Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

PERCOBAAN 2

FOTOKIMIA REDUKSI ION BESI (III)

Disusun oleh:

Nama : Umi Jamilah

NIM : 4301412034

Jurusan : Kimia

Prodi : Pendidikan Kimia

Dosen : Ella Kusumastuti

Tanggal praktikum : 16 Mei 2014

Kelompok : 01

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
i. JUDUL PRAKTIKUM : FOTOKIMIA REDUKSI ION BESI (III)

ii. TANGGAL PRAKTIKUM : 16 MEI 2014

iii. TUJUAN : Mempelajari reaksi reduksi ion besi (III) secara fotokimia dan mempelajari
pemanfaatannya untuk cetak biru

iv. LANDASAN TEORI


Fotokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari interaksi antara atom,
molekul kecil dan cahaya (atau radiasi elektromagnetik). Fotokimia mempelajari reaksi-
reaksi kimia yang diinduksi oleh sinar secara langsung maupun tidak langsung. Reaksi
termal biasa yang berlangsung dalam gelap memperoleh energi pengaktifan dari
penyerapan foton cahaya oleh molekul-molekulnya. Karena itu reaksi ini memberikan
kemungkinan selektivitas yang tinggi, yang berarti bahwa energi dari kuantum cahaya
tepat sesuai untuk reaksi tertentu saja. Keadaan elektronik molekul yang tereksitasi
mempunyai energi dan distribusi elektron yang berbeda dari keadaan dasar, sehingga
sifat kimianya pun berbeda.
(Alberty, 1984)

Dalam fotokimia terdapat dua hukum dasar. Menurut hukum yang pertama dari
Grothus (1817) dan Draper (1843), perubahan fotokimia hanya dapat ditimbulkan oleh
cahaya yang diserap. Radiasi yang tidak diserap tetapi dapat mendorong molekul
tereksitasi untuk memancarkan sinar. Hukum kedua fotokimia yang diusulkan oleh Stark
dan Einstein (1908-1912) menyatakan bahwa molekul yang menyerap satu kuantum
sinar masuk menjadi teraktifkan.
(Alberty, 1984)
Penyerapan radiasi elektromagnetik oleh spesies ion dalam larutan membutuhkan
elektron dalam ion yang dapat berpindah dari satu tingkat energi yang lain. Cahaya yang
diserap harus memiliki energi yang sama dengan perbedaan dan tingkat energi tersebut
dalam transisisi. Jika energi transisi terletak pada panjang gelombang cahaya tampak,
maka komponen cahaya tersebut diserap dan cahaya yang diteruskan akan berwarna.
Warna cahaya yang diteruskan adalah warna pelengkap dan warna yang diserap.
Kenaikan sebuah elektron dari tingkat energi rendah ke tingkat yang lebih tinggi
menyebabkan penyerapan komponen cahaya putih dan cahaya yang dilewatkan warna.
(Petrucci,1989)

Pengolahan cetak biru masih sangat jarang ditemukan,tetapi proses pembuatan


cetak biru sangatlah mudah biasanya kertas cetak biru, dilapisi dengan besi ammonium
sitrat dan kalium ferisianida yang sensitive terhadap cahaya. Proses penggambaran
dilakukan pada kain tembus cahaya atau kertas yang ditempatkan di atas satu lembar
kertas cetak biru dan dibuka pada tempat yang disinari oleh cahaya yang kuat. Cahaya
mengubah besi ammonium sitrat menjadi senyawa garam dari besi, kemudian ketika
kertas direndam di dalam air, senyawa garam dari besi bereaksi dengan kalium
ferisianida untuk membentuk larutan biru pekat yang membuat kertas menjadi berwarna
biru. Zat kimia pada kertas dilindungi dari cahaya oleh garis dari kertas atau melarutkan
gambar dan mengakibatkan kertas atau gambar menjadi putih. Cetak biru dikembangkan
dengan memancarkan cahaya pada senyawa besi. Dalam dunia fotografi senyawa perak
dan halogen mengalami perubahaan oleh cahaya.
(Biddle,1949)
Besi merupakan unsur ke-4 terbanyak penyusun kerak bumi, tergolong unsur
transisi utama. Di alam ditemukan dalam beberapa mineral, terutama sebagai hematite
(Fe2O3), limonit (FeO(OH) nH2O) dan magnetit (FeO-Fe2O3). Besi dapat berada dalam
emapat bentuk alotrop, yaitu sebagai besi-, besi-, besi dan besi- dengan titik transisi
pada 770C, 928C, dan 1530C. Bentuk bersifat magnet,tetapi bila berubah menjadi
besi sifat magnet itu hilang. Logam besi sangat reaktif dan mudah berkarat terutama
dalam kondisi udara lembab atau suhu tinggi. Pada pemanasan bereaksi dengan unsur
bukan logam, dapat membentuk senyawa besi (II) dan senyawa besi (III).
(Mulyono, 2005)
Besi adalah logam paling banyak, dan dipercayai sebagai unsur kimia ke sepuluh
paling banyak di alam. Jumlah besi yang besar di bumi disangka menyumbang kepada
medan magnet bumi. Simbolnya Fe ringkasan ferrumnama latin bagi besi. Besi adalah
logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang ditemui dalam keadaan bebas.
Dalam industri, besi dihasilkan dari bijih, kebanyakan hematit (Fe2O3),
melalui reduksi oleh karbon pada suhu 20000C.
2 C + O2 2 CO
3 CO + Fe2O3 2 Fe + 3 CO2
Besi yang dihasilkan dapat digunakan dalam sintesis senyawa-senyawa yang
mengandung Fe.
Beberapa senyawa kompleks dengan atom pusat Fe adalah
1. FeIII [ (2,2-bipryridine)(HPO3)(H2PO4) ]
2. Kompleks M [TCNQ]
3. Kompleks Fe(II) - Cr(III) Oksalat
(Petrucci, 1989)
Bijih besi yang penting antara lain : magnetit, hematit, siderit, pirit dan
chalcopirit. Dalam bidang industri, besi tuang digunakan untuk pembuatan barang barang
tuang / cor, seperti penggorengan dan sebagainya. Salah satu persenyawaan besi adalah
besi (III) klorida atau biasa disebut feri klorida. Dalam perdagangan, feri klorida dapat
diperoleh sebagai hablur kuning yangmengandung 6 mol air hablur atau sebagai larutan
pekat berwarna coklat karena terjadi hidrolisis yang kuat. Larutan FeCl3dalam air bersifat
asam sehingga dapa melarutkan besi menjadi FeCl2. FeCl3 mudah larut dalam air,
alkohol, dan eter bila ada asam klorida. Besi (III) klorida berguna antara lain :
1. Dalam kimia organik dapat dipergunakan sebagai pemindah / pembawa
klor (seperti AlCl3) pada reaksi pengkloran.
2. Dalam praktek kedokeran dapat dipergunakan sebagai pembeku / penyetop
darah.
3. Dalam industri cat celup dapat dipergunakan sebagai bahan pengoksidasi
dan bahan betsa. (Svehla, 1990 : 259)
Uji terhadap adanya ion besi (III) dapat dilakukan dengan penambahan ion
heksasianoferrat (II). Terjadinya endapan biru prusian besi (III) heksasianoferrat Fe4
membukikan adanya ion besi (III). Warna biru senyawa ini sering dimanfaatkan untuk
kepentingan pembuatan tinta, cat, termasuk pigmen cetak biru. ( Atkins, 1997 : 370)

Ion besi(II) dan besi (III) akan membentuk kompleks yang hampir semuanya
berbentuk oktahedral. Ion kompleks heksasianoferrat(II) yang biasa dikenal dengan
ferrosianida merupakan contoh kompleks besi (II) yang sangat stabil. Ion ini dapat
membentuk garam dengan beberapa kation. Ion besi (III) dalam larutan mudah tereduksi
menjadi besi (II) dengan reduktor-reduktor lemah, seperti ion I-.
Fe3+ + I- Fe2+ + I2
Dalam larutan, ion besi (III) membentuk kompleks dengan molekul air sebagai ligannya.
Ion kompleks ini memiliki kecenderungan untuk mengalami hidrolisis
[Fe(H2O)6]3+ [Fe(H2O)5(OH)]2+ + H+
Atau
2[Fe(H2O)6]3+ [Fe(H2O)4(OH)2[Fe(H2O)4]2+ + 2H+
(Tim dosen kimia Anorganik, 2014)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar percobaan fotokimia reduksi
ion besi (III) dengan cahaya yang didapatkan lebih baik :
1. Lemari harus benar-benar tertuup sehingga tidak ada cahaya yang masuk
pada saat mereaksikan.
2. Pada saat mencampurkan asam oksalat dan besi (III) klorida dilakukan
pengadukan yang cukup lama agar kedua larutan tersebut homogen.
3. Pada saat mencelupkan kertas HVS ke dalam larutan, diusahakan seluruh
bagian keras menyerap larutan (tercelup seluruhnya).
4. Kertas HVS yang dikeringkan harus benar-benar kering sebelum
dilakukan proses selanjutnya.
5. Cahaya yang digunakan untuk penyinaran harus cukup terang, dalam hal
ini dapat digunakan cahaya matahari atau sinar UV.
(Atkins, 1997 : 373)

v. ALAT DAN BAHAN


ALAT:
1 buah gelas beker 400 mL
Ruang gelap (almari)
Keping kaca
Penjepit
8 buah Kaca objek
Pengaduk
Spidol
Cawan petri

BAHAN:

Asam oksalat 1M
Diamonium hidrofosfat 0,1 M
Larutan besi (III) klorida 0,1 M
Kertas HVS dan kertas kalkir
Kertas karton dan mika
Larutan asam klorida 0,1 M
Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M
Larutan K2Cr2O7 0,03 M
Kertas saring

vi. LANGKAH KERJA

Larutan campuran 25 ml larutan besi (III) klorida 0,1 M ; 25


ml diamonium hidrofosfat 0,1 M ; 25 ml asam oksalat 1 M
dimasukkan ke dalam gelas beker 400 ml. campuran tersebut
dimasukkan kedalam almari.

4kertas HVS dicelupkan pada larutan (tetap berada dalam


almari). diusahakan tercelup semua.

Kertas dikeluarkan dan diletakkan diantara dua kertas saring


dengan interval waktu 15, 20, 25, 30 menit (masih dalam
almari) untuk dikeringkan menjadi kertas peka.

Obyek tulisan dibuat diatas kertas kalkir dengan spidol.


Kemudian obyek tulisan tersebut diletakkan diatas kertas peka
dan dijepit dengan dua keping kaca. Kemudian dipanasi selama
dengan variasi waktu 15-30 menit

kertas dicelupkan kedalam larutan heksasianoferat (III) 0,1 M

Kertas dicelupkan ke dalam dikromat encer 0,03 M.

Kertas dicelupkan ke dalam HCl 0,1 M dilanjutkan dengan air


kran. lalu dikeringkan.
vii. DATA PENGAMATAN
Warna larutan besi (III) klorida : kuning pekat
Warna larutan diamonium hidrofosfat : bening
Warna larutan campuran : kuning bening
Warna larutan campuran + asam oksalat : coklat bening
Warna kertas setelah dicelupkan dalam larutan: kuning

Objek yang diamati Jenis kertas Lama penyinaran Hasil


Kalkir 15 menit Objek tercetak
12
kurang jelas
Mika 20 menit Objek tercetak
KIMIA
kurang jelas
Karton 25 menit Objek tercetak

Kalkir 30 menit Objek tercetak


02

Reaksi-reaksi yang terjadi:

a. Besi (III) klorida + diamonium hidro fosfat (larutan campuran 1)

Reaksi yang terjadi adalah :

FeCl3 + (NH4)2HPO4 FePO4 + 2 NH4Cl + HCl

b. Larutan campuran 1 + asam oksalat

Reaksi yang terjadi adalah :

2 FePO4 + 3 H2C2O4 2 FeC2O4 + 2 H3PO4 +2 CO2

Reaksi ion yang terjadi adalah sebagai berikut :

Reduksi :Fe3+ + e- Fe2+

Oksidasi : C2O42- 2 CO2 + 2e-


2 Fe3++ 2e- 2 Fe2+
C2O42- 2 CO2 + 2e-
2 Fe3++ C2O42- 2 Fe2+ + 2 CO2
c. Dicelupkan pada larutan ion heksasianoferrat (II)

Reaksi yang terjadi adalah :

Fe2+(aq)+ [Fe(CN)6]3-(aq) Fe3+(aq) + [Fe(CN)6]4-

Selanjutnya, ion ini bergabung dan menghasilkan warna biru turnbull:

4 Fe3+(aq) + 3 [Fe(CN)6]4- Fe4 [Fe(CN)6]3

Biru turnbull
d. Dicelupkan pada larutan kalium dikromat

Reaksi yang terjadi adalah :

3 K2Cr2O7+ 2[Fe(CN)6]3- 2K3[Fe(CN)6] + 3Cr2O72-

e. Dicuci dengan HCl

Reaksi yang terjadi adalah :

K2Cr2O7 + 2HCl 2KCl + H2Cr2O7

viii. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Percobaan fotokimia reduksi besi (III) biasanya dilakukan dengan tujuan


mempelajari reaksi fotokimia pada Besi (III) menjadi besi (II) serta pemanfaatannya
untuk cetak biru. Berdasarkan konsep oksidasi dan reduksi, perubahan besi (III)
menjadi besi (II) disebut sebagai reaksi reduksi karena pada proses ini bilangan
oksidasi dari besi mengalami penurunan yakni dari +3 menjadi +2.

Proses pertama yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mencampurkan


larutan besi (III) klorida atau FeCl3 dengan larutan diamonium hidrofosfat atau
[(NH4)2HPO4]. Besi (III) klorida atau FeCl3 berfungsi sebagai pengoksidasi dan juga
sebagai sampel yang menghasilkan ion Fe3+. Sementara itu diamonium hidrofosfat atau
[(NH4)2HPO4] berfungsi sebagai zat yang memperlambat terjadinya reaksi reduksi pada
besi. Reaksi yang terjadi pada proses pencampuran ini adalah:

FeCl3 + (NH4)2HPO4 FePO4 + 2NH4Cl + HCl


Berdasarkan reaksi tersebut terlihat bahwa diamonium hidrofosfat dapat
memperlambat reaksi reduksi Fe3+ karena Fe3+ akan bereaksi dengan PO43 membentuk
FePO4 dengan ikatan yang stabil sehingga membutuhkan energi yang besar untuk
mereduksi Fe3+.
Setelah dilakukan proses pencampuran antara FeCl3 dan [(NH4)2HPO4], maka
selanjutnya campuran antara kedua larutan tersebut ditambahkan dengan asam oksalat
atau H2C2O4yang berfungsi sebagai reduktor yang akan mereduksi ion besi (III)
menjadi besi (II). Reaksi yang menunjukkan bahwa terjadi proses reduksi besi (III)
menjadi besi (II) adalah sebagai berikut:
2 FePO4 + 3H2C2O4 2FeC2O4 + 2H3PO4 + 2CO2
Reaksi ion yang terjadi adalah :

Reduksi : Fe3+ + e- Fe2+


Oksidasi : C2O42- 2CO2 + 2e
2Fe3+ + 2e- 2Fe2+
C2O42- 2CO2 + 2e-
2Fe3+ + C2O42- 2Fe2+ + 2CO2
Proses pencampuran asam oksalat dilakukan di kamar gelap. Hal ini dilakukan
karena adanya sinar akan mempengaruhi proses reduksi besi (III) menjadi besi (II).
Dalam hal, ini energi yang berasal dari sinar matahari akan menyebabkan tumbukan
antar partikel dengan senyawa lebih cepat sehingga reaksi yang terjadi akan
berlangsung lebih cepat juga. Apabila reaksi reduksi ini berlangsung dengan cepat,
maka akan susah untuk mengamati proses reduksi yang terjadi. Namun ketika
praktikum, praktikan menggunakan larutan yang sudah disediakan diruang gelap.

Setelah larutan tercampur, langkah selanjutnya adalah membuat kertas peka.


Kertas peka dibuat dengan mencelupkan kertas HVS ke dalam larutan. Pada percobaan
ini kami membuat 4 kertas peka. Kertas peka ini dugunakan sebagai tempat untuk cetak
biru. Proses pembuatan kertas peka tetap dilaksanakan di ruangan gelap untuk
memudahkan proses pengamatan. Setelah kertas peka dibuat, kertas tersebut
dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dengan menempatkan kertas peka tersebut
diantara kertas saring. Hal ini dilakukan karena kertas saring memiliki daya serap yang
kuat sehingga proses pengeringan dapat berlangsung dengan cepat. Proses pengeringan
ini dilakukan selama 30 menit, lamanya pengeringan akan berpengaruh terhadap hasil
cetak biru. Semakim lama waktu pengeringan semakin bagus hasil yang didapatkan.

Sambil menunggu kertas peka kering, dilakukan pembuatan objek pada kertas
kalkir, kertas karton, dan mika. Pada kertas kalkir dituliskan angka 12 dan 02, pada
mika dituliskan KIMIA, sedangkan kertas karton dibuat pola segitiga dan bintang.
Objek yang dituliskan inilah yang diharapkan nampak pada kertas peka sebagai hasil
cetakan. Penulisan objek menggunakan spidol white board. Setelah menuliskan objek
pada kertas kalkir, dan kertas mika, kemudian keduanya dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan. Hal ini bertujuan untuk memperjelas tulisan dan mencegah tulisan
berceceran pada kertas kalkir dan mika pada saat dijepit dengan plat kaca. Selanjutnya,
kertas kalkir, kertas karton, dan mika yang berisi tulisan atau objek diletakkan di atas
kertas peka kemudian dijepit dengan dua pelat kaca. Fungsi pelat kaca adalah untuk
menghindari pengaruh sinar matahari langsung pada objek dan kertas peka sehingga
objek yang dihasilkan nampak dengan jelas pada hasil akhir. Setelah itu, kertas peka
dan kertas objek yang dijepit dengan pelat kaca disinari sinar matahari. Fungsi
penyinaran dengan sinar matahari adalah agar pemindahan cetakan antara kertas peka
dan kertas objek dapat berlangsung dengan baik. Tahap inilah yang disebut dengan
tahap fotokimia yakni reaksi kimia yang dapat berlangsung dengan bantuan sinar
matahari. Waktu penyinaran praktikan variasi, yaitu 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan
30 menit.

Proses selanjutnya adalah mencelupkan kertas peka pada larutan kalium


heksasianoferrat atau [K3Fe(CN)6]. Larutan ini berfungsi sebagai pemberi warna biru
pada kertas peka sehingga objek yang dituliskan dapat diamati.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Fe2+(aq) + [Fe(CN)6]3-(aq) Fe3+(aq) + [Fe(CN)6]4-


Selanjutnya, ion ini bergabung dan menghasilkan warna biru Turnbull :

4Fe3+(aq) + 3[Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3


Biru trunbull
Pada reaksi tersebut nampak bahwa reaksi reaksi antara Fe2+ dengan
[Fe(CN)6]3-menghasilkan biru Turnbull.
Proses selanjutnya adalah mencelupkan kertas peka kedalam kalium dikromat
atau K2Cr2O7 yang berfungsi untuk menghilangkan kotoran yang berupa ion
heksasianoferat. Kemudian dicelupkan pada larutan asam klorida atau HCl yang
fungsinya untuk membersihkan sisa-sisa kotoran tidak terikat oleh K2Cr2O7 juga untuk
membersihkan diamonium yang kemungkinan berlebih pada saat terjadi reaksi. Tahap
terakhir adalah mencuci kerta peka pada air keran dengan tujuan untuk menghilangkan
kelebihan ion HCl dan garamnya. Reaksi yang terjadi pada saat pencucian adalah
sebagai berikut:
3 K2Cr2O7+ 2[Fe(CN)6]3- 2K3[Fe(CN)6] + 3Cr2O72-
K2Cr2O7 + 2HCl 2KCl + H2Cr2O7
Pada percobaan ini dibuat empat variasi waktu penyinaran, yaitu 15 menit, 20
menit, 25 menit, dan 30 menit. Hasil yang didapat objek yang tercetak pada variasi
penyinaran 15 menit dan 20 menit kurang jelas, variasi penyinaran 25 menit objek
tercetak jelas, 30 menit objek tercetak kurang jelas. Hasil ini tidak sesuai dengan teori
yang ada, seharusnya semakin lama waktu penyinaran maka warna biru terlihat
semakin jelas. Terdapat hubungan antara lamanya waktu penyinaran dengan
penampakan obyek yang dibuat, yaitu semakin lama waktu penyinaran, dimungkinkan
semakin lama pula waktu yang diberikan untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, sehingga
warna biru dapat terlihat semakin jelas.

Faktor-faktor yang meneyebabkan hasil praktikum tidak sesuai dengan teori


yaitu. (1) Larutan campuran antara besi (III) klorida, diamonium sulfat, serta asam
oksalat tidak dibuat baru (sudah ada dalam lab) sehingga produk Fe2+ yang dihasilkan
tidak terlalu banyak. Hal ini yang menyebabkan warna biru pada larutan tidak terlalu
pekat meskipun waktu pengeringan dan penyinaran sudah divariasi. (2) Pada saat kertas
peka akan disinari dengan sinar matahari, kertas peka belum kering betul sehingga
mempengaruhi hasil pada tulisan objek yang tercetak dimana semakin lama
pengeringan maka objek yang terbentuk akan semakin jelas. (3) Kekurang jelasan objek
yang tercetak mungkin disebabkan oleh tinta yang digunakan, tinta yang kami gunakan
yaitu menggunakan spidol yang warna hitamnya sudah tidak terlalu pekat dan sudah
hampir habis sehingga kemungkinan masih ada cahaya matahari yang bisa menembus
tulisan itu. (4) Proses pencucian yang kurang baik sehingga pada kertas peka masih
terdapat banyak ion heksasianoferrat (III) sehingga menyebabkan kertas peka berwarna
biru prusi.

ix. SIMPULAN
1. Fe3+ dapat direduksi menjadi Fe2+ dengan bantuan sinar matahari disebut sebagai
fotokimia.
2. Warna cetak biru (biru trunbul) dihasilkan dari reaksi antara ion Fe2+dengan ion
heksasianoferrat (III).

x. SARAN
1. Sebaiknya praktikan lebih hati-hati ketika mencelupkan ataupun mengeringkan
kertas HVS, jangan sampai ada cahaya yang masuk
2. Sebaiknya praktikan mengetahui secara jelas langkah kerja yang akan dilakukan
3. Praktikan harus bekerjasama dengan teman sekelompok sehingga tidak terjadi
misskomunikasi.
4. Sebaiknya praktikan memilih spidol yang tintanya masih bagus, lebih baik lagi
menggunakan tinta cina

xi. DAFTAR PUSTAKA


Alberty, R.A.,1984,Thermodinamic of Biochemical Reaction, John Wiley and Sons
Inc, New Jersey.
Atkins. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Biddle,H.C.,1949,Chemistry Today,Rand Mcalley and Company,USA
Cotton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Mulyono, M., 2002, Kamus Kimia, PT Gresindo, Bandung.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian
I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik. Semarang :
Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tryono. 1994. Kimia Fisika Dasar-Dasar Kinetika dan Katalisis. Jakarta : Depdikbut
LAMPIRAN
a. Data Pengamatan
b. Foto praktikum

Ketika proses pemanasan


Pola dan tulisan sebelum
diletakkan diatas kertas peka

Hasil kertas kalkir 1, penyinaran Hasil dengan menggunakan


15 menit mika, penyinaran 20 menit

Hasil dengan kertas karton, Hasil dengan kertas kalkir 2,


waktu penyinaran 25 menit waktu penyinaran 30 menit

Anda mungkin juga menyukai