PENDAHULUAN
Oleh sebab itu makalah ini akan membahas mengenai muamalat, agar
pengertian muamalat sendiri bisa dipahami dengan jelas dan benar.
1. Tujuan Umum
Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami Hukum Islam tentang Muamalat
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah in yaitu untuk meyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Ekonomi Islam
1
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian
utama, dan bagian akhir. Pada bagian awal yaitu cover , kata pengantar dan daftar
isi.
Kemudian pada bagian utama penulis membagi menjadi empat bab yaitu :
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari :
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Sistematika Penulisan
5. Manfaat Pembahasan
BAB 2
LANDASAN TEORI
Secara bahasa, muamalat berasal dari kata amala, yuamilu, atau muamalat
yang bermakna perilaku terhadap orang lain karena ada hubungan kepentingan.
Menurut Fiqih, Muamalat merupakan tukar menukar barang atau sesuatu yang
member manfaat dengan cara yang ditentukan.
2
Pengertian muamalat secara luas bisa disampaikan sebagai segala ancaman
peraturan yang mengatur hubungan antar sesama manusia, antara manusia
dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan lingkungan disekitarnya.
Itu sebabnya hakikat dan konsep mengenai muamalat tidak bisa lepas dari
kehidpan manusia sebagai makhluk social yang selalu berhubungan dengan
sesame dan segala hal yang ada disekelilingnya.
Menurut Idris Ahmad, muamalah adalah aturan Allah SWT yang paling
baik dipakai dalam memenuhi segala keperluan jasmaniah antara manusia
dengan manusia yang lainnya.
3
transaksi ekonomi tidak hanya mengejar keuntungan semata, melainkan juga
berkah yang bisa dipetik dari prosesnya.
Untuk itulah , hakikat dan konsep muamalah ini bisa dijadikan salah satu
pegangan agar bisa menjalani segala proses dalam bidang perekonomian dengan
lebih baik, jujur, hasanah, dan menjauhkan pelakunya dari hal-hal yang tercela.
BAB 3
PEMBAHASAN
a. Pengertian muamalat
Merupakan bagian dari hukum islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk muamalat,
4
seperti jual beli, sewa menyewa, serta usaha perbankan dan asuransi yang
islami.
1. Jual Beli
a. Pengertian, Dasar Hukum, dan Hukum Jual Beli
5
Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual ( yakni
pihak yang menyerahkan/ menjual barang )dan pembeli ( sebagai
pihak yang membayar / membeli barang yang dijual).
Jual beli sebagai sarana tolong menolong sesama manusia , di
dalam islam mempunyai dasar hukum dari Al-quran dan Hadits.
Ayat A;-quran yang menerangkan tentang jual beli antara lain sura
Al-Baqarah, 2:198 dan 275 serta surah An-Nisa , 4:29.
6
3. Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-
Muqayadah ( nilai tukar barang yang dijual bukan berupa
uang tetapi berupa barang ) dan tidak boleh ditukar dengan
barang haram
c. Khiyar
Ialah hak memilih bagi si penjual dan si pembeli untuk meneruskan
jual belinya atau membatalkan karena adanya sesuatu hal, misalnya
ada cacat pada barang.
7
5. Monopoli yaitu menimbun barang agar orang lain tidak
membeli, walapun dengan melampaui harga pasaran.
2. Simpan Pinjam
3. IJARAH
a. Pengertian
Ijarah berasal dari bahasa Arab yang artinya upah atau imbalan
Definisi ijarah menurut ulama mazhab SyafiI adalah transaksi
tertentu terhadap suatu manfaat yang di tuju, bersifat mubah dan
bisa dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.
b. Dasar hukum ijarah
Al quran yang dijadikan sebgaia dasar hukum ijarah ialah QS Az-
ukhruf , 43: 32, Attalaq, 65: 6 dan QS Al-Qasas 28:26.
c. Macam-macam ijarah
1. Ijarah yang bersifat manfaat , seperti sewa-menyewa
2. Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara
memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Ex: tukang jahit, dsb
d. Rukun dan syarat ijarah
1. Kedua orang yang bertransaksi ( akad ) sudah baig dan berakal
sehat
2. Kedua belah pihak tsb bertransaksi dengan kerelaan ( QS An-
Nisa 4:29 )
3. Barang yang akan disewakan ( objek ijarah ) diketahui kondisi
dan manfaatnya oleh penyewa
4. Objek ijarah bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung
dan tidak bercacat
5. Objek ijarah merupakan suatu yang dihalalkan syara
8
6. Hal yang disewakan tidak termasuk suatu kewajiban bagi
penyewa
7. Objek ijarah adalah sesuatu yang biasa disewakan
8. Upah/ sewa dalam transaksi ijarah harus jelas, tertentu, dan
sesuatu yang bernilai harta
9
Sedangkan menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakukan oleh
dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan
tujuan memperoleh keuntungan.
Dari Utsman, yaitu bin al-Aswad, dia berkata, aku diberitahu oleh
Sulaiman bin Abi Muslim,Lantas beliau bersabda, Barang yang (diperoleh)
dengan cara tunai silakan kalian ambil. Sedangkan yang (diperoleh) dengan
10
cara kredit, silakan kalian kembalikan. (HR. Al- Bukhari).
Dari Abdillah bin Umar, dari Rasulullah saw bahwa Rasulullah saw telah
menyerahkan kebun kurma kepada orang- orang Yahudi Khaibar untuk
digarap dengan modal harta mereka. Dan beliau mendapat setengah bagian
dari hasil panennya. (HR. Muslim).
b. Obyek akad yang disebut juga maqud alaihi yang mencakup pekerjaan
atau modal. Adapun syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah
harus halal dan diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat
11
diwakilkan. Dengan demikian, keuntungan syirkah menjadi hak bersama di
antara para syarik (mitra usaha).
c. Akad atau yang disebut juga dengan istilah shighat. Adapun syarat sah akad
harus berupa tasharruf, yaitu adanya aktivitas pengelolaan.
Berikut ini akan dijelaskan masing- masing jenis syirkah yang dimaksud:
a. Syirkah 'Inan
Syirkah 'inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing memberi konstribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini
hukumnya boleh berdasarkan dalil sunnah dan ijma' sahabat. Contoh syirkah
'inan: A dan B sarjana teknik komputer. A dan B sepakat menjalankan bisnis
perakitan komputer dengan membuka pusat service dan penjualan komponen
komputer. Masing- masing memberikan konstribusi modal sebesar Rp. 10
juta dan keduanya sama- sama bekerja dalam syirkah tersebut. Dalam
syirkah jenis ini, modalnya disyaratkan harus berupa uang. Sementara barang
seperti rumah atau mobil yang menjadi fasilitas tidak boleh dijadikan modal,
kecuali jika barang tersebut dihitung nilainya pada saat akad. Keuntungan
didasarkan pada kesepakatan dan kerugian ditanggung oleh masing- masing
syarik (mitra usaha) berdasarkan porsi modal. Jika masing- masing modalnya
50%, maka masing- masing menanggung kerugian sebesar 50%.
b. Syirkah Abdan
12
Syirkah abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing hanya memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal
(amal). Konstribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis
naskah) ataupun kerja fisik (seperti tukang batu). Syirkah ini juga disebut
syirkah 'amal. Contohnya: A dan B sama-sama nelayan dan bersepakat melaut
bersama untuk mencari ikan. Mereka juga sepakat apabila memperoleh ikan
akan dijual dan hasilnya akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan
sebesar 60% dan B sebesar 40%. Dalam syirkah ini tidak disyaratkan
kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja
syirkah abdan terdiri dari beberapa tukang kayu dan tukang batu. Namun,
disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal dan
tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya berburu anjing. Keuntungan
yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan, porsinya boleh sama atau
tidak sama di antara syarik (mitra usaha).
c. Syirkah Wujuh
13
kredit. A dan B bersepakat bahwa masing- masing memiliki 50% dari barang
yang dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi
dua. Sementara harga pokoknya dikembalikan kepada pedagang. Syirkah
wujuh tipe kedua ini keuntungannya dibagi berdasarkan kesepakatan, bukan
berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki, sedangkan kerugian
ditanggung oleh masing- masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang
dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan. Syirkah wujuh
kedua ini hakikatnya termasuk dalam syirkah 'abdan.
d. Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadbah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
menggabungkan semua jenis syirkah di atas. Syirkah Mufawadbah dalam
pengertian ini boleh dipraktikkan. Sebab setiap jenis syirkah yang sah berarti
boleh digabungkan menjadi satu. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis
syirkahnya; yaitu ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal jika
berupa syirkah indn, atau ditanggung pemodal saja jika berupa Mufawadbah,
atau ditanggung mitra- mitra usaha berdasarkan persentase barang dagangan
yang dimiliki jika berupa syirkah wujuh. Contohnya: A adalah pemodal,
berkonstribusi modal kepada B dan C. Kemudian B dan C juga sepakat untuk
berkonstribusi modal untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C. Dalam hal ini, pada awalnya yang
terjadi adalah syirkah 'abdan, yaitu ketika B dan C sepakat masing- masing
bersyirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Namun ketika A
memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga terwujud
mudharabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai
pengelola. Ketika B dan C sepakat bahwa masing- masing memberikan
konstribusi modal, di samping konstribusi kerja, berarti terwujud syirkah inan
di antara B dan C. Ketika B dan C membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujuh
antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telah
14
menggabungkan semua jenis syirkah yang ada dan disebut syirkah
mufawadhah.
B. Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan seluruh modal (shahibul mal), sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola atau pengusaha (mudharib).
1.Musaqah
Menurut ulama ahli fikih, yang dimaksud dengan musaqah adalah
15
kerjasama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik kebun
menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan
dibagi dua menurut prosentase yang ditentukan pada waktu akad.
Konsep musaqah merupakan konsep kerjasama yang saling menguntungkan
antara kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Sebab tidak jarang para
pemilik lahan tidak memiliki waktu luang untuk merawat perkebunannya,
sementara di pihak lain ada petani yang memiliki banyak waktu luang namun
tidak memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya sistem kerjasama
musiqah, masing- masing pihak akan sama- sama mendapatkan manfaat.
Muzaraah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan
dan petani penggarap di mana benih tanamannya berasal dari petani.
Sementera mukhabarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara
pemilik lahan dan petani penggarap di mana benih tanamannya berasal dari
pemilik lahan. Muzaraah memang sering kali diidentikkan dengan
mukhabarah. Namun demikian, keduanya sebenarnya memiliki sedikit
perbedaan. Apabila muzaraah, maka benihnya berasal dari petani penggarap,
sedangkan mukhabarah benihnya berasal dari pemilik lahan.
Muzaraah dan Mukhabarah merupakan bentuk kerjasama pengolahan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa
Rasulullah saw. Dalam hal ini pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan pembagian
prosentase tertentu dari hasil panen. Di Indonesia, khususnya di kawasan
pedesaan, kedua model penggarapan tanah itu sama- sama dipraktikkan oleh
masyarakat petani. Landasan syari'ahnya terdapat dalam hadis dan ijma'
ulama.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
diterangkan bahwa Rasulullah saw pernah menyewakan tanah kepada
penduduk Khaibar dengan perjanjian separuh hasilnya untuk pemilik tanah.
16
Hadits ini telah diriwayatkan oleh beberapa sahabat, di antaranya Ibnu `Umar,
Ibnu 'Abbas dan Jabir bin Abdillah. Riwayat hadis inilah yang dijadikan
landasan oleh ulama yang membolehkan praktik muzaraah dan mukhabarah.
Menurut mereka, muzaraah dan mukhabarah merupakan perkara yang
baik dan juga dikerjakan oleh Rasulullah saw sampai beliau meninggal dunia.
Praktik kerjasama tersebut juga dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin sampai
mereka meninggal dunia dan setelah itu diikuti oleh generasi sesudahnya.
D. Perbankan
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
2. Bank Islam atau Bank Syari'ah, yaitu bank yang menjalankan operasinya
menurut syari'at Islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak
ada dalam bank Islam. Bank syari'ah menggunakan beberapa cara yang bersih
dari riba, misalnya:
17
b. Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusahan di mana
masing- masing sama- sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah
pihak mengelola usahanya secara bersama- sama dan menanggung untung
ruginya secara bersama- sama pula.
18
tidak hanya beredar pada satu golongan, akan tetapi terjadi proses penyebaran
modal yang pada akhirnya terwujud pemerataan keuntungan. Berbeda dengan
bank konvensional yang hanya memprioritaskan penumpukan keuntungan
pada pemilik modal. Dengan demikian, akan tercipta kesenjangan antara si
kaya dan si miskin.
Bank Islam juga bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara langsung
oleh gejolak moneter, baik dalam negeri maupun internasional. Kegiatan
operasional bank syariah tidak menggunakan bunga. Oleh karena itu bank
system ini tidak berdampak inflasi, mendorong investasi, mendorong
pembukaan lapangan kerja baru dan pemerataan pendapatan. Persaingan
diantara bank Islam pun tidak saling mematikan, tetapi saling menghidupi.
Bentuk persaingan antara bank Islam adalah lomba- lomba untuk lebih tinggi
dari yang lain dalam memberikan porsi bagi hasil kepada nasabah.
E. Asuransi (Takaful)
Asuransi dalam ajaran Islam merupakan salah satu upaya seorang muslim
yang didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya
setiap jiwa tidak memiliki daya apapun ketika menerima musibah dari Allah
swt, baik berupa kematian, kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk
yang lain. Untuk menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara
untuk menghadapinya. Pertama dengan menanggungnya sendiri. Kedua,
mengalihkan resiko ke pihak lain. Dan ketiga, mengelolanya bersama- sama.
Dalam ajaran Islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan
masalah kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu.
Apalagi apabila musibah itu mengenai masyarakat luas seperti gempa bumi
atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah tujuan asuransi sangat sesuai dengan
semangat ajaran tersebut.
Allah SWT swt menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, diantaranya yang
terdapat dalam Surah al-Maidah berikut ini:
19
Artinya :
Banyak pula hadis Rasulullah saw yang memerintahkan umat Islam untuk
saling melindungi saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat
Al- Qur'an dan riwayat hadis dapat dipahami bahwa musibah ataupun resiko
kerugian akibat musibah wajib ditanggung bersama. Bukan setiap individu
menanggungnya sendirisendiri dan tidak pula dialihkan ke pihak lain. Prinsip
menanggung musibah secara bersama-sama inilah yang sesungguhnya esensi
dari asuransi syari'ah.
Tentu saja prinsip tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem asuransi
konvensional, yang menggunakan prinsip transfer resiko. Seseorang
membayar sejumlah premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu dia
pikul kepada perusahaan asuransi. Dengan kata lain, telah terjadi 'jual beli'
atas risiko kerugian yang belum pasti terjadi. Di sinilah cacat perjanjian
asuransi konvensional. Sebab akad dalam Islam mensyaratkan adanya sesuatu
yang bersifat pasti, apakah itu berbentuk barang ataupun jasa.
20
Setidaknya, ada manfaat yang bisa diambil kaum muslimin dengan terlibat
dalam asuransi syari'ah, di antaranya bisa menjadi alternatif perlindungan
yang sesuai dengan hukum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan bagi
pemeluk agama lain yang memandang konsep syari'ah lebih adil bagi mereka.
Karena syari'ah merupakan sebuah prinsip yang bersifat universal.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Landasan agama bisa menjadi filter agar proses transaksi bisa berjalan
dengan baik dan lancar tanpa adanya kecurangan sedikitpun. Menjalankan
sebuah transaksi ekonomi tidak hanya mengejar keuntungan semata, melainkan
juga berkah yang bisa dipetik dari prosesnya.
21
Untuk itulah , hakikat dan konsep muamalah ini bisa dijadikan salah satu
pegangan agar bisa menjalani segala proses dalam bidang perekonomian dengan
lebih baik, jujur, hasanah, dan menjauhkan pelakunya dari hal-hal yang tercela.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan
DAFTAR PUSTAKA
http://panduanpercuma.info/agama/1387/pengertian-muamalat-dalam-islam/
http://myosaasha.blogspot.in/
http://dilihatya.com/2209/pengertian-muamalah-menurut-para-ahli
http://solikhaton.blogspot.in/2014/01/makalah-ekonomi-muamalah-
islam.html
22
23