PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui laju pertumbuhan ikan nila dengan pemberian
dosis pakan yang berbeda dari 12 akuarium,
2. Praktikan dapat melakukan rancangan percobaan serta mengolah data yang
didapatkan dari hasil percobaan.
1.3 Manfaat
1. Praktikan dapat lebih mudah untuk memperoleh data laju pertumbuhan
ikan nila
2. Praktikan dapat lebih paham dalam melakukan rancangan percobaan
suatu penelitian.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
B. Konversi Pakan
Konversi pakan adalah parameter yang dapat digunakan untuk melihat
pertumbuhan yang terkait dengan jumlah pakan yang diberikan. Konversi pakan
digunakan untuk mengetahui jumlah berat makanan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan atau penambahan berat badan ikan. Dengan kata lain merupakan
banyaknya pakan yang harus diberikan kepada ikan agar menghasilkan
pertambahan berat 1 kg (Effendi, 2004). Konversi pakan dan efisiensi pakan
merupakan indikator untuk menentukan efektivitas pakan. Efisiensi pakan dan
konversi pakan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
7
menggambarkan jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan ikan dan lebih jauh lagi
menunjukkan kualitas suatu pakan. Konversi pakan atau Feed Convertion Ratio
(FCR) adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya pakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 kg ikan. Semakin besar nilai FCR, semakin banyak pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan.
FCR = Pa
Bt-Bo+Bm
Keterangan :
3.2.1 Alat
11
Akuarium diisi air kran sebanyak
setengah dari tinggi akuarium
SR (%) = x 100%
Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan = Rata Rata bobot
ikan minggu (t) Rata Rata bobot ikan minggu (t-1)
FK =
13
JKT = (x12 + .. x122) FK
JKP = FK
KTP =
KTG =
Fhitung =
Keterangan :
t = banyaknya perlakuan
r = banyaknya ulangan
V1 = db perlakuan
V2 = db galat
4.1 Data
4.1.1 Tabel % SR
Tabel 3. Data % SR per minggu
PERLAKUAN % SR minggu ke -
% SR awal % SR akhir
(KOLOM) 1
C1 100 61,57 33
B3 100 56,71 33
A3 100 76,00 33
B2 100 42,57 33
D1 100 61,57 0
A1 100 66,43 33
A2 100 66,43 33
D3 100 66,43 33
D2 100 47,29 33
C3 100 47,29 33
C2 100 71,14 0
B1 100 52,29 0
Tabel 4. Data Bobot dan Rata Rata Bobot Ikan per minggu
Bobot Perkembangan
PERLAKUAN Bobot Awal Bobot Akhir
minggu ke -1 Bobot (g)
(KOLOM) (g) (g)
(g)
C1 2,6 6,97 5,6 3
B3 5,3 5,1 5,86 0,56
A3 4,3 4,34 4,93 0,63
B2 4 5,37 7,99 3,99
D1 4,6 4,64 0 0
A1 5 9,05 8,99 3,99
A2 5,3 8,17 7,46 2,16
D3 5 6,05 5,8 0,80
D2 6,3 8,5 8,8 2,5
C3 4,6 8,66 8,48 3,88
C2 4 4,7 0 0
B1 3,6 0 0 0
15
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan % SR
Berdasarkan data tabel persentase SR kelompok pada awal percobaan
didapatkan SR semua perlakuan dan ulangan yaitu 100%. Hal ini dikarenakan
ikan masih tahap awal sehingga belum ada ikan yang mati dan hal ini
menunjukkan bahwa kualitas air selama penelitian masih dalam keadaan yang
layak untuk menunjang derajat kelangsungan hidup benih ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Selain itu, diduga jumlah pakan yang selalu tersedia, mengandung
protein yang dibutuhkan oleh ikan dan tidak menurunkan kualitas air pada media
pemeliharaan. Effendie (1997) menyatakan bahwa survival rate atau derajat
kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu persaingan, parasit,
umur, predator, kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik
adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan.
Pada data tabel persentase SR kelompok pada minggu pertama terdapat
perbedaan pada setiap perlakuan dan ulangan. Perlakuan A3 merupakan perlakuan
dengan nilai persentase SR tertinggi yaitu 76,00 % atau artinya pada perlakuan A3
jumlah ikan yang mati lebih sedikit. Sementara itu, perlakuan B2 merupakan
perlakuan dengan nilai persentase SR terendah yaitu 42,57. Menurunnya
persentase SR ini dapat diakibatkan karena tidak digantinya atau tidak di
siphonnya air sebagai media ikan hidup, tidak telitinya pemberian pakan dan
faktor oksigen dari aerator yang kurang berfungsi. Oksigen merupakan satu
parameter yang sangat penting bagi selurah organisme dalam kehidupannya, kadar
oksigen terlarut 4,4 ppm - 4,6 ppm menunjukkan kadar yang optimal bagi
pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus), dimana oksigen sangat
diperlukan untuk pernapasan dan metabolisme ikan. Kandungan oksigen yang
tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan
yang mencakup seluruh aktifitas ikan, seperti berenang, pertumbuhan dan
reproduksi. Kandungan oksigen terlarut dalam air yang ideal untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah 5 ppm (Cahyono 2009).
Kemudian pada tabel persentase SR kelompok pada pengamatan terakhir
didapat rata-rata persentase SR terakhir yaitu 33,33 % dan 0 %. Jika ditinjau dari
kualitas air, secara umum terlihat kualitas air selama penelitian masih pada
kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.
Menurut Lovell (1989), ikan nila mampu mentolelir pH air antara 5-11, dan
menurut Boyd and Lichtkoppler (1991) kandungan oksigen oksigen terlarut
yang baik untuk ikan adalah lebih dari 5 ppm. Akan tetapi kematian ikan diduga
karena adanya penyakit yang tidak teramati oleh kasat mata, dan mungkin juga
akibat kepadatan yang tinggi. Kondisi tersebut juga terjadi pada penelitian Sopian
(2013), bahwa rendahnya nilai kelangsungan hidup benih ikan nila disebabkan
serangan penyakit dan sifat kanibalisme ikan nila.
Hal ini didukung pernyataan Van Duijn (1976) dalam Mutaqin (2006)
yang menyatakan bahwa ikan mempunyai daya tahan tubuh yang besar terhadap
penyakit asalkan kondisi badannya tidak diperlemah oleh suatu sebab. Menurut
Angga dan Safrudin (1982) dalam Mutaqin (2006) bahwa stres merupakan
gangguan mekanisme homeostatik, sehingga memudahkan terjadinya suatu
penyakit. Berdasarkan Kordi, (2009) bahwa rendahnya kelangsungan hidup suatu
biota budidaya dipengaruhi beberapa faktor salah satunya nutrisi pakan yang tidak
sesuai.
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 1025,271 341,7571 1,2206 4,06618 7,59099
Galat 8 2240 279,992
Total 11 3265,207
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 272,25 90,75 0,33333 4,06618 7,59099
Galat 8 2178 272,25
Total 11 2450,25
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 2469 822,999857 -0,94969 5,40945 12,06
Galat 5 -4332,98 -866,59555
19
Total 8 -1864
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 0 0 0 5,40945 12,06
Galat 5 0,00 0
Total 8 0
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 8,62676 2,875586 0,96483 4,06618 7,59099
Galat 8 24 2,980417
Total 11 32,4701
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 3,075 1,025031 0,30911 4,06618 7,59099
Galat 8 27 3,316117
Total 11 29,6
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 18,4971 6,16570185 -2,47345 5,40945 12,06
Galat 5 -12,46 -2,49275
Total 8 6,03336
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
Tabel 12. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) Missing
Plot Technique Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan dengan 3 Data Hilang
F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 3,37735 1,12578 0,42087 5,40945 12,06
Galat 5 13,37 2,67489
Total 8 16,7518
Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pembahasan Tabel Anova % SR
Pada hasil praktikum yang di lakukan dapat di ketahui bahwa pemberian
pakan buatan menyebabkan terjadinya perbedaan tidak nyata, dapat dilihat dati
tabel no 7 nilai F hitung lebih kecil daripada F tabel pada taraf 5% yaitu -0.94969
berbanding 5.40, begitu juga pada taraf 1% yaitu -0.94 berbanding 12.06.
kelompok kami membahas tabel 7 karena memiliki data Missing Plot Tehnique %
SR dengan 1 data yang hilang yang merupakan data pada praktikum pertama yang
kelompok 2 lakukan.
SR yang tinggi pada kelompok kami bisa disebabkan beberapa hal, seperti
faktor kanibalisme yang di sebabkan karena keterlambatan pemberian pakan. Ikan
budidaya termasuk ikan yang waktu pemberian pakannya terkontrol apabila tidak
21
di beri pakan sesuai waktunya akan gelisah yang berakibat terhadap kanibalisme.
Hal itu ditandai dengan agresitivitas yang tinggi (Amri dan Toguan 2007).
Frekuensi pemberian pakan 2 3 kali cukup menghasilkan konsumsi maksiumu,
tetapi kenyataanya pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang sebenrnya,
misalnya pemberian pakan pada hari sabtu hanya 2 kali, yaitu pagi dan sore.
Selain faktor kanibalisme ada faktor lingkungan sekitar. Lingkungan
pemeliharaan yang kondusif memberikan ketenangan bagi ikan atau benih yang di
pelihara, tetapi pada waktu praktikum beberapa praktikan tidak menjaga volume
suara dan tingkah laku sehingga membuat ikan stress. Banyaknya kematian ikan
juga menunjukan bahwa kualitas air di akuarium kurang layak, hal ini bisa di
sebabkan karena praktikan tidak memperhatikan masalah penyiponan yang dapat
membuat kandungan ammonia dalam akuarium meningkat.
5.1 Kesimpulan
Praktikum kali ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4
perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A menggunakan 1% pakan dari biomassa
ikan, perlakuan B menggunakan 2% pakan dari biomassa ikan, perlakuan C
menggunanakan 3 % pakan dan perlakuan D menggunanakan 4% pakan dari
biomassa ikan. Survival Rate ikan nila semakin menurun setiap minggunya,
Berdasarkan hasis analisis sidik ragam menunjukan bahwa antar perlakuan
memiliki perbedaan tidak berbeda nyata baik pada taraf 5% dan 1 %. Begitu juga
dengan bobot ikan nila setelah 3 minggu pemberian pakan mengalami penurunan
bobot.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa rancangan acak lengkap kali
ini menghasilkan perbedaan yang tidak nyata, bisa di sebabkan karena kurangnya
alat yang memadai dan kelalaian praktikan. Maka dari itu diharapkan penyediaan
alat yang lebih lagi dan kedisiplinan dari praktikum.
23
DAFTAR PUSTAKA
Batu, D.T.F.L. 1982. Pengantar Ke Fisiologi Hewan Air: Edisi ke Tiga. Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan, Departemen Hidrobiologi, Bagian
Biologi Laut.
Boyd, C.E., F. Lichtkoppler. 1991. Water quality management in pond fish
culture. Auburn University, Auburn, Alabama.
Cahyono, B. 2009. Budidaya ikan langka bernilai tinggi. Pustaka Mina. Jakarta.
Effendie ,M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Firman. 2013. Klasidikasi ikan koi (Cyprinus carpio. Jurnal adn Unair,
Universitas Airlangga.
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Van National Reinhold, New York.
Mutaqin, Z. 2006. Pola sebaran hama dan penyakit ikan yang disebabkan oleh
penyakit dan bakteri pada beberapa provinsi di Indonesia. Skripsi.
Institut Pertanian Bogar. Fakultas Kedokteran Hewan. Bogor.
(Dipublikasikan).
Prihadi, D.J. 2007. Pengaruh jenis dan waktu pemberian pakan terhadap tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) dalam keramba jarring apung di Balai Budidaya Laut
Lampung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran. Bandung. Jurnal Akuakultur Indonesia 493- 953-1.
Sahwan,M.F. 2003. Pakan Ikan dan Udang : Formulasi, Pembuatan, Analisa
Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zonneveld, N., E. Huisman A., and Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
25
LAMPIRAN