Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi tinggi serta
terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI segera atau 30 menit
hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian ASI saja atau menyusui secara
ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan pemberian makanan tambahan setelah umur enam
bulan serta tetap memberian ASI diteruskan sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI,
2005;22).
Kejadian diare dapat terjadi 3-14 kali lebih tinggi pada anak-anak yang diberi susu
formula dibandingkan dengan anak yang hanya diberi ASI. Memberikan ASI kepada bayi
anda bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi tapi juga keuntungan untuk ibu, proses
menyusui menguntungkan ibu dengan terdapatnya lactational infertility, hingga
memperpanjang child spacing (Pudjiadi, 2000).
Berdasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004-2008,
situasi pemberian ASI di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik.
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (06bulan) meningkat
dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007 tetapi sedikit menurun menjadi
56,2% tahun 2008, dan kembali meningkat pada tahun 2009 (61,3%) dan tahun 2010
(61,5%). Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan sebesar
19,5% pada tahun 2005 meningkat menjadi 28,6% pada tahun 2007 dan sedikit menurun
menjadi 24,3% pada tahun 2008, meningkat pada tahun 2009 (34,3%) dan sedikit turun pada
tahun 2010 (33,6%).
Cakupan pemberian ASI Eksklusif yang terhimpun menurut laporan ASIE di Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014 mengalami penurunan 0,33% menjadi 63,44%
dibandingkan tahun 2013 sebesar 63,77%, namun demikian belum mencapai target RPJMN
2014 sebesar 80%. Cakupan pemberian ASI eksklusif di kota Lubuk Linggau pada bulan
Februari 2014 sebesar 57,4% dan pada bulan Agustus 2014 sebesar 58,3%.
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui.Untuk mengubah
perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak upaya, salah satunya melalui
pendidikan kesehatan (Penkes).Pemberian Penkes tentang ASI eksklusif mampu merubah
perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat menambah pengetahuan ibu mengenai ASI
eksklusif (Winarsih, Resnayati, & Susanti, 2007, hlm.50).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana distribusi tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif
di poli KIA Puskesmas Citra Medika Lubuk Linggau periode Juni 2017?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui distribusi tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian
ASI eksklusif di poli KIA Puskesmas Citra Medika Lubuk Linggau periode Juni 2017.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur,pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, dan sumber informasi.
2. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
3. Mengidentifikasi perilaku responden tentang pemberian ASI Eksklusif.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan program
2. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku ibu terhadap
pemberian ASI Eksklusif.
3. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan saran yang
membangun untuk penelitian selanjutnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)


2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik
yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung
nutrisi-nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI
tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang
baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi
mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi
selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat
menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum (Pudjiadi, 2005).

2.1.2 Volume ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama sejak bayi lahir akan
dapat menghasilkan 100-300 ml ASI dalam sehari, dari jumlah ini akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 300-450 ml/hari pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.
Pada hari ke 10 sampai seterusnya volume bervariasi yaitu 300850 ml/hari tergantung pada
besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400850 ml/hari,
tahun kedua 200400 ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari (Manajemen laktasi, 2004).

2.1.3 Komposisi ASI


Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan kebutuhan bayi
pada saat itu. ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama (kolostrum) komposisinya
berbeda dengan ASI yang dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI matur). ASI yang
dihasilkan ibu yang melahirkan kurang bulan komposisinya berbeda dengan ASI yang
dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup bulan. Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan
saat bayi mulai menyusui dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan
komposisi berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi sebesar
150300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak mengandung protein
dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang
utama adalah casein, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, khususnya
tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi
makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih
dan siap menerima makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58
kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah volume
ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak
dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena
aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan.
Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
c. ASI matang / matur
adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan
volume bervariasi yaitu 300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat
laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan pendamping selain ASI.

Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula


Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi bakteri Tdk ada Mgkn ada Ada bila
dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor pertumbuhan Ada Tidak ada Tidak ada
Protein Jml sesuai dan mdh Terlalu banyak dan Sebagian diperbaiki
dicerna sukar dicerna
Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam lemak - Kurang ALE -Kurang ALE
esensial (ALE), - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA dan
DHA / AA AA
-Mengandung lipase - Tdk ada lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan ekstra
mudah dicerna diserap dgn baik tdk diserap dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama
WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000
Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang diproduksi oleh
ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi
oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir sebelum
waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym
yang lebih banyak dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi
bayi masih belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap
permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan akhir fase
menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk,
air susu encer dan bening yang hanya mengandung sekitar 1 2g/dl lemak, susu ini berasal
dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi
waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang
dihasilkan pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini
berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai empat
kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh
bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (Mizuno, K.
et al., 2008).

2.1.4 Zat Gizi dalam ASI


1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya berubah-ubah
setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya hidrat arang dalam kolustrum
untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9
adalah 6,72 gram; ASI hari ke 30 adalah 7 gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI
adalah 7:4 yang berarti ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini yang
menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum
PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi
vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu
untuk pembentukan myelin (pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan
kalsium dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa
bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang
dilakukan terhadap bayi yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan
gigi sudah terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih
cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat
ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat menguntungkan karena
akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang subur
bagi bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu
oleh glukosamin (Pudjiadi, 2004)
2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan pekembangan bayi.
Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh
sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein
Whey, protein yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein
yang ada di dalam susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna
oleh bayi.
3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan
lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang
cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak (myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA
dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat (Omega 3) dan
asam linoleat (Omega 6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak dalam ASI
tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P., Dr. 2007).
4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak sebesar susu sapi
tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan susu sapi yang
jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus dibuang melalui sistem urinaria maupun
pencernaan karena tidak dapat dicerna. Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan
memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi
tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau gangguan metabolisme.
5. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam
ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi belum mampu membentuk
vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu
dengan pemberian vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam
jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang.
Tetapi tidak perlu ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.

2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI


ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang melindungi bayi
terhadap infeksi terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak baik. Faktor-faktor proteksi
dalam ASI tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
N Komposisi Peranan
O
1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan bakteri
yang menguntungkan dalam usus bayi
untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang
merugikan seperti E. Coli patogen
2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen dan


ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Antistaphilococcus Menghambat pertumbuhan Staphilococcus


patogen.

5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk


meningkatkan imunitas terhadap penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi


8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus

10. Faktor pertumbuhan Membantu pertumbuhan selaput usus bayi


epidermis sebagai perisai untuk menghindari zat-zat
merugikan yang masuk ke peredaran darah.
Sumber: Karyadi, 2003
2.1.6 Manfaaat ASI
ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi, antara lain sebagai
berikut:
1. ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna dan memiliki
komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
pencernaan bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat
untuk :
- menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
- Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti calsium,
magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 0-6
bulan pertama
4. ASI tidak mengandung betalactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada
bayi.
5. ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung anak pada
masa dewasa.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan manfaat pada ibu,
yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke
bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah
kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi
makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin antara ibu
dan bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan
untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga
dapat menghemat biaya untuk berobat.

2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Proses
laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor hormonal. Mulai dari
bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya
ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental
lactogen (HPL)
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Pada
fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon
progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila
payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45
menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini
juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam
susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Proses laktogenesis II dimulai
sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara
penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol
autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak
dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan
bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan
seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat dua
refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang,
maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis
anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin, hormon inilah yang
berperan pada produksi ASI. Prolaktin dibentuk lebih banyak pada malam hari.
b. Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon
oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding
alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Oksitosin juga memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu
terasa mulas pada hari-hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Namun jika makanan
ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat
bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya.
Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat
kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara
tidak langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Jaringan payudara hipoplastik

2.3 ASI Eksklusif


Yaitu memberikan ASI saja selama bayi berumur 0-6 bulan. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan, setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan
tambahan yang tertumpu pada beras. Pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia enam bulan
dan bukan empat bulan, karena pertama dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi
berumur enam bulan.
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan ideal 7,5 kg
membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan kalori 750kkal/hari, serta protein
18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI yang diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan
kalori sebesar 70kkal dan protein sebesar 1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6
bulan ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menjadi
menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus
mendapat makanan tambahan.
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah berumur
enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk. Hal ini dikarenakan
pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya berongga seperti saringan pasir yang memungkinkan
bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat
menimbulkan alergi, akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan (Manajemen laktasi, 2004).
Tabel 3 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB
Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan 500 350 8,75
3 bulan 600 600 15
4 bulan 650 650 16,25
5 bulan 700 700 17,5
6 bulan 750 750 18,75
7 bulan 800 800 20
8 bulan 850 850 21,25
9 bulan 900 900 22,5
10 bulan 950 950 23,75
11 bulan 1000 1000 25
12 bulan 1050 1050 26,25
2 tahun 1600 1600 32

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif secara prospektif dengan


pendekatan cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Poli Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Citra Medika
pada bulan Juni 2017.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua pasien yang datang ke Poli Kesehatan Ibu dan
Anak Puskesmas Citra Medika.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah semua ibu yang membawa anak berusia 6 bulan-2 tahun
datang ke Poli Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Citra Medika.
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode total sampling yaitu
semua sampel penelitian yang memenuhi kriteria pemilihan dijadikan sebagai sampel
penelitian.
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi:
- Bersedia menjadi responden
- Responden bisa baca tulis
Kriteria eksklusi:
- Tidak Kooperatif/bersedia menjadi responden
- Responden dengan riwayat penyakit tertentu yang tidak diperbolehkan memberikan
ASI seperti HIV/AIDS, Hepatitis dan TB Paru.

3.4. Variabel Penelitian


Usia
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Penghasilan perbulan
Tingkat pengetahuan
Sumber informasi
Alasan tidak diberikan ASI eksklusif
Produksi ASI
Perawatan Khusus Payudara

3.5. Definisi Operesional


Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasiona Ukur
l
Tingkat Kemampuan Menjawab Kuisioner 1. Pengetahuan Ordinal
pengetahua ibu dalam pertanyaan pada baik (3-5)
2. Pengetahuan
n menjawab kuesioner
kurang (0-2)
pertanyaan
mengenai
ASI
eksklusif
Usia Lama waktu Menuliskan usia Kuisiner 1. <18 tahun Ordinal
2. 18-25 tahun
hidup saat ini dilembar
3. 26-30 tahun
seseorang kuisioner 4. > 30 tahun
sejak
dilahirkan
Pemberian Pemberian Menuliskan Kuesioner 1. Ya Nominal
2. Tidak
ASI ASI saja diberikan atau
Eksklusif sampai bayi tidaknyaa asi
berusia 6 ekslusif
bulan
Pekerjaan Pekerjaan Menuliskan Kuesioner 1. Bekerja Nominal
2. Tidak
Ibu ibu selama pekerjaan ibu di
Bekerja
memiliki lembar kuesioner
bayi

Tingkat Jenjang Menuliskan Kuesioner 1. Tidak tamat Nominal


Pendidikan pendidikan tingkat SD
2. SD
Ibu formal yang pendidikan di
3. SMP
ditamatkan lembar kuisioner 4. SMA
5. Perguruan
oleh ibu
Tinggi
Produksi Rata-rata Menjawab Kuesioner 1. Banyak Ordinal
ASI ibu pertanyaan pada (500ml-
menghasilka kuesioner 1000ml/hari)
2. Sedikit
n ASI setiap
(<500ml/hari
harinya
)
Penghasila Penghasilan Menjawab Kuesioner 1. Rp.100.000- Ordinal
n perbulan perbulan pertanyaan pada 500.000
2. Rp.600.000-
kuesioner
1.000.0000
3. Rp.1000.000
-3.000.000
4. >Rp.
3.000.
000
Sumber Segala hal Menjawab Kuesioner 1. Media Sosial Nominal
2. Keluarga
Informasi yang dapat pertanyaan pada
3. Tenaga
digunakan kuesioner
Kesehatan
oleh
seseorang
sehingga
mengetahui
mengenai
ASI
eksklusif

Perawatan Perawatan Menjawab Kuesioner 1. Ya Nominal


2. Tidak
Khusus khusus pertanyaan pada
Payudara terhadap kuesioner
payudara
agar
memperlanc
ar ASI

3.6. Metode Pengumpulan Data


3.6.1. Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi cakupan dan pengetahuan
ibu mengenai ASI eksklusif yang di peroleh melalui wawancara langsung dengan responden
menggunakan keusioner.
3.6.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Citra Medika, yaitu data mengenai
demografi penduduk, serta gambaran umum mengenai Puskesmas dan jumlah ibu menyusui
dengan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Citra Medika.

3.7. Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan akan dikelompokkan berdasarkan distribusi
frekuensi untuk mengetahui setiap frekuensi dan setiap kategori pada masing-masing
variabel yang diteliti.

3.8. Kerangka Teori

Faktor Internal:
Umur
Pendidikan
Pengetahuan
Produksi ASi
Pekerjaan
Penghasilan perbulan
Pemberian ASI Eksklusif

Faktor Eksternal:
Sumber Informasi

BAB IV
HASIL
4.1 Profil Komunitas Umum (Puseksmas Citra Medika Lubuk Linggau)
a. Lokasi

Puskesmas Citra Medika merupakan Puskesmas terletak di Jl. Yossudarso Gg. Binjai
no. RT 03 Taba Jemekeh,dengan jarak 300 m dari jalan lintas Sumatera, merupakan
salah satu Puskesmas yang berada di tengah Kota Lubuklinggau.
Adapun denah lokasi Puskesmas:
SKET LOKASI
PUSKESMAS CITRA MEDIKA KECAMATAN LUBUK LINGGAU TIMUR I

PUSKESMAS

SM SWALAYAN
+ CITRA MEDIKA

b. Luas Wilayah
Puskesmas Citra Medika mempunyai luas wilayah 3390.41 Ha. Terbagi dalam 8
kelurahan, dapat dilihat di tabel:

Tabel. Data Luas wilayah kelurahan


Puskesmas Citra Medika

No. Kelurahan
Luas Wilayah ( Ha )
1. Taba Koji 9.81
2. Taba Jemekeh 1920.28
3. Batu Urip Taba 54
4. Watervang 74.25
5. Majapahit 59
6. Air Kuti 199.50
7. Nikan Jaya 34.37
8. Taba Lestari 29.20
TOTAL 3390.41
Sumber : Kantor camat Kecamatan Lubuklinggau Timur I,tahun 2016

c. Batas Wilayah.
Willayah kerja Puskesmas Citra Medika yang berada di Kecamatan Lubuk Linggau
Timur I berbatasan dengan kecamatan - kecamatan lain yaitu :
Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Lubuklinggau Utara II

Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Lubuklinggau Selatan II

Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Lubuklinggau Selatan I

Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuklinggau Timur I

Adapun wilayah kerja Puskesmas Citra Medika Kecamatan Lubuklinggau Timur I


dapat dilihat pada peta di bawah ini :

Peta Wilayah Kerja


PUSKESMAS CITRA MEDIKA KECAMATAN LUBUK LINGGAU TIMUR I
KOTA LUBUK LINGGAU

Kelurahan
Taba Koji

B. DATA DEMOGRAFI

a. Jumlah Penduduk
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Citra Medika Kecamatan Lubuklinggau Timur
I pada Tahun 2016 berjumlah 27.460 jiwa, yang terbagi dalam 13.420 jiwa berjenis
kelamin laki-laki dan 14040 jiwa sisanya Perempuan. Adapun jumlah penduduk
kecamatan Lubuklinggau Timur I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Data Jumlah Penduduk di Wilayah kerja


Puskesmas Citra Medika Tahun 2016
JUMLAH JUMLAH JUMLAH
No. Kelurahan LAKI-LAKI PEREMPUAN PENDUDUK
( Jiwa ) ( Jiwa ) ( Jiwa )
1. Taba Koji 1132 1102 2.234
2. Taba Jemekeh 3600 3517 7.117
3. Batu Urip Taba 1536 1665 3.201
4. Watervang 1950 2227 4.177
5. Majapahit 2036 2169 4.205
6. Air Kuti 815 905 1.720
7. Nikan Jaya 1452 1562 3.014
8. Taba Lestari 899 893 1.792
TOTAL 13420 14040 27.460
Sumber : Kantor camat Kecamatan Lubuklinggau Timur I,Desember 2016

b. Keadaan Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat akan mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan


program. Dengan tingkat pendidikan yang cukup program-program yang dilaksanakan
dapat mencapai hasil yang optimal. Begitu juga sebaliknya.
Adapun struktur pendidikan penduduk di wilayah Kecamatan Lubuklinggau Timur I
dapat di lihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 2. 1. struktur Pendidikan penduduk kecamaan lubuklinggau Timur I
tahun 2016

9000 8133
8000
7000 5700
5279
6000 4782
5000
4000
3000 1819
1424
2000
1000 181
0

Sumber : kantor camat Kecamata Lubukinggau TIMUR I Desember 2016


c. Keadaan Ekonomi

Keadaan Ekonomi biasanya berkaitan dengan pekerjaan. Ini sangat


berpengaruh terhadap pendapatan yang akan berimbas pada kemampuan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatannya, walaupun tahun 2016,seluruh penduduk
kota lubuklinggau mendapatkan jaminan kesehatan ( jamsoskes ) dari pemerintah
Propinsi. Adapun pekerjaan yang menjadi mata pencaharian penduduk di wilayah
Kecamatan Lubuklinggau Timur I dapat dilihat di grafik :
Grafik 2.3 struktur Penduduk Menurut Pekerjaan
Kecamatan Lubuklinggau Timur I
Tahun 2016
8576
9000
8000
6796
7000
6000
5000
4000 2982
3000 2416
2055
1481
2000 986 1093
1000 341 153 272 45
0
ja S ri ta ar is k W h g ta en
er PN ol as aj ed r na na
ru gan as s
be
k /I P sw el m te r Bu
da w Do
TN i ra /P ra /P
e Pe Pe g.S
lu
m W wa Pa ni n/ Pe
Be si i ta in
a
as Pe su
a h n
M Pe

Sumber : kantor camat Kecamata Lubukinggau TIMUR I Desember 2016

4.2.Hasil
Tabel1.DistribusiFrekuensiBerdasarkanUmur
No Umur F %
1 <18tahun 0 0%
2 1825tahun 13 32.5%
3 2630tahun 18 45%
4 >30tahun 9 22.5%
Jumlah 40
Padatabel1,dapatdiketahuibahwarespondendenganfrekuensitertinggimemilikiumur26
30tahunyaitusebanyak18orang(45%)danfrekuensiterendahmemilikiumur<18tahun
sebanyak0orang(0%)

Tabel2.DistribusiFrekuensiBerdasarkanPendidikanTerakhir
No Pendidikanterakhir F %
1 TidaktamatSD 0 0%
2 SD 5 12.5%
3 SMP 10 25%
4 SMA 18 45%
5 PerguruanTinggi 7 17.5%
Jumlah
Berdasarkantabel2,dapatdiketahuibahwarespondendenganfrekuensitertinggimemiliki
pendidikanterakhirSMAyaitusebanyak18orang(45%)danyangpalingsedikitmemiliki
pendidikanyaitutidaktamatSDyaitusebanyak0orang(0%)

Tabel3.DistribusiFrekuensiBerdasarkanPekerjaan
No Pekerjaan F %
1 Tidakbekerja 14 35%
2 Bekerja 26 65%
Jumlah
Hasilpadatabel3menunjukkanbahwarespondentertinggibekerjayaitusebanyak26orang
(65%)danyangpalingsedikitadalahtidakbekerjasebanyak14orang(35%)

Tabel4.DistribusiFrekuensiBerdasarkanPenghasilanperbulan
No Penghasilanperbulan F %
1 Rp.100.000500.000 3 7.5%
2 Rp.600.0001jt 21 52.5%
3 Rp.1jt3jt 16 40%
4 Rp.>3jt 0 0%
Jumla
h
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa responden dengan frekuensi tertinggi memiliki
penghasilanratarataperbulan600.0001jtyaitusebanyak21orang(52.5%).Penghasilan
beradapadafrekuensipalingsedikityaitupenghasilan>3jtsebanyak0orang(0%)

Tabel5.DistribusiFrekuensiBerdasarkanPengetahuanIbutentangASIEksklusif
No Pengetahuan F %
1 Baik 17 42.5%
2 Kurangbaik 23 57.5%
Jumlah
Hasil pada tabel 5 menunjukkan bahwa responden dengan frekuensi tertinggi memiliki
pengetahuanyangkurangmengenaiASIEksklusifyaitusebanyak23orang(57.5%)dan
yangmemilikipengetahuanbaiksebanyak17orang(42.5%)

Tabel6.DistribusiSumberInformasiIbuMengenaiASIEksklusif
No SumberInformasi F %
1 MediaSosial 22 55%
2 Keluarga 10 25%
3 Tenaga Kesehatan 8 20%
(penyuluhan)
Jumlah
Pada tabel 6, didapatkan hasil bahwa sumber informasi terbanyak ibu mengenai ASI
eksklusifdidapatkandarimediasosialyaitusebanyak22orang(55%).Lainlainyaitumelalui
keluarga sebanyak 10orang (25%)dan tenaga kesehatan (dokter, bidan, dll) sebanyak 8
orang(20%).

Tabel7.DistribusiPemberianASIEksklusif
No Pemberian ASI F %
eksklusif
1 Diberikan 10 25%
2 Tidakdiberikan 30 75%
Jumlah
Berdasarkantabel7,respondentertinggiyaitusebanyak30orang(75%)tidakmemberikan
ASIeksklusifsementara10oranglainnyamemberikanASIeksklusif(25%).

Tabel8.DistribusiFrekuensiAlasanIbuTidakMemberikanASIEksklusif
No Alasan tidak diberikan ASI F %
eksklusif
1 Bekerja 16 53.33%
2 Produksisedikit/tidakadasama 10 33.33%
sekali
3 GayaHidup 4 13.33%
Jumla
h
Hasilpadatabel8menunjukkanbahwaalasanterbanyakibutidakmemberikanASIeksklusif
disebabkankarenabekerjayaitusebanyak16orang(53.3%).Frekuensiterendahalasanibu
tidakmemberikanASIeksklusifyaitukarenagayahidupsebanyak4orang(13.3%).

Tabel9.DistribusiFrekuensiProduksiASI
No ProduksiASIibu F %
1 Banyak 10 25%
2 Kurang/sedikit 30 75%
Jumlah
Padatabel9,diketahuibahwarespondendenganfrekuensitertinggimemilikiproduksiASI
yang sedikit yaitusebanyak30orang(75%).SementaraproduksiASI banyak sebanyak10
orang(25%)

Tabel10.DistribusiFrekuensiPerawatanKhususPayudaraIbuuntukMemperlancar
ASI

No Perawatan Khusus Payudara Ibu F %


untukMemperlancarASI

1 Ya 9 22.5
2 Tidak 31 77.5
Jumla
h
Berdasarkan tabel 10, responden tertinggi sebanyak 31 orang (77.5%) tidak melakukan
perawatan khusus terhadap payudara untuk memperlancar ASI. Sedangan 9 responden
lainnya(22.5%)melakukanperawatankhususterhadappayudarauntukmemperlancarasi
seperti pemijatan payudara, perawatan tradisional, pemberian obatobatan ataupun teknik
akupuntur.

4.3 Pembahasan
4.3.1DistribusiFrekuensiBerdasarkanUmur
Hasil penelitian berdasarkan tabel 1 menyatakan bahwa sebagian besar responden
adalah yang berusia 26-30 tahun. Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan
berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui
asi nya. Ibu yang berumur <20 tahun masi belum matang dan belum siap dalam hal jasmani
dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang
dilahirkan (depkes RI, 2014). Ibu yang berusia 20-35 tahun disebut sebagai masa dewasa dan
disebut juga masa reproduksi, masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara
emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya
nanti, sedangkan pada ibu dengan usia >35 tahun dimana kondisi hormon relatif berkurang,
mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan usia remaja <18 tahun harus dikaji pula
secara teliti karena perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap yang dapat
mengganggu keseimbangan, psikologis dan dapat mempengaruhi dalam produksi asi
(Hurlock, 2006).

4.3.2DistribusiFrekuensiBerdasarkanPendidikanTerakhir
Hasil penelitian berdasarkan tabel 2 menyatakan bahwa sebagian besar responden
adalah SMA. Notoatmojo 2010 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makan akan semakin mudah dalam menerima informasi dan semakin banyak
pegetahuan yang dimiliki sehingga mempengaruhi perilaku seseorang. Pendapat dari Suradi,
Kristina 2012, menyatakan bahwa walaupun seorang ibu yang memiliki pendidikan formal
yang tidak terlalu tinggi belum tentu tidak mampu memberikan ASI secara eksklusif
dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya, tetapi perlu menjadi
pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap
dan memahami pengetahuan yang ibu peroleh. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Cahyani 2012, menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap
pengetahuan ibu menyusui sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki dalam pemberian ASI eksklusif. Sebaliknya,
pendidikan yang rendah atau kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang dalam pemberian
ASI eksklusif.

4.3.3DistribusiFrekuensiBerdasarkanPekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3, menunjukkan bahwa sebagian besar
responden bekerja. Menurut Rulina, Suharyono, 2006, menyatakan bahwa ibu yang bekerja
mempengaruhi kualitas pemberian ASI. Meskipun ibu yang bekerja tidak banyak memiliki
waktu luang untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Akan tetapi, pendidikan ibu
yang bekerja kemungkinan akan mendapatkan informasi dari rekan kerjanya yang sudah
berpengalaman mengenai bagaimana cara memberikan ASI pada ibu yang bekerja. Dalam
mempraktekkan pemberian ASI eksklusif, ibu bekerja mempunyai tantangan dalam
memberikan ASInya, proses memerah ASI bagi ibu bekerja adalah merupakan masalah
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja (Sandra, 2010). Ibu kembali bekerja penuh
sebelum bayi berusia enam bulan menyebabkan pemberian ASI eksklusif ini tidak berjalan
dengan sebagaimana seharusnya, belum lagi ditambah kondisi fisik dan mental yang lelah
karena harus bekerja sepanjang hari dan ditambah diet yang kurang memadai jelas akan
berakibat pada kelancaran produksi ASI. Adanya peraturan cuti yang hanya berlangsung
selama 3 bulan membuat banyak ibu harus mempersiapkan bayinya dengan makanan
pendamping ASI sebelum masa cutinya habis sehingga pemberian ASI eksklusif menjadi
tidak berhasil.

4.3.4 DistribusiFrekuensiBerdasarkanPenghasilanperbulan
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki penghasilan per bulan Rp. 600.000-Rp.1000.000. Menurut Kartono (2006), status
ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga dimasyarakat berdasarkan pendapatan
per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga
barang pokok. Pendapat tersebut apabila dikaitkan status ekonomi orang tua adalah bahwa
status ekonomi orang tua yang rendah mendorong ibu untuk bekerja diluar rumah guna
membantu memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibu cenderung tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya.

4.3.5 DistribusiFrekuensiBerdasarkanPengetahuanIbutentangASIEksklusif
Berdasarkan tabel 5, menunjukkan tingkat pengetahuan sebagian besar responden tentang
ASI eksklusif kurang baik. Pada penelitian ini tingkat pengetahuan ibu dinilai dari beberapa
pertanyaan, yaitu: 1). Pengertian ASI eksklusif menurut ibu, 2). Pentingnya pemberian ASI
menurut Ibu, 3). Manfaat pemberian ASI, 4). Frekuensi pemberian ASI oleh ibu. Tingkat
pengetahuan ibu dikatakan baik jika jawaban benar minimal 3 dari 4 pertanyaan diatas.
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif. Semakin baik pengetahun ibu tentang ASI eksklusif maka seorang ibu akan
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam
memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan yang tinggi serta pengalaman yang dimiliki individu
akan mendorong seseorang untuk memiliki perilaku kesehatan yang lebih baik (Rulina,
Suharyono, 2006).

4.3.6. DistribusiSumberInformasiIbuMengenaiASIEksklusif
Menuruttabel6,sumberinformasiibumengenaiASIeksklusifyangditerimaoleh
respondenpalingbanyakadalahdarimediasosialyaitusebanyak22orangresponden(55%).
SedangkanyangpalingsedikitsumberinformasitentangASIeksklusifadalahmelaluitenaga
kesehatansebanyak8orangresponden(20%).
Kenyataan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003)
bahwadengancukupnyainformasitentangcaracaramencapaihidupsehat,pemeliharaan,
caramenghindaripenyakitdansebagainyamakaakanmeningkatkantingkatpengetahuanibu
tentangASI.Namun,disayangkansumberinformasiyangdidapatkanolehrespondententang
ASIEksklusiflebihbanyakdarimediaelektronikatautvyaituberupaiklanyangberulang
tentangASIeksklusifjikadibandingkandengantenagakesehatan.Padahal,tenagakesehatan
bisamemberikansumberinformaiyanglebihakurattentangASI.

4.3.7 DistribusiPemberianASIEksklusif
Menurut tabel 7, responden tertinggi yaitu sebanyak 30 orang (75%) tidak
memberikanASIeksklusifsementara10oranglainnyamemberikanASIeksklusif(25%).
KenyataaninisesuaidenganteoriyangdikemukakanolehSarwonoS(1993)danEli
Nofia(2011)bahwapengetahuanibutentangASIberhubungandengankeputusanibudalam
memberikan ASI. Adapun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif yaitu ketidak tahuan ibu, gencarnya promosi susu formula,
minimnyadukungandarikeluargadansedikitbanyaknyaproduksiASIseorangibu.

4.3.8 DistribusiFrekuensiAlasanIbuTidakMemberikanASIEksklusif
Hasilpadatabel8menunjukkanbahwaalasanterbanyakibutidakmemberikanASI
eksklusifdisebabkankarenabekerjayaitusebanyak16orang(53.3%).Frekuensiterendah
alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif yaitu karena gaya hidup sebanyak 4 orang
(13.3%).
Menurut Rulina, Suharyono, 2006, menyatakan bahwa ibu yang bekerja
mempengaruhi kualitas pemberian ASI. Dalam mempraktekkan pemberian ASI eksklusif, ibu
bekerja mempunyai tantangan dalam memberikan ASInya, proses memerah ASI bagi ibu
bekerja adalah merupakan masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja (Sandra, 2010).
Ibu kembali bekerja penuh sebelum bayi berusia enam bulan menyebabkan pemberian ASI
eksklusif ini tidak berjalan dengan sebagaimana seharusnya, belum lagi ditambah kondisi
fisik dan mental yang lelah karena harus bekerja sepanjang hari dan ditambah diet yang
kurang memadai jelas akan berakibat pada kelancaran produksi ASI.

4.3.9 DistribusiFrekuensiProduksiASI
Menurut tabel 9, diketahui bahwa responden dengan frekuensi tertinggi memiliki
produksiASIyangsedikityaitusebanyak30orang(75%).SementaraproduksiASIbanyak
yaitu10orang(25%).
Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu faktor mental dan
psikologisibu,adanyadukungandarikeluarga,statusgiziibu,sertakurangnyapengetahuan
ibumengenaicaracaramemproduksiASI(Bahayatun,2009).

4.3.10 DistribusiFrekuensiPerawatanKhususPayudaraIbuuntukMemperlancarASI
Berdasarkan tabel 10, responden tertinggi sebanyak 31 orang (77.5%) tidak
melakukan perawatan khusus terhadap payudara untuk memperlancar ASI. Sedangan 9
responden lainnya (22.5%) melakukan perawatan khusus terhadap payudara untuk
memperlancarasisepertipemijatanpayudara,perawatantradisional,pemberianobatobatan
ataupunteknikakupuntur.
HalinisejalandenganpenelitianyangdilakukanYuliAinurRohma(2013),bahwa
sebanyak10dari15respondentidakmelakukanperawatanpayudaradikarenakanmalasdan
menganggap bahwa langkahlangkah dalam melakukan perawatan payudara terlalu rumit.
Padahal,perawatanpayudarayangbaikdapatmemperlancarproduksiASI.
KUESIONER

IDENTITASRESPONDEN
1.Noresponden:
2.Namaresponden:
3.Alamatresponden:

4.Umurresponden:
a.<18tahun
b.1825tahun
c.2630tahun
d.>30tahun

5.Pendidikanterakhir:
a.TidaktamatsekolahatautidaktamatSD
b.SD
c.SLTP
d.SLTA
e.Perguruantinggi

6.Pekerjaanresponden:
a.Iburumahtangga
b.Wiraswasta
c.Buruh
d.Pegawaiswasta
e.Pegawainegeri/TNI/POLRI

7.Penghasilanperbulan:
a.Rp.100.000500.000
b.Rp.600.0001.000.000
c.Rp.1.000.0003.000.0000
d.>Rp.3.000.000
PENGETAHUAN
1.ApakahIbutahuapayangdimaksuddenganASIeksklusif?
a.Ya
b.Tidak

2.Bilajawabanya,apapengertianASIeksklusifmenurutibu?
a.Makananalamiahbagibayisampaiusia2tahun
b.PemberianASIditambahsusuformulasampaiusia6bulan
c.PemberianASIsajatanpatambahancairanlainataumakananpadatsampaiusia6bulan
d.PemberianASIditambahsusuformuladanmakananpadatsampaiusia2tahun

3.Menurutibu,apakahpemberianASIpentingbagibayi?
a.Ya
b.Tidak

6.Bilajawabanya,manfaatapasajayangdidapatdaripemberianASI?
a.Memberinutrisi
b.Untukpertumbuhandanperkembangananak
c.Meningkatkandayatahantubuhbayi
d.Semuajawabanbenar

7.Menurutibufrekuensiyangtepatdalammenyusuiberapakali?
a.1kali
b.Seseringmungkin
c.35kali
d.setiapkalibayimenangis

PERILAKU
1.ApakahibumemberikanASIeksklusifpadabayiibu
selama6bulan?
a.Ya
b.Tidak

2.Apabilajawabanno.1tidak,apakahalasanibutidakmemberikanASIeksklusifselama6
bulan?
a.Karenabekerja
b.ProduksiASIsedikitatautidakadasamasekali
c.Gayahidup
d.Lainlain.....

3.ApakahsemuaanakibudiberikanASIeksklusif?
a.Ya
b.Tidak

4.Bilaibubekerja,bagaimanacaraibumemberikanASI?
a.Sebelumdansepulangkerja
b.Membawabayiketempatkerjakan
c.MemompaASIdanmenyimpannyadalambotol
d.TidakmemberikanASI

5.ApakahsetelahmemberikanASIeksklusif,ibumelanjutkanmemberikanASIsampaiusia
bayi2tahun?
a.Ya
b.Tidak

6.Apabilajawabanno.5tidak,apakahalasanibutidakmelanjutkanmemberikanASIsampai
usiabayi2tahun?
a.Kurangwaktukarenasibukbekerja
b.ProduksiASIsedikitatautidakadasamasekali
c.SusuformulasudahdapatmenggantikanASI
d.Lainlain.....

7.BagaimanaprodukiASIibu?
a.Banyak
b.Sedikit

8.ApakahibumelakukanperawatankhususpadapayudaraibuuntukmemperlancarASI?
a.Ya
b.Tidak

9.Bilajawabanno.8ya,dengancaraapaibumelakukannya?
a.Pemijatanpayudara
b.Perawatantradisional
c.Obatobatan,suplemen
d.Teknikakupuntur

10.DarimanaibumengetahuiinformasimengenaiASIeksklusif?
a.Keluarga
b.Televisi,suratkabardanmajalah
c.Dokter,bidanatautenagakesehatanlainnya
d.Penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA

1. Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi Eksklusif
Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.Medan: FK USU

2. Arifin, Siregar.2004. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.Medan:FK USU

3. BPNI. 2007. Production of breastmilk, establishing breastfeeding skills and the


composition of breastmilk. http://www.bpni.com

4. Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf

5. Dinkes Sumatera Selatan. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan

6. Emilia, Rika. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten
Simeulue (Nad) Tahun 2008 . Medan: FKM USU

7. Linkages. 2002. Pemberian ASI eksklusif: Satu-satunya sumber cairan yang


dibutuhkan bayi usia dini. Academy for educational. http://www.linkagesproject.org

8. Nelson E Waldo.2007.Text Book of Paediatric 18th edition. Philadelphia: Saunders

9. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka


Cipta.

10. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

11. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

12. Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran.

13. Purwanti, 2004.Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran.Jakarta : EGC


14. Safitri Dian.2007. Dasar-Dasar Pemberian Susu Formula Pada Bayi,
http://www.babycenter.com/refcap/baby/babyfeeding/9195.html

15. USAID Linkages Project, 2004.Exclusive Breastfeeding: The Only Water Source Young
Infants Need - Frequently Asked Questions, Washington DC.

16. U.S. Department of Health and Human Services on Womens Health. 2007. An Easy
Guide to Breastfeeding.http://www.womenshealth.gov/pub/BF.General.pdf

17. WHO. 2001. The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding. Geneva: Department of
Nutrition for Health and Development (NHD)

18. Kamariyah, N. 2014. Kondisi Psikologi Mempengaruhi Produksi Asi Ibu Menyusui di
Bps Aski Pakis Sido Kumpul Surabaya. Surabaya: Jurnal Ilmiah Kesehatan UNUSA

19. Kartono. 2006. Perilaku Manusia. ISBN. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai