Anda di halaman 1dari 5

SOLUSIO PLASENTA

A. Pengertian
1. Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus (korpus uteri), sebelum janin dilahirkan. (Wiknjosastro,2007:166)
2. Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.
(Mochtar,1998:279)
3. Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi
normal pada kehamilan trimester ketiga (Manuaba,1998:258)

B. Etiologi
Sebab primer solusio plasenta belum jelas tapi diduga bahwa penyebabnya adalah :
1. Hipertensi assentiaus atau pre eklamsi, dekompresi uterus mendadak
2. Tali pusat yang pendek, anomali atau tumor uterus defisiensi gizi
3. Trauma, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain
4. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. Uterus yang sangat mengecil (hydramnion/ gemeli) obstruksi vena kava inferior dan vena
ovarika
Disamping itu juga ada pengaruh terhadap :
1. Umur lanjut
2. Multiparitas
3. Defisiensi ac. Folicum
Solusio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam decidua basalis, terjadilah hematoma
dalam decidua yang mengangkat lapisan-lapisan diatasnya. Hematoma ini makin lama makin
besar, sehingga bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematoma mencapai
pinggir placenta dan mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim.(Mansjoer,
2001:101)
C. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan
plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta
gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama
yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban; atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut
otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaaanuterus akan
berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama
kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan
jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke
dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler dimana-mana, yang
akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi
hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darahtidak hanya di uterus,akan
tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal
mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak
yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan
nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai persalinan selesai, makin
hebat umumnya komplikasinya.
(Wiknjosastro, 2007:380)

D. Gambaran Klinik
Menurut Manuaba (1998:259-260) :
Gambaran klinik solusio plasenta tergantung dari seberapa bagian placenta yang terlepas.
1. Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dari luasnya
b. Tidak memberikan gejala klinim yang ditemukan setelah persalinan
c. Keadaau umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2. Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari tetapi belum mencapai 2/3 bagian.
b. Dapat menimbulkan gejala klinik.
Perdarahan dengan rasa sakit
Perut terasa tegang
Gerak janin berkurang
Palpasi bagian janin sulit diraba
Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3. Solusio plasenta berat
a. Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
b. Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
c. Penyulit pada ibu :
Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat.
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Pada pemeriksaan ditemukan penurunan tekanan darah sampai syok, tidak sesuai dengan
perdarahan dan penderita tampak anemis.
Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding perut terasa sakit, dan janin
telah meninggal dalam rahim.
Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.

Jenis solusio plasenta menurut Manuaba (2008: 85):


a. Ringan, perdarahan <500 cc dengan lepasnya plasenta <1/5 bagaian
b. Sedang, perdarahan sekitar 1000cc dengan llepasnya palsenta antara -2/3 bagain
c. Berat, lepasnya plasenta melabihi 2/3 bagian
E. Prognosa
Prognosis ibu tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun
atau pre-eklampsia, tersembunyi tidaknya perdarahannya, dan jarak waktu antara terjadinya
solusio plasenta sampai pengosongan uterus (Marmi, 2011: 81).
Prognosis janin pada solusio plasenta berat hampir 100% mengalami kematian. Pada
solusio plasenta ringan dan sedang kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan. Perdarahan yang lebih dari 2000 ml
biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus solusio plasenta tertentu sectio cesaria
dapat mengurangi angka kematian janin. Sebagaimana pada setiap kasus perdarahan,
persediaan darah secukupnya akan sangat membantu memperbaiki prognosis ibu dan
janinnya (Marmi, 2011: 81-82).
F. Penanganan
Penanganan solusio plasenta menurut Manuaba (1998:260-261) :
1. Solusio plasenta ringan
Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
Keadaan janin masih dapat dilakukan penanganan konservatif.
Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat, dengan janin yang masih baik
dilakukan sectio cesaria.
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan inap
2. Solusio plasenta tingkat sedang dan berat.
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita.
Tatalaksananya adalah :
Pemasangan infus dan tranfusi darah.
Memecahkan ketuban.
Induksi persalinan atau dilakukan SC.
Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta sedang dan berat harus dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas yang mencukupi.
3. Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta.
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan
kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah
melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
Pemasangan infus
Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan
pertama
Pertolongan solusio plasenta di RS menurut Marmi (2011:80-81) :
- Transfusi darah
- Pemecahan ketuban
- Infus oksitosin
- Di SC, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai