Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rancangan percobaan (eksperimen) adalah suatu tes atau serangkaian tes
dengan maksud mengamati dan mengidentifikasi perubahan-perubahan pada
output respons yang disebabkan oleh perubahan-perubahan yang dilakukan pada
variabel input dari suatu proses (Montgomery, 2001:1). Rancangan percobaan
bertujuan untuk memperoleh atau mengumpulkan informasi sebanyak yang
diperlukan dan berguna dalam melakukan penelitian dengan persoalan yang akan
diangkat. Rancangan percobaan dilakukan untuk membandingkan efek-efek dari
berbagai tingkatan (kondisi) suatu percobaan. Namun sering juga melakukan
perlakuan yang melibatkan banyak perlakuan dengan berbagai tingkatannya,
sehingga menghasilkan kombinasi perlakuan.

1.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui laju pertumbuhan ikan nila dengan pemberian
dosis pakan yang berbeda dari 12 akuarium,
2. Praktikan dapat melakukan rancangan percobaan serta mengolah data yang
didapatkan dari hasil percobaan.

1.3 Manfaat
1. Praktikan dapat lebih mudah untuk memperoleh data laju pertumbuhan
ikan nila
2. Praktikan dapat lebih paham dalam melakukan rancangan percobaan
suatu penelitian.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Ikan


2.1.1 Morfologi Ikan Nila (Oreochromis nilotica)
Ikan nila selama ini dikenal dengan nama ilmiah Tilapia nilotica, namun
menurut klasifikasi terbaru pada Tahun 1982 nama ilmiah ikan nila adalah
Oreochromis nilotica. Perubahan klasifikasi terbaru tersebut dipelopori oleh
Trewavas pada Tahun 1980 dengan membagi Tilapia menjadi tiga genus
berdasarkan perilaku kepedulian induk ikan terhadap anaknya.
Ikan nila (Oreochromis nilotica) memiliki ciri morfologi, yaitu berjari-jari
keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing.
Selain itu tanda lainnya yang dapat dilihat yaitu warna tubuhnya yang hitam dan
agak keputihan. Bagian bawah tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila
local, putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila besar, kasar dan
tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya
memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya.
Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang
sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepalanya relative kecil dengan
mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottela et al.
1993 dalam Setiawan 2012).
Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair
payau maupun dataran yang tinggi dengan suhu yang rendah (Trewavas, (1986)
dalam Setiawan, 2012). Morfologi dan anatomi ikan nila (Oreocrhomis nilotica)
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Morfologi dan Anatomi Ikan Nila (Oreochromis nilotica)
(Khairun dan Amri, 2003 dalam Zulmarham 2011)
Bentuk badan ikan nila adalah pipih kesamping memanjang.
Mempunyai garis vertikal 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna
hitam sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat garis-garis miring.
Linea literalisnya terputus jadi dua bagian dan dilanjutnya dengan garis yang
terletak di bawah. Letak linea literalis memanjang di atas sirip dada. Jumlah
sisik pada garis rusuk 39 buah. Tipe sisik ctenoid. Bentuk sirip ekor
perpinggiran tegak.
Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga
air banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit
minum air. Dan urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk mendapatkan
air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat permukaan
tubuhnya.
Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di
lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar tidak
minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin encer,
pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang.

2.1.2 Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis nilotica)


Ikan nila memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ pembau dan
kapsul otik tergabung menjadi satu. Eksoskleton Ostracodermi mempunyai
kesamaan dengan dentin pada kulit. Elasmobrachii yang merupakan mantel keras
3
seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa
lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Tulang palato-
quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang
atas dan rahang bawah.
Organ-organ internal ikan adalah jantung, alat-alat pencerna, gonad,
kandung kemih, dan ginjal. Alat pencernanya terdiri atas aesopaghus, perut besar,
usus halus, pankreas, dan hati. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh
jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum
merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam yang biasanya dibuang
jika ikan sedang disiangi.
Sistem pncernaan dimulai dari kanal alimentri memanjang dari rongga
mulut sampai tenggorokan melalui oesophagus, perut besar, usus halus, dan
berakhir pada anus. Dinding oesophagus perut besar dan usus halus dibentuk oleh
benang-benang otot yang halus yang merupakan jaringan pengikat yang lentur.
Bagian dalam perut besa dan usus halus terdapat selaput yang mengandung
kelenjar-kelenjar keal yang mengeluarkan cairan pencerna. Kelenjar-kelenjar pada
perut besar mengeluarkan cairan yang bersifat asam yang banyak mengandung
pepsin dan asam klorida. Sementara kelenjar yang terdapat pada usus halus
mengeluarkan cairan yang bersifat alkalis yang banyak mengandung enterokinase
yaitu sejenis enzim. Pada bagian luar usus halus tersimpan enzim-enzim yang
berasal dari hati yaitu tripsin dan yang berasal dari pancreas yaitu lipase, dan di
samping itu juga tersimpan enzim amylase.
Pada beberapa ikan tidak dijumpai adanya perut besar, sehingga fungsinya
digantikan usus halusnya, misal pada ikan karper Sistem pencernaan pada
vertebrata termasuk ikan teridiri atas dua bagian besar yaitu saluran pencernaan
dan kelenjar pencarnaan. Saluran pencernaan dimulai dari rongga mulut, faring,
esofagus hanya pendek, lambung, usus, dan anus. Kelenjar pencernaan umumnya
berupa kelenjar mukosa, hati, dan pankreas. Oleh sebab itu ikan hidup di air maka
tidak memerlukan banyak kelenjar mulut untuk membasahi makanannya, namun
masih ada beberapa kelenjar mukosa. Esofagus ikan biasanya sangat pendek.
Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan
mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada
rongga perut di sebelah kandung kemih dan kanal alimentri. Keadaan gonad ikan
sangat menetukan kedewasaan ikan. Kedewasaan ikan meningkay dengan makin
meningkatnya fungsi gonad.
Ikan Nila umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian
posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan
sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi di luar
tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu berada,
kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur tersebut
menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva. Larva
tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya digunakan
sebagai cadangan makanan untuk awal kehidupannya

2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup


Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau
hewan hidup dan berkembang biak. Ikan nila hidup di perairan tawar seperti
sungai, danau, waduk dan rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap
salinitas sehingga ikan ini dapat pula hidup dan berkembang biak di perairan
payau dan air laut (Kordi, (2004) dalam Zulmarham, 2011). Selanjutnya
dinyatakan bahwa nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5 ppm,
namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8 ppm dan ikan nila cocok
dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m di atas permukaan laut)
dengan suhu 23-30 oC.

2.2 Rancangan Acak Lengkap


2.2.1 Definisi Rancangan Acak Lengkap
Rancangan acak lengkap atau completely randomized design merupakan
salah satu model rancangan dalam rancangan percobaan. Rancangan acak lengkap
ini digunakan bila unit percobaan homogen. Rancangan ini disebut rancangan
acak lengkap, karena pengacakan perlakuan dilakukan pada seluruh unit
5
percobaan. Rancangan ini dapat digunakan untuk melakukan percobaan di di
laboratorium atau di rumah kaca atau lapangan. Rancangan acak lengkap
digunakan bila faktor yang akan diteliti satu faktor atau lebih dari satu faktor.
Pada percobaan dengan menggunakan rancangan faktorial (lebih dari satu faktor)
rancangan acak lengkap menjadi rancangan lingkungan. Model linier yang tepat
untuk rancangan acak lengkap adalah:
Yij(t) = + P(t) + (t)
dimana:
i = 1, 2, ...n; dan t = 1, 2, ...n
Yij(t) = nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat
perlakuan ke-t.
= nilai rata-rata umum
P(t) = pengaruh perlakuan ke-t
e(t) = pengaruh galat yang memperoleh perlakuan ke-t

2.2.2 Fungsi dan Kegunaan


Rancangan acak lengkap berguna untuk melaksanakan percobaan bila unit
percobaan homogen. Pelaksanaan percobaan dengan menggunakan rancangan
acak lengkap dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut yaitu
Pengacakan, yaitu penempatan perlakuan pada unit percobaan dilakukan secara
acak. Menentukan jumlah perlakukan dan jumlah kelompok, menentukan lokasi
percobaan dan membuat rancangan denah percobaan berdasarkan jumlah
perlakuan dan jumlah ulangan, melakukan pengacakan perlakuan pada semua unit
percobaan dan membuar denah percobaan, dan berdasarkan denah percobaan,
laksanakan percobaan di laboratorium atau di rumah kaca atau di lapang.

2.3 Perhitungan Biomassa dan Rasio Pakan


Biomassa adalah Jumlah bahan hidup yang terdapat di dalam satu atau
beberapa jenis organism yang berada di dalam habitat tertentu. Biomasa pada
umumnya dinyatakan dalam berat kering organisme persatuan luas habitat, yang
dinyatakan dalam kg/m2, atau kg/m3. Biomasa adalah salah satu sumberdaya
hayati, merupakan energi matahari yang telah ditransformasi menjadi energi kimia
oleh tumbuhan berhijau daun. Ada yang mendefinisikan Biomassa sebagai bahan-
bahan organik berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan atau hewan;
produk & limbah industri budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan).

A. Tingkat Kelangsungan Hidup


Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yaitu persentase jumlah ikan
yang hidup setelah dipelihara dalam waktu tertentu terhadap jumlah awal
pemeliharaan, atau kelangsungan hidup dapat diartikan perbandingan antara
jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Sehingga dengan
demikian dapat diketahui dan dihitung jumlah ikan yang mati. Untuk mengetahui
berapa tingkat kematian ikan yang dibudidayakan,dapat dilakukan penghitungan
berapa tingkat kematian itu sendiri atau disebut dengan Survival rate. Adapun
rumus untuk menghitung tingkat kelangsungan ikan yaitu: SR dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup larva (Survival Rate)

Ni = Populasi ikan hari ke-i (ekor)

No = Populasi ikan awal pemeliharaan (ekor)

B. Konversi Pakan
Konversi pakan adalah parameter yang dapat digunakan untuk melihat
pertumbuhan yang terkait dengan jumlah pakan yang diberikan. Konversi pakan
digunakan untuk mengetahui jumlah berat makanan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan atau penambahan berat badan ikan. Dengan kata lain merupakan
banyaknya pakan yang harus diberikan kepada ikan agar menghasilkan
pertambahan berat 1 kg (Effendi, 2004). Konversi pakan dan efisiensi pakan
merupakan indikator untuk menentukan efektivitas pakan. Efisiensi pakan dan
konversi pakan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
7
menggambarkan jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan ikan dan lebih jauh lagi
menunjukkan kualitas suatu pakan. Konversi pakan atau Feed Convertion Ratio
(FCR) adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya pakan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 kg ikan. Semakin besar nilai FCR, semakin banyak pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan.

FCR = Pa

Bt-Bo+Bm

Keterangan :

FCR = konversi pakan

Pa = jumlah pakan yang dihabiskan (kg)

Bt = Biomassa ikan pada hari ke-t (kg0

Bo = Biomassa ikan pada hari ke-o(kg)

Bm =biomassa ikan yang mati (kg)

C. Laju Pertumbuhan Harian

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik bobot maupun panjang


dalam suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1979). Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keturunan,
umur, ketahanan terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan,
Faktor eksternal meliputi suhu, faktor kimia lingkungan perairan yang
berpengaruh terhadap oksigen terlarut, CO2 bebas, ammonia, dan pH, serta
makanan yang tersedia (Goddard, 1996 dalam Safitri, 2007).

Berkurangnya kadar oksigen di air dapat menurunkan tingkat konsumsi


ikan karena oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh,
aktivitas pergerakan, dan aktivitas pengolahan Pakan (Zonneveld et al, 1991).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemeliharaan ikan dengan kondisi
oksigen terlarut yang lebih rendah menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah
pula (Boyd, 1990). Specific Growth Rate (SGR) merupakan laju pertumbuhan
harian, persentase pertambahan bobot tiap hari. Dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan: SGR : Spesific Growht Rate (%/hari)


Wt : Bobot rata-rata waktu ke-t (gr)
Wo : Bobot rata-rata waktu ke-o (gr)
t : Lama pemeliharaan (hari)
Wo = biomassa rata-rata ikan pada hari ke-0 (gr)

3.4.4 Pertumbuhan Mutlak


Pertumbuhan mutlak atau Growth Rate (GR) adalah pertambahan bobot
rata-rata tiap hari
GR = Wt-Wo
GR = Pertumbuhan mutlak (gram/hari)
Wt = Berat rata-rata ikan pada hari ke-t (gram)
Wo = Berat rata-rata ikan pada hari ke-o (gram)
T = Waktu (hari)
Pakan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan
untuk keberhasilan usaha budidaya ikan. Gruz dan Laudecia dalam Basri (1997)
menyatakan bahwa makanan berfungsi sebagai sumber energi yang digunakan
untuk pemeliharaan tubuh, pengganti jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan,
aktifitas dan kelebihan makanan tersebut digunakan untuk reproduksi.
Lagler (1977) menyatakan bahwa bentuk lambung biasanya berkaitan
dengan jenis dan ukuran makanan yang dimakan. Lambung ikan yang memakan
ikan mempunyai bentuk khas yang memanjang, bentuk ikan herbivora lambung
berbentuk kantung lambung sangat spesial dan dapat bermodifikasi dalam
penggilingan makanan. Pakan yang diberikan hendaknya mengandung protein
yang sesuai.
Faktor yang mempengaruhi jumlah makanan yang dimakan olehikan
adalah sebagai berikut: ukuranikan, suhu, kualitas air, frekuensipemberian
makanan, jumlah makanan yang diberikan dan aroma makanan tersebut (Lovell,
1989). Effendie (1986) mengatakan bahwa makanan merupakan faktor yang
9
menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan. Sedangkan jenis
makanan ikan tergantung dari umur, tempat dan waktu. Elliot dalam NRC (1993)
menyatakan bahwa konsumsi makanan harian dipengaruhi oleh sejumlah faktor
diantaranya ukuran ikan, jumlah makanan yang dimakan untuk sekali pemberian
makanan, laju pengosongan lambung, suhu air, aktifitas ikan, jenis makanan yang
dimakan dan ketersediaan organisme makanan.
Menurut NRC (1993), makanan yang diberikan harus benar benar
dipertimbangkan karena makanan yang terlalu sedikit akan menghasilkan
pertumbuhan ikan yang kurang. Sedangkan kelebihan makanan akan
menyebabkan pencemaran dan metabolisme tidak efesien, makanan tidak
dikonsumsi seluruhnya sehingga kualitas air akan menurun. Oleh sebab itu,
frekuensi pemberian makanan yang tepat sangat diperlukan agar dapat
meningkatkan efisiensi makanan. Beragamnya frekuensi pemberian pakan
bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik, yang berhubungan dengan
volume dan kapasitas tampung lambung. Semakin kecil volume lambung semakin
sedikit pakan yang dapat ditampung, maka frekuensi pemberian pakan semakin
sering (Kono dan Nose dalam Panjaitan,1996). Hal ini berhubungan dengan
kapasitas dan laju pengosongan lambung. Makin kecil kapasitas lambung, makin
cepat waktu untuk mengosongkan lambung, sehingga frekuensi pemberian pakan
yang dibutuhkan tinggi (Gwither dan Grove dalam Tasena, 1989).
Selanjutnya dikatakan pula bahwa setelah terjadi pengurangan isi
lambung, nafsu makan beberapa jenis ikan akan meningkat kembali jika segera
tersedia pakan. Menurut Breet dalam Raffles (1998), pertumbuhan merupakan
proses tingkah laku dan fisiologis. Dalam hal ini proses tingkah laku
mengkonsumsi makanan. Jumlah makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh
spesies, umur, nilai gizi dan keadaan lingkungan serta ketersediaan makanan
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Rancangan Acak Lengkap dilaksanakan pada 16 November 2015


20 Desember 2015 bertempat di Laboratorium Avertebrata Gedung Dekanat Lt
2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Akuarium, digunakan sebagai tempat media pemeliharaan


2. Neraca digital, untuk mengukur bobot ikan dan pakan
3. Plastik zipper kecil, sebagai wadah menyimpan pakan
4. Selang, digunakan untuk membantu penyiponan akuarium dan membantu
pemasangan aerator
5. Batu Aerasi, berfungsi untuk mengatur permukaan gelembung oksigen
6. Aerator, berfungsi untuk mensuplai oksigen dalam air akuarium
3.2.2 Bahan

1. Air Kran, sebagai media pemeliharaan


2. Ikan Nila, sebagai organisme yang diamati
3. Label, sebagai penanda setiap perlakuan dan ulangan
4. Pakan, sebagai nutrisi untuk kelangsungan hidup ikan

3.3 Prosedur Praktikum

Akuarium diperiksa ada tidaknya


kebocoran kemudian dicuci bersih

11
Akuarium diisi air kran sebanyak
setengah dari tinggi akuarium

Aerasi dipasang pada setiap kolom


akuarium

Dilakukan pengacakan, kemudian diberi


label yang sesuai

Ikan nila dimasukkan pada masing


masing kolom akuarium sebanyak 3 ekor
ikan

Biomassa total ikan pada masing-masing


kolom ditimbang dengan neraca analitik

Berat pakan dihitung dengan syarat :

Perlakuan A = Persentase pakan sebesar 1%


per hari x biomassa ikan
Perlakuan B = Persentase pakan sebesar 2%
per hari x biomassa ikan
Perlakuan C = Persentase pakan sebesar 3%
per hari x biomassa ikan
Perlakuan D = Persentase pakan sebesar 4%
per hari x biomassa ikan

Pakan yang telah ditimbang, dimasukkan


kedalam plastik zipper kecil. Pakan yang
ditimbang untuk keperluan satu minggu
Pemberian pakan dan pengamatan
dilakukan setiap hari, dan kemudian dicatat
mortalitas ikan

Pengamatan dilakukan selama 3 minggu dengan setiap


minggu dilakukan perhitungan survival rate, dan
penimbangan ikan yang masih hidup

SR (%) = x 100%
Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan = Rata Rata bobot
ikan minggu (t) Rata Rata bobot ikan minggu (t-1)

Pakan ditimbang sesuai dengan bobot ikan


yang masih hidup

3.4 Analisis Data


Dalam menentukan tabel analisis ragam, dilakukan perhitungan sebagai
berikut :

Tabel 1. RAL untuk Praktikum Pengamatan Ikan Nila


Perlakuan
Ulangan A B C D
1 X1 X2 X3 X4
2 X5 X6 X7 X8
3 X9 X10 X11 X12
T1 T2 T3 T4

FK =

13
JKT = (x12 + .. x122) FK

JKP = FK

JKG = JKT JKP

KTP =

KTG =

Fhitung =

Tabel 2. Tabel Analisis Ragam (ANOVA)


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F Tabel F Tabel
Ragam Bebas Kuadrat Tengah 0.05 0.01
Perlakuan t-1 JKP JKP/(t-1) KTP/KTG F 0.05 F 0.01
(V1, V2) (V1, V2)
Galat t(r-1) JKG JKG/t(n-1)
Total tr-1 JKT

Keterangan :
t = banyaknya perlakuan
r = banyaknya ulangan
V1 = db perlakuan
V2 = db galat

Keputusan : Tolak Ho : F hitung > F tabel


Terima Ho : F Hitung < F tabel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
4.1.1 Tabel % SR
Tabel 3. Data % SR per minggu

PERLAKUAN % SR minggu ke -
% SR awal % SR akhir
(KOLOM) 1
C1 100 61,57 33
B3 100 56,71 33
A3 100 76,00 33
B2 100 42,57 33
D1 100 61,57 0
A1 100 66,43 33
A2 100 66,43 33
D3 100 66,43 33
D2 100 47,29 33
C3 100 47,29 33
C2 100 71,14 0
B1 100 52,29 0

4.1.2 Tabel Data Bobot dan Rata Rata Bobot Ikan

Tabel 4. Data Bobot dan Rata Rata Bobot Ikan per minggu
Bobot Perkembangan
PERLAKUAN Bobot Awal Bobot Akhir
minggu ke -1 Bobot (g)
(KOLOM) (g) (g)
(g)
C1 2,6 6,97 5,6 3
B3 5,3 5,1 5,86 0,56
A3 4,3 4,34 4,93 0,63
B2 4 5,37 7,99 3,99
D1 4,6 4,64 0 0
A1 5 9,05 8,99 3,99
A2 5,3 8,17 7,46 2,16
D3 5 6,05 5,8 0,80
D2 6,3 8,5 8,8 2,5
C3 4,6 8,66 8,48 3,88
C2 4 4,7 0 0
B1 3,6 0 0 0

15
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan % SR
Berdasarkan data tabel persentase SR kelompok pada awal percobaan
didapatkan SR semua perlakuan dan ulangan yaitu 100%. Hal ini dikarenakan
ikan masih tahap awal sehingga belum ada ikan yang mati dan hal ini
menunjukkan bahwa kualitas air selama penelitian masih dalam keadaan yang
layak untuk menunjang derajat kelangsungan hidup benih ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Selain itu, diduga jumlah pakan yang selalu tersedia, mengandung
protein yang dibutuhkan oleh ikan dan tidak menurunkan kualitas air pada media
pemeliharaan. Effendie (1997) menyatakan bahwa survival rate atau derajat
kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor biotik yaitu persaingan, parasit,
umur, predator, kepadatan dan penanganan manusia, sedangkan faktor abiotik
adalah sifat fisika dan kimia dalam perairan.
Pada data tabel persentase SR kelompok pada minggu pertama terdapat
perbedaan pada setiap perlakuan dan ulangan. Perlakuan A3 merupakan perlakuan
dengan nilai persentase SR tertinggi yaitu 76,00 % atau artinya pada perlakuan A3
jumlah ikan yang mati lebih sedikit. Sementara itu, perlakuan B2 merupakan
perlakuan dengan nilai persentase SR terendah yaitu 42,57. Menurunnya
persentase SR ini dapat diakibatkan karena tidak digantinya atau tidak di
siphonnya air sebagai media ikan hidup, tidak telitinya pemberian pakan dan
faktor oksigen dari aerator yang kurang berfungsi. Oksigen merupakan satu
parameter yang sangat penting bagi selurah organisme dalam kehidupannya, kadar
oksigen terlarut 4,4 ppm - 4,6 ppm menunjukkan kadar yang optimal bagi
pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus), dimana oksigen sangat
diperlukan untuk pernapasan dan metabolisme ikan. Kandungan oksigen yang
tidak mencukupi kebutuhan ikan dapat menyebabkan penurunan daya hidup ikan
yang mencakup seluruh aktifitas ikan, seperti berenang, pertumbuhan dan
reproduksi. Kandungan oksigen terlarut dalam air yang ideal untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah 5 ppm (Cahyono 2009).
Kemudian pada tabel persentase SR kelompok pada pengamatan terakhir
didapat rata-rata persentase SR terakhir yaitu 33,33 % dan 0 %. Jika ditinjau dari
kualitas air, secara umum terlihat kualitas air selama penelitian masih pada
kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.
Menurut Lovell (1989), ikan nila mampu mentolelir pH air antara 5-11, dan
menurut Boyd and Lichtkoppler (1991) kandungan oksigen oksigen terlarut
yang baik untuk ikan adalah lebih dari 5 ppm. Akan tetapi kematian ikan diduga
karena adanya penyakit yang tidak teramati oleh kasat mata, dan mungkin juga
akibat kepadatan yang tinggi. Kondisi tersebut juga terjadi pada penelitian Sopian
(2013), bahwa rendahnya nilai kelangsungan hidup benih ikan nila disebabkan
serangan penyakit dan sifat kanibalisme ikan nila.
Hal ini didukung pernyataan Van Duijn (1976) dalam Mutaqin (2006)
yang menyatakan bahwa ikan mempunyai daya tahan tubuh yang besar terhadap
penyakit asalkan kondisi badannya tidak diperlemah oleh suatu sebab. Menurut
Angga dan Safrudin (1982) dalam Mutaqin (2006) bahwa stres merupakan
gangguan mekanisme homeostatik, sehingga memudahkan terjadinya suatu
penyakit. Berdasarkan Kordi, (2009) bahwa rendahnya kelangsungan hidup suatu
biota budidaya dipengaruhi beberapa faktor salah satunya nutrisi pakan yang tidak
sesuai.

4.2.2 Pembahasan Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan


Berdasarkan data bobot dan rata rata bobot ikan per minggu, didapatkan
hasil yang berbeda-beda pada setiap perlakuan dan ulangan. Pada perlakuan C1,
A1, A2, D3, C3 terlihat bahwa bobot ikan semakin menurun. Prihadi (2007),
menyatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari
dalam dan faktor dari luar, adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan,
ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan,
sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan biologi perairan.
Sementara pada perlakuan B3, A3, B2, D2 bobot ikan semakin bertambah,
dan pada D 1, C2, B1 bobot akhir sama dengan 0 karena ikan sudah mati pada
akhir pengamatan. Haryati (2005) menyatakan bahwa pakan merupakan faktor
pembatas produksi dalam suatu kegiatan budidaya terutama budidaya ikan secara
intensif, setelah faktor kunci yang lain terpenuhi. Pada budidaya intensif, pakan
17
merupakan penentu pertumbuhan, apabila pakan yang diberikan tidak memenuhi
syarat maka laju pertumbuhan akan menurun, berkurangnya bobot badan dan
terjadinya malnutrisi. Selanjutnya Palinggi dan Usman, (2005) menyatakan bahwa
pakan dibutuhkan oleh ikan mula-mula untuk kelangsungan hidupnya dan
selebihnya untuk pertumbuhan. Ikan dapat tumbuh dengan baik bila diberi pakan
yang berkualitas yaitu pakan yang mengandung semua nutrien yang dibutuhkan
oleh ikan untuk bertumbuh. pakan yang berkualitas diperoleh dari hasil ramuan
yang baik dari bahan-bahan berkualitas.
Perbedaan pertumbuhan bobot tersebut diduga karena adanya perbedaan
nutrisi dari jenis-jenis pakan tersebut. Nutrisi adalah bahan baku yang dibutuhkan
demi kelangsungan hidup suatu organisme, digunakan oleh sel-sel tubuh untuk
pembentukan bagian tubuh dan untuk energi dan metabolisme suatu organisme
(Batu 1982). Kandungan nutrisi dalam pakan yaitu protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral. Protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein
mutlak diperlukan oleh ikan. Protein dapat berguna untuk memperbaiki sel-sel
rusak, sebagai salah satu pembentuk membran sel, juga dapat menjadi sumber
energi bagi benih ikan Nila (Batu 1982). Mineral dibutuhkan oleh tubuh ikan baik
untuk pembentukan sel-sel maupun kelangsungan proses metabolisme tubuh dan
vitamin dibutuhkan terutama untuk mengontrol pertumbuhan. Menurut Sahwan
(2003), karbohidrat merupakan zat sumber energi bagi ikan, dan pada umumnya
berasal dari tumbuhan. Lemak berguna sebagai energi cadangan, membantu
penyerapan vitamin terlarut dalam lemak dan melindungi organorgan vital bagi
ikan.
Faktor makanan dan suhu perairan merupakan faktor utama yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ikan. Menurut Arofah, (1991) dalam Prihadi, (2007),
menyatakan bahwa pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah makanan melebihi
kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ikan adalah kandungan protein dalam pakan, sebab protein berfungsi
membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan menggantikan jaringan yang
rusak. Menurut Khans et al.(1993) dalam Kordi, (2009) kekurangan protein
berpengaruh negatif terhadap konsumsi pakan, konsekuensinya terjadi penurunan
pertumbuhan bobot. Menurut Kordi, (2009) kelebihan protein dan lemak dapat
menimbulkan penimbunan lemak, nafsu makan ikan berkurang. Nilai nutrisi (gizi)
pakan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizi dan berapa komponen nutrisi
yang penting dan harus tersedia dalam pakan, antara lain protein, lemak,
karbohidrat, dan vitamin.

4.3 Tabel Anova


4.3.1 Tabel Anova % SR
Tabel5. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) % SR
dengan 1 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 1025,271 341,7571 1,2206 4,06618 7,59099
Galat 8 2240 279,992
Total 11 3265,207

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

Tabel 6. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) % SR


dengan 3 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 272,25 90,75 0,33333 4,06618 7,59099
Galat 8 2178 272,25
Total 11 2450,25

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

Missing Plot Technique (Pendugaan Data Hilang)

Tabel 7. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) Missing


Plot Tehnique % SR dengan 1 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 2469 822,999857 -0,94969 5,40945 12,06
Galat 5 -4332,98 -866,59555
19
Total 8 -1864

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

Tabel 8. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) Missing


Plot Tehnique % SR dengan 3 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 0 0 0 5,40945 12,06
Galat 5 0,00 0
Total 8 0

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

4.3.2 Tabel Anova Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan

Tabel 9. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA)


Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan dengan 1 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 8,62676 2,875586 0,96483 4,06618 7,59099
Galat 8 24 2,980417
Total 11 32,4701

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

Tabel 10. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA)


Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan dengan 3 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 3,075 1,025031 0,30911 4,06618 7,59099
Galat 8 27 3,316117
Total 11 29,6

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

Missing Plot Technique (Pendugaan Data Hilang)


Tabel 11. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) Missing
Plot Technique Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan dengan 1 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 18,4971 6,16570185 -2,47345 5,40945 12,06
Galat 5 -12,46 -2,49275
Total 8 6,03336

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

Tabel 12. Tabel Sidik Ragam / Table of Analysis of Variance (ANOVA) Missing
Plot Technique Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan dengan 3 Data Hilang

F tabel
Sumber Ragam DB JK KT Fhit
F 0,05 F 0,01
Perlakuan 3 3,37735 1,12578 0,42087 5,40945 12,06
Galat 5 13,37 2,67489
Total 8 16,7518

Karena Fhit < F tabel maka antar perlakuan tidak berbeda nyata

4.4 Pembahasan
4.4.1 Pembahasan Tabel Anova % SR
Pada hasil praktikum yang di lakukan dapat di ketahui bahwa pemberian
pakan buatan menyebabkan terjadinya perbedaan tidak nyata, dapat dilihat dati
tabel no 7 nilai F hitung lebih kecil daripada F tabel pada taraf 5% yaitu -0.94969
berbanding 5.40, begitu juga pada taraf 1% yaitu -0.94 berbanding 12.06.
kelompok kami membahas tabel 7 karena memiliki data Missing Plot Tehnique %
SR dengan 1 data yang hilang yang merupakan data pada praktikum pertama yang
kelompok 2 lakukan.
SR yang tinggi pada kelompok kami bisa disebabkan beberapa hal, seperti
faktor kanibalisme yang di sebabkan karena keterlambatan pemberian pakan. Ikan
budidaya termasuk ikan yang waktu pemberian pakannya terkontrol apabila tidak

21
di beri pakan sesuai waktunya akan gelisah yang berakibat terhadap kanibalisme.
Hal itu ditandai dengan agresitivitas yang tinggi (Amri dan Toguan 2007).
Frekuensi pemberian pakan 2 3 kali cukup menghasilkan konsumsi maksiumu,
tetapi kenyataanya pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang sebenrnya,
misalnya pemberian pakan pada hari sabtu hanya 2 kali, yaitu pagi dan sore.
Selain faktor kanibalisme ada faktor lingkungan sekitar. Lingkungan
pemeliharaan yang kondusif memberikan ketenangan bagi ikan atau benih yang di
pelihara, tetapi pada waktu praktikum beberapa praktikan tidak menjaga volume
suara dan tingkah laku sehingga membuat ikan stress. Banyaknya kematian ikan
juga menunjukan bahwa kualitas air di akuarium kurang layak, hal ini bisa di
sebabkan karena praktikan tidak memperhatikan masalah penyiponan yang dapat
membuat kandungan ammonia dalam akuarium meningkat.

4.4.2 Pembahasan Tabel Anova Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan

Pada hasil praktikum yang di lakukan dapat di ketahui bahwa pemberian


pakan buatan menyebabkan terjadinya perbedaan tidak nyata, dapat dilihat dati
tabel no 11 nilai F hitung lebih kecil daripada F tabel pada taraf 5% yaitu 0.42
berbanding 5.40, begitu juga pada taraf 1% yaitu 0.42 berbanding 12.06.
kelompok kami membahas tabel 7 karena memiliki data Missing Plot Tehnique %
perkembangan bobot ikan dengan 3 data yang hilang.
Kualitas dan kuantitas pakan, umur dan kualitas air sangat mempengaruhi
pertambahan bobot ikan nila. Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak
hanya dari komponen penyusun pakan tersebut melainkan dari seberap besar
komponen yang terkandung dalam pakan tersebut yang mampu diserap dan
dimanfaatkan oleh ikan (NRC 1993). Zat gizi pakan merupakan faktor pembatas,
semakin besar ukuran ikan daya cerna komponen serat semakin baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Praktikum kali ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4
perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A menggunakan 1% pakan dari biomassa
ikan, perlakuan B menggunakan 2% pakan dari biomassa ikan, perlakuan C
menggunanakan 3 % pakan dan perlakuan D menggunanakan 4% pakan dari
biomassa ikan. Survival Rate ikan nila semakin menurun setiap minggunya,
Berdasarkan hasis analisis sidik ragam menunjukan bahwa antar perlakuan
memiliki perbedaan tidak berbeda nyata baik pada taraf 5% dan 1 %. Begitu juga
dengan bobot ikan nila setelah 3 minggu pemberian pakan mengalami penurunan
bobot.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa rancangan acak lengkap kali
ini menghasilkan perbedaan yang tidak nyata, bisa di sebabkan karena kurangnya
alat yang memadai dan kelalaian praktikan. Maka dari itu diharapkan penyediaan
alat yang lebih lagi dan kedisiplinan dari praktikum.

23
DAFTAR PUSTAKA

Batu, D.T.F.L. 1982. Pengantar Ke Fisiologi Hewan Air: Edisi ke Tiga. Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan, Departemen Hidrobiologi, Bagian
Biologi Laut.
Boyd, C.E., F. Lichtkoppler. 1991. Water quality management in pond fish
culture. Auburn University, Auburn, Alabama.

Cahyono, B. 2009. Budidaya ikan langka bernilai tinggi. Pustaka Mina. Jakarta.

Diglib. 2012. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/27/jhptump-ump-gdl-bahtiarfug-


1322-3-babii.pdf. (Diakses pada 3 Desember 2014)

Effendie ,M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Effendi, M.I.2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Firman. 2013. Klasidikasi ikan koi (Cyprinus carpio. Jurnal adn Unair,
Universitas Airlangga.

Firmansyah. 2013. http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/522/gdlhub-gdl-s1-2013-


firmansyah-26097-12.-bab--a.pdf. Diakses pada 7 Desember 2014.
Kordi, K. M.G.H. 2009. Budidaya Perairan. Citra Ditya Bakti. Bandung.

Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Van National Reinhold, New York.

Mutaqin, Z. 2006. Pola sebaran hama dan penyakit ikan yang disebabkan oleh
penyakit dan bakteri pada beberapa provinsi di Indonesia. Skripsi.
Institut Pertanian Bogar. Fakultas Kedokteran Hewan. Bogor.
(Dipublikasikan).
Prihadi, D.J. 2007. Pengaruh jenis dan waktu pemberian pakan terhadap tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) dalam keramba jarring apung di Balai Budidaya Laut
Lampung. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran. Bandung. Jurnal Akuakultur Indonesia 493- 953-1.
Sahwan,M.F. 2003. Pakan Ikan dan Udang : Formulasi, Pembuatan, Analisa
Ekonomi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Zonneveld, N., E. Huisman A., and Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

25
LAMPIRAN

Gambar 1 Ikan Nila dan Akuarium Gambar 2 Pengukuran bobot ikan

Gambar 3 Pakan Ikan

Anda mungkin juga menyukai