Anda di halaman 1dari 51

10 PENGETAHUAN DASAR FOTOGRAFI YANG PERLU ANDA PELAJARI

Fotografi bukan hanya soal bagaimana cara menekan tombol shutter. Fotografi juga tergolong
seni yang rumit. Ia bukan hanya sekedar hoby melainkan rasa dan inovasi karya yang selalu
berkembang.

Anda membeli sebuah kamera DLSR yang harganya jauh lebih mahal dari kamera saku hanya
untuk sekedar jepret sana sini tapi tak mau mengembangkan keahlian, saya pikir hal itu
hanyalah pemborosan isi kantong saja. Jika untuk sekedar berfoto ria lebih baik menggunakan
kamera ponsel atau kamera saku. Tapi saya yakin kalau Anda berada di blog ini karena ingin
mengetahui lebih lanjut tentang fotografi.

Belajar fotografi sebaiknya step by step. Jangan terlalu cepat melangkah ke tahap yang sulit jika
tak tahu dasarnya dimulai dari mana. Karena itu hanya akan membuat Anda bertanya-tanya,
bingung, dan akhirnya Anda akan kembali lagi ke tahap awal.

Di blog ini saya telah menulis beberapa tutorial dasar fotografi yang sangat penting untuk
dipelajari oleh para pemula. Dan saya yakin para ahli lainnya juga akan merekomendaasikan
ilmu yang sama. Berikut beberapa pengetahuan dasar fotografi yang perlu Anda pelajari:

1. Mengenal Kamera

Rekomendasi pertama adalah mengenal bagian-bagian penting kamera dan juga fitur serta
kemampuan kamera Anda. Sebagai fotografer sudah seharusnya Anda menyatu dengan kamera
Anda. Kenali dan pelajari fungsi dari tiap-tiap tombol yang tersebar di kamera Anda. Silahkan
baca di sini untuk gambaran umum dari bagian-bagian kamera beserta fungsinya.

2. Cara Menekan Tombol Shutter

Tombol shutter adalah tombol yang Anda tekan untuk mengambil gambar (memotret). Cara
menekan tombol shutter pada kamera DSLR berbeda dengan cara menekan tombol shutter
pada kamera ponsel, saku (pocket) atau sekelasnya. Silahkan baca di sini untuk mengetahui
cara yang benar menekan tombol shutter.

3. Mengenal Eksposur (Exposure)

Eksposur merupakan nyawa dari fotografi. Jadi, sangat direkomendasikan untuk Anda
mengetahui dan menguasai apa saja yang berhubungan dengan eksposur ini. Baca di sini untuk
mengenal apa itu eksposur.

4. Mengenal Segitiga Eksposur (Exposure Triangle)

Eksposur dibentuk oleh 3 elemen / pengaturan yang disebut segitiga eksposur. Silahkan baca di
sini untuk mengenal lebih jauh tentang segitiga eksposur. Sedangkan 3 elemen tersebut adalah:
Shutter speed (baca tutorialnya di sini)
Aperture / difragma (baca tutorialnya di sini)
ISO (baca tutorialnya di sini)
Setelah menguasai eksposur dan segitiga eksposur Anda bisa melakukan percobaan / praktek
dengan menggunakan simulator kamera di sini.

5. Tentang Lensa

Kamera terbagi dua yaitu body dan lensa yang dihubungkan ke body kamera. Dan berikut
artikel yang membahas tentang lensa:
Mengenal jenis-jenis lensa (baca di sini)
Penjelasan kode pada lensa (baca di sini)
Cara menggunakan fokus pada lensa (baca di sini)

6. Teknik Pengambilan Gambar (Type of Shot)

Ada cara yang benar yang diberlakukan sesuai kaidah fotografi untuk bagaimana cara
mengambil gambar yang benar. Aturan ini disebut Teknik Pengambilan Gambar (Type of Shot).
Baca di sini untuk penjelasannya lebih lanjut termasuk macam-macam type of shot.

7. Mengenal Sudut Pengambilan Gambar (Angle)

Selain teknik pengambilan gambar, sangat direkomendasikan juga untuk Anda mengetahui
macam-macam sudut pengambilan gambar (angle). Untuk selengkapnya silahkan baca di sini.

8. Tentang Fokus

Terbentukya fokus ini didukung oleh berapa hal. Anda perlu mengetahui apa saja yang
berhubungan denga fokus.
Cara menggunakan fokus pada lensa (baca di sini)
Cara mengatur AF Point atau titik area fokus (baca di sini)

9. Settingan Kamera dan Teknik Motret

Ada beberapa settingan kamera yang perlu Anda kuasai dan ini berhubungan erat dengan hasil
pemotretan atau kata lain mendukung hasil foto dan kreasi Anda. Selain itu, perlu juga untuk
Anda mengetahui beberap teknik dasar yang dibutuhkan dalam pemotretan.
Mengenal Light Meter dan fungsinya (baca di sini dan juga di sini)
Mengenal macam-macam jenis shooting pada Drive Mode (baca di sini)
Mengenal White Balance (WB) dan cara penggunannya (baca di sini)
Mengenal Picture Style dan cara menggunakannya (baca di sini)
Mengenal Keseimbangan dan simetri (baca di sini)
Mengenal Rule of Thirds atau aturan pertiga (baca di sini)

10. Mengenal Genre Fotografi

Seperti seni musik yang memiliki banyak aliran (genre), maka fotografi juga memiliki banyak
aliran fotografi. Ada beberapa genre fotografi yang umum dan populer yang perlu Anda
ketahui. Baca di sini tentang 10 genre fotografi terpopuler.

Sekali lagi saya ingatkan untuk belajar secara bertahap. Terus lakukan uji coba dan bermainlah
dengan kamera Anda.

Jangan lupa untuk membaca artikel "10 Tips Penting Untuk Fotografer Pemula" di sini.

Pengertian Fotografi
Pengertian Fotografi adalah adalah seni atau proses penghasilan gambar
dan cahaya pada film. Memang benar, kebanyakan jika anda mencari
pengertian fotografi jawabannya hampir sama semua yaitu proses melukis
dengan menggunakan media cahaya. Tetapi yang paling utama adalah
bagaimana cara mendalami seni fotografi tersebut. Setelah mengetahui
pengertian fotografi secara umum, lalu apa yang ada di pikiran anda
tentang fotografi ?

Fotografi adalah sebuah kegiatan atau proses menghasilkan suatu seni


gambar/foto melalui media cahaya dengan alat yang disebut kamera
dengan maksud dan tujuan tertentu. (wikipedia)
Pengertian Fotografi Adalah Seni

Bila pengertian fotografi adalah proses seni melukis dengan media cahaya,
maka setiap orang bisa melakukan kegiatan fotografi jika mempunyai
sebuah kamera, tetapi apakah semua orang dapat menghasilkan sebuah
seni ?
Seni adalah sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur
keindahan atau intisari dari kreativitas.
Seni yang paling utama dalam fotografi adalah komposisi, dengan
komposisi yang baik maka foto yang dihasilkan akan mempunyai makna
dan cerita yang bisa disampaikan.
Menghasilkan Foto Yang Bagus dalam Proses Fotografi
Untuk menghasilkan sebuah hasil karya yang bagus atau menarik ada
beberapa faktor, faktor yang paling utama adalah faktor pencahayaan,
tanpa cahaya atau pencahayaan yang baik akan terlalu sulit untuk
menghasilkan hasil karya yang bagus, untuk itu dibutuhkan faktor yang
kedua.

Faktor kedua adalah fotografer, foktor ini juga penting, karena tanpa
fotografer proses fotografi tidak akan terjadi. Disini fotografer akan dituntut
dan di uji seni atau kreatifitas nya untuk menghasilkan subuah foto yang
bagus atau menarik.

Fotografer adalah sebuah profesi, fotografer hidup dengan fotografi.

Faktor yang ketiga adalah kamera, tanpa kamera proses fotografi pun tidak
terjadi. Kamera adalah alat pokok pada kegiatan fotografi. Faktor yang
terakhir adalah faktor pendukungm seperti lensa cadangan, alat bantu
cahaya ( lampu flash kamera), reflektor, tripod, dan lain-lainnya

Tidak perlu menggunakan kamera yang mahal untuk menciptakan sebuah


karya seni fotografi.

Setelah faktor-faktor diatas menjadi satu, seorang fotograferlah yang


kemudian menjadi faktor utama untuk menciptakan sebuah seni foto yang
bagus dan menarik.

Sebuah Foto yang bagus itu adalah relatif, dan foto yang jelek adalah
mutlak.

pengertian fotografi

Kesimpulan

Fotografi adalah adalah kegiatan seni, dan jenis fotografi ada bermacam-
macam. Untuk itu dibutuhkan seorang fotografer yang betul-betul mengerti
seni dan jenis fotografi yang ada pada dirinya. Tetap semangat belajar
fotografi dan tingkatkan kualitas fotografi Indonesia.
MENGENAL FUNGSI LIGHT METER PADA KAMERA

Light Meter berperan sebagai indikator yang berfungsi untuk menampilkan kekuatan exposure
yang telah diukur oleh metering. Sedangkan besar kecilnya kekuatan exposure secara skala
besar berdampak pada kecerahan gambar.

Ketika Anda membentuk exposure secara manual dengan segitiga eksposur (shutter speed,
aperture, ISO) maka kekuatan eksposur tersebut akan tampil di light meter. Jadi, dengan light
meter Anda bisa mengetahui kadar cahaya yang diterima oleh kamera sebelum melakukan
pemotretan. Tapi sayangnya masih banyak fotografer yang mengabaikan fungsi light meter dan
lebih sering mengira-ngira saja.

Informasi light meter bisa Anda lihat pada layar LCD dan juga di viewfinder seperti pada gambar
di bawah ini:

Cara membaca light meter sangat mudah sebagai ilustrasi silahkan Anda perhatikan gambar 3
indikator light meter di bawah ini:
Pada Indikator I titik eksposur berada di tengah. Ini menunjukkan bahwa eksposur atau
pencahayaan pada keadaan normal (normal exposure).

Pada Indikator II titik eksposur naik 1 stop dari normal. Ini menujukkan bahwa pencahayaan
sangat tinggi dan mengarah ke over exposure.

Pada Indikator III titik eksposur turun 1 stop dari normal. Ini menunjukkan bahwa pencahayaan
berkurang dan mengarah ke under exposure.

Itulah fungsi light meter yang bisa membantu Anda untuk menghasilkan gambar dengan kadar
pencahayaan atau eksposur yang normal, tidak over dan tidak under.
MENGENAL MACAM-MACAM SHOOTING PADA DRIVE MODE BESERTA
FUNGSINYA

Kamera telah menyediakan beberapa tipe shooting untuk menghadapai beberapa situasi dan
itu bisa Anda temui pada menu drive mode. Tiap-tiap jenis shooting diperuntukkan untuk
kondisi tertentu termasuk untuk memotret diri sendiri bila tak Ada orang yang membantu
memotret Anda.

Anda ingin memotret dalam sekali jepret atau berkali-kali secara berurutan? Kedua cara
tersebut juga bisa Anda atur pada menu drive mode. Berikut macam-macam jenis shooting
beserta fungsinya:
1. Singel Shooting

Dari namanya sudah bisa ditebak kalau jenis shooting ini hanya melakukan sekali shoot untuk
sekali menekan tombol shutter.

2. Continuous Shooting

Sekali menekan tombol shutter tanpa dilepas, maka kamera akan melakukan shoot secara
berkali-kali dan hanya berhenti saat jari Anda melepaskan tombol shutter. Pilihan ini sangat
cocok digunakan untuk menangkap sebuah momen seperti pada foto jurnalis.

3. Self-timer:10sec/Remote control

Ini jenis shooting yang menggunakan hitungan 10sec sebelum eksekusi lalu kemudian secara
otomatis kamera akan melakukan pengambilan gambar. Anda bisa menggunakan jenis shooting
ini untuk memotret diri sendiri termasuk menggunakan bantuan remote control shutter
release.

4. Self-timer:2sec

Sama seperti jenis shooting di atas hanya saja pada jenis shooting ini hitungan sebelum
eksekusi jauh lebih singkat yaitu 2sec.

5. Self-timer:Continuous

Jenis shooting ini adalah gabungan dari Continuous Shooting dan Self-timer:10sec/Remote
control. Perbedaannya Anda hanya perlu menekan tombol shutter sekali saja dan tidak harus
menahan tombol shutter seperti menggunakan Continuous Shooting.

Untuk mengganti jenis shooting pada kamera sangatlah mudah. Pada tipe kamera sekelas
canon EOS 600D Anda cukup menekan tombol navigasi "kiri" yang merupakan shortcut menu
drive mode. Setelah itu silahkan pilih jenis shooting yang diinginkan. Coba Anda perhatikan
gambar di bawah ini:

Pada gambar di atas terdapat 5 jenis shooting yang telah saya beri angka sesuai urutan
penjelasan jenis-jenis shooting yang saya uraikan di atas.
MENGENAL WHITE BALANCE (WB) DAN CARA PENGGUNAANNYA
M. HAJAR A.K 1:36:00 AM PEMULA
Kamera sudah menyiapkan setingan khusus untuk mengimbangi warna dari pencahayaan pada
situasi tertentu, seperti pada di siang hari, saat mendung, pada malam hari, dan termasuk
pencahayaan dalam ruangan. Pengaturan untuk menangani situasi tersebut itulah yang
dinamakan White Balance (WB).

Warna dari pencahayaan di siang hari, saat mendung, dan warna dari pencahayaan bantuan
lampu (bohlam dan neon) memiliki temperatur yang berbeda-beda dan kamera telah
menyiapakn pilihan-pilihan white balance untuk menangani masing-masing dari situasi
tersebut, dengan cara menyusaikan temperatur pada masing-masing situasi tersebut.

Jadi, ketika Anda memotret di siang hari maka Anda bisa menggunakan white balance yang
dikhususkan untuk menangani warna dari pencahayaan di siang hari. Begitupula dengan situasi
lainnya.

Adapun jenis-jenis white balance (WB) yang secara umum ada pada semua jenis kamera yaitu:

1. Auto White Balance (AWB)

White balance ini akan mengenali secara otomotis situasi pencahayaan yang di hadapi oleh
kamera, entah itu siang, mendung, atau malam hari. Kemudian program akan
merekomendasikan setingan terbaiknya untuk menyusaikan diri dengan temperatur warna
pada situasi tersebut.

2. Daylight / Direct sunlight - Temperatur 5200K

White balance ini dikhususkan untuk menangani temperatur warna dari pencahayaan di siang
hari terlebih lagi ketika Anda berada di bawah sinar matahari langsung. Jadi Anda bisa
menggunakan white balance ini bila memotret di siang hari.

3. Shade - Temperatur 7000K

White balance ini memiliki fungsi untuk menangani situasi yang sama seperti WB di atas yaitu
siang hari. Namun white balance ini ditekankan untuk digunakan pada tempat yang ternaungi
dari sinar matahari seperti dalam rumah atau di bawah pohon dan bukan di bawah sinar
matahari langsung.

4. Cloudy - Temperatur 6000K


White balance ini dikhususkan untuk menghadapi situasi pencahayaan saat mendung.

5. Tungsten / Incandescent - Temperatur 3200K

White balance ini dikhususkan untuk menghadapi situasi pencahayaan yang bersumber dari
bohlam / lampu pijar yang warna cahayanya agak kekuning-kuningan. Jadi ketika Anda
memotret dalam ruangan dengan pencahayaan dari bohlam maka gunakan white balance ini.

6. Fluorescent ( Lampu Neon Putih) - Temperatur 4000K

White balance ini dikhususkan untuk menghadapi situasi pencahayaan yang bersumber dari
lampu neon yang cahayanya berwarna putih. Sama seperti Tungsten, white balance ini juga bisa
Anda gunakan untuk memotret dalam ruangan dengan sumber cahaya dari lampu neon.

7. Flash

White balance ini berfungsi untuk mengimbangi pencahayaan dari lampu flash pada kamera
Anda. Ketika Anda akan menggunakan flash saat memotret maka gunakan white balance ini.

8. Custom

Sedangkan white balance yang satu ini bisa Anda bentuk sendiri temperaturnya dengan
mengambil referensi dari temperatur warna pencahayaan yang ada di foto lain. Nah! Kalau ada
foto di kamera Anda yang Anda sukai warna pencahayaannya maka Anda bisa menjadikan
warna pencahayaan foto tersebut untuk diset ke white balance Custom.

Untuk melihat perbedaan dari tiap-tiap white balance di atas silahkan Anda lihat gambar di
bawah ini:

Cara Merubah White Balance (WB)

Letak menu white balance berbeda-beda pada semua jenis kamera, namun tidaklah sulit untuk
menemukannya. Umumnya white balance di tandai dengan kode WB. Jadi, langsung saja pilih
menu WB di kamera Anda dan silahkan pilih white balance yang Anda butuhkan.
Oya, selain white balance sangat perlu juga untuk Anda mengetahui lebih lanjut tentang picture
style dan peruntukkannya pada tiap-tiap kondisi tertentu. Silahkan baca di sini untuk
pembahasan tentang picture style.
PENJELASAN TENTANG PICTURE STYLE DAN CARA
MENGGUNAKANNYA
M. HAJAR A.K 11:47:00 PM PEMULA

Satu lagi pengaturan kamera yang perlu Anda pahami dan kuasai penggunannya. Jika
sebelumnya saya telah membahas mengenai White Balance (baca di sini) maka artikel kali ini
saya akan membahas tentang Picture Style.

Sama seperti White Balance (WB) yang disiapkan oleh kamera dengan beberapa pilihan untuk
menyusaikan dengan kondisi tertentu, maka picture style juga memiliki banyak pilihan yang
berkaitan dengan ketajaman, pencahayaan, warna dan tone.

Pada kamera Canon kelas pemula (entry-level), picture style tersedia dalam 7 pilihan dengan
pengaturan yang sudah ditentukan oleh kamera sesuai peruntukannya, dan 3 pilihan yang
disiapkan untuk disetting sesuai kreasi pengguna. Jadi keseluruhannya ada 10 picture style.
Berikut 7 jenis picture style pada kamera canon:

Auto (A) adalah picture style auto


Standard (S) adalah picture style standar
Portrait (P) untuk memotret subjek manusia
Landscape (L) untuk memotret pemandangan
Neutral (N) untuk kondisi netral
Faithful (F) adalah picture style high
Monochrom (M) untuk foto hitam putih dan sepia

Selain 7 picture style di atas, ada 3 picture style yang bisa Anda tentukan sendiri pengaturannya
dan memang disiapkan untuk menyimpan hasil settingan pengguna sesuai kreasi pengguna.
Tapi bukan berarti 7 picture style di atas tak bisa Anda ubah pengaturannya. Hanya saja perlu
dipahami bahwa settingan bawaan yang ditentukan oleh kamera tentu jauh lebih terbaik.

Settingan pada picture style

Sharpness, untuk mengatur ketajaman yaitu rincian atau detil pada gambar
Contrast, untuk mengatur kontras yaitu intensitas cahaya terhadap gelap dan terang
Saturation, untuk mengatur kadar warna gambar
Color tone, untuk mengatur tone gambar (tinggi adalah kuning, rendah adalah merah)

Keempat pengaturan di atas memiliki nilai yang berbeda-beda pada masing-masing picture
style dan Anda bisa mengubah nilainya sesuai kebutuhan visual Anda.

Cara mengganti dan memilih picture style

Gambar di atas adalah simbol dari menu picture style. Jadi, silahkan cari tombol di kamera Anda
yang memiliki sombol tersebut lalu pilih picture style yang ingin Anda gunakan.
Cara merubah detail settingan picture style

1. Disini saya menggunakan menggunakan kamera canon. Silahkan pilih dulu salah satu picture
style yang ingin diubah pengaturannya. Lihat gambar di atas sebelah kiri.

2. Kemudian tekan tombol "INFO." untuk masuk mengubah detail picture style.

3. Di situ ada settingan Sharpness, Contrast, Saturation, dan Color tone. Tekan tombol "SET"
untuk masuk dan merubah nilai settingan dari masing settingan tersebut. Lihat gambar di atas
sebelah kanan.

4. Tekan tombol "MENU" untuk kembali ke menu sebelumnya.

Jumlah picture style yang disediakan mungkin saja berbeda pada setiap DSLR Canon. Begitupula
dengan picture style kosong yang disiapkan untuk pengguna tidak selalu berjumlah 3. Dan
picture style kosong tersebut bisa dipasangi (instal) picture style yang dibuat melalui komputer
atau yang disediakan oleh produsen. Adapun cara menginstal picture style dari PC / laptop ke
DSLR Canon silahkan baca di sini petunjuknya.

Semoga artikel ini membantu Anda untuk mendalami fotografi yang dimulai dari tahap pemula.
Selamat berkreasi!
MEMAHAMI KESEIMBANGAN (BALANCE) DALAM FOTOGRAFI
M. HAJAR A.K 9:01:00 AM PEMULA

Keseimbangan (balance) merupakan salah satu prinsip yang paling sering dibahas untuk sebuah
komposisi yang baik, dan mungkin juga ini yang paling penting. Ketika memotret, seorang
fotografer sadar atau tidaknya telah membuat keputusan penting untuk setiap hasil gambar,
apakah seimbang atau tidak? Dan pada situasi dan kondisi tertentu setiap foto ada yang
memiliki unsur keseimbangan dan ada yang memang tidak seimbang. Inilah yang membuat
topik ini menjadi penting bagi fotografer yang ingin meningkatkan kekuatan gambar pada
tingkat yang paling mendasar.

Left-Right Balance

Sebuah foto yang keseimbangannya dikatakan sempurna itu berarti bahwa bagian kiri dan
kanan sama-sama menarik di mata. Pembagian kiri dan kanan (left-right) adalah satu-satunya
dalam gambar yang benar-benar penting dalam hal keseimbangan. Adapun keseimbangan atas
dan bawah (top-down) memiliki sedikit pengaruh dibandingkan dengan pengaturan left-right
balance.

Balance vs Imbalance

Seimbang (balance) atau tidak seimbang (imbalance), akan menjadi hal yang melekat pada
gambar Anda dan itu yang akan membuat gambar "tampak lebih tenang atau kurang tenang".
Dengan sebuah gambar yang seimbang, frame akan terlihat lebih tenang daripada gambar yang
menyatakan keadaan visual yang tidak sebenarnya bila di sorot dari satu sisi ke sisi yang lain.
Namu lagi-lagi setiap fotografer memiliki prinsip dan selera yang berbeda-beda, seperti yang
terjadi pada gambar ilustrasi di bawah ini:

Meskipun orang lain mungkin melihatnya secara berbeda, namun gambar pertama di atas
tampil jauh lebih damai menurut beberapa fotografer. Sedangkan gambar kedua justru
sebaliknya, terlihat lebih kaku, entah bagaimana itu tidak terlihat "stabil" dalam bentuk yang
sekarang, seolah-olah ada adegan penting yang hilang di sebelah kiri yang membuat pemirsa
penasaran dan berharap ada foto lainnya yang mengekspose adegan hilang tersebut.

Tentu saja orang-orang akan berbeda pilihan pada kedua gambar di atas, seperti yang saya
katakan ini berkaitan juga dengan selera. Bagi sebagian orang, gambar yang kaku dapat
mengkomunikasikan cerita dengan lebih efektif. Sedangkan untuk sebagian orang lainnya,
gambar yang seimbang terlihat lebih damai dan estetis. Itu semua tergantung pada suasana
hati Anda ingin berkomunikasi.

Simetri
Jenis yang paling jelas dari keseimbangan adalah satu di mana gambar identik pada bagian kiri
dan kanan. 100% simetri tentu hanya bisa dilakukan lewat software, tapi menghasilkan foto
original yang hampir simetri lebih dari cukup bagi kita untuk melihat komposisi yang seimbang.
Lihatlah gambar di bawah ini:

Subjek berada di posisi tengah, dan garis laut (horizontal) menyatakan bahwa foto ini memiliki
simetri yang baik. Secara keseluruhan foto ini bisa dikatakan "tenang / damai" dan tidak sibuk.

Bagaimana cara mengatur simetri?

Jika Anda kesulitan mengatur simetri saat memotret menggunakan viewfinder, maka gunakan
mode life view lalu aktifkan / tampilkan fitur "grid (garis petunjuk)". Semua kamera
menyediakan fitur grid line, juga termasuk kamera milik smartphone. Nah, bagi Anda yang hoby
motret menggunakan ponsel maka aktifkanlah selalu grid line, jangan berfikir itu menggangu
tampilan saat memotret, justru itu malah membantu Anda.

Selain berfungsi untuk simetri, garis-garis grid tersebut juga digunakan untuk mengatur posisi
Poin of Interest (POI). Berikut contoh penggunaan grid:
Asimetri Balance

Tidak pada semua situasi foto itu harus balance, namun penekanan simetri itu penting. Lalu
bagaimana jika Anda menemukan beberapa garis subjek yang berbeda atau bertabrakan? Maka
carilah subjek yang paling menonjol untuk ditentukan simetrinya. Contoh sederhana seperti
gambar di bawah ini, pemilihan letak matahari di sudut masih enak dipandang, sedangkan garis
gulungan ombak yang miring / tidak simetri menjadi tidak berpengaruh lagi ketika garis laut
pada posisi simetri. Paham?
Untuk mengetahui bagaimana cara mengimbangkan sebuah foto, maka Anda harus tahu kira-
kira apa yang menarik mata pemirsa saat melihat foto Anda. Berikut adalah daftar pendeknya:
Area yang kontras
Subjek yang fokus (terutama ketika yang lainnya tidak fokus)
Titik yang terang
Subjek dengan saturasi yang berbeda
Warna suhu (mereah/kuning)
Subjek yang besar
Di atas memang bukan daftar lengkap, tapi itu adalah tempat yang baik untuk memulai. Jika
Anda mencoba untuk mengimbangkan foto Anda secara efektif, Anda harus menentukan dan
mengatur subjek utama sehingga membatalkan efek visual dari subjek-subjek lainnya yang bisa
mempengaruhi keseimbangan komposisi.

Foto Anda tidak harus benar-benar seimbang agar tampil "damai". Namun ketika Anda
mengambil sebuah foto, penting untuk menyadari bahwa frame yang tidak seimbang akan
menyebabkan kekakuan di mata pemirsa. Ini memang tidak selalu buruk dan tergantung pada
tujuan Anda, tetapi kekakuan dalam hal ini adalah sesuatu yang coba dihindari oleh kebanyakan
fotografer agar tidak terjadi pada foto-foto mereka.

Ketidakseimbangan (Imbalance)

Pada kenyataannya, beberapa situasi banyak foto yang memerlukan tingkat ketidakseimbangan
(imbalance). Seperti sebuah adegan yang memiliki gerakan dan kekakuan. Dalam kondisi seperti
itu Anda hampir mengharuskan komposisi yang sedikit imbalance, dan hasilnya malah foto
terlihat balance. Mungkin foto di bawah ini bisa memberi contoh:
Berdasarkan pemilihan pengaturan pada foto di atas, pada sisi kiri cenderung terang dan
kontras bahkan menjadi letak dari subjek utama. Jadi, yang mengatakan bahwa frame yang
tidak merata adalah hal yang menggangu, maka pendapat itu terpatahkan dengan foto di atas.
Kesimpulannya bahwa "kadang komposisi yang kaku dan tidak seimbang juga diperlukan
bahkan cocok untuk situasi tertentu".

Keseimbangan Vertikal

Sekilas mungkin terlihat tidak terlalu sulit untuk mengimbangkan secara vertikal atau pada
posisi frame vertikal (portrait), padahal ini menggunakan teknik yang sama seperti yang
dilakukan untuk keseimbangan horizontal.

Hanya saja perbedaannya bahwa komposisi vertikal memberikan sedikit kelonggaran antara
pusat gambar dengan tepi frame. Dan mengatur balance secara vertikal lebih mudah ketimbang
pada posisi horizontal. Karena kita bisa mudah mengatur ketebalan antara sisi kanan dan sisi
kiri. Begitupula dengan mengatur simetrinya.

Berikut 2 contoh foto untuk pengaturan balance dan simetri pada posisi vertikal:
Pengaruh Subjek Kecil

Kadang-kadang, keseimbangan dipengaruhi juga oleh ukuran subjek yang ada dalam gambar,
dan itu bisa saja menggeser keseimbangan komposisi, hanya saja mungkin itu tidak akan terlalu
nampak ketika foto dilihat pada ukuran yang lebih kecil seperti melihatnya dari perangkat
ponsel.
Contohnya seperti gambar di atas. Ketika dilihat sekilas atau dilihat pada ukuran kecil dari
ponsel, maka foto terlihat seimbang. Tapi coba pusatkan pandangan Anda pada subjek petir di
sebelah kiri, apakah Anda masih melihat keseimbangan secara keseluruhan pada foto tersebut?
Untungnya ada subjek awan di bagian sisi kanan yang membantu mengimbangi, sehingga
balance foto terselamatkan.

Kasus pada foto di atas menjadi pelajaran berharga agar Anda berhati-hati terhadap subjek
apapun yang bisa mempengaruhi keseimbangan foto Anda.

Cukup sekian penjelasan saya tentang keseimbangan, semoga mudah dipahami dan sering-
seringlah latihan. Foto yang baik itu tidak selalu tentang manipulasi gambar, mengikuti kaidah
fotografi dan menunjukan itu ke dalam foto-foto Anda, maka itu menjadi penilaian bahwa Anda
memang benar-benar paham apa itu fotografi yang sebenarnya.

Adapun pelajaran penting lainnya yang berkaitan dengan topik ini adalah memahami aturan
pertiga (Rule of Thirds) dan cara menentukan / mengatur Poin of Interest (POI).
MENGENAL RULE OF THIRDS DAN CARA MENERAPKANNYA
M. HAJAR A.K 7:15:00 AM PEMULA

Bila Anda sering membaca tentang teknik fotografi, tidak diragukan lagi kalau Anda mungkin
telah menemukan referensi tentang rule of thirds (aturan pertiga). Tapi apakah Anda benar-
benar tahu tetang rule of thirds? Mengapa ini penting untuk diketahui? Lalu bagaimana cara
Anda bisa mengintegrasikan aturan ini ke foto Anda? Apakah sebagai fotografer kita harus
benar-benar mematuhi aturan ini?

Tentang Rule of Thirds

Rule of thirds berkaitan dengan komposisi dan ia adalah aturan penempatan subjek utama
(Point of Interest) ke dalam frame atau foto Anda. Jadi, dengan rule of thirds ini kita akan
belajar bagaimana cara yang baik dan benar menempatkan subjek agar terlihat rapi, pas, dan
enak dipandang. Itulah tujuan utama rule of thirds atau aturan pertiga. Sedangkan yang
dimaksud dengan Point of Interest (POI) adalah subjek yang paling menarik perhatian mereka
yang akan melihat foto Anda (baca di sini lebih lanjut tentang poin of interest).

Penempatan Subjek Utama (POI) Pada Rule of Thirds

Pada rule of thirds, frame dibagi menjadi 9 bagian oleh 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal.
Maka terbentuklah 3 bagian horizontal dan 3 bagian vertikal dan jumlah seluruhnya adalah 9
bagian. Nah, Anda dengan rule of thirds Anda bisa meletakkan posisi subjek utama (POI) pada
salah satu bagian tersebut.
Kata para fotografi pro jika subjek utama atau POI (point of interest) diletakkan di salah satu
bagian rule of thirds dan bukan terpusat (berada di tengah) akan lebih menambah daya tarik
visual dan memberikan kesan drama / cerita.

Menerapkan rule of thirds pada benda atau subjek bergerak seperti motor balap pada gambar
di bawah ini, membuktikan bahwa aturan rule of thirds sukses untuk adegan seperti itu karena
memberikan ruang pada arah depan jalan. Tapi jika menempatkan sepeda motor di tengah
frame hanya akan merusak cerita pada gambar.

Asal Mula Rule of Thirds

Rule of thirds didasarkan pada teori Sir Joshua Reynolds di tahun 1797 yang membahas tentang
keseimbangan antara terang dan gelap dalam sebuah lukisan. Kemudian diadaptasi oleh John
Thomas Smith pada tahun 1783 dan diberi nama rule of thirds (aturan pertiga). Smith mengacu
proporsi gambar dalam satu bagian ketiga dan dua pertiganya, sehingga menciptakan proporsi
yang lebih harmonisasi.

Fungsi Lain Rule of Thirds

Bukan hanya soal penempatan subjek utama, tapi dengan aturan ini Anda bisa dengan mudah
mengatur simetri objek pada foto landscape (pemandangan), dengan memilih garis cakrawala
sebagai tolak ukur.

KELAS FOTOGRAFI
" Tutorial, Tips Trik, dan Panduan Belajar Fotografi "

MENGENAL KOMPOSISI DAN PEDOMAN TEKNIK


KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI

M. HAJAR A.K 9:04:00 AM PEMULA

Komposisi mengacu pada cara mengatur dan menata berbagai elemen dari sebuah adegan
dalam frame. Elemen yang dimaksud di sini meliputi subjek dan objek dari adegan. Sedangkan
yang dimaksud dengan adegan adalah apa yang akan Anda foto. Komposisi bukan aturan keras
tetapi "pedoman". Hal ini telah digunakan dalam seni selama ribuan tahun dan sampai saat ini
komposisi telah membantu banyak fotografer profesional untuk mencapai gambar dengan
perspektif yang lebih menarik.

Dalam artikel ini, saya akan lebih cenderung membahas teknik-teknik komposisi yang kuat
untuk meningkatkan fotografi Anda. Ada 18 pedoman teknik komposisi yang akan saya bahas
pada topik kali ini. Saya pribadi biasanya memiliki satu atau lebih dari pedoman dalam pikiran
saya ketika sedang menyiapkan kamera. Baik, kita akan mulai dengan membahas teknik
komposisi yang paling umum dan terkenal di semua kalangan fotografer yaitu "Aturan Pertiga"
atau "Rule of Thirds".

1. Rule of Thirds (Aturan Pertiga)

Aturan pertiga atau Rule of Thirds ini sangat sederhana. Anda hanya perlu membagi frame
menjadi 3 bagian vertikal dan 3 bagian horizontal, sehingga keseluruhan menghasilkan 9 bagian
(kotak) seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah. Hari ini, hampir semua produsen
kamera bahkan termasuk smartphone menyediakan bantuan garis "grid" yang tidak lain adalah
untuk aturan pertiga atau Rule of Thirds. Nah, garis itu akan membantu Anda mengatur
komposisi yang baik. Coba periksa kamera Anda sekarang. Untuk kamera DSLR, Anda bisa
melihat garis ini pada mode Life View, bukan lewat jendela bidik (Viewfinder).

Dengan garis Rule of Thirds Anda bisa menempatkan elemen penting dari adegan sepanjang
satu atau lebih garis vertikal. Kebanyakan orang cenderung ingin menempatkan subjek utama
(POI) di tengah frame. Tapi jika Anda berani menempatkan subjek keluar dari pusat dengan
aturan pertiga ini, maka Anda akan lebih sering menemukan komposisi yang lebih menarik.
Itulah kegunaan dari Rule of Thirds, yang tidak hanya untuk membuat susunan elemen dalam
gambar menjadi rapi, tetapi dapat juga Anda gunakan untuk mencapai perspektif yang unik.

Image Credit Barry O Carroll

Pada foto di atas, horizontal bumi ditempatkan pada bagian bawah frame, sedangkan pohon-
pohon terbesar diletakkan pada bagian kanan frame. Sekarang Anda lihat sendiri, garis dari Rule
of Thirds telah membantu meluruskan garis horizontal dari bumi dan juga pohon agar terlihat
tegak lurus dalam frame. Kesimpulannya bahwa Rule of Thirds ini akan membantu gambar
Anda menjadi lebih rapi dan tidak miring sana-sini. Tapi bukan hanya sebatas kerapian saja,
membuat komposisi dengan aturan pertiga bisa menghasilkan visual yang berbeda atau
perspektif yang unik. Contohnya kembali lagi pada foto di atas, jika seandainya pohon-pohon
besar ditempatkan di tengah frame maka gambar tersebut tidak lagi menampilkan visual yang
sama. Ini lah menariknya bermain dengan komposisi. Untuk melihat perbedaannya, cobalah
sering-sering latihan.

Image Credit Barry O Carroll

Untuk foto "Old Town Square" di atas, horizontal bumi ditempatkan pada bagian atas frame.
Sedangkan menara gereja ditempatkan di bagian kanan frame. Adapun bangunan depan gereja
ada yang serong ke kiri dan ke kanan. Tampak depan bangunan gereja juga tidak lurus. Tapi
dengan pengaturan demikian, gambar menunjukan komposisi yang tidak hanya rapi tapi juga
teliti, sehingga gambar di atas termasuk gambar yang kuat dengan komposisi yang menarik.

2. Komposisi Tengah dan Simetri

Saya tidak berani mengatakan bahwa posisi subjek di tengah frame adalah pilihan yang terbaik.
Tidak, semua tergantung posisi subjek yang Anda hadapi. Bisa jadi menarik di pusat atau justru
sebaliknya. Apalagi seni itu menyangkut selera kita masing-masing. Biasanya untuk beberapa
adegan, komposisi subjek di tengah akan bekerja lebih baik. Tapi untuk memberi Anda sedikit
gambaran, saya akan menunjukan salah satu alasan mengapa beberapa orang kadang
menempatkan subjeknya di tengah frame, salah satunya dan paling sering adalah untuk adegan
"simetri".
Image Credit Barry O Carroll

Foto di atas adalah contoh adegan simetri yang baik. Artinya, penempatan subjek lampu
jembatan di sepanjang tengah frame benar-benar bekerja dengan baik. Lihat saja sendiri,
pembagian sisi kiri dan kanan jembatan benar-benar seimbang. Tapi apakah hal tersebut akan
selalu berlaku sama pada subjek / objek lainnya? Tidak juga. Keberuntunagn foto di atas karena
arsitekturnya yang memang rapi sehingga simetri bekerja dengan baik. Kesimpulannya bahwa
dengan teknik simetri Anda harus memperhatikan proporsional objek yang Anda bidik.

Image Credit Barry O Carroll

Adegan yang mengandung refleksi juga merupakan kesempatan besar untuk menggunakan
simetri dalam komposisi gambar Anda. Pada gambar di atas menggunakan campuran aturan
pertiga dan simetri untuk menyusun adegan. Pohon diposisikan keluar dari pusat yaitu di
bagian kanan frame tapi memiliki refleksi. Dari contoh gambar di atas, artinya Anda dapat juga
menggabungkan beberapa pedoman komposisi dalam satu adegan.
3. Foreground Interest dan Kedalaman

Menangkap beberapa subjek menarik untuk dijadikan poin di latar depan (Foreground Interest)
adalah cara yang bagus untuk menambahkan rasa kedalaman pada sebuah adegan. Hal
tersebut merupakan juga salah satu dari teknik komposisi yang untuk menampilkan gambar
seolah 3D.

Image Credit Barry O Carroll

Objek foto di atas adalah air terjun di Belanda. Elemen batu di sungai menjadi subjek yang
sempurna sebagai "Foreground Interest". Menambahkan elemen penting di latar depan sering
kali bekerja dengan baik, apalagi jika adegan diambil menggunakan lensa sudut lebar (wide-
angle).
Image Credit Barry O Carroll

Contoh lainnya adalah foto di atas. Sebuah rantai di sepanjang tepi dermaga menjadi peluang
besar untuk mengambil poin sebagai Foreground Interest. Ini salah satu contoh membuat
sebuah kedalaman dengan komposisi. Dan itu diperkuat dengan tambahan elemen lain di
sepanjang sisi kiri rantai yaitu tepi dermaga dan lampu jalan. Kemudian yang menjadi menarik
dari pengaturan foto di atas bahwa di belakang rantai ada objek bangunan megah, dan terlihat
juga sebuah jembatan yang menghubungkan antara objek tersebut dengan tepi dermaga. Nah,
yang menjadi pusat perhatian utama dari seluruh elemen dalam gambar adalah rantai kapal.
Menarik bukan? Itu lah contoh komposisi Foreground Interest.

4. Frame within a Frame (Bingkai Dalam Frame)

Mungkin perlu saya perjelas bahwa arti "frame" yang saya sebut-sebut di sepanjang
pembahasan di atas adalah luas area adegan yang mampu ditangkap oleh kamera Anda (lebar x
tinggi). Jadi jangan Anda keliru dengan penggunaan kata frame tersebut dan kata frame lainnya
(bingkai).

Untuk teknik komposisi ini, cobalah Anda mencari elemen-elemen seperti jendela, gerbang
masuk bangunan atau cabang pohon yang melengkung untuk membingkai adegan. Bingkai
tidak perlu harus mengelilingi seluruh adegan agar ia menjadi efektif.
Image Credit Barry O Carroll

Pada foto St Marks Square di atas, sebuah gerbang dimanfaatkan untuk membingkai objek
yaitu bangunan Marks Basilica. Menampilkan pemandangan dari sebuah elemen lengkung
adalah ciri khas umum dari lukisan "Renaissance" sebagai cara untuk menggambarkan sebuah
kedalaman. Hal itu kemudian diterapkan juga pada seni fotografi dalam teknik komposisi
"Frame within a Frame", dan foto di atas adalah contohnya.
Image Credit Barry O Carroll

Bingkai tidak harus benda buatan manusia seperti gerbang atau jendela. Contoh lain adalah
foto di atas yang diambil di County Kildare, Irlandia. Batang pohon diposisikan di kanan,
kemudian memanfaatkan cabangnya yang memanjang ke kiri untuk membingkai adegan yaitu
jembatan dan rumah perahu. Coba Anda perhatikan, meskipun bingkai tidak benar-benar
mengelilingi seluruh adegan tapi masih bisa menambah rasa kedalaman pada gambar tersebut.

Dengan Anda menggunakan teknik komposisi "Frame Within a Frame" atau bingkai dalam
frame dapat memberikan kesempatan besar untuk memanfaatkan banyak elemen di sekitar
Anda, untuk menjadi kreatif dalam komposisi Anda.

5. Leading Lines (Garis Pembimbing)

Leading Lines dapat membantu mereka yang melihat foto Anda untuk melihat sepanjang
gambar dan memusatkan perhatian pada elemen-elemen penting. Apa pun yang menjadi jalur,
dinding atau pola dapat digunakan sebagai garis pemimbing atau Leading Lines. Lihatlah contoh
di bawah ini.
Image Credit Barry O Carroll

Dalam foto menara Eiffel di atas, pola yang terbentuk di lantai dimanfaatkan sebagi Leading
Lines. Semua garis di lantai menuju pada satu titik yaitu ke menara Eiffel yang berada di
kejauhan. Kalau Anda jeli melihat gambar di atas, bahwa foto di atas juga menggunakan
"komposisi tengah" sehingga terlihat adegan simetri. Ya, seperti yang saya katakan sebelumnya
bahwa kita bisa menggunakan dua atau lebih teknik komposisi sekaligus.

Image Credit Barry O Carroll

Tapi ingat, garis pembimbing tidak harus lurus, contoh lainnya seperti gambar di atas. Sekalipun
itu garis lengkung namun karena itu jelas menonjolkan satu subjek, sehingga cara tersebut
menjadi komposisi khas yang sangat menarik. Dalam kasus foto pemandangan di atas,
lengkungan jalan di mulai dari arah kiri kemudian melengkung di sebelah kanan pohon. Dan
pada pengambilan adegan di atas diterapkan bersama aturan pertiga (Rule of Thirds).

6. Diagonal dan Segitiga

Sering dikatakan bahwa komposisi diagonal dan segitiga dapat menambahkan "ketegangan
dinamis" pada sebuah gambar. Apa Anda tahu yang saya maksud dengan ketegangan dinamis di
sini? Untuk memahaminya saya beri Anda contoh menggunakan horizontal. Jika Anda melihat
seseorang berdiri di atas permukaan yang horizontal, maka ia akan terlihat stabil. Tapi jika
seseorang berdiri di permukaan yang miring seperti arah jarum jam 02.00, maka ia terlihat
kurang stabil. Nah, hal tersebut menciptakan sebuah visual ketegangan tertentu. Kita bisa
membuat visual seperti itu dengan mengambil adegan dari sudut tertentu yang bisa membuat
seolah subjek berdiri di atas kemiringan.

Semua orang dalam kehidupan sehari-harinya tentu tidak ingin melihat sesuatu dengan posisi
kepala sengaja dimiringkan. Sehingga ketegangan dinamis oleh komposisi segitiga dalam
fotografi jarang terfikirkan oleh kebanyakan fotografer. Selain itu, memasukkan teknik
komposisi segitiga ke dalam adegan adalah cara yang efektif untuk memahami seperti apa itu
ketegangan dinamis yang ditimbulkan oleh komposisi tersebut.
Image Credit Barry O Carroll

Contohnya gambar di atas yang menggabungkan banyak segitiga dan diagonal ke dalam
adegan. Jembatan itu sendiri adalah segitiga yang sebenarnya dan ada juga beberapa segitiga
"tersirat" dalam adegan. Perhatikan, ada Leading Lines di sebelah kanan frame, semua diagonal
dan bentuk segitiga yang bertemu pada titik yang sama. Itu adalah "segitiga tersirat". Objek
yang memiliki garis diagonal ke arah yang berbeda dapat menambahkan banyak "ketegangan
dinamis" ke dalam adegan. Sekali lagi, Anda dapat melihat bagaimana cara menggabungkan
dua teknik untuk menyusun komposisi gambar yaitu Leading Lines dan diagonal.

Image Credit Barry O Carroll

Dalam foto Hotel de Ville di atas, segitiga dan diagonal tersirat menciptakan rasa ketegangan
dinamis. Bangunan yang seolah berdiri di atas tanah yang miring ditimbulkan oleh perspektif
dari sudut pengambilan gambar di arah kanan. Inilah yang menciptakan ketegangan visual.
7. Pola dan Tekstur

Manusia secara alamiah tertarik pada pola. Karena secara visual pola menarik dan mensugesti
sebuah harmoni. Pola bisa dibuat oleh manusia seperti serangkaian bangunan lengkung atau
alami seperti kelopak bunga. Menggabungkan pola dalam foto-foto Anda adalah cara alternatif
lainnya untuk membuat komposisi yang menyenangkan. Kemudian, memiliki banyak tekstur
dalam gambar juga bisa sangat menyenangkan di mata pemirsa (orang-orang yang melihat foto
Anda).

Image Credit Barry O Carroll

Foto di atas diambil di Tunisia dengan memanfaatkan pola yang terbentuk di lantai untuk
membimbing mata pemirsa ke bangunan berkubah. Ini mirip dengan cara kerja komposisi
Leading Lines. Bangunan itu sendiri menggabungkan pola dalam bentuk serangkaian
lengkungan.
Image Credit Barry O Carroll

Dalam foto kedua di atas juga ditembak di Tunisia, dan saya benar-benar menyukai tekstur batu
di lantai. Tekstur tersebut kurang teratur ketimbang pola pada foto pertama di atas, tapi
permainan cahaya dan bayangan di permukaan sangat menyenangkan. Ada juga tekstur
menarik pada dinding dan atap. Anda mungkin juga telah memperhatikan bahwa lengkungan
pada pintu menciptakan "Frame within a Frame".

8. Rule of Odds

Dalam dunia fotografi, tentu ada banyak peluang tapi "Rule of Odds" adalah sesuatu yang sama
sekali berbeda. Aturan ini menunjukkan bahwa gambar akan lebih menarik secara visual jika
ada yang "ganjil" pada subjek. Aneh bukan? Teori ini mensugesti pemirsa bahwa jumlah elemen
ganjil dalam sebuah adegan akan mengganggu mata pemirsa sehingga tidak yakin untuk
memfokuskan perhatiannya pada subjek yang mana. Teknik ini memanfaatkan kekurangan dari
adegan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa sesuatu yang ganjil itu akan lebih mudah
mencuri perhatian banyak orang. Sebenarnya, saya pikir ada banyak kasus di mana hal ini bisa
saja dihindari, tetapi akan ada tempat dan situasi di mana hal ini akan tetap berlaku.
Image Credit Barry O Carroll

Foto di atas adalah contoh dari teknik komposisi Rule of Odds. Fotografernya sengaja
membingkai adegan dengan memasukkan tiga lengkungan. Itu pilihan yang lebih baik, karena
dua lengkungan biasanya tidak bekerja dengan baik dan bisa berpotensi membuat perhatian
pemirsa terbagi ke kiri atau kanan. Coba Anda perhatikan, yang ganjil pada foto di atas adalah
tiga buah lampu dengan posisi kabel yang berbeda, kemudian dua manusia di lengkungan
tengah dan satu manusia di lengkungan kiri. Gambar tersebut juga menggabungkan komposisi
pola dan "Frame within a Frame".

9. Fill the Frame

Sesuai namanya, bahwa teknik komposisi ini akan mengisi penuh frame dengan subjek Anda,
dan hanya meninggalkan sedikit atau tidak sama sekali ada ruang di sekitar subjek. Ini
membantu subjek untuk tampil fokus sepenuhnya sebagai subjek utama dan tanpa gangguan.
Hal ini juga memungkinkan pemirsa untuk mengeksplorasi detail dari subjek yang tidak akan
memungkinkan jika subjek difoto dari kejauhan. Komposisi "Fill the Frame" sering memberi
Anda peluang untuk begitu dekat dan dapat memotong elemen-elemen penggangu dari subjek
Anda. Dalam banyak kasus, teknik ini dapat menunjukan tampilan subjek yang sangat alami
dengan komposisi yang menarik.
Image Credit Barry O Carroll

Pada foto singa sebelah kiri di atas, subjek mengisi frame sepenuhnya dengan wajahnya. Hal ini
memungkinkan pemirsa untuk benar-benar fokus pada rincian seperti mata, tekstur dan bulu
singa. Anda juga mungkin memperhatikan bahwa foto singa tersebut menggunakan Rule of
Thirds untuk mengatur keseimbangan mata, hidung dan mulut singa. Sedangkan pada foto
kedua sebelah kanan, ada sedikit sisa ruang di sekitar subjek bangunan. Poin pada foto tersebut
adalah untuk menampilkan detail arsitektur pada sisi depan dan samping gedung.

10. Ruang Negatif

Sederhanya pedoman komposisi ini adalah kebalikan dari teknik komposisi Fill the Frame di
atas. Mengambil banyak ruang yang kosong atau ruang "negatif" di sekitar subjek juga bisa
menjadi sangat menarik. Ini menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. Teknik komposisi
ini mempunyai tujuan yang sama seperti Fill the Frame yaitu membantu untuk fokus pada
tampilan subjek utama tanpa gangguan.
Image Credit Barry O Carroll

Foto patung Dewa Siwa di atas sebenarnya contoh yang baik untuk komposisi ruang negatif.
Patung sebagai subjek utama tetapi foto di atas telah meninggalkan banyak ruang dan hanya
diisi oleh langit di sekitarnya. Ini memfokuskan perhatian kita pada patung itu sendiri dan juga
menciptakan rasa kesederhanaan. Tidak ada yang rumit tentang adegan, hanya patung yang
dikelilingi oleh langit, itu saja. Kemudian foto menggunakan Rule of Thirds untuk menempatkan
patung di sebelah kanan frame.
Saya sering menggunakan komposisi ini untuk memotret lomba panjat pinang, sehingga subjek
terlihat seperti berinteraksi di langit. Selain itu, komposisi ini juga bisa digunakan untuk
membuat foto minimalis, meskipun konsep foto minimalis memiliki pedoman khusus tersendiri.

Saya rasa artikel ini sudah sangat panjang, sementara saya baru menulis 10 pedoman komposisi
fotografi. Untuk 8 teknik komposisi lainnya akan saya tulis pada artikel yang berbeda. Silahkan
Anda baca di sini artikelnya.

Perhatian! Artikel ini saya susun berdasarkan referensi dari fotografer "Barry O Carroll" asal
Dublin, Irlandia. Semua foto yang menjadi contoh penerapan komposisi dalam artikel ini tidak
lepas dari hak cipta Barry O Carroll sebagai pemiliknya.
4# MEMBUAT VIDEO DARI KOLEKSI FOTO ESSAY
5# MENGENAL JENIS-JENIS LENSA KAMERA DSLR
6# MENGETAHUI PERBEDAAN APS-C DAN FULL-FRAME
7# 4 LANGKAH MEMBERSIHKAN DEBU PADA KAMERA CANON
8# CARA MENGGUNAKAN DAN MENGATUR LETAK AF-POINT (TITIK AREA FOKUS)
9# PANDUAN MEMOTRET SESEORANG DI LUAR RUANGAN (OUTDOOR)
10# MENGENAL FORMAT RAW DAN PERBANDINGANNYA DENGAN FORMAT JPEG
Segera daftarkan email Anda untuk menerima update artikel terbaru seputar fotografi langsung
di email Anda.
KELAS FOTOGRAFI
" Tutorial, Tips Trik, dan Panduan Belajar Fotografi "
MENGENAL MACAM-MACAM TEKNIK PENGAMBILAN
GAMBAR (TYPE OF SHOT)
M. HAJAR A.K 1:12:00 AM PEMULA , PENGEMBANGAN , TEKNIK
Type of shot atau diterjemahkan dalam ilmu fotografi sebagai teknik pengambilan gambar yaitu
suatu teknik untuk memilih luas area frame yang diberlakukan pada subjek sesuai dengan
kaidah type of shot yang telah ditentukan secara umum. Kaidah ini akan lebih dikritisi pada foto
yang menggunakan subjek manusia di dalamnya.

Teknik ini menjelaskan tentang aturan yang benar memilih luas area frame baik yang lebar
maupun sempit dan batasan pemotongan subjek oleh frame sesuai dari jenis teknik
pengambilan gambar yang Anda gunakan. Teknik ini sangat berguna, dan Anda yang berprofesi
sebagai fotografer jurnalis bisa menerapkan beberapa type of shot untuk pendekatan khusus
seperti metode EDFAT (baca di sini materinya).

Adapun beberapa teknik pengambilan gambar (type of shot) yang umum digunakan dan sangat
penting untuk ada ketahui yaitu:

1. Extreme Long Shot


Dikenal juga sebagai Extra Long Shot atau Very Long Shot yaitu teknik pengambilan gambar
mencakup area yang sangat luas dengan maksud untuk mengikut-sertakan elemen disekitar
subjek utama ke dalam frame. Area frame dari teknik ini bisa lebih luas lagi dari contoh gambar
di atas, sehingga subjek manusia di dalamnya akan terlihat lebih kecil lagi.

Saat menggunakan teknik ini untuk memotret subjek manusia atau portrait, disarankan agar
Anda mencari komposisi yang dapat menyatukan subjek utama dengan elemen lainnya atau
kondisi disekitar subjek. Sehingga secara keseluruhan semua pada gambar terlihat menjadi
sebuah kesatuan yang menarik dan relevan. Saat ini banyak yang menggunakan teknik
pengambilan ini untuk kreativitas foto prewedding yang menggunakan area yang luas.
2. Long Shot

Pada teknik ini pengambilan gambar hanya menggunakan area yang cukup / pas untuk
memperlihatkan seluruh tubuh subjek tanpa terpotong oleh frame. Teknik ini hanya mensorot
dan memprioritaskan subjek utama dan bermaksud untuk menonjolkan subjek dengan ekspresi
dan interaksinya tanpa ada bagian tubuh yang terpotong.

3. Medium Long Shot

Teknik ini memiliki tujuan yang sama dengan teknik Long Shot. Hanya saja pada teknik ini batas
pengambilan gambar dimulai dari bawah lutut kaki sampai ke atas kepala. Ruang yang diambil
tentunya lebih sempit dari teknik Long Shot.
4. Medium Shot

Pada teknik ini area pengambilan gambar sedikit lebih sempit dari teknik Medium Long Shot di
atas yaitu dimulai dari batas pinggang atau sedikit di bawahnya sampai ke atas kepala. Teknik
ini bertujuan untuk menonjolkan lebih detail lagi bahasa tubuh dari ekspresi subjek.

5. Close Up
Teknik pengambilan gambar Close Up mengambil area yang jauh lebih sempit yaitu mulai di
atas pinggang atau dibawah bahu sampai ke batas kepala. Tujuannya untuk menceritakan
secara detail ekspresi dan mimik dari wajah seseorang. Oleh sebab itu teknik pengambilan close
up sering digunakan untuk memotret orang yang senyum, menangis, merenung, dan yang lagi
trend saat ini digunakan untuk menampilkan kerutan wajah seseorang agar terlihat lebih
dramatis.

6. Big Close Up

Teknik pengambilan gambar ini akan mengambil area yang lebih sempit lagi dari teknik Close
Up di atas. Batas area yaitu mulai dari leher atau dibawah dagu sampai di atas dahi atau batas
kepala. Pada dasarnya tujuan teknik ini sama dengan teknik Close Up, hanya saja menekankan
untuk lebih mendetailkan ekspresi dan mimik wajah seseorang.

7. Extreme Close Up
Sedangkan teknik pengambilan gambar Extreme Close Up hanya mengekspos bagian tertentu
saja pada wajah. Umumnya teknik ini digunakan untuk menampilkan bagian yang dianggap
menarik dari wajah seseorang seperti hanya menampilkan bagian mata, hidung atau bibir.
Teknik ini juga digunakan untuk membuat gambar katalog atau iklan produk kosmetik, seperti
gambar hidung untuk pembersih komedo, bibir untuk lipstik, mata untuk alat pelentik, dll.

Saat Anda menerapkan salah satu type of shot tidak harus sama persis, dapat dimaklumi jika
pengaturan frame mungkin kurang atau lebih sedikit. Yang terpenting gambar Anda memenuhi
karakter dari salah satu pedoman type of shot, dan tentunya alangkah lebih baik jika Anda bisa
menerapkannya dengan benar.

Jangan lupa baca artikel "Mengenal Macam-Macam Sudut Pengambilan Gambar (Angle) Dalam
Fotografi".

MENGENAL MACAM-MACAM SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (Angle) DALAM


FOTOGRAFI

Kali ini saya akan membahas tentang macam-macam sudut pengambilan gambar.
mari kita mempelajari tentang macam-macam sudut pengambilan gambar.
Image

A.PENGERTIAN
apa itu angle?
angle adalah suatu cara pengambilan gambar.dan angle terbagi menjadi 5 yaitu

1.Eye Level

Sudut pengambilan ini memberi kesan yang sama dengan cara mata kita melihat terhadap
objek. Posisi dan arah kamera memandang objek yang akan diambil layaknya mata kita melihat
objek secara biasa. Kamera dan lensa sejajar dengan objek. Pengambilan angle eye view
biasanya digunakan untuk mengambil foto potret terhadap manusia, dimana posisi kamera
layaknya posisi mata kita sendiri.
Contoh gambar bisa dilihat disiniDISINI

2. Low Angel
Posisi kamera lebih rendah dari objek foto serta menghadap ke atas dan memberikan kesan
kemewahan, kebesaran, atau kekuatan dari sebuah objek. Fotografer menggunakan sudut
pengambilan foto ini untuk memotret bangunan agar memberikan kesan yang megah dari
bangunan tersebut.
Contoh gambar bisa dilihat disiniDISINI

3. High Angle
Angle ini digunakan untuk menangkap kesan luas dari objek. Dengan high angle kita bisa
memasukkan elemen pendukung objek yang akan kita abadikan kedalam frame. Kesan dari
penggunaan sudut pengambilan foto ini akan memberikan kesan kecil atas objek foto.
Contoh gambar bisa dilihat disiniDISINI
4. Bird Eye
Menggunakan sudut pengambilan ini, sebagai fotografer kita bisa memberikan kesan yang luas
dalam foto yang kita hasilkan, ibarat penglihatan seekor burung. Memotret dengan sudut
pengambilan ini digunakan untuk membuat foto tentang suatu daerah, perkotaan, atapun
menggambarkan lanskap.
Contoh gambar bisa dilihat disiniDISINI

5. Frog Eye
Memotret dengan angle frog eye, posisi kamera bisa saja sejajar dengan tanah. Hal ini biasanya
digunakan untuk memotret objek yang posisinya berada diatas tanah. Sebagain fotografer
bersusah payah mengambil foto dengan sudut pengambilan ini, tak jarang pula mereka tiduran
ditanah untuk menghasilkan foto yang bagus.
Contoh gambar bisa dilihat disiniDISINI

Demikian yang saya dapat sampaikan lebih kurang mohon maaf y...

B.KESIMPULAN
Ini adalah suatu teknik yang penting dalam fotografi untuk mendapatkan objek yang lebih
baik & bagus

C.REFERENSI
1.http://fotokita.net/blog/2013/09/mengenal-angle-dalam-fotografi/
2.http://www.kelasfotografi.com/2015/02/mengenal-macam-macam-sudut-pandang.html

MENGENAL MACAM-MACAM SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR


(ANGLE) DALAM FOTOGRAFI

M. HAJAR A.K 8:48:00 AM PEMULA


Istilah "angle" sudah umum dan tak asing lagi bagi kalangan pemula.
Hanya saja mereka tidak mengetahui posisi yang benar dari masing-
masing sudut pengambilan gambar yang diberlakukan pada fotografi.

Berikut macam-macam sudut pengambilan gambar (angle) yang berlaku


secara umum dalam fotografi:

1. Eye Level
Ini adalah sudut pengambilan gambar atau angle yang netral sehingga
disebut juga Normal Angle. Pada angle ini tingginya kamera saat membidik
harus sejajar dengan subjek / objek yang dibidik. Bila memotret seseorang
maka bagian tubuh yang dijadikan tolak ukur untuk mensejajarkan sorotan
kamera dengan subjek adalah pada posisi kepala, lebih tepatnya jatuh di
area mata.

2. The Bird's-Eye View

Foto yang diambil dengan posisi angle ini akan memperlihatkan sudut
pengambilan gambar dari ketinggian. Maksudnya pemotretan dilakukan
dari tempat yang sangat tinggi, contohnya seperti foto yang menampilkan
seluruh isi kota, (gedung tinggi, ramainya kendaraan, dan aktivitas di jalan).

3. High Angle
Angle ini memiliki karakter angle yang sama seperti The Bird's-Eye View di
atas yaitu memotret objek dari ketinggian hanya saja angle ini tidak se-
ekstrem The Bird's-Eye View. Bila digunakan untuk memotret seseorang
maka tingginya sorotan kamera harus lebih tinggi dari posisi kepala orang
tersebut. Sehingga posisi kepala akan tampak lebih besar membulat dan
ukuran badan tampak mengecil sampai ke kaki seperti meruncing.

4. Low Angle

Angle ini merupakan kebalikan dari High Angle yaitu sudut pengambilan
gambar yang rendah dan jika digunakan untuk memotret seeorang maka
tingginya sorotan kamera harus lebih rendah dari kepala orang tersebut.
Hasil foto menggunakan angle ini juga merupakan kebalikan dari hasil High
Angle yaitu membesar pada bagian kaki dan mengecil dibagian badan
sampai ke kepala.

5. Frog Eye Angle


Angle ini memiliki karakter angle yang sama dengan Low Angle di atas
yaitu sudut pengambilan gambar yang rendah hanya saja tingkat
kerendahannya lebih extreme yang dimana kamera hampir saja
menyentuh tanah. Sehingga saat menggunakan angle ini terkadang
fotografer harus tiarap saat memotret.

6. Canted Angle

Disebut juga Oblique Angle yaitu pemilihan sudut pengambilan gambar


yang sengaja dimiringkan. Angel ini biasanya digunakan untuk
menghasilkan foto yang unik.

Jangan lupa baca juga artikel "Mengenal Macam-Macam Teknik


Pengambilan Gambar (Type of Shot)"
CARA MENGATUR DAN MENGGUNAKAN SHUTTER SPEED

Shutter speed atau kecepatan rana merupakan salah satu elemen /


pengaturan yang diperlukan untuk membentuk sebuah eksposur
(exposure). Untuk mengetahui apa itu eksposur silahkan baca di sini.

Saat Anda menekan tombol shutter untuk memotret, maka shutter (rana)
akan terbuka lalu tertutup kembali dengan rentang waktu tertentu. Nah!
Lamanya waktu shutter atau rana itu terbuka lalu tertutup kembali itulah
yang dimaksud dengan shutter speed atau kecepatan rana. Pada mode
Manual Exposure (M) atau Shutter Priority (S/Tv), Anda bisa mengatur
shutter speed secara manual sesuai dengan keinginan Anda. Berikut
contoh gambar ketika shutter speed bekerja:

Sensor kamera ditutupi (diblok) oleh shutter atau rana sehingga terkadang
shutter ini juga disebut sebagai "shutter plane". Sedangkan didepan sensor
dan shutter tersebut terdapat "mirror" yang berfungsi merefleksikan adegan
ke pentaprisma lalu dipantulkan lagi ke viewfinder. Nah! Ketika Anda
menekan tombol shutter untuk memotret, maka posisi mirror naik ke atas
(lock-up) lalu shutter terbuka, dan pada saat itulah sensor merekam
adegan (pengambilan gambar). Kemudian pada saat yang bersamaan pula
"cahaya" akan ikut masuk melalui lensa menuju sensor. Oleh sebab itu
cepat lambatnya waktu shutter bekerja juga mempengaruhi kualitas
pencahayaan pada hasil gambar. Kesimpulannya yaitu semakin lama
waktu shutter atau rana terbuka dan tertutup, maka semakin besar peluang
cahaya yang masuk dan menghasilkan foto yang terang.

Masih bingung? Seperti halnya jendela kamar Anda, ketika Anda


membukanya lalu menutup kembali dengan waktu yang sangat cepat maka
tentunya udara dari luar yang masuk sangat sedikit atau mungkin tak ada
sedikitpun. Begitupula sebaliknya kalau Anda membuka tutup jendela
kamar dengan waktu yang lama maka jumlah udara yang masuk akan jauh
lebih banyak. Seperti itu kira-kira analogi peluang cahaya yang akan
masuk saat shutter terbuka.

Bagaimana cara menggunakan shutter speed?

Sebelumnya Anda harus tahu kalau untuk mengatur shutter speed secara
manual tidak bisa dilakukan pada mode Auto atau Program (P), melainkan
pada mode Manual Exposure (M) atau mode Shutter Priority. Pada kamera
Canon, mode Shutter Priority ditulis dalam simbol (Tv), sedangkan pada
Nikon dan kebanyakan kamera lainnya ditulis dalam simbol (S). Jadi,
langkah pertama silahkan putar tombol mode-dial pada kamera Anda dan
pilih mode manual (M) atau Tv (pada Canon) atau S (pada Nikon).
Perhatikan gambar dibawah ini:

Selanjutnya Anda akan melihat nilai shutter speed tampil di monitor LCD
kamera. Perhatikan gambar di bawah ini.

Silahkan Anda pilih menu shutter speed (lihat yang saya lingkari) lalu ganti
kecepetannya sesuai kebutuhan Anda. Jika ingin memotret gerakan cepat
(olahraga atau kendaraan berjalan) maka Anda membutuhkan shutter
speed yang sangat cepat pula yaitu kisaran 1/500 - 1/1000. Namun jika
Anda memotret subjek diam maka nilai aman untuk mendapatkan hasil
yang baik dan mencegah "hand shake (getaran oleh tangan)" yaitu
gunakan shutter speed 1/100 - 1/250. Nilai-nilai tersebut sifatnya
kondisional, bisa saja berbeda dengan kebutuhan pemotretan di lapangan.

Saat mengatur shutter speed Anda harus mengingat kembali fungsi dan
cara kerjanya serta perhatikan juga resikonya. Contohnya, pada kondisi
kurang cahaya dengan shutter speed yang sangat cepat tentunya cahaya
yang diterima oleh sensor akan sedikit dan hasil foto Anda akan cenderung
gelap. Oleh karena itu Anda harus cerdas menggunakannya dengan
mempertimbangkan pengaturan pembentuk eksposur lainnya (aperture
dan ISO)

Silahkan Anda pilih menu shutter speed (lihat yang saya lingkari) lalu ganti
kecepetannya sesuai kebutuhan Anda. Jika ingin memotret gerakan cepat
(olahraga atau kendaraan berjalan) maka Anda membutuhkan shutter
speed yang sangat cepat pula yaitu kisaran 1/500 - 1/1000. Namun jika
Anda memotret subjek diam maka nilai aman untuk mendapatkan hasil
yang baik dan mencegah "hand shake (getaran oleh tangan)" yaitu
gunakan shutter speed 1/100 - 1/250. Nilai-nilai tersebut sifatnya
kondisional, bisa saja berbeda dengan kebutuhan pemotretan di lapangan.
Saat mengatur shutter speed Anda harus mengingat kembali fungsi dan
cara kerjanya serta perhatikan juga resikonya. Contohnya, pada kondisi
kurang cahaya dengan shutter speed yang sangat cepat tentunya cahaya
yang diterima oleh sensor akan sedikit dan hasil foto Anda akan cenderung
gelap. Oleh karena itu Anda harus cerdas menggunakannya dengan
mempertimbangkan pengaturan pembentuk eksposur lainnya (aperture
dan ISO)

ILUSTRASI PENGGUNAAN APERTURE, SHUTTER SPEED, ISO

M. HAJAR A.K 5:54:00 AM PEMULA


Sebelumnya saya telah menulis pembahasan tentang segitiga eksposur
(exposure triangle), Anda bisa membacanya di sini. Jadi pada artikel ini
saya tak perlu panjang lebar lagi menjelaskan lebih dalam tentang segitiga
eksposur. Namun saya akan memberikan contoh berupa ilustrasi hasil dari
penggunaan aperture, shutter speed, dan ISO pada nilai tertentu.
1. Aperture / Diafragma

Sesuai gambar ilustrasi di atas, contoh aperture dimulai dari pembukaan


terkecil (diwakili nilai terbesar yaitu f/32) sampai ke pembukaan maksimal
(diwakili nilai terkecil yaitu f/1.4).

Pada pembukaan aperture atau diafragma terkecil, ruang ketajaman yang


dihasilkan sangat luas bahkan hampir tidak terjadi blur pada background.
Begitu pula sebaliknya pada pembukaan aperture terbesar, ruang
ketajaman terjadi namun hanya sebatas pada area subjek saja dan terjadi
blur pada background. Inilah cara kerja ruang ketajaman yang dikenal
sebagai Dept of field (baca di sini pembahasannya) yang erat
hubungannya dengan aperture.

Untuk pembahasan lengkap tentang aperture atau diafragma dan cara


menggunakannya, silahkan baca di sini.

2. Shutter Speed

Sesuai gambar ilustrasi di atas, contoh shutter speed dimulai dari nilai
tercepat 1/1000 sampai nilai paling lambat 1/2.

Untuk shutter speed yang sangat cepat mampuh menangkap gerakan


subjek yang cepat pula seperti aktivitas olahraga. Teknik ini disebut juga
sebagai "membekukan subjek". Sedangkan pada shutter speed lambat
tidak dapat digunakan untuk menangkap subjek bergerak cepat. Namun
bukan berarti ini harus dihindari. Sebaliknya shutter speed lambat memliki
penempatan untuk situasi tertentu bahkan Anda bisa berkreasi dengan
shutter lambat. Apakah Anda pernah melihat foto ombak dilaut atau arus
air disungai yang terlihat seperti asap? Itulah salah satu kegunaan shutter
speed lambat yang menggunakan teknik bulb (baca di sini
pembahasannya).

Untuk pembahasan lengkap tentang shutter speed dan cara


menggunakannya, silahkan baca di sini.

3. ISO

Sesuai gambar ilustrasi di atas, contoh ISO dimulai dari nilai paling rendah
yaitu 50 (umumnya 100) dan nilai tertinggi yaitu 25600 (umumnya 32000).

Penggunaan ISO yang aman dan yang sering direkomendasikan adalah


100 - 800. Nilai ISO tinggi di atas itu akan muncul "noise" (bintik-bintik)
pada gambar. Semakin tinggi ISO yang Anda gunakan maka semakin
keras dan banyak noise yang timbul. Oleh sebab itu harus hati-hati
menggunakan ISO.

Untuk pembahasan lengkap tentang ISO dan cara menggunakannya,


silahkan baca di sini.
MEMOTRET LEVITASI MENGGUNAKAN KAMERA PONSEL
TIPS MEMOTRET LEVITASI MENGGUNAKAN KAMERA PONSEL

Jauh sebelumnya saya telah menulis artikel tentang teknik dasar memotret
levitasi (baca di sini), hanya saja pada artikel tersebut tutorial
menggunakan kamera DSLR. Nah, pada artikel kali ini masih tentang
levitasi namun bedanya tutorial ini menggunakan kamera ponsel.
Contohnya seperti foto saya di atas, yang saya ambil menggunakan
smartphone Samsung Gt-n7000.

Jelas berbeda kecanggihan kamera DSLR dengan kamera ponsel /


smartphone yang memiliki banyak keterbatasan. Dan itu sangat terasa
pada saat kita mengatur eksposur. Jika pada kamera DSLR kita bisa
mengatur eksposur secara manual maka pada kamera ponsel eksposur
bekerja secara auto.

Apa hubungan pembahasan eksposur dengan levitasi?

Eksposur dibentuk oleh 3 elemen / pengaturan (shutter speed, aperture,


ISO) yang disebut segitiga eksposur (exposure triangle). Sedangkan untuk
memotret levitasi kita perlu menguasai dan fokus pada 1 elemen dari 3
elemen pembentuk eksposur tersebut yaitu shutter speed.

Levitasi berhubungan dengan kecepatan maka untuk membidik sukses


levitasi diperlukan pengetahuan menggunakan shutter speed secara
manual (baca di sini penjelasan lengkap shutter speed).

Namun sayangnya lagi-lagi secara umum kamera ponsel tidak menyediakn


fitur untuk mengatur shutter speed secara manual, oleh sebab itu kita
memerlukan cara lain mengendalikan shutter speed pada sebuah kamera
ponsel agar bisa memotret levitasi. Berikut tipsnya:

1. Mengatur ISO

Dari 3 pengaturan eksposur yang hanya bisa diset secara manual pada
kamera ponsel hanyalah pengaturan ISO. Tapi ingat! Berubahnya nilai ISO
pada kamera ponsel adalah berubahnya nilai eksposur secara keseluruhan
(segitiga eksposur) termasuk aperture dan shutter speed. Jadi solusi
pertama terletak pada ISO.

Saya akan jelaskan secara ringkas saja. Jika ISO dinaikkan maka shutter
speed ikut berubah menjadi lambat. Begitupula sebaliknya jika ISO
diturunkan maka shutter speed berubah menjadi cepat. Itulah konsep kerja
ISO pada kamera ponsel yang berbeda dengan kamera DSLR.

Oleh sebab itu untuk tips pertama kita akan memanfaatkan konsep kerja
tersebut dengan meletakkan ISO pada angka normal atau paling rendah
yaitu 100. Jangan gunakan ISO automatis.
Namun perlu juga diingat juga kalau naik turunnya nilai ISO memiliki resiko
pada pencahayaan yaitu ISO tinggi berdampak terang dan ISO rendah
berdampak gelap. Lalu bagaimana solusinya? Silahkan terus membaca
artikel ini sampai selesai.

2. Memilih Kondisi Pencahayaan Yang Cukup Terang

Seperti yang saya katakan di atas tentang resiko ISO yang tinggi dan
rendah, maka untuk tips kedua adalah memilih kondisi pencahayaan yang
cukup terang untuk mengatasi masalah pencahayaan yang redup karena
menurunkan nilai ISO. Paham maksudnya?

3. Mengatur Nilai EV

Jika pada kamera DSLR EV dikenal sebagai Exposure Compenstion maka


pada kamera ponsel dikenal sebagai Exposure Value (Nilai Pembukaan).
Cara kerjanya juga sama. Jadi, tips berikutnya adalah menurunkan nilai EV
dari nilai normal (0) sampai nilai paling rendah (minus).

4. Mengatur Metering (pengukuran Cahaya)

Gunakan mode metering Matrix atau Evaluative. Dan jangan memilih posisi
backlight (posisi subjek membelakangi matahari) terkecuali Anda ingin
membuat foto siluet.

5. Memilih Mode Fokus Yang Tepat

Gunakan mode fokus makro. Tapi jika Anda bisa lebih baik dengan mode
fokus lainnya maka silahkan gunakan sesuai yang bisa Anda kendalikan.

6. Cara Menekan Tombol Shutter

Karena di sini kita menggunakan mode fokus makro maka sebelum


memotret letakkan focus point lalu fokus pada subjek (orang yang
melakukan levitasi). Dan sebelum subjek melakukan adegan levitasi, tekan
tombol shutter dan jangan dilepas (jari dalam posisi menempel ke tombol).
Pada saat itu kamera Anda belum akan melakukan pengambilan gambar
dan akan melakukan pengambilan gambar setelah jari Anda dilepas dari
tombol shutter. Nah, ketika subjek melompat, baru jari Anda di lepas untuk
mengambil gambar.

Itulah 6 tips sederhana memotret levitasi menggunakan kamera ponsel.


Tapi belakangan ini banyak smartphone yang fitur kameranya sudah
menyediakan kontrol kecepatan rana (itu sama saja shutter speed), maka
cara mengambil adegan levitasi dengan ponsel seperti itu ikuti saja
petunjuk levitasi menggunakan DSLR (baca di sini artikelnya). Adanya
kontrol kecepatan rana akan lebih baik lagi untuk menangkap adegan
levitasi, karena Anda bisa mengatur berapa kecepatan yang dibutuhkan
untuk membekukan gerakan subjek.
Bila Anda bingung mencari ide atau inspirasi membuat foto levitasi,
silahkan Anda lihat beberapa karya foto levitasi yang menakjubkan di sini.

Memahami Konsep ISO


Secara definisi ISO adalah ukuran tingkat sensifitas sensor kamera
terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO kita maka semakin sensitif
sensor terhada cahaya.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang setting ISO di kamera


kita (ASA dalam kasus fotografi film), coba bayangkan mengenai sebuah
komunitas lebah.

Sebuah ISO adalah sebuah lebah pekerja. Jika kamera saya set di ISO
100, artinya saya memiliki 100 lebah pekerja.
Dan jika kamera saya set di ISO 200 artinya saya memiliki 200 lebah
pekerja.
Tugas setiap lebah pekerja adalah memungut cahaya yang masuk melalui
lensa kamera dan membuat gambar. Jika kita menggunakan lensa identik
dan aperture sama-sama kita set di f/3.5 namun saya set ISO di 200
sementara anda 100 (bayangkan lagi tentang lebah pekerja), maka gambar
punya siapakah yang akan lebih cepat selesai?
pengertian-ISO-fotografi
Secara garis besar:

Saat kita menambah setting ISO dari 100 ke 200 (dalam aperture yang
selalu konstan kita kunci aperture di f/3.5 atau melalui mode Aperture
Priority A atau Av), kita mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam
pembuatan sebuah foto di sensor kamera kita sampai separuhnya (2 kali
lebih cepat), dari shutter speed 1/125 ke 1/250 detik.
Saat kita menambah lagi ISO ke 400, kita memangkas waktu pembuatan
foto sampai separuhnya lagi: 1/500 detik.
Setiap kali mempersingkat waktu esksposur sebanyak separuh, kita
namakan menaikkan esksposur sebesar 1 stop.
Anda bisa mencoba pengertian ini dalam kasus aperture, cobalah set
shutter speed kita selalu konstan pada 1/125 (atau melalui mode Shutter
Priority S atau Tv), dan ubah-ubahlah setting ISO anda dalam kelipatan
2; missal dari 100 ke 200 ke 400 dst, lihatlah perubahan besaran
aperture anda.

Anda mungkin juga menyukai