Anda di halaman 1dari 4

Jembatan Mimpi

Di pagi yang cerah ini,burung berkicau dengan merdunya tetapi kalah merdu dengan suara
pertikaian antara ibu dan nenekku. Nenekku memang selalu membelaku walau sampai harus
mengulur pita suaranya seperti saat ini, ibuku tidak mau kalah, dia terus menyahut dan ibuku
memecahkan piring, sehingga terdengar suara layaknya petir yang menggelegar membelah
tegel (hahaha.... lebay yang gak masuk akal) .Dan puncaknya ibuku mengajukan pertanyaan
kepadakupilih ibu atau nenek?, sejenak aku berfikir jika aku memilih ibu, nenekku akan tinggal
sebatang kara sedangkan nenekkulah yang selama ini menyayangiku, jika aku memilih nenek,
ibuku akan pergi dengan kakak dan ayahku meninggalkanku bersama nenek, aku bingung harus
memilih yang mana tetapi karena aku tidak tega meninggalkan nenekku yang selama ini
membelaku dari tudingan ibuku yang selalu memojokkanku di hadapan kakakku ,jadi aku
putuskan untuk tinggal bersama nenekku. Akhirnya kulalui hariku yang sunyi ini hanya bersama
nenekku seorang, disini aku merasakan kesepian tanpa kehadiran seorang ayah, seorang ibu,
dan seorang kakak yang selama ini ada di sisiku, walaupun terkadang mereka cukup membuatku
sedih dan merasa terasing, disini pula aku merasakan kasih sayang dari nenekku yang
menjagaku seperti anaknya sendiri. Saat ini aku duduk di kelas 3 sekolah dasar (SD). Setiap pagi
nenekku selalu mengantarku sekolah dengan jalan kaki, setibanya di kelas aku langsung duduk
di sebelah Rangga seperti biasanya, tiba-tiba ketika aku bangkit dari kursi dan membalikkan
badan Yoga sudah berada di hadapanku sambil membawa sapu dan bersiap memukulku dengan
sapu tersebut, tetapi beruntung Rangga segera menghalaunya, aku memandanginya kagum
sambil tersenyum sendiri, dan tidak lupa mengucapkan terima kasih kepadanya, aku terus
memandanginya sambil melamun dan tersenyum sehingga membuat Rangga menatapku
kebingungan, dan dia menepuk pundakku sambil berkata Hei, kamu nglamunin siapa, siang-
siang glamun nanti kesambet kucing garong lho, brrrr...., aku segera tersadar dan memalingkan
wajahku yang sudah bersemu merah seperti tomat yang hampir busuk (hahaha...).Wali kelasku
bernama Pak Darsono dan kami biasa memanggilnya Pak Dar, beliau juga mengajarkan kami
Sastra Jawa, Pak Dar mengajar kami dengan lembut dan sambil bercanda sehingga tidak terasa
jenuh. Pak Dar sangat dekat dengan nenekku karena beliau simpati melihat nenekku yang setiap
hari mengantarku dan bersedia menunggu lama di bawah pohon kelapa dekat gerbang
sekolahku saat waktu pulang sekolah, tak jarang Pak Dar berbincang-bincang dengan nenekku ,
entah apa yang mereka perbincangkan.

Hari demi hari berlalu, bulan terus bergerak menyingkap datangnya tahun, hingga tak terasa kini
setelah melewati perjalanan hidup yang berat bersama nenekku dan sekarang aku berhasil
duduk di kelas unggulan yaitu kelas 6B.Baru saja aku merasakan bahagia karena berhasil masuk
di kelas yang aku idam-idamkan dan bertemu dengan teman-teman yang cerdas dan baik hati,
ketika pelajaran jam terakhir berlangsung aku mendapat panggilan dari Pak Willy satpam SD-ku
bahwa nenekku diserempet sepeda motor , aku segera mengemasi bukuku dan segera menuju
ke depan sekolah ,di sana aku melihat nenekku sedang duduk di becak sambil memegangi
kakinya yang lebam. Aku segera menghampiri nenekku dan memeluknya sambil berkataNenek
gak apa-apa kan? Mana yang sakit?, beliau hanya menjawab Nenek akan selalu baik selama
kamu masih bersama nenek, aku tidak dapat menahan butiran air di mataku ketika
mendengarnya.Untung saja si penyerempet mau bertanggung jawab dan memberikan uang
untuk berobat nenekku, tetapi nenekku tidak mau berobat katanyaNenek baik-baik saja
,Nak.Nenek hanya butuh kamu, uang ini bisa digunakan untuk kebutuhan makan kita, bukan?,
aku hanya tercengang mendengarnya. Sesampainya di rumah aku segera memijat kaki
nenekku .Semula keadaan nenekku membaik tetapi lama-kelamaan nenekku sering sakit-
sakitan, aku jadi merasa bingung harus berbuat apa, sementara aku hanya tinggal bersama
nenekku, aku takut hal yang buruk terjadi.Setelah dua bulan berlalu , mendengar kabar bahwa
nenekku sakit-sakitan ibuku kembali pulang dan tinggal bersamaku dan nenek. Seiring
mengalirnya waktu, keadaan nenekku semakin parah dan hal yang takku inginkan itupun
terjadi,setelah tiga bulan sakit keras nenekku mengakhiri perjuangan mulianya di dunia ini
dengan satu hembusan nafas dan satu senyuman penuh misteri. Peristiwa ini cukup menyayat
hatiku, aku menatap mayat nenekku dan tak dapat menahan getaran tubuhku dan aku
menangis sekencang-kencangnya, semua orang menatapku dan membicarakanku, tetapi aku tak
menghiraukannya, aku masih hanyut dalam aliran kedukaan hatiku, aku merasa belum bisa
meberikan apapun untuk nenekku yang paling berpengaruh dalam hidupku, aku sangat
menyayanginya bahkan sampai saat inipun aku merasa tak rela nenekku pergi. Malam hari
setelah acara tahlilan dan aku menempatkan tubuhku di kamar nenekku dan aku tak bisa
berhenti mengeluarkan butiran-butiran bening di mataku yang terus mengalir, hingga tanpa
terasa aku sudah terbawa ke alam mimpi dan di dalam mimpiku aku bertemu dengan nenekku
yang mendekatiku dan memelukku sambil berkata Nak, nenek bukanlah satu-satunya orang
yang paling berharga dalam hidupmu,nenek belum sempat mengatakan sesuatu kepadamu,
jangan sedih karena nenek selalu di sampingmu, nenek akan selalu menjagamu, kamu harus
ikhlas melepas nenek, nenek yakin kamu bisa menjaga dirimu dan menjadi lebih baik lagi karena
kamu sudah besar, Nak. Nenek ingin menyampaikan sesuatu, bahwa sebenarnya kamu bukan
keluarga kandung kami, kamu memiliki orang tua yang sekarang berada jauh darimu, dan
menanti saat untuk berjumpa denganmu, tetapi jangan sedih kami sudah menjadikanmu
anggota keluarga kami, aku tersentak dan bertanyaSiapa orang tuaku, Nek?, nenekku
berkataSuatu saat nanti akan tiba waktunya...dan kemudian nenekku menghilang.Aku segera
terbangun dari tidurku dan masih berfikir tentang mimpiku itu. Sejak saat itu ibuku selalu
membeda-bedakanku dengan kakakku ,tetapi kakakku selalu membelaku dan menguatkanku
sehingga membuat ibuku geram.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah liburan hari raya, dan seperti biasa
kebiasaaan di SD-ku adalah mengadakan kegiatan Halal Bihalal dengan saling meminta maaf
kepada sesama sambil berjabat tangan, ketika aku sampai di hadapan Pak Dar aku ingin
mengatakan bahwa nenekku sudah meninggal tetapi urung terlaksana karena antrian di
belakangku masih panjang. Saat pulang sekolah aku sudah menengok ruang guru berkali-kali
tetapi tak terlihat olehku sosok Pak Dar berada di sana. Akhirnya aku putuskan untuk
pulang.Setelah dua hari tidak mengajar , aku merasa curiga apa yang terjadi dengan Pak Dar,
dan kecurigaanku terjawab sudah dengan adanya berita duka bahwa Pak Dar meninggal dunia
karena sakit Liver yang parah. Aku kembali dirundung duka karena orang yang aku sayang telah
pergi, tak ada yang memotivasi aku lagi dan aku menjadi sosok yang pemurung dan sering
melamun. Hingga ujian nasional tiba aku menghadapinya dengan murung dan kurang tertarik
untuk belajar. Dan pada saat pengumuman aku tidak terkejut ketika mendengar danemku pas-
pasan saja, sehingga tidak dapat masuk SMP favorit, hal itu membuat ibuku semakin membeda-
bedakanku dengan kakakku karena kakakku selalu berprestasi di bidang akademik.Setiap kali
ibuku bertemu tetangga ,ia selalu membangga-banggakan kakakku, bahwa kakakku pernah
memperoleh medali dalam banyak perlombaan, menjadi ranking 1 paralel sejak SD ,dll. Tak
pernah sekalipun ibuku memujiku ketika aku berhasil memperoleh prestasi walupun bukan di
bidang akademik, aku merasa aku tak pernah dianggap.

Kemurunganku berakhir ketika aku mengenal seorang teman baru di sekolah baruku, dia
bernama Leni, dia selalu memotivasiku dan mendengarkan isi hatiku saat aku sedih maupun
senang, sehingga kami semakin dekat dan menjadi sahabat. Karena motivasi dari Leni yaitu
Kamu harus bangkit ,buktikan bahwa kamu bisa, jangan mudah berputus asa dan terus
semangat, semua yang diciptakan Tuhan itu bermanfaat bahkan tak ada setetes airpu yang sia-
sia, ingat selalu itu! itu yang selalu memotivasiku setiap saat untuk terus maju menitih jalan ke
depan yang mulai terbuka dengan secercah cahaya harapan .Aku mulai sering berkarya yaitu
dengan membuat lukisan dan tak jarang lukisanku diikutkan pameran, dan suatu hari ada
seorang seniman yang tertarik pada karyaku dan mengajakku untuk bekerja sama untuk
mengisi pameran di galeri seninya. Tak terasa sudah hampir 2 tahun aku bekerja sama dengan
seniman tersebut dan aku berhasil membuka galeri seni sendiri sekarang, di sana ada berbagai
macam lukisan karyaku yang sering terjual dengan harga yang relatif tinggi, aku gunakan uangku
tersebut untuk membantu saudaraku yang kesusahan , semua karyaku aku jual kecuali satu
lukisan yaitu lukisanku tentang nenekku. Aku akan menyimpannya sebagai kenangan terakhir
dalam hidupku. Selain itu, saat ini aku melanjutkan ke perguruan tinggi .Sedangkan kakakku
berhasil menjadi PNS seperti yang diharapkan oleh ibuku. Seiring berjalannya waktu ibuku mulai
sadar bahwa sikapnya selama ini kurang tepat dan mulai memahami keadaanku ,bahwa aku dan
kakakku memiliki bakat yang berbeda dan aku telah berhasil mengembangkan bakatku tersebut
dan akan terus berusaha mengembangkannya. Kamipun hidup saling mengasihi selayaknya
keluarga sebenarnya. Walaupun ada satu keinginanku yang belum dapat aku wujudkan yaitu
berjumpa dengan orang tua kandungku. Tetapi aku ingat pesan nenekku bahwa semuanya akan
tiba pada waktunya.Semua hal akan menjadi baik kalau kita berfikir hal itu baik dan
menjadikannya baik, jangan menyerah pada takdir karena sesungguhnya takdir itu dapat diubah
dengan berusaha kecuali jodoh, jenis kelamin dan kematian. Percayalah bahwa Tuhan telah
mengatur jalan yang terbaik untuk kita. Tak apalah aku tak dapat berjumpa dengan ibu
kandungku saat ini, karena aku telah mendapatkan ibu yang mau merawatku dan tidak
membeda-bedakanku lagi.

***

Nama : Roby Trisnawati

Kelas/ No : X Aksel/ 17

Anda mungkin juga menyukai