Anda di halaman 1dari 22

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Diare
a. Definisi
Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan demikian
kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya. (Daldiyono, 1997)
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. (Suradi dan Rita, 2001)
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), dengan ada atau tanpa darah dan atau lendir.
(Kapita selekta, 2007)

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.

Diare di klasifikasikan menjadi dua,yaitu (Kapita selekta, 2007)

a) Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
dan anak sebelumnya sehat.
b) Diare Kronis
Diare kronis adalah suatu keadaan bertambahnya kekaratan dan
kecairan buang air besar. Masih dianggap normal jika frekuensinya
dalam sehari sekitar 1-3x/hari dan banyakanya 200-250 gram sehari.
Diare kronis timbul perlahan-lahan, berlanjtu berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan baik menetap maupun bertambah hebat.

b. Etiologi
Penyakit diare disebabkan oleh (Kapita selekta, 2007):
1) Infeksi
a) Bakteri seperti Shigella, Salmonella,E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus
cereus Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus,
Campylobacter aeromonas.
b) Virus seperti Rotavirus, Norwalk/Norwalk like agent, Adenovirus
protozoa, Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli.
c) Parasit seperti cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides,
Jamur, Candida
2) Malabsorpsi
a) Karbohidrat seperti Disakarida (Laktosa, Maltosa, Sukrosa) dan
Monosakarida (glukosa, fruktosa, Galaktosa)
b) Lemak terutama Long Chain Triglyceride
c) Protein seperti Asam amino, B lactoglobulin
3) Makanan zat besi, belum waktunya diberikan
4) Keracunan makanan (bakteri: Clostridium botulinum, Stafilokokus)
atau makanan yang bercampur racun (bahan kimia)
5) Alergi susu, alergi makanan, Cows milk protein sensitive enteropathy
(CMPSE)
6) Gangguan imunodefisiensi
Usus merupakan organ utama dari daya pertahanan tubuh. Defisiensi
dari SIg A dan CMI akan menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi
infeksi dan investasi parasit dalam usus. Akibatnya bakteri, virus,
parasite dan jamur akan masuk kedalam usus dan berkembang biak
dengan leluasa sehingga terjadi overgrowth dengan akibat lebih lanjur
berupa diare kronik dan malabsorbsi makanan
c. Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Karena seringnya defekasi,
anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat
banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus. Gejala diare dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.bila
penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi.
Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun mulai cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering. (Kapita selekta, 2007)

d. Patofisiologi Diare

e. Komplikasi
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi
sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau
pengobatan yang diberikan. Berikut komplikasi yang paling penting walaupun
jarang. (Kapita selekta, 2007):
a) Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1tahun (khususnya bayi
berumur kurang 6bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah
dengan intake cairan/makanan kurang, atau cairan diminum mengandung
terlalu banyak Na. pada bayi juga terjadi jika setelah diare sembuh diberi
oralit dalam jumlah berlebihan.
b) Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang sedikit/tidak
mengandung natrium. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatrimea
c) Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Pada
umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi
kedalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi.
Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya tidak tinggi dan akan
menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin di ikuti kejang demam.
d) Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak
e) Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena
infeksi, illeus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang
berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan
karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
f) Gagal ginjal akut (GGA)
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh
dalam 5-7 hari. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan. (Kapita
selekta, 2007):
1) Pemeriksaan tinja; makroskopik dan mikroskopik, biakan kuman, tes
resistensi terhadap berbagia antibiotika, pH dan kadar gula jika diduga
intoleransi laktosa
2) Pemeriksaan darah; darah lengkap (leokosit, hemoglobin, trombosit,
pemeriksaan elektrolit, kadar ureum,LED)
3) Intubasi duodenal; pada diare kronik untuk mencari kuman penyebab
g. Penatalaksanaan Medis

Rehidrasi

1. Oral

a. Oralit

Digunakan untuk mengatasi dehidrasi (kekurangan cairan). Merupakan


terapi supportit, tetapi wajib diberikan kepada anak-anak dan lansia krn
merupakan terapi lini pertama.

Biasanya mengandung NaCl, glukosa, KCl, dan Na sitrat. Tersedia dlm


bentuk serbuk dan dalam bentuk larutan.

b. Penghambat motilitas

Bekerja dengan menghambat kerja asetilkolin sehingga tjd efek


antikolinergik yg dpt mengurangi motilitas/kontraksi sal cerna.

Contoh obatnya: loperamid HCl dan defenoksilat. Tidak untuk kasus


diare akut pd anak-anak. ES-nya: kram GI, drowsiness (ngantuk), dan
dizziness (pusing)

Obat ini biasa diberikan pd diare berat atau diare yg berlangsung > 2
hari.

c. Adsorben
Cara kerjanya mengadsorbsi toksin, mikroba serta melindungi mukosa
usus dari rangsangan zat asing yg dapat mengganggu peristaltik usus, dapat
juga membuat massa feses menjadi lebih keras krn bersifat sbg pengental.

Contoh obatnya: kaolin, pektin, metil selulosa, atapulgit, arang aktif, dan
norit.

2. Intra vena

Cairan IV diklasifikasikan sebagai larutan isotonik, hipotonik, atau


hipertonik yang tergantung pada efek cairan dan komponen cairan intra sel
(CIS) dan cairan ekstra sel (CES).

1) Larutan isotonik
Larutan isotonik digunakan untuk menambah volume CES. Larutan ini
mengandung konsentrasi larutan yang sama dengan cairan tubuh dan
menghasilkan tekanan osmotik yang sama dengan CES dalam keadaan
normal atau stabil.
Larutan NaCl 0,9%, RL, dan dextrose 5% semua berfungsi sebagai larutan
isotonik. Jika larutan isotonik diinfuskan kedalam sistem intravaskuler,
volume cairan meningkat. Satu liter larutan isotonik menambah CES dengan
satu liter, tiga liter cairan isotonik diperlikan untuk mengganti 1 liter darah
yang hilang.
Berdasarkan konsentrasinya, larutan isotonik dibedakan menjadi larutan
kristaloid (untuk dehidrasi) dan larutan koloid (untuk hipovolemia. Larutan
koloid bisa bertahan didalam sistem vaskuler > 20 jam.

2) Larutan hipotonik
Larutan hipotonik menghasilkan tekanan osmotikyang lebih randah
daripada CES. Infus cairan hipotonik yang berlebihan dapat menyebabkan
deplesi cairan intravaskuler, hipotensi, edema seluler dan kerusakan sel.
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, pasien dan
infus harus dipantau dengan teliti. NaCl 0,45% dan 0,3% memberikan air,
natrium dan klorida bebas untuk membantu ginjal dalam mengekskresi
solut.
Jangan memberikan aquabidest secara intravena kecuali bila digunakan
sebagai pengencer obat karena akan memberikan efek sangat hipotonik pada
sel darah dan dapat mengebabkan lisis sel darah merah.
3) Larutan hipertonik
Larutan hipertonik menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar
daripada CES, digunakan untuk menggeser CES ke dalam plasma darah
dengan melakukan difusi cairan dari jaringan untuk menyamakan solut
dalam plasma. Kelebihan cairan hipertonik yang cepat dapat menuebabkan
kelebihan (overload) sirkulasi dan dehidrasi. Cairan IV hipertonik adalah
Dextrose 5% dalam NaCl 0,9%, dekstrose 5% dalam RL, dextrose 10% dan
yang lebih besar lagi.
3. Cara penghitungan cairan, dosis obat dan koreksi elektrolit
Perhitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan
obat-obat IV yang aman.
1) Perhitungan kecepatan aliran infus (Brunner dan Suddarth, 2007)
Hal yang perlu diperhatikan; voluke cairan yang diinfuskan, waktu infus
total, kalibrasi set pemberian yang digunakan (jumlah tetesan/ml dalam
paket infuset), menggunakan rumus sebagai berikut
Gtt/mnt dari set x volume total per jam = gtt/mnt
60 mnt

2) Perhitungan obat inotropik/norepineprin (Terapi Intravena, 1998)


Dosis(g) x KgBB x mnt = ......cc/jam K= terlarut (g)
K pelarut (ml)

Obat yang menggunakan rumus tersebut biasanya adalah dopamine


(200mg/amp), dobutamin (250 mg/amp), norepineprin (2, 4, 8 mg/ml)
3) Perhitungan koreksi elektrolit (Terapi Cairan, 2005)
a) Koreksi kalium dan bicarbonat
x BB x (N H) N; nilai normal H; hasil pemeriksaan
laboratorium
b) Koreksi natrium
Na (N H) x BB x total body water (persamaam I)
N ; Na normal (135) H ; Na hasil pemeriksaan total body water ; 60%
Atau dengan perhitungan; ditentukan kenaikan Na yang diinginkan ()
Laki-laki: x 0,6 x BB = ......liter
513
Untuk perempuan : x 0,5 x BB = ......liter
513
Catatan : natrium mulai dikoreksi jika hasil < 125 mEq/L
Maksimal pemberian titrasi 12 mEq/24 jam
BAB III
Asuhan keperawatan diare pada An, N
A. Pengkajian
a. Keadaan Umum
Dimulai dengan keluhan mual, muntah dan diare dengan volume yang banyak, suhu
badan meningkat, nyeri perut klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis.
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah ada riwayat mengalami diare
sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan
candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, OMA
campak, dan penyakit yang sama.
d. Pengkajian Pola Gordon
1. persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
mengkaji pengetahuan klien mengenai penyakitnya.
Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya.
2. pola nutrisi metabolic
nafsu makan klien menurun.
Penurunan berat badan 20% dari berat badan ideal.
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan.

3. pola eliminasi
kaji frekuensi eliminasi tinja klien
klien mengalami BAB juga mengalami gangguan karena terjadi
peningkatan frekuensi, dimana konsistensi lunak sampai cair, volume
tinja dapat sedikit atau banyak.
Kaji pada buang air kecil mengalami penurunan frekuensi dari biasanya.
4. pola aktivitas dan latihan
kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan
kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit
bergerak)
kaji penurunan kekuatan otot
5. pola tidur dan istirahat
kaji pola tidur klien. Klien dengan adanya muntah dan diare serta dapat
juga disebabkan demam sehingga mengganggu pola tidur/istirahat klien.
6. pola kognitif/perceptual
kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa
lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
7. pola persepsi diri/konsep diri
kaji/tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami
sakit.
Kaji dampak sakit terhadap klien
Kaji keinginan klien untuk berubah (mis : melakukan diet sehat dan
latihan).
8. pola peran/hubungan
kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
9. pola seksualitas/reproduksi
kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
10. pola koping/toleransi stress
kaji metode koping yang digunakan klien untuk menghidari stress
system pendukung dalam mengatasi stress
11. pola nilai/kepercayaan
klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang tiap ada
kesempatan.
e. review of system
1. Pernafasan B1 (Breath)
Inspeksi : frekuensi nafas normal (20/menit), Bentuk dada simetris,
penggunaan otot bantu napas tidak tampak.
Perkusi : sonor/redup.
Palpasi : gerakan thorak simetris
Auskultasi : suara napas resonan, tidak ada bunyi yang menunjukkan
gangguan.
2. Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Inspeksi : (-) peningkatan JVP,(-) tanda cyanosis
Perkusi : Perkusi untuk menentukan letak jantung (jantung pada batas kanan
di intercosta 6, atas intercosta 2, kiri intercosta 8, bawah intercosta 4/5) untuk
mengetahui terjadinya kardiomegali.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada letak anatomi jantung.
Auskultasi : Irama jantung regular, tidak ada bunyi jantung tambahan, TD :
90/60 mmHg,Nadi : Bradikardi
3. Persyarafan B3 ( Brain)
Pasien tidak mengalami Pusing, orientasi baik, tidak ada perubahan pupil,
kesadaran kompos metis dengan skala GCS = 15, reflek motorik penilaian
6,reflek pada mata pada penilaian 4,reflek Verbal pada penilaian 5.
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Adanya penurunan intensitas untuk berkemih karena dehidrsi .
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Pada keadaan diare terjadi penurunan ini juga menyababkan Klien menjadi
dehidrasi jadi sistem pencernaan juga terganggu. Pada Px diare terjadinya
peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang menyebabkan
terganggunya absorbsi makanan akibatnya gangguan metabolisme usus,
sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram perut, mual, muntah.

6. Sistem integumen
warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat
celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Klien tampak banyak minum, banyak buang air kecil, kulit kering dan pucat,
bayi sering menangis, tampak kurus karena penurunan berat badan yang cepat,
muntah, kegagalan pertumbuhan, membran mukosa dan kulit kering.
2) Palpasi
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, takikardia,
takipnea, dan adanya nyeri tekan pada abdomen.
3) Auskultasi
Tekanan darah turun (hipotensi).
Bising usus meningkat > 35 x / menit

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium :

a. Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida


b. Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
c. AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni


B. Diagnosa
Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
keluaran cairan aktif haluaran feses yang berlebihan sekunder akibat diare ditandai
dengan BAB lebih dari 5x / hari , klien kurang berkemih, haus, kulit/membrane
mukosa kering, penurunan berat badan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi ditandai
dengan pengungkapan masalah.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare.

C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan / Out
No Intervensi Rasional
keperawatan come
1 Ketidakseimban Setelah diberikan Fluid management
gan volume askep selama 1. Kaji dan Pantau 1. Adanya perubahan TTV
cairan kurang x 24 jam, TTV dan catat menggambarkan status
dari kebutuhan diharapkan adanya jika ada dehidrasi klien.
tubuh kekurangan perubahan Hipovolemia dapat
berhubungan volume cairan 2. Berikan cairan dimanifestasikan oleh
keluaran cairan teratasi, dengan sesuai kebutuhan. hipotensi dan
aktif haluaran kriteria hasil: 3. Catat intake dan takikardia. Perkiraan
cairan yang - TTV dalam output cairan. berat ringannya
berlebihan batas normal/ 4. Monitor dan hipovolemia dapat
sekunder akibat not Timbang berat dibuat ketika tekanan
diare ditandai compromised badan setiap hari. darah sistolik pasien
dengan BAB (skala 5). 5. Monitor status turun lebih dari 10
lebih dari 5x / (Nadi: bayi hidrasi (suhu mmHg dari posisi
hari , klien 120-160x/mnt, tubuh, berbaring ke posisi
kurang toddler 90- kelembaban duduk/berdiri.
berkemih, haus, 140x/mnt,
kulit/membrane prasekolah 80- membran mukosa, 2. Memenuhi kebutuhan
mukosa kering, 110 x/mnt, warna kulit). cairan dalam tubuh.
penurunan berat sekolah 75- 3. Memberikan hasil
badan. 100x/mnt, pengkajian yang terbaik
remaja 60- dari status cairan yang
90x/mnt; RR: sedang berlangsung dan
bayi 35-40 selanjutnya dalam
x/mnt, toddler memberikan cairan
25-32x/mnt, pengganti
anak-anak 20- 4. Mengetahui berapa
30 x/mnt, cairan yang hilang
remaja 16-19 dalam tubuh
x/mnt; TD: 5. Mengetahui tingkat
bayi 85/54 dehidrasi.
mmHg,
toddler 95/65
mmHg,
sekolah 105-
165 mmHg,
remaja 110/65
mmHg; suhu :
Suhu tubuh
36-37,5C)
- Intake dan
output dalam
24 jam
seimbang / not
compromised
(skala 5).
- Kulit/membra
n mukosa
klien lembab /
not
compromised
(skala 5).
- BB klien
tetap/tidak
terjadi
penurunan
berat badan
(mencapai
skala 5).
2 Perubahan nutrisi Setelah diberikan 1. Diskusikan dan 1. R/ Serat tinggi, lemak,air
kurang dari askep selama jelaskan tentang terlalu panas / dingin
kebutuhan tubuh x 24 jam, pembatasan diet dapat merangsang
berhubungan diharapkan (makanan berserat mengiritasi lambung dan
dengan diare atau kebutuhan nutrisi tinggi, berlemak sluran usus.
output berlebihan terpenuhi dan air terlalu
dan intake yang panas atau dingin)
Kriteria :
kurang ditandai 2. Ciptakan 2. R/ situasi yang nyaman,
dengan : lingkungan yang rileks akan merangsang
- Nafsu makan
bersih, jauh dari nafsu makan.
meningkat
Nafsu makan
bau yang tak
- BB
klien menurun.
sedap atau
meningkat
BB menurun
sampah, sajikan
atau normal
dari berat badan
makanan dalam
sesuai umur
awal (10 % dari
keadaan hangat.
berat awal)
3. Berikan jam 3. R/ Mengurangi
istirahat (tidur) pemakaian energi yang
serta kurangi berlebihan
kegiatan yang
berlebihan.
4. Monitor intake 4. R/ Mengetahui jumlah
dan out put dalam output dapat
24 jam. merencenakan jumlah
makanan.
5. R/ Mengandung zat yang
diperlukan , untuk proses
5. Kolaborasi dengan
pertumbuhan.
tim kesehtaan lain
:
a. terapi gizi :
Diet TKTP
rendah serat,
susu.

b. obat-obatan
atau vitamin ( A)
3 Kurang Setelah diberikan Teaching-disease
pengetahuan askep selama process
berhubungan x 24 jam, 1. kaji pengetahuan 1. Mengetahui sejauh
dengan kurangnya diharapkan awal klien mana pengetahuan
paparan informasi pengetahuan mengenai klien tentang
ditandai dengan klien bertambah penyakitnya. penyakitnya.
pengungkapan dengan kriteria 2. Jelaskan 2. Klien mengetahui
masalah. hasil: patofisologi penyebab perubahan
- Klien dan penyakitnya dan fisiologis pada
keluarga bagaimana itu bisa tubuhnya.
mengetahui berpengaruh 3. Klien dan keluarga
definisi Diare. terhadap bentuk dapat mengetahui tanda
- Klien dan dan fungsi tubuh. dan gejala penyakitnya
keluarga 3. Deskripsikan sehingga dapat
mengetahui tanda dan gejala mengetahui jika salah
factor penyakit yang satu keluarga klien
penyebab diderita klien. mengalami salah satu
Diare. 4. Diskusikan terapi gejala dari penyakit
- Klien dan pengobatan yang tersebut.
keluarga diberikan kepada 4. Klien dan kelurga
mengetahui klien. mengetahui terapi yang
tanda dan dijalani untuk
gejala awal 5. Diskusikan penyembuhan penyakit
Diare. perubahan gaya tersebut.
- Klien dan hidup yang 5. Mencegah terjadinya
keluarga dilakukan untuk komplikasi dari
mengetahui mencegah penyakit tersebut.
terapi terjadinya
pengobatan komplikasi dan
yang diberikan atau mengontrol
pada klien proses penyakit
dengan tersebut.
penyakit
Diare.
4 Resiko gangguan Setelah diberikan 1. Diskusikan dan 1. R/ Kebersihan mencegah
integritas kulit askep selama jelaskan perkembang biakan
berhubungan x 24 jam, pentingnya kuman.
dengan diharapkan menjaga tempat
peningkatan integritas kulit tidur.
frekwensi diare, tidak terganggu, 2. Demontrasikan 2. R/ Mencegah terjadinya
ditandai dengan : dengan kriteria serta libatkan iritassi kulit yang tak
- Ada iritasi : hasil: keluarga dalam diharapkan oleh karena
- ada kemerahan, - Tidak terjadi merawat perianal kelebaban dan keasaman
- ada lecet, iritasi : (bila basah dan feses.
- kebersihan kemerahan, mengganti pakaian
tidak terjaga. lecet, bawah serta
kebersihan alasnya).
terjaga 3. Atur posisi tidur 3. R/ Melancarkan
atau duduk dengan vaskularisasi,
- Keluarga
selang waktu 2-3 mengurangi penekanan
mampu
jam yang lama sehingga tak
mendemontrasik
terjadi iskemi dan iritasi .
an perawatan
perianal dengan
baik dan benar.
5. Resiko Setelah diberikan 1. Monitor suhu 1. Mengetahui tingkat
peningkatan suhu askep selama sesering mungkin perubahan suhu
tubuh x 24 jam, 2. Monitor warna, 2. Panas berpengaruh
berhubungan diharapkan tidak dan suhu kulit terhadap kulit
dengan proses ada masalah 3. Monitor tekanan 3. Panas yang berlebih
infeksi skunder dalam suhu darah, nadi, dan dapat berpengaruh
terhadap diare tubuh dengan pernafasan. terhadap kardiorespirasi
skala 4 sehingga 4. Memantau
suhu tubuh 4. Monitor intake keseimbangan cairan
kembali normal dan output. dalam tubuh
atau turun - Menurunkan panas
dengan kriteria 5. Kolaborasi
hasil : dengan tim
- suhu tubuh kesehtaan lain :
dalam Berikan
rentang pengobatan untuk
normal mengatasi
- suhu kulit penyebab demam.
dalam batas
normal nadi
dan
pernafasan
dalam batas
normal.

D. Evaluasi
No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx

1 Ketidakseimbangan volume cairan S : klien mengatakan tidak begitu BAB dan


kurang dari kebutuhan tubuh tidak begitu sering haus.
berhubungan keluaran cairan aktif O :
haluaran cairan yang berlebihan - Kulit/membran mukosa klien lembab
sekunder akibat diare ditandai dengan - BB klien tetap/tidak terjadi penurunan berat
BAB lebih dari 5x / hari , klien kurang badan
berkemih, haus, kulit/membrane - TTV dalam batas normal (Nadi: bayi 120-
mukosa kering, penurunan berat badan. 160x/mnt, toddler 90-140x/mnt, prasekolah
80-110 x/mnt, sekolah 75-100x/mnt, remaja
60-90x/mnt; RR: bayi 35-40 x/mnt, toddler
25-32x/mnt, anak-anak 20-30 x/mnt, remaja
16-19 x/mnt; TD: bayi 85/54 mmHg, toddler
95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg,
remaja 110/65 mmHg; suhu : Suhu tubuh
36-37,5C)
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan
intervensi
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan S : klien mengatakan diarenya, mual, dan
tubuh berhubungan dengan diare atau muntah nya berkurang .
output berlebihan dan intake yang kurang O :
ditandai dengan :
- Nafsu makan meningkat
Nafsu makan klien menurun. - BB meningkat atau normal sesuai umur
BB menurun dari berat badan awal (10
A : tujuan tercapai sebagian
% dari berat awal)
P : Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan
intervensi
3 kurang pengetahuan berhubungan dengan S : klien dan keluarga mengatakan mengerti
kurangnya paparan informasi ditandai tentang penyakit diare.
dengan pengungkapan masalah. O:
- Klien dan keluarga mampu menjabarkan
tanda dan gejala diare.
- Klien dan keluarga mampu
mendeskripsikan pengertian diare.
- Klien mampu menjelaskan gaya hidup
sehat yang harus dijalani untuk mencegh
terjadinya komplikasi.
A : Tujuan tercapai dan masalah teratasi
P : Lanjutkan health promotion pada keluarga
4 Resiko gangguan integritas kulit S :
berhubungan dengan peningkatan - klien mengatakan klien kulitnya tidak
frekwensi diare. gatal-gatal lagi .
O:
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet,
kebersihan terjaga.
- Keluarga mampu mendemontrasikan
perawatan perianal dengan baik dan benar
A : tujuan tercapai sebagian.
P : Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan
intervensi
5 Resiko peningkatan suhu tubuh S : klien mengatakan tubuhnya sudah tidak
berhubungan dengan proses infeksi terasa panas lagi.
skunder terhadap diare. O:
- TTV dalam rentang normal (TTV dalam
batas normal (Nadi: bayi 120-160x/mnt,
toddler 90-140x/mnt, prasekolah 80-110
x/mnt, sekolah 75-100x/mnt, remaja 60-
90x/mnt; RR: bayi 35-40 x/mnt, toddler 25-
32x/mnt, anak-anak 20-30 x/mnt, remaja 16-
19 x/mnt; TD: bayi 85/54 mmHg, toddler
95/65 mmHg, sekolah 105-165 mmHg,
remaja 110/65 mmHg; suhu : Suhu tubuh
36-37,5C )
A : tercapai sebagian
P : lanjutkan tindakan dan pertahankan
kondisi klien

DAFTAR PUSTAKA
Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.


Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai