengakibatkan terjadinya
gabungan antar partikel lebih sangat kecil 1 < 100 milimikron (Sank R.K, 1986).
Flokulasi orthokinetik
Flokulasi orthokinetik adalah suatu proses terbentuknya flok yang diakibatkan oleh
terbentuknya gerak media (air) misalnya pengadukan (Sank R.K, 1986). Pada umumnya
kecepatan aliran cairan akan berubah terhadap tempat dan waktu. Perubahan kecepatan dari
satu titik ke titik lainnya dikeal sebagai gradien kecepatan, dengan notasi G. Dengan adanya
perbedaan kecepatan aliran media cair akan mempunyai aliran kecepatan yang berbeda pula
akibatnya akan terjadi tumbukan atau kontak antar partikel.
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapafaktor yang harus
diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
7. Penetapan pH pada proses koagulasi
Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida
relatif tidak terlarut
Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi
operasi optimum pada proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini dapat menentukan
nilai pH, variasi dalam penambahandosis koagulan atau polimer, kecepatan putar, variasi
jenis koagulan ataujenis polimer, pada skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan
pengolahan air yang sebenarnya.
Metode Jar Test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi untuk menghilangkan
padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat zat organik yang dapat menyebabkan masalah
kekeruhan, bau, dan rasa. Jar Test mensimulasikan beberapa tipe pengadukan dan
pengendapan yang terjadi di clarification plant pada skala laboratorium. Dalam skala
laboratorium, memungkinkan untuk dilakukannya 6 tes individual yang dijalankan secara
bersamaan. Jartest memiliki variabel kecepatan putar pengaduk yang dapat mengontrol energi
yang diperlukan untuk proses.
Prinsip jar test suatu larutan koloid yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat
dianggap stabil bila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek
(beberapa jam).
2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang
lebihbesar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan elektrostatis antara partikel
satudengan yang lainnya. Dengan pembubuhan koagulan tersebut, maka stabilitas akan
terganggu karena :
Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air, molekul-molekul ini dapat
menempelpada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian
molekul Albermuatan positif sedangkan koloid bisanya bermuatan negatif (pada pH 5
8).
Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al(OH) 3yang
dapat mengurung koloid dan membawanya kebawah.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi proses flokulasi dan koagulasi ini adalah suhu, pH, kekeruhan serta
konsentrasi tawas. Tawas akan menjernihkan air jika konsentrasi tawas denga volume sampel
air pas. Sedangkan jika konsentrasi tawas tersebut tidak seimbang atau terlalu banyak dari
volume air maka akan mengeruhkan air. Pada percobaan ini kondisi pengendapan optimum
sampel air sumur didapat pada penambahan tawas 25ml dengan volume 400ml. Sifat fisik
sampel air pada penambahan tawas 25ml tersebut yaitu turbidity 996, cond log 25,2 mg/l,
TDS log 12, tidak mengadung garam dan warnanya bening kekuningan.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Hilwatullisan.penuntun praktikum teknik pengolahan limbah 2012. Palembang.
Polsri
http://envist2.blogspot.com/2009/05/flokulasi.html
http://redoxct.blogspot.com/2009/01/air-adalah-sumber-kehidupan-air-juga.html
http://evynurhidayah.wordpress.com/2012/01/17/laporan-jartest/