Anda di halaman 1dari 68

FORMAT RENCANA HARIAN KETUA TIM

Isi rencana harian ketua tim antara lain adalah :


1. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya.
2. Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara
langsung dan tidak langsung, serta on the job training yang dirancang.
3. Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya.
Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak
kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan
malam.

Tabel: Rencana Harian Ketua Tim / Perawat Primer


RENCANA HARIAN KETUA TIM/PERAWAT PRIMER

Nama Perawat : Ruang : Tanggal :


Nama Pasien :
1 4 7
2 5 8.
3 6.... 9.
WAKTU KEGIATAN
07.30 Operan
Pre Conference
08.00 Pasien 1:. (tindakan)
Pasien 2:. (tindakan)
Pasien 3:..(tindakan)
Dst
09.00 Melakukan supervisi kepada perawat
Perawat I : ............ (nama)
Tindakan :

1. Rencana Bulanan Ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan
kegiatan yang dilakukan didalam timnya yaitu askep dan kinerja perawat
pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk
perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi
rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan
perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.
Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
a. Mempersentasikan kasus dalam case conference
b. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
c. Melakukan supervisi perawat pelaksana
Contoh rencana bulanan kepala ruang

Tabel: Contoh rencana bulanan kepala ruang


RENCANA BULANAN KATIM
Bulan: .
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Supervisi Supervisi Penkes Supervisi Audit dok Dst.
ruangan PA PA keluarga PA
Kepala Ruang KetuaTim
(..) (..)

2. Rencana Harian Perawat Pelaksana


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan
untuk sejumlah klien yang dirawat pada shif dinasnya. Rencana harian
perawat pelaksana shif sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang
dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat
pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Perawat
pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.

RENCANA HARIAN PERAWAT PELAKSANA

Nama Perawat : Ruang : Tanggal :


Nama Pasien : 1 3.. 5..
2 4. 6..
WAKTU KEGIATAN
07.30 Operan
Pre Conference
08.00 Pasien 1:. (tindakan)
Pasien 2:. (tindakan)
Pasien 3:..(tindakan)
Dst
09.00 Pasien 4:. (tindakan)
Pasien 5:. (tindakan)
Pasien 6:..(tindakan)
Dst
Pasien 1:. (tindakan)
Pasien 2:. (tindakan)
FORMAT DINAS

Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 1 minggu


sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang pada hari
terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu berikutnya bekerja sama
dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore
dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) malam hari dan yang libur.

Tabel: Contoh Jadwal Dinas Ruang A


No Nama Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1. Karu P
Tim I
Katim P
PA.1 M
PA.2 S
PA.3 M
PA.4 S
PA.5 P
Tim II
Katim P
PA.1 M
PA.2 S
PA.3 M
PA.4 S
PA.5 P
Pagi
Sore
Malam

FORMAT DAFTAR PASIEN

Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab
tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat
yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.
Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan
keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar
pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan
diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas.

Tabel: Contoh daftar pasien di ruang A


No Nama Pasien Dokter Perawat PA/PP 18-05- 19-05- 20-05-
primer/ 2015 2015 2015
Pagi Sore Malam
ketua
tim
1. TIM I
1. Isom Dr. Imam Agus April April Hany Novi
2. Fajar
Dr. Siti Agus Ela Ela Mustika
3. Lely
4. Any Dr.Siti Agus Hany
5. Retno
Dr.Imam Agus Mustika
Dr.Dina Agus Novi

2. TIM II

1. Laily Dr. Imam Sinta Neli Neli Reny Yuliana


2. Saiful Dr. Imam Sinta Ryan Ryan Rinda
3. Eko
Dr. Dina Sinta Reny
4. Dita
5. Dian Dr. Siti Sinta Rinda
Dr. Dina Sinta Yuliana

1. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi
dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
a. Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per
24 jam
b. Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per
24 jam
c. Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung
per 24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah
sebagai berikut:
a. Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu,
tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
sederhana.
b. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu
makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri
juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan
pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-
tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk mendukung emosi 5 10 menit/shift. Tindakan dan
pengobatan 20 30 menit/shift atau 30 60 menit/shift dengan
mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
c. Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus
menerus.
Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan :
a. Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan
oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal
memenuhi tiga kriteria).
c. Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi
tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari
dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi
minimal, parsial dan total.
d. Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka
pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.

Tabel: klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan


Kriteria ketergantungan Jumlah pasien perhari sesuai kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst

Perawatan minimal:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan
setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis
stabil
6. Pengobatan prosedur memerlukan
pengobatan

Perawatan parsial:
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu dilakukan sendiiri
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali
4. Folley kateter, intake output dicatat
5. pesien dengan pasang infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur

Perawatan total:
1. segalanya diberi bantuan
2. posisi yang diatur, observasi tana-tanda
vital setiap 2 jam
3. makan memerlukan NGT, intravena terapi
4. pemakaian suction
5. gelisah/disorientasi

Jumlah total pasien per hari


No SAK :

SAK Ners B2
STANDAR ASUHAN
B001
KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen

19 April 2015 20 Mei 2015 JIWA


Judul No Revisi

HARGA DIRI RENDAH Hal. 1 dari 4


01
Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
a. Kehilangan pekerjaan
b. Kehilangan harta benda
c. Kehilangan orang yang dicintai
3. Tanda dan gejala
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapi
h. Selera makan menurun
i. Tidak berani menatap lawan bicara
j. Lebih banyak menunduk
k. Bicara lambat dengan nada suara lemah

B. DIAGNOSA
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan
kemampuan.
5) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah ilatih sesuai
jadwal.
b. Tindakan keperawatan :
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih.
4) Latih kemampuan yang dipilih pasien.
5) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki pasien.
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang
masih dimiliki pasien.
3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan
pasien.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami
pasien.
3) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki
pasien dan puji pasien atas kemampuannya.
4) Jelaskan caracara merawat pasien harga diri rendah.
5) Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah.
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan.
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


1. Untuk pasien
a. SP 1
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.
b. SP 2
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
2. Untuk keluarga
a. SP 1
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengerian, tanda dan gejala
harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktikkan cara merawat.
b. SP 2
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri
rendah langsung pada pasien.
No SAK :

SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B002
KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen

19 April 2015 20 Mei 2015 JIWA


Judul No Revisi

HALUSINASI Hal. 1 dari 3


01
Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tak ada (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
Penyebab halusinasi beragam bergantung pada pengalaman masa lalu
individu. Oleh karena itu cara mengkaji pasien halusinasi adalah :
a. Jenis halusinasi
b. Isi halusinasi
c. Waktu munculnya halusinasi
d. Frekuensi terjadinya halusinasi
e. Situasi yang menyebabkan halusinasi
f. Respons yang dilakukan saat halusinasi muncul

B. DIAGNOSA
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu, dan
peraba)

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapatmengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan :
1) Bantu pasien mengenali halusinasi
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi
a) Menghardik halusinasi
b) Bercakapcakap dengan orang lain
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
d) Minum obat secara teratur
2. Untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah
sakit maupun di rumah.
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien.
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi
proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


1. Untuk pasien
a. SP 1
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik halusinasi.
b. SP 2
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
bersama orang lain.
c. SP 3
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas
terjadwal
d. SP 4
Melatih pasien minum obat secara teratur
2. Untuk keluarga
a. SP 1
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.
b. SP 2
Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan
pasien.
c. SP 3
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

No SAK :

SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B003
KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen

19 April 2015 20 Mei 2015 JIWA


Judul No Revisi

RESIKO PERILAKU KEKERASAN Hal. 1 dari 5


01
Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis (Keliat dan
Akemat, 2009).
2. Penyebab
Sebagai akibat dari salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi
seseorang.
3. Tanda dan gejala
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan taam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Jalan mondar-mandir
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah

B. DIAGNOSA
Resiko perilaku kekerasan

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan
perilaku kekerasannya.
6) Pasien dapat mencegah/mengenndalikan perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Diskusi bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang
dan yang lalu.
3) Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan jika
terjadi penyebab perilaku kekerasan.
4) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan pada saat marah
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia
lakukan.
6) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku
kekerasan.
7) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
fisik.
8) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan secara
verbal/sosial.
9) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual.
10) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh
minum obat.
11) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk
mengendalikan perilaku kekerasan.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan.
3) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melembar atau
memukul.
4) Bantu latihan keluarga dal;am merawat pasien perilaku
kekerasan.
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga.

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


1. Untuk pasien
a. SP 1
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat, dan cara mengendalikan perilaku kekerasan
dengan latifak fisik pertama (latihan napas dalam).
b. SP 2
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara fisik kedua (evaluasi latihan napas dalam, latihan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua [pukul
bantal]).
c. SP 3
Membantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
sosial/verbal (evaluasi kedua cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
[menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik])
d. SP 4
Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil ltihan mengendalikan perilaku kekerasan
secara fisik/non verbal, latihan beribadah dan berdoa).
e. SP 5
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan
obat (bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar [benar nama pasien, benar nama obat, benarr cara minum obat,
benar waktu minum obat, dan benar dosis obat] disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat).
2. Untuk keluarga
a. SP 1
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara
merawat pasien perilaku kekerasan di rumah (diskusikan masalah
yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien, diskusikan bersama
keluarga tentang perilaku kekerasan, diskusikan bersama keluarga
kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat).
b. SP 2
Melatih keluarga melakukan cara-cara mengendalikan kemarahan
(evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah, anjurkan keluarga
untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan
oleh perawat, ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien jika pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat,
diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan jika
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan).
c. SP 3
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
No SAK :

SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B004
KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen

19 April 2015 20 Mei 2015 JIWA


Judul No Revisi

WAHAM Hal. 1 dari 4


01
Mengetahui : Dibuat Oleh :
Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat dan
Akemat, 2009).
2. Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik kehilangan
harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna.
3. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinyadan diucapkan berulang-
ulang.
c. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
d. Waham somatik
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terserang
penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
e. Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di duniameninggal
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

B. DIAGNOSA
Gangguan proses pikir : Waham

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat berorientasi pada realita secara bertahap.
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu orientasi realita
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi shingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
4) Tingkatkan aktivitaws yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien.
5) Diskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
6) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum.
8) Melatih minum obat yang benar.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien
di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham di rumah.
b) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur.
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d) Obat pasien.
e) Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
4) Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien
waham.
5) Menyusun rencana pulang bersama keluarga.

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


1. Untuk pasien
a. SP 1
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasikebutuhan yang
tidak terpenuhi dan caramemenuhi kebutuhan, mempraktikkan
pemen uhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
b. SP 2
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktikannya.
c. SP 3
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
2. Untuk keluarga
a. SP 1
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga;
mengidentifikasi masalah , menjelaskan proses terjadinya masalah,
dan membantu pasien untuk patuh minum obat.
b. SP 2
Melatih keluarga cara merawat pasien.
c. SP 3
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

No SAK :

SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B005
KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen

19 April 2015 20 Mei 2015 JIWA


Judul No Revisi

DEFISIT PERAWATAN DIRI Hal. 1 dari 4


01
Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan


A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik sering kali tidak
memerhatikan perawatan diri (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuanuntuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun.
3. Tanda dan gejala
a. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri ditandai dengan

B. DIAGNOSA
Defisit perawatan diri : Higiene diri, berhias, makan dn eliminasi.

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias dengan baik.
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias.
3) Melatih pasien makan secara mandiri.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluargadalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri
yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri
pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawatn diri pasien
dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan
diri.

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


1. Untuk pasien
a. SP 1
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
b. SP 2
Melatih pasien berhias (Laki-laki : berpakaian, menyisir rambut, dan
bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
c. SP 3
Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib,
menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan, praktik
makan sesuai tahapan makan yang baik).
d. SP 4
Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan cara
membersihkan diri setelah BAB/BAK, menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB/BAK).
2. Untuk keluarga
a. SP 1
Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah
peraatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
b. SP 2
Melatih keluarga cara merawat pasien
c. SP 3
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
No SAK :

SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B006
KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal Nama Departemen


Dibuat Berlaku
JIWA
19 April 2015 20 Mei 2015
Judul No Revisi

RESIKO BUNUH DIRI Hal. 1 dari 4


01
Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
Sebagai akibat dari salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi
seseorang.
3. Tanda dan gejala
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri,
terdapat tiga macam perilaku bunuh diri yakni sebagai berikut :
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan, Tolong
jaga anakanak karena saya akan pergi jauh!
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk
mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan
seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri.
c. Percobaan bunuh diri
Tindakan mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan berbagai cara.
B. DIAGNOSA
Resiko bunuh diri

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
2) Tindakan keperawatan
Melindungi pasien dengan cara :
a) Temani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Jauhan semua benda yang berbahaya.
c) Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya.
d) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa Anda akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosis harga diri rendah
1) Tujuan
a) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
c) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
d) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah
yang baik.
2) Tindakan keperawatan
a) Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri.
b) Meningkatkan harga diri pasien.
c) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
2. Untuk keluarga
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan
a) Menganurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta
jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
b) Menganjurkan keluarga membantu perawat menjauhi
barang yang berbahaya di sekitar pasien.
c) Mengnjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien
sering melamun sendiri.
d) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum
obat secara teratur.
b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah
1) Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien yang beresiko bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan
a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
b) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri.
c) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan
jika pasien melakukan percobaan bunuh diri.
d) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi pasien.

D. STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


1. Untuk pasien
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) SP 1
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.
b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah
1) SP 1
Melindungi pasien dari isyarat bunuh diri.
2) SP 2
Meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
2. Untuk keluarga
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) SP 1
Percakapan dengankeluarga untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri.
b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah
1) SP 1
Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga
beresiko bunuh diri.
2) SP 2
Melatih keluarga cara merawat pasien beresiko bunuh diri :
isyarat bunuh diri.
3) SP 3
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di :

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
MENGUKUR TEKANAN DARAH 00 1/26

Mengetahui : Disetujui Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Menilai tekanan darah yang merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi

B. Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah

C. Indikasi
1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien

D. Prosedur
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat
a. Spinomanometer (tensimeter) yang terdiri dari: manometer air
raksa+ klep penutup dan pembuka manset udara
b. Stetoskop
c. Buku catatan tanda vital dan pena
d. Pasien diberitahu dengan seksama (bila pasien sadar)
3. Prosedur pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur kepada pasien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi pasien
e. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
f. Lengan baju dibuka
g. Memasang manset 1 inchi ( 2,5 cm ) diatas nadi branchialis
( melakukan palpasi nadi branchialis )
h. Mengatur tensi meter agar siapdipakai ( untuk tensi air raksa )
menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa manset, menutup
sekrup balon manset, membuka kunci resevoir
i. Meletakan diafragma stotoskop diatas tempat denyut nadi tanpa
menekan nadi branchialis
j. Memompa balon manset 180 mmHg
k. Mengendorkan pompa dengan cara membuka skrup balon manset
hingga melawati bunyi denyut nadi yang terdengar terakhir
l. Pada saat mengendurkan pompa perahatikan bunyi denyut nadi
pertama ( syistol ) sampai denyut nadi terakhir ( diastol ) jatuh
diangka berapa sesuai dengan sekala yang ada di tensi meter
m. Jika pengukuran belum yakin, tunggu 30 detik dan lalu lengan
ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah dari lengan
setelah itu ulangi lagi, hingga merasa yakin dan mendapat hasil yang
akurat
n. Melepaskan manset
o. Mengembalikan posisi pasien dengan senyaman mungkin
p. Mencuci tangan
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di:

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi

Hal. 3/26
MENGUKUR SUHU AKSILA 00

Mengetahui : Disetujui Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Mengukur suhu badan pasien dengan mengunakan termometer yang
dilakukan didaerah aksila /ketiak.

B. Tujuan
1. Mengukur panas tubuh
2. Mengetahui keseimbangan antara panas yang dihasilkan dengan yang
dikeluarkan

C. Indikasi
1. Pada klien yang akan dilakukan pembedahan
2. Pada anak yang mengalami kejang
D. Prosedur
1. Persiapan Pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan alat
a. Termometer bersih dalam tempatnya
b. Air mengalir
c. Bengkok
d. Tissue
e. Buku catatan
f. Jam tangan
g. Kapas alkohol
3. Prosedur pelaksanaan
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Peralatan dibawa kepasien
c. Bila ada pengunjung, minta pengunjung untuk meninggalkan kamar
pasien
d. Ijinkan pasien untuk membantu dalam pelaksanaan prosedur.
e. Membersihkan area pengukuran dengan tissue
f. Tempatkan termometer diketiak pasien dan biarkan selama 5-10
menit
g. Ambil termometer, usap dengan kapas alkohol dan baca hasilnya
kemudian masukkan dalam larutan desinfektan kemudian cuci dan
keringkan
h. Atur posisi pasien.
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di:

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
MENGUKUR NADI 00 5/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Menghitung frekuensi denyut nadi (loncatan aliran darah yang dapt teraba
yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi,
yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis).

B. Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
2. Mengetahui keadaan umum pasien

C. Indikasi
1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien

D. Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Arloji dengan penunjuk detik
b. Buku catatan
c. Sarung tangan
2. Persiapan Pasien
a. Pasien diberi penjelasan
b. Posisi pasien berbaring/duduk
c. Pasien benar-benar istirahat (rileks)
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pakai sarung tangan
c. Menghitung denyut nadi bersamaan dengan mengukur suhu
d. Penghitungan dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari
tengah pada arteri selama 1 menit.
e. Hasil penghitungan di catat di buku suhu
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Volume denyut nadi, iramanya teratur/ tidak, tekanannya keras/tidak.
b. Tidak boleh mengukur denyut nadi bila baru memegang es
c. Pada pasien gawat/ khusus, penghitungan dilakukan lebih sering
d. Bila terjadi perubahan pada denyut nadi harus segera melapor pada
penanggung jawab/ dokter yang merawat.
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di :

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
PEMBERIAN OBAT MELALUI SUB CUTAN (SC) 00 7/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah
dada dan daerah sekitar umbilicus

B. Tujuan
1. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
2. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat dilakukan
dengan cara suntikan subcutan
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misal:
tuberculin test)

C. Indikasi
Klien yang tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.
D. Prosedur
1. Persiapan pasien
Jelaskan tindakan yang akan diberikan kepada pasien:
2. Persiapan alat
a. Bak instrumen kecil berisi obat dalam spuit
b. Kapas alkohol secukupnya
c. Bengkok 1 buah
d. Buku instruksi obat pasien
3. Prosedur pelaksanaan
a. Bawa alat-alat kedekat pasien
b. Pasang sampiran
c. Atur posisi pasien
d. Perawat cuci tangan
e. Desinfektan daerah yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
f. Regangkan permukaan kulit yang akan diinjeksi
g. Tusukkan jarum suntik dengan sudut 45derajat dan permukaan kulit
dengan mata jarum kearah atas
h. Masukkan obat hingga permukaan kulit, sehingga permukaan kulit
menggelembung
i. Cabut jarum suntik dengan cepat
j. Desinfektan daerah bekas suntikan dengan cara ditekan dengan
kapas alkohol
k. Beri tanda tempat suntikan dengan melingkarinya
l. Kembalikan posisi pasien semula
m. Alat di rapikan
n. Perawat cuci tangan
o. Mencatat tindakan yang dilakukan dan hasil tindakan
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di:

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
INJEKSI INTRA MUSCULAR (IM) 00 9/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Masukkan obat kedalam tubuh melalui jaringan otot (intra muscular)

B. Tujuan
Untuk pengobatan agar dapat cepat bereaksi dalam tubuh dan dapat diberikan
dalam dosis yang tepat

C. Prosedur
1. Persiapan Pasien:
Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan prosedur
2. Prosedur Pelaksanaan
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Bawa alat ke dekat pasien
c. Mencocokkan identitas pasien dengan buku injeksi
d. Mengambil obat, membaca etiket dan mencocokkan dengan buku
injeksi
e. Bila obat dalam bentuk serbuk, larutkan obat dengan water for
injection dengan menggunakan jarum steril (jarum disendirikan)
f. Menentukan lokasi pemberian injeksi secara tepat
g. Olesi lokasi tusukan dengan kapas alkohol dengan gerakan
melingkar
h. Tekhnik penyuntikan:
1) Tekhnik umum:
a) Cubit kulit
b) Masukkan jarum dengan sudut 90o
c) Lepaskan kulit
d) Aspirasi
e) Masukkan obat dengan pelan-pelan
f) Angkat jarum dengan cepat
g) Gosok daerah suntikan
h) Pasang plester band aid bila perlu
2) Tekhnik Z track:
a) Sama dengan prosedur umum
b) Kalau pada tekhnik umum kulit di cubit, pada prosedur ini
kulit di tarik dan tahan, selanjutnya sama.
i. Masukkan jarum ke penutup dengan cara letakkan penutup jarum di
bak instrumen, kemudian masukkan jarum ke penutup tanpa disentuh
tangan
j. Rapatkan penutup jarum
k. Dokumentasikan tindakan yang telah dikerjakan
l. Alat-alat dibereskan
m. Catat dalam buku injeksi dan dokumentasikan di catat perawat
n. Hal-hal yang harus diperhatikan:
1) 6 tepat dan 1 waspada
2) Respon pasien
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di :

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR 00 11/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Menyiapkan tempat tidur bagi klien untuk mempertahankan kebersihan dan
kenyamanan klien

B. Tujuan
1. Mempertahankan kebersihan sekitar klien
2. Menciptakan kenyamanan klien

C. Prosedur
1. Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Kasur dan bantal
c. Alas kasur
d. Stik laken
e. Boven laken
f. Selimut tidur dan sarung bantal
g. Penutup sprei
h. Tempat kain kotor
i. Ember kosong
2. Persiapan klien
Klien diberi penjelasan
3. Langkah kerja
a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
b. Letakkan alat tenun ke dekat bed
c. Lepas sprei ke bagian sudut
d. Ambil selimut dan bantal
e. Gulung/lipat bagian sprei dari bagian atas ke bawah dan letakkan
sprei di kantong kotor
f. Atur letak kasur sesuai kebutuhan
g. Pasang sprei
1) Garis lipatan tengah diletakkan di tengah tempat tidur
2) Bentangkan sprei, masukkan bagian kepala dan kaki, buat serapi
mungkin
3) Pada ujung setiap sisi, bentuk sisi 90 derajat lalu masukkan
seluruh tepi sprei ke bawah kasur dengan rapid an tegang
4) Letak perlak melintang 50 cm dari bagian kepala
5) Letakkan stik laken di atas perlak kemudian masukkan sisanya
ke tempat tidur
6) Pasang boven laken pada kasur, daerah kaki masukkan sedikit
kain ke bawah tempat tidur kemudian bentangkan ke daerah
bagian kepala
7) Pasang selimut
8) Lipat laken ke daerah atas dan rapikan beserta selimut, pasang
bantal
9) Cuci tangan
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di :

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
MENCUCI RAMBUT 00 13/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala, dan menggunakan
sampo atau sabun, kemudian dibilas dengan air bersih sampai bersih.

B. Tujuan
1. Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien
2. Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara
3. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4. Membersihkan kutu dan ketombe

C. Indikasi
1. Bila rambut kotor
2. Pada klien yang menjalani operasi
3. Secara rutin lima kali sehari bila memungkinkan
4. Setelah dipasang kap kutu
D. Prosedur
1. Persiapan alat:
a. Baki
b. 2 buah sisir
c. 2 buah handuk
d. 1 buah waslap
e. Sarung tangan bersih
f. Kapas
g. Sabun/sampo
h. Handuk dan perlak
i. Talang karet
j. Mangkok serta kain kasa dalam tempatnya 2-3 potong
k. Bengkok berisi larutan lisol 2-3% (untuk mencuci sisir)
l. Celemek
m. Ember berisi air bersih
n. Kain pel
o. Ember kosong
p. Ceret/termos air panas
2. Persiapan Pasien
Klien diberi penjelasan
3. Langkah Kerja
a. Bawa alat-alat ke dekat klien
b. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan dan celemek
e. Atur posisi klien senyaman mungkin dengan kepala dekat sisi tempat
tidur
f. Pasang perlak dan handuk di bawah kepala klien
g. Letakkan ember d atas kain pel, di lantai tepat bawah kepala klien
h. Pasang talang dan diarahkan ke ember yang kosong
i. Tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata klien dengan
waslap
j. Tutup dada dengan handuk sampai leher
k. Sisir rambut, kemudian siram dengan air hangat dengan gayung
l. Gosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah diberi sampo,
lalu urut dengan ujung jari, kasa kotor dimasukkan bengkok
m. Bilas rambut sampai bersih kemudian keringkan
n. Angkat tutup telinga dan mata
o. Angkat talang dan masukkan dalam ember dan letakkan handuk di
baki
p. Kembalikan klien ke posisi semula dengan cara angkat kepala dan
alasnya serta diletakkan di atas bantal
q. Sisir rambut klien dengan sisir bersih dan biarkan kering
r. Rapikan klien
s. Lepas sarung tangan dan masukkan ke bengkok
t. Lepas celemek dan masukkan ke dalam ember kosong
u. Bereskan alat dan bawa ke spoolhook untuk dibersihkan
v. Cuci tangan dan dokumentasikan perasat
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di:

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul :
No Revisi
Hal.
CUCI TANGAN HIGIENIS
00 16/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Membersihkan/ mencuci tangan secara higienis/ rutin.

B. Tujuan
Bersihkan kuman dan bakteri penyakit.

C. Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Kran/ air bersih.
b. Sabun cair/ batang.
c. Handuk/ lap kering/ tisu.
2. Persiapan Pencucian
a. Air bersih yang mengalir dari kran, ceret atau sumber lain
b. Sabun cair / batang
c. Handuk, tissue, kain yang kering
d. Kuku dijaga selalu pendek
e. Cincin dan gelang perhiasan harus di lepas dari tangan
3. Pelaksanaan
a. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai
air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
c. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di:

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


Judul : No Revisi
Hal.
TERAPI OKUPASI 00 18/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGERTIAN
Prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis menggunakan aktivitas-
aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif,
rekreasional, edukasional, dan sosial serta industrial untuk memperoleh
keuntungan yang diharapkan atas fungsi fisik dan respon-respon mental
pasien

B. TUJUAN
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa
a. Menciptakan suatu kondisitertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan
orang lain dan masyarakat sekitarnya.
b. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara
wajar dan produktif.
c. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat
dan keadaannya.
d. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan
penetapan terapi lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang
gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian,
belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televise, dan lain-lain), baik
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin
dirumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan
maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuanyang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien
sebagailangkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan
dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi,
minat, potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya
kepekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan
waktuselama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali
kekeluarga. Program okupasiterapi adalah bagian dari pelayanan medik
untuk tujuan rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama
dengan petugas lain dirumah sakit. Dalam pelaksanaan okupasiterapi
keliahatannya akan banyak overlapping dengan terapi lainnya, sehingga
dibutuhkan adanya kerjasama yang terkoordinir dan terpadu.

C. INDIKASI
1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan perkembangan
psikososialnya.
2. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi
dengan orang lain.
3. Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau
kebutuhan yang primitif.
4. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar.
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran.
6. Seseorang yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui
aktivitas daripada percakapan.
7. Seseorang yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktekannya daripada membayangkannya.
8. Seseorang yang cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam
kepribadiannya.

D. PROSEDUR
1. Persiapan:
a. Penentuan materi memperhatikan karakteristik atau cara khas
masing-masing klien.
b. Penentuan cara atau pendekatan dengan sistem kelompok atau
individu
c. Penentuan waktu
d. Penentuan tempat disesuaikan dengan keadaan klien, materi latihan
dan alat yang digunakan
2. Persiapan alat dan bahan:
a. Peralatan olahraga
b. Peralatan kerajinan tangan
c. Peralatan aktivitas kehidupan sehari-hari
d. Majalah, surat kabar, telepon, televisi, radio dan sebagainya.
3. Prosedur Kerja
a. Persiapan pasien dan persiapan alat yang akan digunakan.
b. Orientasi dengan pasien, tempat, dan waktu selama kurang lebih 5
menit.
c. Perkenalan dari terapis maupun pasien selama 5-10 menit
d. Pemanasan dengan berolahraga untuk meningkatkan fungsi gerak
tubuh selama 5-10 menit
e. Mengajarkan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi,
berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, majalah,
surat kabar, televisi dan sebagainya).
f. Mengajarkan melakukan aktivitas terpilih yang bermanfaat, seperti
menganyam, menjahit, membaca, dan lain-lain untuk meningkatkan
toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang ada
di masa lalu selama 10-20 menit.
g. Memberikan pujian dan penghargaan kepada pasien tiap kali selesai
melakukan aktivitasnya.
h. Selesai, bersihkan dan rapikan alat.
i. Diskusikan hasil terapi.
No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Ditetapkan di :

22 Mei 2015 31Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala

Judul : No Revisi
Hal.
TERAPI ANGGOTA KELOMPOK (TAK) 00 22/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. PENGERTIAN
Tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Pelaksanaan terapi ini
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat

B. TUJUAN
1. Untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien dalam waktu
yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
antar anggota.
2. Secara umum, meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi,
meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan
tindakan atau perilaku defensif, serta meningkatkan motivasi untuk
kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
3. Secara khusus, meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara
konstruktif, serta meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal
atau sosial.

C. PROSEDUR
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart and Sundeen (1995) sebagai berikut.
1. Pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
pemimpin dan anggota, dimana dan kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, serta proses evaluasi pada anggota dan kelompok.
2. Fase awal
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing dan
pemimpin mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif
sudah dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang dibina, bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun.
Kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, serta penyelesaian masalah yang
kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (sementara dan akhir). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses, atau sukses.
D. PERAN PERAWAT DALAM TAK
1. Mempersiapkan program TAK
2. Sebagai leader dan co leader
3. Sebagai fasilitator
4. Sebagai observer
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

No. SPO

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2

Tanggal dibuat : Tanggal Berlaku : Nama Departemen :

22 Mei 2015 31 Mei 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


Judul : No Revisi
Hal.
RESTRAIN 00 24/26

Mengetahui : Dibuat Oleh :

Direktur Rumah Sakit Jiwa Mandala Komite Keperawatan

A. Pengertian
Suatu teknik pengikatan secara mekanik pada klien gangguan jiwa seperti
depresi, risiko bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya karena keadaan
psikisnya.

B. Tujuan
Untuk melindungi atau menghindari klien dari mencederai diri, orang lain,
dan lingkungan.

C. Prosedur
1. Persiapan pasien
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
2. Persiapan alat
a. Kamisol
b. Manset/tali restrain
3. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap Pra Interaksi
1) Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien instruksi
restrain
2) Siapkan tim
3) Siapkan alat-alat
4) Siapkan lingkungan yang aman
5) Siapkan medikasi bila perlu sesuai kolaborasi dengan dokter:
a) Diazepam inj 1 amp (IM/IV)
b) Haloperidol inj 1 amp (IM)
b. Tahap Orientasi
1) Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan dan lakukan kontrak prosedur, tujuan , lamanya
restrain kepada klien dan keluarga bila perlu kontrak sepihak
c. Tahap Kerja
1) Berbicara secara meyakinkan kepada klien untuk menghentikan
perilakunya
2) Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan
dilakukan pengikatan
3) Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan
pengikatan (jangan tawar menawar dengan klien)
4) Jangan membiarkan klien berfikir tentang keraguan kita untuk
melakukan pengikatan
5) Staf yang akan melakukan pengikatan harus berada di tempat
susunan tim (5-6 orang):
a) Empat orang menahan anggota gerak
b) Satu mengendalikan kepala
c) Satu melakukan prosedur pengikatan
d) Siapkan peralatan dan medikasi
6) Lakukan pengikatan
1) Tiap anggota gerak satu ikatan
2) Ikatan pada posisi sedemikian rupa agar tidak mengganggu
aliran cairan IV jika diperlukan
3) Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi
4) Lakukan pemeriksaan TTV tiap 30 menit
7) Tempatkan klien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf
8) Manset/restrain diperiksa setiap 60 menit demi kenyamanan
9) Merubah posisi tiap 60 menit
10) Monitor TTV tiap 60 menit
11) Kolaborasi dengan medis untuk medikasi antipsikotik potensi
tinggi dengan interval 30-60 menit.
12) Observasi gejala Ekstra Pyramidal Syndrome (EPS) dalam 4
jam pertama, pada umumnya berespon sebelum diberikan total
dosis 50 mg, bila EPS terapi Trihexyphenidil 2 mg dan
Diphenhydramin 50 mg (IM/IV)
13) Setelah klien dapat dikendalikan, satu manset sekali waktu harus
dilepas dengan interval 5 menit, bergantian kiri dan kanan
14) Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak
menganjurkan mengikat klien dengan satu ikatan pada anggota
gerak)
d. Terminasi
1) Evaluasi perasaan klien
2) Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik
3) Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya
4) Catat dan dokumentasikan tindakan keperawatan

STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :


PROSEDUR
SOP Ners B2
B001

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.1 1/2

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


Ditetapkan oleh :
PROSEDUR
KERJA
Direktur Rumah Sakit Jiwa
Judul
TIMBANG TERIMA Mandala
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
Pengertian
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum
klien (data fokus)
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
Tujuan
asuhan keperawatan
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnyA
4. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
Unit rekam medis menyediakan SOP sebagai role model
Kebijakan
keperawatan di RSJ. Mandala
1. Persiapan Personil
a. Kedua kelompok shift dalam kedaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan
perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
Persiapan
disampaikan
2. Persiapan Alat
a. Alat tulis
b. Rekam medik/catatan perawatan
c. Dokumen lain yang diperlukan
Prosedur Kerja 1. Kepala ruangan/ketua tim/ penanggung jawab shift
mengumpulkan seluruh ketua tim/penanggung jawab
pasien
2. Kelompok perawat yang akan bertugas menyiapkan
buku catatan
3. Kepala ruangan/ketua tim/ penanggung jawab shift
membuka acara operan
4. Perawat yang bertanggung jawab/berdinas sebelumnya
menyampaikan kepada ketua tim/perawat yang bertugas
selanjutnya yang selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan klien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
5. Perawat yang akan berdinas melakukan klarifikasi
6. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas
berikutnya
7. Jika sudah jelas proses operan ditutup oleh kepala
ruangan/ketua tim/penanggung jawab shift
Unit Terkait Prosedur ini berlaku di ruangan perawatan inap

STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :


PROSEDUR
SOP Ners B2
B003

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.3 1/2

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


PROSEDUR Ditetapkan oleh :
KERJA

Judul Direktur Rumah Sakit Jiwa


RONDE KEPERAWATAN Mandala
Pengertian Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
Tujuan menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir
kritis
Kriteria dilakukan :
Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
Kebijakan
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
Pasien dengan kasus baru atau langka
1. Penentuan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi
dan masalah langka)
2. Menentukan tim ronde
3. Mencari sumber literatur
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien : informed consent, data
pengkajian
6. Siapkan aspek yang didiskusikan :
Apa diagnosa keperawatan ?, apa data yang
Persiapan
mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ?
Apa hambatannya ?
7. Alat Bantu :
Sarana diskusi: buku, pulpen.
Status/dokumentasi keperawatan pasien.
Materi yang disampaikan secara lisan.
1. Memberikan salap terapiutik pada klien
2. Menjelaskan tujuan yang akan dilakukan.
3. Pemimpin diskusi (Kepala ruangan/ketua tim/Perawat
penanggung jawab) memberikan penjelasan/meminta
persetujuan kepada pasien untuk dilakukan diskusi di
depan pasien
Prosedur Kerja 4. Pemimpin diskusi menjelaskan tentang kondisi pasien
yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
5. Pemimpin diskusi meminta masukan kepada anggota
yang terlibat termasuk pasien/keluarga.
Unit Terkait Prosedur ini berlaku di setiap ruangan keperawatan
STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :
PROSEDUR
SOP Ners B2
B004

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.4 1/3

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


Ditetapkan oleh :
PROSEDUR
KERJA
Direktur Rumah sakit Jiwa
Judul
PENERIMAAN PASIEN BARU Mandala
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun
pedoman dalam menerima pasien baru masuk. Penerimaan
Pengertian pasien baru merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh
perawat ketika ada pasien baru datang ke sebuah ruangan
rawat inap.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah :
1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga
Tujuan 2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS
Unit rekam medis menyediakan SOP tempat penerimaan
Kebijakan
pasien rawat inap RSJ. Mandala
1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga
2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
Persiapan
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS
Prosedur Kerja A. Tahap Pra Penerimaan Pasien Baru
1. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan buku status pasien dan fornmat
pengkajian keperawatan
5. Menyiapkan inform consent sentralisasi obat
Menyiapkan nursing kids
6. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan
pengunjung ruangan
B. Tahap Pelaksanaan Pasien Baru
1. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala
ruanmgan atau perawat primer atau perawat yang
diberi delegasi
2. Perawat memperkenalkan diri pada klien dan
keluarganya
3. Perawat bersama dengan karyawan lain
memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila
pasien datang dengan berangkat atau kursi roda)
dan berikan posisi yang nyaman
4. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang
sekamar
5. Setelah pasien tenang dan situasi sudah
memungkinkan perawat memberikan informasi
kepada klien dan keluarga tentang orientasi
ruangan. Perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis
(dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visit)
dan tata tertib ruangan.
6. Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan
informasi yang telah disampaikan
7. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien
sesuai dengan format
8. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur
klien dan mengantarkan ke tempat yang telah
ditetapkan.
9. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka
diminta untuk menendatangani Inform Consent
sentralisasi obat.
Prosedur ini berlaku di Tempat Penerimaan Pasien Rawat
Unit Terkait
Inap (Kamar Terima Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat)
STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :
PROSEDUR
SOP Ners B2
B005

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.5 1/2

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah sakit Jiwa Mandala


Ditetapkan oleh :
PROSEDUR
KERJA

Judul Direktur Rumah Sakit Jiwa


DISCHARGE PLANING Mandala
Proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi
Pengertian pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah
sakit) dan untuk mempertahankan kontinuitas perawatan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah:
1. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2. Mengidentiikasi masalah pasien.
3. Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
4. Membuat pernecanaan pasien pulang, yaitu
mengajarkan pada pasien yang harus dilakukan dan
dihindari selama di rumah.
5. Melakukan evaluasi pada pasien selama diberikan
penyuluhan.
6. Mendokumentasikan.
Unit Rekam medis menyediakan SOP sebagai prosedur
Kebijakan
pemulangan pasien di RSJ. Mandala
Persiapan sebelum hari kepulangan pasien
1. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di
rumah sehingga kebutuhan pasien dapa terpenuhi
dengan baik.
Persiapan 2. Berikan informasi tentang sumber sumber pelayanan
di masyarakat kepada pasien
3. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga
informasi tentang pemberian obat yang benar seperti
pengaturan diet, dan hal yang harus di hindari.
Pada hari pemulangan pasien
1. Berikan peluang kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya cara perawatan di rumah
2. Periksa order pulang dari dokter tentang resep ,
perubahan tindakan pengobatan , atau alat alat khusus
yang di perlukan .
3. Pastikan kepada pasien untuk transportasi pulang
Prosedur Kerja 4. Tawarkan kepada pasien dan keluaraga untuk minta
bantu jika di butuhkan
5. Periksa semua kamar apakah masih ada barang yang
tertinggal
6. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan
apakah masih ada sisa pembayaran yang harus di
lunasi.

Unit Terkait Prosedur ini berlaku di setiap ruangan keperawatan


STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :
PROSEDUR
SOP Ners B2
B006

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.6 1/3

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


PROSEDUR Ditetapkan oleh :
KERJA
Direktur Rumah sakit Jiwa
Judul
PENGELOLAAN (SENTRALISASI) OBAT Mandala
Teknik pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi)
adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
Pengertian diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya pada
perawat. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya
dilakukan oleh perawat.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Menyeragamkan pengelolaan obat
Tujuan 2. Mengamankan obat obat yang dikelola
3. Mebgupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat
klien, dosis, waktu, cara.
Unit Rekam Medis dan Departemen Farmasi menyediakan
Kebijakan SOP sebagai prosedur pengelolaan obat pasien di RSJ.
Mandala
Persiapan 1. Buku catatan obat
2. Alat tulis
3. Obat yang diindikasin sesuai jaadwal pamberian
Prosedur Kerja 1. Penanggungjawab pengelolaan obat adalah Kepala
Ruangan; yang secara operasional dapat didelegasikan
pada staf yang ditunjuk
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunan obat
3. Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh
keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar serah terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis
obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu
kontrol; dan diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga/klien dalam buku masuk obat. Keluarga
atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan/bilamana obat tersebut akan habis.
c. Klien/keluarga untuk selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat.
4. Pembagian Obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin
dalam buku daftar pemberian obat.
b. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur
yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat;
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di
intruksi dokter dan kartu obat yang ada pada klien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek
samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke
perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya
efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi
oleh kepala ruangan/petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-
obat yang hampir habis akan diinformasikan pada
keluarga dan kemudian dimintakan kepada dokter
penanggungjawab pasien.
5. Penambahan Obat Baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan
jenis, dosis atau perubahan route pemberian obat,
maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku
masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan
dalam kartu sediaan obat
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin
(sewajtu saja) maka dokumentasi hanya dilakukan
pada Buku Masuk Obat dan selanjutnya
diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus
obat.
6. Obat Khusus
a. Obat disebut khusus apabila : sediaan memiliki
harga yang cukup mahal, menggunakan route
pemberian yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan
dalam waktu tertentu / sewaktu saja
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan
menggunakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh
perawat primer
c. Informasi yang diberikan pada klien/keluarga :
nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek
samping, penanggungjawab pemberian, dan wadah
obat sebaiknya diserahkan/ditunjukkan pada
keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat
saksi dari keluarga saat pemberian obat
Unit Terkait Prosedur ini berlaku di setiap ruangan keperawatan
STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :
PROSEDUR
SOP Ners B2
B007

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.7 1/3

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah Sakit Jiwa Mandala


PROSEDUR Ditetapkan oleh :
KERJA

Judul Direktur Rumah sakit Jiwa


SUPERVISI Mandala
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan
utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
Pengertian bersama-sama. Supervisi Keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada pasien dan
Tujuan
keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
SOP sebagai prosedur penatalakasanaan supervisi di RSJ.
Kebijakan
Mandala
Persiapan Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
a. Menyusun jadwal supervisi,
b. Menyiapkan materi supervisi (format supervisi,
pedoman pendokumentasian)
c. Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat
pelaksana
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap
pelaksanaan supervisi meliputi :
1. Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi,
2. Membuat kontrak waktu supervisi pendokumentasian
dilaksanakan.
3. Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan

Prosedur Kerja pendokumentasian untuk masing-masing tahap,


4. Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh
perawat dalam pedokumentasian asuhan keperawatan,
5. Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan
pada masing-masing tahap,
6. Memberikan bimbingan/arahan pendokumentasian
asuhan keperawatan,
7. Mencatat hasil supervisi.
Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap evaluasi
meliputi:

Evaluasi 1. Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian


yang baru saja di arahkan,
2. Memberikan reinforcement pada perawat,
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi
Unit Terkait Prosedur ini berlaku di setiap ruangan keperawatan
STANDAR OPERASIONAL NO. SOP :
PROSEDUR
SOP Ners B2
B009

No. Revisi No. Dokumen : Halaman

01 KEP.01.21/05/2015.9 1/2

Tanggal Dibuat Tanggal Berlaku Ditetapkan di :

12 Maret 2015 21 April 2015 Rumah sakit Jiwa Mandala


Ditetapkan oleh :
PROSEDUR
KERJA
Direktur Rumah Sakit Jiwa
Judul
AUDIT DOKUMENTASI KEPERAWATAN Mandala
Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam
medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat
Pengertian rekapitulasinya untuk ruangan serta untuk menganalisa
apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar
asuhannya.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan
Tujuan
2. Menetapkan kelengkapan dan keakuratan pencatatan
asuhan keperawatan.
Unit Rekam Medis menyediakan SOP sebagai prosedur
Kebijakan
Audit Dokumentasi Keperawatan di RSJ. Mandala
Persiapan Mengumpulkan data dan rekam medik pasien
Prosedur Kerja 1. Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan
yang akan digunakan.
2. Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
3. Tentukan standar dan kriteria
4. Susun instrumen evaluasi
5. Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
6. Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
7. Analisa data
8. Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
9. Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
Unit Terkait Prosedur ini berlaku di setiap ruangan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Josep T. 2006. Seri Managemen Mendelegasikan Pekerjaan.Yogyakarta :Oryza.


Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba
Empat
Pujasari, Hening, dkk. 2013. Jurnal Faktor Personil Dalam Pelaksanaan
Discharge Planning Pada Perawat Rumah Sakit Di Semarang.
Keliat, Anna, Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Keliat, Anna, Budi, Akemat, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Edisi 3.jakarta.salemba medika
Simamora, Roymond, H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai