Hampir Jadi
Hampir Jadi
Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab
tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat
yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas.
Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan
keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar
pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan
diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas.
2. TIM II
1. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi
dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
a. Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per
24 jam
b. Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per
24 jam
c. Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung
per 24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah
sebagai berikut:
a. Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum
baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu,
tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
sederhana.
b. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu
makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri
juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan
pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-
tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk mendukung emosi 5 10 menit/shift. Tindakan dan
pengobatan 20 30 menit/shift atau 30 60 menit/shift dengan
mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
c. Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus
menerus.
Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan :
a. Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan
oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal
memenuhi tiga kriteria).
c. Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi
tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari
dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi
minimal, parsial dan total.
d. Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka
pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst
Perawatan minimal:
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan
setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis
stabil
6. Pengobatan prosedur memerlukan
pengobatan
Perawatan parsial:
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum
dibantu dilakukan sendiiri
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari
sekali
4. Folley kateter, intake output dicatat
5. pesien dengan pasang infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan total:
1. segalanya diberi bantuan
2. posisi yang diatur, observasi tana-tanda
vital setiap 2 jam
3. makan memerlukan NGT, intravena terapi
4. pemakaian suction
5. gelisah/disorientasi
SAK Ners B2
STANDAR ASUHAN
B001
KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen
A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
a. Kehilangan pekerjaan
b. Kehilangan harta benda
c. Kehilangan orang yang dicintai
3. Tanda dan gejala
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri
g. Berpakaian tidak rapi
h. Selera makan menurun
i. Tidak berani menatap lawan bicara
j. Lebih banyak menunduk
k. Bicara lambat dengan nada suara lemah
B. DIAGNOSA
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan
kemampuan.
5) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah ilatih sesuai
jadwal.
b. Tindakan keperawatan :
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
2) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Bantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih.
4) Latih kemampuan yang dipilih pasien.
5) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki pasien.
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang
masih dimiliki pasien.
3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan
pasien.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami
pasien.
3) Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki
pasien dan puji pasien atas kemampuannya.
4) Jelaskan caracara merawat pasien harga diri rendah.
5) Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah.
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah perawat
demonstrasikan.
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.
SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B002
KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen
A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tak ada (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
Penyebab halusinasi beragam bergantung pada pengalaman masa lalu
individu. Oleh karena itu cara mengkaji pasien halusinasi adalah :
a. Jenis halusinasi
b. Isi halusinasi
c. Waktu munculnya halusinasi
d. Frekuensi terjadinya halusinasi
e. Situasi yang menyebabkan halusinasi
f. Respons yang dilakukan saat halusinasi muncul
B. DIAGNOSA
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu, dan
peraba)
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapatmengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan :
1) Bantu pasien mengenali halusinasi
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi
a) Menghardik halusinasi
b) Bercakapcakap dengan orang lain
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
d) Minum obat secara teratur
2. Untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah
sakit maupun di rumah.
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien.
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi
proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
No SAK :
SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B003
KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen
A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis (Keliat dan
Akemat, 2009).
2. Penyebab
Sebagai akibat dari salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi
seseorang.
3. Tanda dan gejala
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan taam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Jalan mondar-mandir
e. Mengepalkan tangan
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah
B. DIAGNOSA
Resiko perilaku kekerasan
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan
perilaku kekerasannya.
6) Pasien dapat mencegah/mengenndalikan perilaku kekerasannya
secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Diskusi bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang
dan yang lalu.
3) Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan jika
terjadi penyebab perilaku kekerasan.
4) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan pada saat marah
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia
lakukan.
6) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku
kekerasan.
7) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
fisik.
8) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan secara
verbal/sosial.
9) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual.
10) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh
minum obat.
11) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk
mengendalikan perilaku kekerasan.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan :
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan.
3) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu
segera dilaporkan kepada perawat, seperti melembar atau
memukul.
4) Bantu latihan keluarga dal;am merawat pasien perilaku
kekerasan.
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B004
KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen
A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat dan
Akemat, 2009).
2. Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik kehilangan
harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna.
3. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinyadan diucapkan berulang-
ulang.
c. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
d. Waham somatik
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terserang
penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
e. Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di duniameninggal
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
B. DIAGNOSA
Gangguan proses pikir : Waham
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat berorientasi pada realita secara bertahap.
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu orientasi realita
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi shingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
4) Tingkatkan aktivitaws yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien.
5) Diskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
6) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum.
8) Melatih minum obat yang benar.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien
di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham di rumah.
b) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur.
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d) Obat pasien.
e) Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
4) Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien
waham.
5) Menyusun rencana pulang bersama keluarga.
No SAK :
SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B005
KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
Dibuat Berlaku Nama Departemen
B. DIAGNOSA
Defisit perawatan diri : Higiene diri, berhias, makan dn eliminasi.
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias dengan baik.
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias.
3) Melatih pasien makan secara mandiri.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri.
2. Untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluargadalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri
yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri
pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawatn diri pasien
dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan
diri.
SAK NERS B2
STANDAR ASUHAN
B006
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya (Keliat dan Akemat, 2009).
2. Penyebab
Sebagai akibat dari salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi
seseorang.
3. Tanda dan gejala
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri,
terdapat tiga macam perilaku bunuh diri yakni sebagai berikut :
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan, Tolong
jaga anakanak karena saya akan pergi jauh!
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk
mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan
seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri.
c. Percobaan bunuh diri
Tindakan mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan berbagai cara.
B. DIAGNOSA
Resiko bunuh diri
C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Untuk pasien
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
2) Tindakan keperawatan
Melindungi pasien dengan cara :
a) Temani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Jauhan semua benda yang berbahaya.
c) Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya.
d) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa Anda akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosis harga diri rendah
1) Tujuan
a) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
c) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
d) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah
yang baik.
2) Tindakan keperawatan
a) Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri.
b) Meningkatkan harga diri pasien.
c) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah.
2. Untuk keluarga
a. Ancaman/percobaan bunuh diri
1) Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan
a) Menganurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta
jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
b) Menganjurkan keluarga membantu perawat menjauhi
barang yang berbahaya di sekitar pasien.
c) Mengnjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien
sering melamun sendiri.
d) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum
obat secara teratur.
b. Isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah
1) Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien yang beresiko bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan
a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
b) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri.
c) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan
jika pasien melakukan percobaan bunuh diri.
d) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan
yang tersedia bagi pasien.
Judul : No Revisi
Hal.
MENGUKUR TEKANAN DARAH 00 1/26
A. Pengertian
Menilai tekanan darah yang merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi
B. Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah
C. Indikasi
1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
D. Prosedur
1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat
a. Spinomanometer (tensimeter) yang terdiri dari: manometer air
raksa+ klep penutup dan pembuka manset udara
b. Stetoskop
c. Buku catatan tanda vital dan pena
d. Pasien diberitahu dengan seksama (bila pasien sadar)
3. Prosedur pelaksanaan
a. Jelaskan prosedur kepada pasien
b. Cuci tangan
c. Gunakan sarung tangan
d. Atur posisi pasien
e. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
f. Lengan baju dibuka
g. Memasang manset 1 inchi ( 2,5 cm ) diatas nadi branchialis
( melakukan palpasi nadi branchialis )
h. Mengatur tensi meter agar siapdipakai ( untuk tensi air raksa )
menghubungkan pipa tensi meter dengan pipa manset, menutup
sekrup balon manset, membuka kunci resevoir
i. Meletakan diafragma stotoskop diatas tempat denyut nadi tanpa
menekan nadi branchialis
j. Memompa balon manset 180 mmHg
k. Mengendorkan pompa dengan cara membuka skrup balon manset
hingga melawati bunyi denyut nadi yang terdengar terakhir
l. Pada saat mengendurkan pompa perahatikan bunyi denyut nadi
pertama ( syistol ) sampai denyut nadi terakhir ( diastol ) jatuh
diangka berapa sesuai dengan sekala yang ada di tensi meter
m. Jika pengukuran belum yakin, tunggu 30 detik dan lalu lengan
ditinggikan diatas jantung untuk mengalirkan darah dari lengan
setelah itu ulangi lagi, hingga merasa yakin dan mendapat hasil yang
akurat
n. Melepaskan manset
o. Mengembalikan posisi pasien dengan senyaman mungkin
p. Mencuci tangan
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal. 3/26
MENGUKUR SUHU AKSILA 00
A. Pengertian
Mengukur suhu badan pasien dengan mengunakan termometer yang
dilakukan didaerah aksila /ketiak.
B. Tujuan
1. Mengukur panas tubuh
2. Mengetahui keseimbangan antara panas yang dihasilkan dengan yang
dikeluarkan
C. Indikasi
1. Pada klien yang akan dilakukan pembedahan
2. Pada anak yang mengalami kejang
D. Prosedur
1. Persiapan Pasien
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan alat
a. Termometer bersih dalam tempatnya
b. Air mengalir
c. Bengkok
d. Tissue
e. Buku catatan
f. Jam tangan
g. Kapas alkohol
3. Prosedur pelaksanaan
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Peralatan dibawa kepasien
c. Bila ada pengunjung, minta pengunjung untuk meninggalkan kamar
pasien
d. Ijinkan pasien untuk membantu dalam pelaksanaan prosedur.
e. Membersihkan area pengukuran dengan tissue
f. Tempatkan termometer diketiak pasien dan biarkan selama 5-10
menit
g. Ambil termometer, usap dengan kapas alkohol dan baca hasilnya
kemudian masukkan dalam larutan desinfektan kemudian cuci dan
keringkan
h. Atur posisi pasien.
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal.
MENGUKUR NADI 00 5/26
A. Pengertian
Menghitung frekuensi denyut nadi (loncatan aliran darah yang dapt teraba
yang terdapat di berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi,
yang lazim diperiksa atau diraba pada radialis).
B. Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
2. Mengetahui keadaan umum pasien
C. Indikasi
1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
D. Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Arloji dengan penunjuk detik
b. Buku catatan
c. Sarung tangan
2. Persiapan Pasien
a. Pasien diberi penjelasan
b. Posisi pasien berbaring/duduk
c. Pasien benar-benar istirahat (rileks)
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pakai sarung tangan
c. Menghitung denyut nadi bersamaan dengan mengukur suhu
d. Penghitungan dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari
tengah pada arteri selama 1 menit.
e. Hasil penghitungan di catat di buku suhu
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Volume denyut nadi, iramanya teratur/ tidak, tekanannya keras/tidak.
b. Tidak boleh mengukur denyut nadi bila baru memegang es
c. Pada pasien gawat/ khusus, penghitungan dilakukan lebih sering
d. Bila terjadi perubahan pada denyut nadi harus segera melapor pada
penanggung jawab/ dokter yang merawat.
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal.
PEMBERIAN OBAT MELALUI SUB CUTAN (SC) 00 7/26
A. Pengertian
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah
dada dan daerah sekitar umbilicus
B. Tujuan
1. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan
2. Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya dapat dilakukan
dengan cara suntikan subcutan
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misal:
tuberculin test)
C. Indikasi
Klien yang tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.
D. Prosedur
1. Persiapan pasien
Jelaskan tindakan yang akan diberikan kepada pasien:
2. Persiapan alat
a. Bak instrumen kecil berisi obat dalam spuit
b. Kapas alkohol secukupnya
c. Bengkok 1 buah
d. Buku instruksi obat pasien
3. Prosedur pelaksanaan
a. Bawa alat-alat kedekat pasien
b. Pasang sampiran
c. Atur posisi pasien
d. Perawat cuci tangan
e. Desinfektan daerah yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol
f. Regangkan permukaan kulit yang akan diinjeksi
g. Tusukkan jarum suntik dengan sudut 45derajat dan permukaan kulit
dengan mata jarum kearah atas
h. Masukkan obat hingga permukaan kulit, sehingga permukaan kulit
menggelembung
i. Cabut jarum suntik dengan cepat
j. Desinfektan daerah bekas suntikan dengan cara ditekan dengan
kapas alkohol
k. Beri tanda tempat suntikan dengan melingkarinya
l. Kembalikan posisi pasien semula
m. Alat di rapikan
n. Perawat cuci tangan
o. Mencatat tindakan yang dilakukan dan hasil tindakan
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal.
INJEKSI INTRA MUSCULAR (IM) 00 9/26
A. Pengertian
Masukkan obat kedalam tubuh melalui jaringan otot (intra muscular)
B. Tujuan
Untuk pengobatan agar dapat cepat bereaksi dalam tubuh dan dapat diberikan
dalam dosis yang tepat
C. Prosedur
1. Persiapan Pasien:
Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan prosedur
2. Prosedur Pelaksanaan
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Bawa alat ke dekat pasien
c. Mencocokkan identitas pasien dengan buku injeksi
d. Mengambil obat, membaca etiket dan mencocokkan dengan buku
injeksi
e. Bila obat dalam bentuk serbuk, larutkan obat dengan water for
injection dengan menggunakan jarum steril (jarum disendirikan)
f. Menentukan lokasi pemberian injeksi secara tepat
g. Olesi lokasi tusukan dengan kapas alkohol dengan gerakan
melingkar
h. Tekhnik penyuntikan:
1) Tekhnik umum:
a) Cubit kulit
b) Masukkan jarum dengan sudut 90o
c) Lepaskan kulit
d) Aspirasi
e) Masukkan obat dengan pelan-pelan
f) Angkat jarum dengan cepat
g) Gosok daerah suntikan
h) Pasang plester band aid bila perlu
2) Tekhnik Z track:
a) Sama dengan prosedur umum
b) Kalau pada tekhnik umum kulit di cubit, pada prosedur ini
kulit di tarik dan tahan, selanjutnya sama.
i. Masukkan jarum ke penutup dengan cara letakkan penutup jarum di
bak instrumen, kemudian masukkan jarum ke penutup tanpa disentuh
tangan
j. Rapatkan penutup jarum
k. Dokumentasikan tindakan yang telah dikerjakan
l. Alat-alat dibereskan
m. Catat dalam buku injeksi dan dokumentasikan di catat perawat
n. Hal-hal yang harus diperhatikan:
1) 6 tepat dan 1 waspada
2) Respon pasien
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal.
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR 00 11/26
A. Pengertian
Menyiapkan tempat tidur bagi klien untuk mempertahankan kebersihan dan
kenyamanan klien
B. Tujuan
1. Mempertahankan kebersihan sekitar klien
2. Menciptakan kenyamanan klien
C. Prosedur
1. Persiapan alat:
a. Tempat tidur
b. Kasur dan bantal
c. Alas kasur
d. Stik laken
e. Boven laken
f. Selimut tidur dan sarung bantal
g. Penutup sprei
h. Tempat kain kotor
i. Ember kosong
2. Persiapan klien
Klien diberi penjelasan
3. Langkah kerja
a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
b. Letakkan alat tenun ke dekat bed
c. Lepas sprei ke bagian sudut
d. Ambil selimut dan bantal
e. Gulung/lipat bagian sprei dari bagian atas ke bawah dan letakkan
sprei di kantong kotor
f. Atur letak kasur sesuai kebutuhan
g. Pasang sprei
1) Garis lipatan tengah diletakkan di tengah tempat tidur
2) Bentangkan sprei, masukkan bagian kepala dan kaki, buat serapi
mungkin
3) Pada ujung setiap sisi, bentuk sisi 90 derajat lalu masukkan
seluruh tepi sprei ke bawah kasur dengan rapid an tegang
4) Letak perlak melintang 50 cm dari bagian kepala
5) Letakkan stik laken di atas perlak kemudian masukkan sisanya
ke tempat tidur
6) Pasang boven laken pada kasur, daerah kaki masukkan sedikit
kain ke bawah tempat tidur kemudian bentangkan ke daerah
bagian kepala
7) Pasang selimut
8) Lipat laken ke daerah atas dan rapikan beserta selimut, pasang
bantal
9) Cuci tangan
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal.
MENCUCI RAMBUT 00 13/26
A. Pengertian
Menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala, dan menggunakan
sampo atau sabun, kemudian dibilas dengan air bersih sampai bersih.
B. Tujuan
1. Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien
2. Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara
3. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4. Membersihkan kutu dan ketombe
C. Indikasi
1. Bila rambut kotor
2. Pada klien yang menjalani operasi
3. Secara rutin lima kali sehari bila memungkinkan
4. Setelah dipasang kap kutu
D. Prosedur
1. Persiapan alat:
a. Baki
b. 2 buah sisir
c. 2 buah handuk
d. 1 buah waslap
e. Sarung tangan bersih
f. Kapas
g. Sabun/sampo
h. Handuk dan perlak
i. Talang karet
j. Mangkok serta kain kasa dalam tempatnya 2-3 potong
k. Bengkok berisi larutan lisol 2-3% (untuk mencuci sisir)
l. Celemek
m. Ember berisi air bersih
n. Kain pel
o. Ember kosong
p. Ceret/termos air panas
2. Persiapan Pasien
Klien diberi penjelasan
3. Langkah Kerja
a. Bawa alat-alat ke dekat klien
b. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan dan celemek
e. Atur posisi klien senyaman mungkin dengan kepala dekat sisi tempat
tidur
f. Pasang perlak dan handuk di bawah kepala klien
g. Letakkan ember d atas kain pel, di lantai tepat bawah kepala klien
h. Pasang talang dan diarahkan ke ember yang kosong
i. Tutup lubang telinga luar dengan kapas dan tutup mata klien dengan
waslap
j. Tutup dada dengan handuk sampai leher
k. Sisir rambut, kemudian siram dengan air hangat dengan gayung
l. Gosok pangkal rambut dengan kain kasa yang telah diberi sampo,
lalu urut dengan ujung jari, kasa kotor dimasukkan bengkok
m. Bilas rambut sampai bersih kemudian keringkan
n. Angkat tutup telinga dan mata
o. Angkat talang dan masukkan dalam ember dan letakkan handuk di
baki
p. Kembalikan klien ke posisi semula dengan cara angkat kepala dan
alasnya serta diletakkan di atas bantal
q. Sisir rambut klien dengan sisir bersih dan biarkan kering
r. Rapikan klien
s. Lepas sarung tangan dan masukkan ke bengkok
t. Lepas celemek dan masukkan ke dalam ember kosong
u. Bereskan alat dan bawa ke spoolhook untuk dibersihkan
v. Cuci tangan dan dokumentasikan perasat
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul :
No Revisi
Hal.
CUCI TANGAN HIGIENIS
00 16/26
A. Pengertian
Membersihkan/ mencuci tangan secara higienis/ rutin.
B. Tujuan
Bersihkan kuman dan bakteri penyakit.
C. Prosedur
1. Persiapan Alat
a. Kran/ air bersih.
b. Sabun cair/ batang.
c. Handuk/ lap kering/ tisu.
2. Persiapan Pencucian
a. Air bersih yang mengalir dari kran, ceret atau sumber lain
b. Sabun cair / batang
c. Handuk, tissue, kain yang kering
d. Kuku dijaga selalu pendek
e. Cincin dan gelang perhiasan harus di lepas dari tangan
3. Pelaksanaan
a. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai
air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
c. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
A. PENGERTIAN
Prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis menggunakan aktivitas-
aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif,
rekreasional, edukasional, dan sosial serta industrial untuk memperoleh
keuntungan yang diharapkan atas fungsi fisik dan respon-respon mental
pasien
B. TUJUAN
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa
a. Menciptakan suatu kondisitertentu sehingga pasien dapat
mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan
orang lain dan masyarakat sekitarnya.
b. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara
wajar dan produktif.
c. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat
dan keadaannya.
d. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan
penetapan terapi lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang
gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian,
belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televise, dan lain-lain), baik
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin
dirumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan
maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan
kemampuanyang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien
sebagailangkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan
dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi,
minat, potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya
kepekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan
waktuselama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali
kekeluarga. Program okupasiterapi adalah bagian dari pelayanan medik
untuk tujuan rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama
dengan petugas lain dirumah sakit. Dalam pelaksanaan okupasiterapi
keliahatannya akan banyak overlapping dengan terapi lainnya, sehingga
dibutuhkan adanya kerjasama yang terkoordinir dan terpadu.
C. INDIKASI
1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan perkembangan
psikososialnya.
2. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi
dengan orang lain.
3. Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekspresikan perasaan atau
kebutuhan yang primitif.
4. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar.
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran.
6. Seseorang yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui
aktivitas daripada percakapan.
7. Seseorang yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktekannya daripada membayangkannya.
8. Seseorang yang cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam
kepribadiannya.
D. PROSEDUR
1. Persiapan:
a. Penentuan materi memperhatikan karakteristik atau cara khas
masing-masing klien.
b. Penentuan cara atau pendekatan dengan sistem kelompok atau
individu
c. Penentuan waktu
d. Penentuan tempat disesuaikan dengan keadaan klien, materi latihan
dan alat yang digunakan
2. Persiapan alat dan bahan:
a. Peralatan olahraga
b. Peralatan kerajinan tangan
c. Peralatan aktivitas kehidupan sehari-hari
d. Majalah, surat kabar, telepon, televisi, radio dan sebagainya.
3. Prosedur Kerja
a. Persiapan pasien dan persiapan alat yang akan digunakan.
b. Orientasi dengan pasien, tempat, dan waktu selama kurang lebih 5
menit.
c. Perkenalan dari terapis maupun pasien selama 5-10 menit
d. Pemanasan dengan berolahraga untuk meningkatkan fungsi gerak
tubuh selama 5-10 menit
e. Mengajarkan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi,
berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, majalah,
surat kabar, televisi dan sebagainya).
f. Mengajarkan melakukan aktivitas terpilih yang bermanfaat, seperti
menganyam, menjahit, membaca, dan lain-lain untuk meningkatkan
toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang ada
di masa lalu selama 10-20 menit.
g. Memberikan pujian dan penghargaan kepada pasien tiap kali selesai
melakukan aktivitasnya.
h. Selesai, bersihkan dan rapikan alat.
i. Diskusikan hasil terapi.
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
Judul : No Revisi
Hal.
TERAPI ANGGOTA KELOMPOK (TAK) 00 22/26
A. PENGERTIAN
Tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Pelaksanaan terapi ini
merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat
B. TUJUAN
1. Untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien dalam waktu
yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
antar anggota.
2. Secara umum, meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi
dan umpan balik dengan atau dari orang lain, melakukan sosialisasi,
meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan
tindakan atau perilaku defensif, serta meningkatkan motivasi untuk
kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
3. Secara khusus, meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara
konstruktif, serta meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal
atau sosial.
C. PROSEDUR
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart and Sundeen (1995) sebagai berikut.
1. Pre-kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
pemimpin dan anggota, dimana dan kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, serta proses evaluasi pada anggota dan kelompok.
2. Fase awal
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing dan
pemimpin mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif
sudah dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang dibina, bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun.
Kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, serta penyelesaian masalah yang
kreatif.
4. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (sementara dan akhir). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses, atau sukses.
D. PERAN PERAWAT DALAM TAK
1. Mempersiapkan program TAK
2. Sebagai leader dan co leader
3. Sebagai fasilitator
4. Sebagai observer
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
No. SPO
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL SPO Ners B2
A. Pengertian
Suatu teknik pengikatan secara mekanik pada klien gangguan jiwa seperti
depresi, risiko bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya karena keadaan
psikisnya.
B. Tujuan
Untuk melindungi atau menghindari klien dari mencederai diri, orang lain,
dan lingkungan.
C. Prosedur
1. Persiapan pasien
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
2. Persiapan alat
a. Kamisol
b. Manset/tali restrain
3. Prosedur pelaksanaan
a. Tahap Pra Interaksi
1) Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien instruksi
restrain
2) Siapkan tim
3) Siapkan alat-alat
4) Siapkan lingkungan yang aman
5) Siapkan medikasi bila perlu sesuai kolaborasi dengan dokter:
a) Diazepam inj 1 amp (IM/IV)
b) Haloperidol inj 1 amp (IM)
b. Tahap Orientasi
1) Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan dan lakukan kontrak prosedur, tujuan , lamanya
restrain kepada klien dan keluarga bila perlu kontrak sepihak
c. Tahap Kerja
1) Berbicara secara meyakinkan kepada klien untuk menghentikan
perilakunya
2) Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan
dilakukan pengikatan
3) Tawarkan untuk menggunakan medikasi daripada dilakukan
pengikatan (jangan tawar menawar dengan klien)
4) Jangan membiarkan klien berfikir tentang keraguan kita untuk
melakukan pengikatan
5) Staf yang akan melakukan pengikatan harus berada di tempat
susunan tim (5-6 orang):
a) Empat orang menahan anggota gerak
b) Satu mengendalikan kepala
c) Satu melakukan prosedur pengikatan
d) Siapkan peralatan dan medikasi
6) Lakukan pengikatan
1) Tiap anggota gerak satu ikatan
2) Ikatan pada posisi sedemikian rupa agar tidak mengganggu
aliran cairan IV jika diperlukan
3) Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi
4) Lakukan pemeriksaan TTV tiap 30 menit
7) Tempatkan klien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf
8) Manset/restrain diperiksa setiap 60 menit demi kenyamanan
9) Merubah posisi tiap 60 menit
10) Monitor TTV tiap 60 menit
11) Kolaborasi dengan medis untuk medikasi antipsikotik potensi
tinggi dengan interval 30-60 menit.
12) Observasi gejala Ekstra Pyramidal Syndrome (EPS) dalam 4
jam pertama, pada umumnya berespon sebelum diberikan total
dosis 50 mg, bila EPS terapi Trihexyphenidil 2 mg dan
Diphenhydramin 50 mg (IM/IV)
13) Setelah klien dapat dikendalikan, satu manset sekali waktu harus
dilepas dengan interval 5 menit, bergantian kiri dan kanan
14) Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak
menganjurkan mengikat klien dengan satu ikatan pada anggota
gerak)
d. Terminasi
1) Evaluasi perasaan klien
2) Pastikan pasien nyaman dan ikatannya baik
3) Lakukan kontrak untuk bisa dilepaskan ikatannya
4) Catat dan dokumentasikan tindakan keperawatan
01 KEP.01.21/05/2015.1 1/2
01 KEP.01.21/05/2015.3 1/2
01 KEP.01.21/05/2015.4 1/3
01 KEP.01.21/05/2015.5 1/2
01 KEP.01.21/05/2015.6 1/3
01 KEP.01.21/05/2015.7 1/3
01 KEP.01.21/05/2015.9 1/2