Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyelidikan tasnya seragam (not of gross disequillibrium in
crust of uniform density), tetapi lebih meru-
Kepulauan Indonesia pada mulanya mena- pakan pengukuran dari ketebalan melange yang
rik perhatian para ahli geologi karena ba- berciri densitas rendah.
nyaknya gunungapi aktif, menurut data terbaru, Teori lain yang tidak kurang pentingnya
Koesoemadinata (1979) 128 buah. Jumlah ini adalah Teori Undasi (Undation Theory) dipe-
jauh lebih besar dibanding daerah lainnya di lopori van Bemmelen (1949). Teori ini tumbuh
muka bumi ini. Disamping itu, perubahan fi- dari data geologi di Indonesia, khususnya
siografi daratan dan lautan yang menyolok, penyebaran batuan granit serta waktu keja-
disertai oleh aneka ragamnya fauna dan flora diannya. Menurut van Bemmelen penyebaran
telah banyak menambah perbendaharaan ilmu batuan granit ini mempunyai pola tertentu, yak-
umumnya, khususnya ilmu geologi. Tidaklah ni bergerak dari satu titik (center of dias-
berlebihan kalau Cloos (1936 hal. 473) menu- trophism) dan menyebar mengikuti gerak
lis : gelombang sinusoidal. Gerak sinusoidal inilah
"The East Indies are an important dianggap sebagai titik pangkal dari evolusi
touchstone for conceptions on funda- geosinklin (Geosynclinal Cycle) dalam Teori
mental problems of the geological Undasi.
evolution of our planet". Disamping teori yang tumbuh dari data
geologi di Indonesia, teori yang berasal dari da-
Pernyataan Cloos tersebut diatas telah erah lain telah pula dicoba untuk menerangkan
mendorong ahli geologi untuk menyelidiki mulajadi kepulauan ini. Teori Kontinen Hanyut
kepulauan Indonesia. Beberapa data penting (Continental Drift) sebagaimana dikemukakan
hasil penyelidikan mereka bahkan telah dikem- oleh Wegener (1912) dan Taylor (1910) telah
bangkan menjadi teori, yang telah mempunyai dicoba diterapkan di Indonesia oleh Sibinga
dampak luas dalam pemikiran geologi u- (1933).
mumnya. Sebagai misal Teori Tektogen (TEC- Teori Tektonik Lempeng yang merupakan
TOGENE) yang beranggapan bahwa gerak tu- revolusi dalam pemikiran geologi, terakhir ini
run (down-buckling) sebagai titik pangkal dari telah pula dicoba untuk menerangkan masalah
gerakan dalam geologi, diusulkan oleh Vening geologi di Indonesia. Teori Tektonik Lempeng
Meinesz (1940) berdasar diketemukannya ano- (Plate Tectonics, Mc. Kenzie, 1972) atau juga
mali gravitasi negatif di lepas pantai selatan dikenal sebagai "New Global Tectonics" (Isack
Jawa, yang akhirnya dikenal sebagai "Vening dkk., 1968) dimulai dari penemuan data geo-
Meinesz Belt". Teori ini kemudian dipakai oleh fisika oleh Dietz (1961), Hess (1962) serta Vine
peneliti lainnya, seperti Escher, Hess dan dan Mathews (1963) dan akhirnya berkembang
Kuenen untuk menerangkan masalah geologi di sebagai suatu teori yang sekarang dianggap
Indonesia, dan bagian lain bumi. paling mampu menerangkan masalah geologi
Penelitian ulang terhadap Busur Vening dengan cara yang jauh lebih sederhana diban-
Meinesz akhir-akhir ini ternyata bahwa hampir ding dengan semua teori yang pernah ada
semua anomali negatif yang ada, letaknya tidak sebelumnya.
tepat di palung, tetapi justru pada tinggian de- Di Indonesia Teori Tektonik Lempeng telah
kat palung yang sering disebut sebagai busur dipakai oleh banyak peneliti, Katili (1971,
luar (van Bemmelen, 1949; Untung, Sato, 1978) 1976, 1978), Sukendar (1974) serta Koesoe-
atau "trench-slope break" (Dickinson dkk., madinata (1975), Martodjojo (1978). Beberapa
1979). Hamilton (1976) lebih lanjut mene- penyelidik bahkan telah membuat penelitian
rangkan bahwa hasil pengukuran Vening yang utuh mengenai geologi di Indonesia, Ha-
Meinesz, yang kemudian dikenal sebagai busur milton (1970-1979) dan Nishimura (1980).
Vening Meinesz, bukanlah merupakan ketidak Beberapa hasil penyelidikan di kepulauan Indo-
seimbangan dalam kerak bumi yang densi-
EVOLUSI CEKUNGAN BOGOR, JAWA BARAT

nesia juga mampu mengisi kekurangan data Daerah gerak Lempeng Hindia di daerah
pada Teori Tektonik Lempeng; seperti yang Andaman-Nikobar dan Sumatra, mempunyai
dikerjakan oleh Karig dkk., (1979) di Kep. kesamaan karena kedua daerah ini dipengaruhi
Nias, serta Whitford (1975) mengenai perkem- oleh sesar mendatar yang besar. Dari data geo-
bangan geokimia gunungapi dibusur kepu- logi di Sumatra, akibat gerak Lempeng Hindia
lauan. lebih sulit lagi dipelajari, karena kita harus
Teori Tektonik Lempeng sendiri telah ba- mampu mengerti status setiap batuan di daerah
nyak membuat perubahan dalam pemikiran tersebut, mengingat ada pendapat bahwa seba-
geologi. Perubahan yang terpenting adalah gian batuan di Sumatra berasal dari Kontinen
perubahan sikap yang mendasar dalam penye- Gondwana (Sasajima dkk., 1980).
lidikan geologi regional. Satu-satunya daerah, dimana pergerakan
Pada hakekatnya prinsip "The Present is the Lempeng Hindia langsung bertemu tegak lurus
Key to the Past" (Hutton, 1783), telah mampu dengan kontinen adalah di Jawa. Hingga kini di
mendasari pemikiran geologi, tetapi dalam tek- pulau ini tidak didapatkan elemen asing se-
tonik, orang kehilangan jejak, karena "The bagaimana di Sumatra. Hal ini dapat memper-
Present" yang merupakan kunci tidak dapat kuat pemilihan daerah ini sebagai model untuk
diamati. mempelajari akibat gerak Lempeng Hindia.
Teori Tektonik Lempeng dalam perkem- Nishimura dan Ikeda (1978) mengatakan bah-
bangannya justru dimulai dari data gerak yang wa busur kepulauan di Jawa ini merupakan bu-
nyata di lantai samudra, misalnya pergerakan sur kepulauan yang sedang tumbuh ("is a stage
Lempeng Australia sekarang adalah 4,5 - 6,4 of the development of island arc").
cm/th (Mc. Kenzie dan Sclater, 1971). Perge-
rakan lantai samudra ini telah menyebabkan
seluruh aspek morfologi dan geologi dimuka 1.2. Permasalahan
bumi ini. Sebagai misal adalah Teori Cekungan
(Geosynclinal Theory). Dahulu teori ini dimulai Perbedaan geologi Sumatra dan Jawa sudah
oleh data cekungan fosil seperti Cekungan Al- banyak disinggung oleh para peneliti. Salah sa-
pina (Haug, 1900; Suess, 1909) dan cekungan tu perbedaan yang menyolok antara kedua dae-
di Amerika (Hall, 1859; Dana, 1873) tetapi rah ini ialah, di Pulau Jawa banyak ditemukan
sekarang ini kita lebih cenderung untuk melihat endapan aliran gravitasi atau yang sering dise-
gejala dan proses cekungan pada lautan seka- but endapan turbidit, sedangkan di Sumatra se-
rang (Murphy, 1975; Dickinson, 1975, 1979). dimen yang serupa tidak umum.
Dalam Teori Tektonik Lempeng, Indonesia Tempat terdapatnya endapan aliran gravitasi
dianggap sebagai hasil pertemuan tiga lem- di Jawa, mulai dari daerah di sekitar Bogor,
peng; Lempeng Asia Tenggara, yang relatif di- menerus ke timur dan menyambung ke Peg.
am, Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat Kendeng di Jawa Timur (Koesoemadinata,
dan Lempeng Lautan Hindia yang menyatu Soejono, 1977). Di Jawa Barat daerah ini sering
dengan Lempeng Australia bergerak ke utara. diidentikkan dengan Zona Bogor, suatu zona fi-
Oleh karena itu, tidak berlebihan kalau siografi yang dikemukakan oleh van Bemmelen
Nishimura (1980) mengatakan bahwa : (1949).
Hasil penelitian permulaan oleh promo-
"Consequently, there is one of the vendus, ternyata bahwa endapan arus gravitasi
most complexed pattern of geomor- ini tidak hanya meliputi fisiografi Zona Bogor
phologic and geologic developments saja, tetapi melebar ke selatan meliputi seba-
in the world, namely one of the gian Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat.
typical geoscientific "mobile zone" Seluruh daerah endapan aliran gravitasi ini
in the world", (hal. 217). dinamakan oleh promovendus sebagai Ce-
Pola gerak Lempeng Pasifik serta akibatnya kungan Bogor.
telah banyak dipelajari, seperti di daerah To- Akibat pergerakan lempeng yang pada
nga, Karmadec, Filipina dan Jepang, sedangkan dasarnya lateral, dapat merupakan penyebab
sebagai akibat gerak Lempeng Hindia hanya dari seluruh gerak vertikal (Dickinson, 1974).
sedikit daerah yang mungkin dapat dipelajari. Oleh karena itu dengan mempelajari pola gerak

2
SOEJONO MARTODJOJO

vertikal yang berupa sejarah tektonik dari ce- stratigrafi seperti : Superposisi (Steno, 1776),
kungan, akan merupakan data yang penting Hukum Kesinambungan (Steno, 1776), Bidang
untuk membandingkan sejarah gerak lateral Perlapisan adalah Bidang Waktu, Lapisan
suatu lempeng. Dengan asumsi inilah, maka Pandu (Key Bed) dan sebagainya.
promovendus memilih mempelajari Cekungan Setiap unsur batuan sedimen yang berupa
Bogor. tekstur dan struktur dikaji mengikuti suatu kon-
sep "process controlled genetic unit" (Weimer,
1975). Konsep ini didasari oleh penyelidikan
1.3. Pembatasan Permasalahan terhadap tubuh batuan yang sedang terjadi se-
karang, didasari oleh anggapan bahwa didalam
Batas Cekungan Bogor di utara adalah Pa- suatu tempat pengendapan bekerja suatu sistem
paran Epikontinen yang ditandai dengan en- proses. Walaupun pada dasarnya pada suatu
dapan khas paparan, seperti gamping dan napal waktu setiap proses dalam sistem ini terletak
serta pasir kwarsa. Batas selatan dan barat ce- berdampingan, namun didalam perkembangan
kungan ini berbeda dari waktu ke waktu. Batas waktu, hubungan horizontal ini tercerminkan
timur lebih bersifat geografis. dalam hubungan vertikal, sesuai dengan kaidah
Daerah yang dipelajari dalam penelitian ini Hukum Walther. Oleh karena itu sistem proses
pada hakekatnya meliputi seluruh Jawa Barat, yang ada pada satu tempat dapat dipelajari dari
tetapi fokus penelitian diletakkan pada daerah susunan vertikal batuan sedimen pada tempat
antara bujur 10630 - 10730 dan lintang tersebut. Susunan vertikal ini berupa susunan
630 - 7, karena singkapan di daerah ini struktur dan tekstur dari batuan.
dianggap dapat mewakili seluruh Cekungan Unsur fosil dipelajari, guna meneliti hu-
Bogor. bungan waktu dan lingkungan pengendapan
setiap satuan batuan. Contoh yang dianalisa isi
fosilnya diambil minimal 3 contoh pada setiap
1.4. Metoda Penyelidikan satuan, yang mewakili bagian bawah, tengah
dan atas dari satuan tersebut. Pada beberapa
Sebagian besar pemetaan di Cekungan Bo- satuan contoh yang diselidiki lebih banyak.
gor telah selesai. Peta ini dibuat oleh Pusat Penasabahan dan rekonstruksi semua kolom
Pengembangan Penelitian Geologi (P3G), da- yang ada, didasari oleh : kerangka umur berda-
lam skala 1 : 100.000. Pemetaan yang lebih sar fosil, lapisan penunjuk dan prinsip keseban-
teliti, dalam skala 1 : 25.000 telah banyak dingan hubungan vertikal. Rekonstruksi antar
dibuat oleh promovendus dan para mahasiswa kolom didalam kerangka waktu yang ada dibu-
geologi di ITB serta UNPAD, dibawah bim- at berdasar prinsip "The present is the key to
bingan promovendus dan sebagian dibimbing the past" yang telah dicanangkan oleh Hutton
oleh Dr. R.P. Koesoemadinata dari ITB. Oleh (1783), dan penggambarannya mengikuti kai-
karena itu pembuatan peta dalam tulisan ini dah grafis pada rekonstruksi stratigrafi. Dari
bukanlah merupakan peta biasa, tetapi lebih rekonstruksi ini diharapkan kita dapat menge-
menekankan pada perbaikan dari peta-peta yang tahui kedudukan dan hubungan setiap satuan
telah terbit sesuai dengan kaidah Sandi batuan dalam ruang dan waktu.
Stratigrafi Indonesia (IAGI, 1973). Data dasar diatas merupakan suatu landasan
Penelitian lapangan dalam penyelidikan ini untuk penafsiran pola sedimentasi dan sejarah
mengikuti kaidah pemetaan klasik; yakni sedimentasi cekungan daerah penyelidikan.
membedakan daerah yang dianggap penting dan Akhirnya macam proses sedimentasi serta
yang kurang penting. Penyebaran lintasan ciri sedimentasi dalam cekungan ini dapat me-
perjalanan dan contoh batuan diusahakan seme- nunjukkan letak cekungan tersebut pada Sistem
rata mungkin di setiap sudut daerah penyeli- Cekungan menurut Teori Tektonik Lempeng
dikan. (Dickinson, 1975).
Data lapangan utama adalah berupa Kolom Penelitian struktur geologi daerah penelitian
Stratigrafi. Kolom ini menggambarkan urutan dimulai dengan mencatat semua jurus kemi-
vertikal dari batuan sedimen di suatu tempat, ringan batuan, sesar dan kekar. Pola penye-
menurut waktu kejadiannya. Dalam pembu- baran, macam sesar dan lipatan yang ada di
atannya telah dipakai prinsip-prinsip dasar
3
EVOLUSI CEKUNGAN BOGOR, JAWA BARAT

setiap daerah dipakai untuk pembagian satuan Data lain yang dipelajari dalam kaitan
kawasan struktur (structural domain). penyelidikan ini, adalah data geofisika yang
Analisa struktur daerah penyelidikan dida- berupa pengukuran-pengukuran medan magnet,
sari oleh prinsip pengenalan "structural style" pengukuran gravitasi, penampang seismik di
(Lowel, 1981). Pada hakekatnya setiap "struc- daerah yang relevan serta data satelit yang
tural style" mempunyai pola serta macam hu- dianggap mempunyai hubungan erat dengan
bungan lipatan dan sesar yang khas. Setiap pemecahan masalah mulajadi Cekungan Bogor.
"structural style" disebabkan oleh suatu sistem
gaya tertentu.
Di dalam Tektonik Lempeng, setiap bagian 1.5. Tujuan Penyelidikan
sistem busur kepulauan mempunyai macam ga-
ya yang khas. Oleh karena itu dengan mempe- Tujuan penyelidikan ini pertama-tama ada-
lajari "structural style" kita dapat mengenal lah untuk membakukan hubungan satuan strati-
macam gaya, akhirnya dapat menafsirkan letak grafi di Jawa Barat. Tujuan kedua, memberikan
daerah tersebut didalam sistem struktur Tek- gambaran perkembangan tektonik Cekungan
tonik Lempeng. Bogor dari waktu ke waktu yang meliputi
Penyelidikan struktur menomorduakan perkembangan proses sedimentasi dan struktur,
penyelidikan sistematik dari kekar. Penelitian sehingga dapat memberikan gambaran sejarah
kekar hanya dilakukan apabila tanda-tanda Jawa Barat dan Jawa pada khususnya serta
"structural style" tidak jelas. Indonesia Barat pada umumnya.
Penelitian lain yang tidak kalah pentingnya Sumbangan penelitian ini dalam ilmu, diha-
adalah penelitian literatur Sejarah Lautan rapkan dapat memberi gambaran hubungan an-
Hindia, yang tentunya berhubungan erat dan tara gerak tektonik di busur kepulauan dan
secara teori menjadi penyebab dari aspek geo- gerak Lempeng Samudra Hindia dari waktu ke
logi di daratan. waktu.

Anda mungkin juga menyukai