Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas ASKEB IV (PATOLOGI II). Dalam makalah ini
saya memebahas tentang PLASENTA PREVIA.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik sangat saya harapkan terutama dari Dosen Pengasuh.
Sekian dan terima kasih.

Jogyakarta, 16 april 2013

Penyusun
Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya .
Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada
kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan
kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22
minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya
lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu
perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber
pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio
plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-
kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu
dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya
keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka
kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei
Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun
1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian
maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka
Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting
kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan
keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk
saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum; kasus
ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena
faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya andil
besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter pelayanan
kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%. Clark (1985)
melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan penelitian prospektif
menemukan 0,33% plasenta.

B. Tujuan Penulisan
1. menjelaskan pengertian plasenta previa
2. menjelaskan klasifikasi plasenta previa
3. menjelaskan etiologi plasenta previa
4. menegakkan diagnosa dan gambaran klinis plasenta previa
5. menjelaskan pengaruh plasenta previa terhadap kehamilan
6. menjelaskan pengaruh plasenta previa terhadap partus
7. menjelaskan komplikasi plasenta previa
8. menjelaskan penanganan plasenta previa

BAB II
PEMBAHASAN

PLASENTA PREVIA

1. Pengertian
a. Plasenta previa adalah keadaan letak plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir ( pada keadaan normal,
plasenta terletak dibagian fundus atau segmen atas uterus).
b. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. (Rustam Mochtar)
c. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Sarwono)

2. Klasifikasi Plasenta Previa


a. Plasenta Previa Totalis : jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup
jaringan plasenta
b. Plasenta Previa Parsialis : jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
jaringan plasenta
c. Plasenta Previa Marginalis : jika tepi plasenta berada tepat pada tepi
pembukaan jalan lahir
d. Plasenta Letak Rendah : jika plasenta terletak pada segmen bawah
uterus, tetapi tidak sampai menutupi
pembukaan jalan lahir
3.
Etiologi
a. Umur dan paritas
pada primigravida, umur >35 tahun lebih sering dari pada umur <25 tahun
lebih sering pada paritas tinggi dari pada paritas rendah
b. Hipoplasia endometrium: bila kawin dan hamil pada umur muda
c. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase dan
manual plasenta
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi
e. Tumor-tumor seperti mioma uteri, polip endometrium
f. Kadang-kadang pada malnutrisi

4. Tanda dan gejala plasenta previa


a. Perdarahan per vaginam, warna merah segar
b. Bagian terbawah janin belum masuk panggul
c. Adanya kelainan letak janin
d. Tidak disertai gejala nyeri (tanda khas plasenta previa)
e. Pada pemeriksaan jalan lahir teraba jaringan plasenta (lunak)
f. Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin, tergantung beratnya

5. Diagnosa dan Gambaran Klinis Plasenta Previa


a. Anamnesis
perdarahan setelah kehamilan 28 minggu
sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless) dan berulang (recurrent)
b. Inspeksi
dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, darah beku, dsb.
kalau sudah berdarah banyak, maka ibu kelihatan pucat/anemis
c. Palpasi abdomen
janin yang belum cukup bulan, fundus uteri masih rendah
sering dijumpai kesalahan letak janin
bagian terbawah janin belum turun
dapat dirasakan suatu bantalan di SBR
d. Pemeriksaan inspekulo
Dengan memakai speculum secara hati-hati, dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari
uterus, kelainan serviks, vaginam, varices pecah, dll
e. Pemeriksaan radioisotope
Plasentogravi jaringan lunak (soft tissue placentografi) oleh Stevenson 1934 yaitu membuat
foto dengan sinar rotgen lemah untuk mencoba melokalisir plasenta
Citogravi : mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu dimasukkan 40 cc larutan NaCl
12,5%, kepala janin ditekan kearah PAP lalu dibuat foto. Bila jarak kepala dan kandung
kemih berselisih lebih dari 1 cm, terdapat kemungkinan plasenta previa.
Plasentogravi indirect, yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam
posisi berdiri atau duduk setengah berdiri
Arteiogravi: dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena plasenta sangat
kaya akan pembuluh darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras ini akan terlihat
dalam foto dan juga lokasinya.
Amniogravi: dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu dilihat foto dan
dimana terdapat daerah kosong (di luar janin) di dalam rongga rahim
f. Ultrasonogravi
g. Pemeriksaan dalam
Bahaya pemeriksaan dalam:
dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
Infeksi
Menimbulkan his, dan kemudian terjadilah partus prematurus.
Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam
pasang infus dan persiapkan donor darah
PD dilakukan di kamar bedah
Dilakukan secara hati-hati dan lembut
Jangan langsung masuk ke dalam canalis servikalis tapi raba dulu bantalan antara jari dan
kepala janin pada forniks (uji forniks)
Bila ada darah beku, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan
Kegunaan PD dalam perdarahan antepartum
menegakan diagnose
menentukan jenis dan klasifikasi plasenta previa
Indikasi PD pada perdarahan antepartum
perdarahan banyak, >500 cc
perdarahan berulang (recurrent)
perdarahan sekali, banyak, HB < 8 g%
his ada dan janin viable

6. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan


a. bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam PAP
b. terjadi kesalahan letak janin
c. partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks
7. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Partus
a. letak janin yang tidak normal menyebabkan partus akan menjadi patologik
b. bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah dapat terjadi prolaps funikulli
c. sering dijumpai inersia primer
d. perdarahan

8. Komplikasi Plasenta Previa


a. prolaps tali pusat
b. prolaps plasenta
c. plasenta melekat
d. perdarahan postpartum
e. infeksi karena perdaraha yang banyak
f. bayi premature/lahir mati

9. Penatalaksanaan
a. Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal, kehamilan masih
dapat dipertahankan karena perdarahan pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti
dengan sendirinya. Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total dirumah sakit, dengan
persiapan transfuse darah dan operasi sewaktu-waktu. Akan tetapi jika pada perdarahan
pertama itu telah dilakukan pemeriksaan dalam/ vaginal touch, kemungkinan besar akan
terjadi perdarahan yang lebih berat sehingga harus diterminasi
b. Cara persalinan
Factor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih:
jenis plasenta previa
banyaknya perdarahan
KU ibu
Keadaan janin
Pembukaan jalan lahir
Paritas
Fasilitas rumah sakit
Setelah memperhatikan factor-faktor tersebut, ada 2 pilihan persalinan:
persalinan pervaginan
amniotomi
Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
- plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan
- pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm
- plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal
Keuntungan amniotomi
- bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah
dan perdarahan akan berkurang/berhenti
- partus berlangsung lebih cepat
- bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR
sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
persalinan perabdominal dengan SC
Indikasi SC pada plasenta previa
semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dan plasenta
previa dengan panggul sempit, letak lintang

BAB III
PENUTUP

Plasenta previa (prae = di depan, vias = jalan) adalah plasenta yang terletak di depan jalan
lahir, implantasinya rendah sekali sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding anterior atau dinding
posterior fundus uteri.
Plasenta previa cukup sering dijumpai dan pada tiap perdarahan antepartum kemungkinan
plasenta previa harus dipikirkan. Plasenta previa lebih sering terjadi pada multigravida
daripada primigravida dan juga pada usia lanjut.
Plasenta previa terbagi menjadi tiga tingkat:
Plasenta previa totalis: seluruh ostium uteri internum tertutup oleh plasenta
Plasenta previa lateralis: hanya sebagian ostium uteri internum tertutup oleh plasenta
Plasenta previa marginalis: hanya pinggir ostium uteri internum tertutup oleh plasenta

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta


Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. 2002.
YBSP : Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai