PENDAHULUAN
1
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari retardasi mental
2. Untuk mengetahui klasifikasi retardasi mental
3. Untuk mengetahui etiologi retardasi mental
4. Untuk mengetahui perbantingan jurlna dan terori yang dibuat oleh kelompok.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
2. Kekurangan yang terjadi bersamaan atau hendaya yang muncul pada fungsi
adapatif (keefektifan seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan
untuk usianya oleh kelompok masyarakat) dalam minimal dua dari bidang
berikut: komunikasi, perawatan diri, pemenuhan kebutuhan hidup,
kemampuan sosial/interpersonal, penggunaan sumber komunitas, kemandirian,
kemampuan fungsi akademik, pekerjaan, waktu luang, kesehatan, keamanan.
3. Terjadi sebelum umur 18 tahun
4
dari tingkat dua (kelas dua sekolah dasar). Mereka dapat bepergian di lingkungan
yang sudah dikenal.
Selama remaja, mereka kesulitan dalam mengenal norma-norma pergaulan
lingkungan sehingga mengganggu hubungan persaudaraan. Pada masa dewasa
sebagian besar dapat melakukan kerja yang kasar (unskilled) atau setengah kasar
(semi skilled) di bawah pengawasan workshop yang dilindungi. Mereka dapat
menyesuaikan diri pada komunitas lingkungan dengan pengawasan (supervisi).
3. Retardasi Mental Berat
Kelompok retardasi mental ini membentuk 3-4% dari kelompok retardasi mental.
Selama masa anak, mereka sedikit atau tidak mampu berkomunikasi. Sewaktu
usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dapat dilatih dalam kecakapan
mengurus diri secara sederhana. Mereka memperoleh jangkauan yang terbatas
pada instruksi pelajaran pra-akademik, seperti mengetahui huruf dan perhitungan
yang sederhana, tetapi bisa menguasai seperti belajar membaca melihat beberapa
kata. Sewaktu usia dewasa mereka dapat melakukan kerja yang sederhana bila
diawasi secara ketat. Kebanyakan dapat menyesuaikan diri pada kehidupan di
masyarakat, bersama keluarganya, jika tidak didapatkan hambatan yang menyertai
yang membutuhkan perawatan khusus.
4. Retardasi Mental Sangat Berat
Kelompok retardasi mental ini membentuk 2% dari kelompok retardasi mental.
Pada sebagian besar individu dengan diagnosis ini dapat diidentifikasi kelainan
neurologik, yang mengakibatkan retardasi mentalnya. Sewaktu masa anak, mereka
menunujukkan gangguan yang berat dalam bidang sensorimotor. Perkembangan
motorik dan mengurus diri dan kemampuan komunikasi dapat ditingkatkan
dengan latihan-latihan yang adekuat. Beberapa di antaranya dapat melakukan
tugas sederhana di tempat yang disupervisi dan dilindungi.
5. Retardasi Mental Tidak Tergolongkan
Diagnosis untuk retardasi mental tidak tergolongkan, seharusnya digunakan ketika
ada dugaan kuat retardasi mental tetapi seseorang tidak bisa dites dengan tes
inteligensi standar. Hal ini bisa terjadi saat anak-anak, remaja, atau dewasa ketika
mereka mengalami hendaya yang terlalu berat atau tidak bisa bekerjasama untuk
menjalani tes, atau pada bayi, saat ada keputusan klinik dari gangguan fungsi
intelektual secara signifikan, tetapi tes yang ada tidak dapat menghasilkan nilai IQ
(contoh: The Bayley Scales of Infant Development, Cattell Infant Intelligence
5
Scales, dan lainnya). Pada umumnya, seseorang yang lebih muda, lebih sukar
untuk dikaji adanya retardasi mental kecuali pada hendaya berat.
7
3) aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang
optimal,
4) eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan sistem saraf
pusat. Untuk anak-anak dan ibu dengan status sosioekonomi rendah,
pelayanan medis prenatal dan postnatal yang sesuai dan berbagai program
pelengkap dan bantuan pelayanan sosial dapat menolong menekan komplikasi
medis dna psikososial.
10
ketergantungannya bertambah. Berbeda dengan anak normal, anak retardasi
mental lebih banyak bergantung pada orang lain, dan kurang terpengaruh oleh
bantuan sosial (Soemantri 2007).
Latihan anak-anak ini lebih sulit dari pada anak-anak biasa karena perhatian
mereka mudah sekali tertarik kepada hal-hal yang lain. Harus diusahakan untuk
mengikat perhatian mereka dengan merangsang panca indera, misalnya dengan alat
permainan yang berwarna atau yang berbunyi, dan semuanya harus konkrit, artinya
dapat dilihat, didengar dan diraba. Prinsip-prinsip ini yang mula - mula dipakai oleh
Fiabel dan Pestalozzi, sehingga sekarang masih digunakan ditaman kanak-kanak
(Judarwanto, 2009). Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :
11
BAB 3
PEMBAHASAN
12
kemandirian dapat menetap sampai dewasa, akan tetapi mayoritas penderita retardasi
mental ringan dapat mencapai kemampuan berbicara dalam kehidupan sehari-hari.
Kebanyakan juga mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan
praktis dan ketrampilan rumah tangga, walau perkembangannya agak lambat dari anak
normal.
13
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retardasi mental merupakan keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) atau
dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-
kanak).Retardasi mental ditandai dengan adanya keterbatasan intelektual dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Sandra, 2010). Retardasi mental berdasarkan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III adalah suatu keadaan
perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik, dan sosial. Retardasi mental juga dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa
atau gangguan fisik lainnya (Maslim, 2001).
Klasifikasi retardasi mental berdasarkan derajat keparahan dan kelemahan intelektual
terbagi dalam lima tingkatan menurut DSM IV-TR (2004), yaitu:
1. Retardasi Mental Ringan
Retardasi Mental ringan ini secara kasar setara dengan kelompok retardasi yang
dapat dididik (educable).Kelompok ini membentuk sebagian besar (sekitar 85%) dari
kelompok retardasi mental.
2. Retardasi Mental Sedang
Retardasi Mental sedang ini secara kasar setara dengan kelompok retardasi yang
dapat dilatih (trainable).Sebaiknya penggunaan terminologi dapat dilatih ini tidak
dapat digunakan, karena memberi kesan mereka dari kelompok ini tidak dapat
dididik (educable).
3. Retardasi Mental Berat
Kelompok retardasi mental ini membentuk 3-4% dari kelompok retardasi
mental.Selama masa anak, mereka sedikit atau tidak mampu berkomunikasi.
Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar bicara dan dapat dilatih dalam kecakapan
mengurus diri secara sederhana.
4. Retardasi Mental Sangat Berat
Kelompok retardasi mental ini membentuk 2% dari kelompok retardasi mental.Pada
sebagian besar individu dengan diagnosis ini dapat diidentifikasi kelainan
neurologik, yang mengakibatkan retardasi mentalnya.
14
5. Retardasi Mental Tidak Tergolongkan
Diagnosis untuk retardasi mental tidak tergolongkan, seharusnya digunakan ketika
ada dugaan kuat retardasi mental tetapi seseorang tidak bisa dites dengan tes
inteligensi standar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT.
Nuh Jaya.
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan Widjaja
Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. p. 17-35.
Kemis dan Ati Rosnawati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita.
Bandung: PT. Luxima Metro Media.
16