BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kesehatan
dapat dikemukakan dengan dua pengertian sehat, terutama dalam arti sempit dan arti luas.
Secara sempit sehat diartikan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Sedangkan secara
luas, sehat berarti sehat secara fisik, mental maupun sosial. Sedangkan menurut World Health
Organitation (WHO) 1947, sehat adalah keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial,
yang tidak terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
Menurut UU RI No 36 tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Kita menyadari bahwa kesehatan yang kita miliki adalah
merupakan anugerah Allah SWT yang harus kita syukuri dan dijaga. Untuk itu agar manusia
tetap dalam kondisi sehat perlu dijaga setiap saat dengan menjaga kebersihan.
artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai
modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan
keluarganya. Kesehatan akan diperoleh bila terciptanya kebersihan lingkungan. Oleh karena
itu kebersihan lingkungan harus dijaga oleh semua pihak. Hal ini dapat kita terima karena
orang yang sehatlah yang mampu menghayati, melaksanakan serta berpartisipasi dalam
Kebersihan merupakan anjuran bagi kita semua. Kebersihan yang dianjurkan itu
meliputi seluruh aspek kehidupan, baik fisik maupun non fisik. Kebersihan pada aspek fisik
antara lain adalah lingkungan, yang dianggap paling penting, dalam kehidupan masyarakat
dalam hal menunjang kenyamanan semua orang dalam melakukan segala aktivitas hariannya.
Dengan demikian diharapkan agar kebersihan menjadi sorotan dan perhatian semua
pihak, karena jika kebersihan lingkungan tidak dipoerhatikan maka dikhawatirkan akan
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15
persen dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata teval kulit 1-2 mm. Paling tebal
(6mm) terdapat ditelapak tangan dan kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di penis,
(Marwali harahap,2000).
Penyakit merupakan suatu konsep yang sulit untuk dipahami dan tidak jelas serta
memiliki defenisi yang berlainan baik secara social, budaya, maupun secara ilmu
pengetahuan. Setiap gangguan terhadap fungsi dan struktur tubuh dapat dianggap sebagai
penyakit. Penyakit dapat didefenisikan suatu pola respon yang diberikan oleh organism hidup
terhadap beberapa bentuk invasi benda asing atau terhadap cedera, yang mengakibatkan
Penyakit lebih jauh lagi didefenisikan sebagai suatu keadaan abnormal saat tubuh
tidak dapat merespon atau menjalankan fungsi normalnya. Penyaki juga merupakan suatu
kegagalan mekanisme tubuh organisme unutk bereaksi terhadap invasi benda asing sehingga
mengakibatkan gangguan pada fungsi atau struktur di beberapa bagian organism tersebut, (
Banyak penyakit yang menyerang manusia jika lingkungan sekitarnya tidak bersih,
salah satunya adalah penyakit skabies. Hal ini dipengaruhi karena kebiasaan masyarakat yang
kurang memperhatikan dan menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Dalam menjaga
bersihan diri masyarakat beranggapan sudah cukup dan tidak akan menimbulkan masalah
scabies. Penyakit ini sering dijumpai ditempat-tempat yang padat penduduknya dengan
keadaan hygiene yang buruk. Di Indonesia penyakit skabies merupakan penyakit kulit biasa
yang banyak dijumpai didaerah tropis terutama berasal dari masyarakat yang hidup dalam
lingkungan atau keadaan hygiene sanitasi dan social ekonomi yang sangat rendah.
scabies serta tradisi kebiasaan buruk misalnya sering berganti-ganti pakaian dengan orang
lain. Upaya kesehatan dalam rangka pencegahan dan penularan penyakit antara host agent
dan environment. Upaya ini ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan serta mencegah
Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari
12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704
kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990
Jumlah kejadian penyakit scabies di Desa Wani 3 Kecamtan Tanantovea pada tahun
2012 memiliki angka kejadian sebanyak 67 kasus dan mengalami penigkatan pada tahun
B. Rumusan masalah
Dari hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
antara pengetahuan, kebiasaan buruk dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
1. Bagi masyarakat
tersebut tentang hubungan pengetahuan dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit
Scabies
2. Bagi Puskesmas
Memberi informasin tentang hubungan pengetahuan dan hygiene perorangan dengan
kejadian penyakit Scabies yang dapat digunakan dalam program pencegahan dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil Tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadapa suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (S. Notoatmodjo, 2007) :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah menigkatkan kembali (Recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :
b. Memahami (Comprehension)
tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek / materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hokum-hukum rusmus, metode, prinsip, dalam konteks atau situasi
yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adala suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-kompenen, tetapi masih didalam sesuatu struktur organisasi, dan masih ada
lainnya satu sama lain. Seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan.
e. Sintesis (Syntesis)
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
bain sinleris adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari format yang ada.
Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, meyesuaikan terhadap suatu teori atau
f. Evalusi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini didasarkan pada mutu kriteria yang
telah ada.
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penilaian atau responden.
2003) :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan
b. Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang
sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami. Suatu objek psikologis cenderung
akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,
d. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin
cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dan hygiene berarti sehat. Hygiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
merupakan suatu perilaku yang diajarkan dalam kehidupan manusia untuk mencegah
timbulnya penyakit karena, pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan agar
terjaga kesehatannya.
Hygiene perorangan mencakup antara lain kebersihan badan dan pakaian, yang dapat
2. Kebiasaan mengganti pakaian, diusahakan agar mengganti pakaian 2 kali sehari agar tempat-
tempat yang tertutup dan lembab dari tubuh dapat terjaga kebersihannya. Sebaiknya pakaian
yang telah digunakan selama 1 hari tidak digunakan lagi esok harinya.
3. Kebiasaan pinjam meminjam alat pribadi seperti pakaian dan handuk merupakan kebiasaan
buruk yang dapat terjadi dirumah tangga. Mikrooragisme penyebab penyakit kulit akan tetap
hidup dan berada pada alat-alat yang tersentuh atau melekat paada kulit orang lain. Oleh
karena itu diusahakan agar tidak pinjam meminjam pakaian, handuk dan alat-alat lain yang
5) Menciptakan keindahan
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena
2) Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
3) Status sosial-ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat
4) Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
1) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
2) Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
1. Pengertian skabies
Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan inferstasi dan sensitasi oluh kutu
Sarcoptes scabiei varian hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel,
kadang-kadang erosi serta krusta, dan terowongan berwarna abu-abu yan disertai keluhan
obyektif sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan. Dibeberapa Negara
sinonim penyakit skabies adalah the itch (Inggris), gale (Perancis), Kratez (Jerman), mite
Penyakit ini pertama kali diuraikan oleh dokter Abumezzan Abdel Malek bin Zohar
dengan menggunakan istilah sebagai sesuatu yang hidup pada kulit dan menyebabkan gatal.
Pada tahun 1687 Giovan Cosino Bonomo menemukan kutu scabies pertama kali sebagai little
bladder of water dari lesi scabies pada anak seorang perempuan miskin. Untuk suatu sebab
yang sulit dimengerti, penyakit scabies ternyata sering menyebabkan epidemic yang
diperkirakan terjadi setiap 30 tahun 1940-1970 pernah terjadi pandemi terbesar diseluru
dunia.
Penyakit ini telah ditemukan hampir pada semua Negara diseluruh dunia dengan
berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan insidens tertinggi terdapat pada anak usia
sekolah dan remaja. Dinegara maju, termasuk USA, prevalensinya sama untuk semua
2. Epidemiologi skabies
Skabies merupakan peyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan golongan diseluruh dunia. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak-
anak dan usia remaja, tetapi dapat mengenai semua umur, insiden sama pada pria dan wanita.
Insiden scabies dinegara berkembang menunjukan siklus fluktuasi yang sampai pada saat ini
belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemi dan permulaan epidemi
yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat
sensitasi individual. Insidennya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi utara
dan tertinggi di Jawa barat. Penilitian scabies di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,
menemukan insidens penderita scabies selama 1983-1984 adalah 2,7%, (Amiruddin dkk,
3. Etiologi skabies
Sarcoptes scabiei var. hominis termasuk family Sarcoptidae dari kelas Aracnhida,
berbentuk lonjong, punggungnya cembung, dan bagian perutnya rata. Besar tungau ini sangat
bervariasi yang betina berukuran kira-kira 0,4 mm x 0,3 mm sedangkan yang jantan
ukurannya lebih lebih kecil 0,2 mm x 0,15 mm. Tungau ini translusen dan berwarna putih
kotor, pada bagian dorsal terdapt bulu-bulu dari duri serta mempunyai 4 pasang kaki, bagian
anterior 2 pasang sebagai alat untuk melekat sedangkan 2 pasang kaki terahir pada betina
berakhir dengan rambut. Pada yagn jantan pasangan kaki yang ke tiga berahir dengan rambut
dan yang ke empat berakhir dengan alat perekat (Farida Tabri, 2003).
4. Patogenesis skabies
Tungau betina yang telah dibuahi mempunyai kemampuan untuk membuat
terowongan pada kulit sampai diperbatasan stratum korneum dan stratum granulosom dengan
kecepatan 0,5-5 mm per hari. Didalam terowongan ini tungau betina akan bertelur sebanyak
2-3 butir setiap hari. Seekor tungau betina dapat bertelur sebanyak 40-50 butir semasa siklus
hidupnya yang berlangsung kurang lebih 30 hari. Telur akan menetas dalam waktu 3-4 hari,
dan menjadi larva yang mempunya 3 pasang kaki. Setelah 3 hari larva kemudian berubah
menjadi nimfa dengan 4 pasang kaki dan selanjutnya menjadi tungau dewasa.
Siklus hidup tungau mulai dar telur sampai dewasa memerlukan waktu selama 10-14
hari. Pada suhu kamar (21C dengan kelembaban relative 40-80%) tungau masih dapat hidup
diluar pejamu selama 24-36 jam. Penelitian lain tahun 1997 menemukan rata-rata 11 tungau
Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi ke dua sebagai
manifestasi respon imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkannya diterowongan
bawah kulit. Sekret dan eksreta yang dikeluarkan tungau betina bersifat toksik atau
antigenetik.
Diduga bahwa infiltrasi sel dan deposit IgE disekitar lesi kulit yang timbul. Pelepasan
IgE akan memicu terjadinya reakksi hipersensitivitas, meskipun hal ini masih belum jelas.
Dalam suatu penelitian dilaporkan terdapt peningktan jumlah sel mas, khususnya pada malam
hari, didaerah lesi. Hal ini berperan pada timbulnya gejala klinis dan perubahan histologis
penderita. Kelainan kulit yang menyeruoai dermatitis, dengan diserati papula, vesikula,
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapt timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Didaerah tropis, hamper setiap kasus skabies terinfeksi sekunder oleh
Streptococcus aureus dan Sthapylococcus pyogenes. Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar
a. Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
panjangnya beberapa mili meter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak vesikula, papula,
atau pustula.
b. Tempat predikleksi yang khas adalah sela jari. Pad aorang dewasa jarang terdapat dimuka
dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi lesi dapat terjadi
d. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluargamenderita gatal
harus dicurigai adanya scabies. Gatal pada malam hari sidebakan karena temperature tubuh
skibalnya dari dalam terowongan. Tangan dan pergelangan tangan merupakan tempat
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering,
sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya.
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
7. Klasifikasi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang sering menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga
disebut sebagai The great imitator. Terdapat beberapa bentuk-bentuk skabies yang mana
bentuk-bentuk tersebut mempunyai ciri-ciri yang berbeda antara lain (Zainudi maskur dalam
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bias salah didiagnosis.
Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara
teratur.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
Sarcoptes scabiei varian canis dapt menyerang manusia yang pekerjanya berhubungan erat
dengan hewan tersebut. Misalnya peternka dan gembala. Gejala ringan, rasa gatal kurang,
tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan
sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi secara teratur.
d. Skabies noduler
Nodul terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genitelia
pria, lipat paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan
e. Skabies inkognito
Obat steroid topical atau sistematik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaiknya, pengobatan denga steroid topical yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena respon imun
seluler.
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama, genralisata, eritema, dan distrofi
kuku. Krusta terdapat banyak sekali. Krusta ini melindungi Sarcoptes scabiei dibawahnya.
Bentuk ini mudah menular karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak
menonjol.
8. Pengobatan skabies
Penyakit ini bisa diatasi dengan mengoleskan krim yang mengandung permetrin atau
larutan lindane. Kedua obat tersebut efektif, tetapi lindane cenderung mengiritasi kulit, lebih
selama beberapa hari setelah pemberian permetrin atau lindane, untuk mengurangi gatal-gatal
sampai semua tungau mati. Pengobatan juga harus dilakukan terhadap seluruh penghuni
9. Pencegahan scabies
Untuk mencegah penyebaran tungau pada orang lain, ambil langkah berikut :
a. Cuci semua pakaian dan kain yang anda gunakan menggunakan sabun dan air panas.
b. Tempatkan benda-benda yang tidak bisa anda cuci pada kantong plastic tertutup dan diamkan
selama dua minggu. Tungau akan mati jika mereka tidak mendapatkan makanan dalam
C. Kerangka konsep
Berdasarkan uraian diatas makan kerangka konsep dalam penelitian ini seperti pada
Pengetahuan
Hygiene perorangan
Penyakit scabies
D. Hipotesis penelitian
Hipotesis alternative dalam penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahuan dan
hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies di Desa Wani 3 Kecamatan Tanantove
Kabupaten Donggala.
Hipotesis nol dalam penelitian ini yaitu tidak ada hubungan pengetahuan dan hygiene
Kabupaten Donggala.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penulisan pada penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu untuk mengetahui
hubungan hygiene perorangan dengan penyakit scabies pada masyarakat di Desa Wani 3
dalam penelitian ini adalah crossectional dimana pengambilan data dilakukan pada satu kurun
a. Tempat
b. Waktu
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarkat baik itu anak-anak maupun
ornag dewasa yang menetap di Desa Wani 3 Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala
Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti. Dapat dikatakan bahwa
sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Teknik
pengambilan sampel adalah random sampling (undian) karena setiap anggota populasi yang
ada didalam sampling frame bersangkutan mempunyai hak yang sama besar untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah KK di Desa Wani 3
Kecamatan Tanantovea sebanyak 127 KK yang dihitung dengan menggnakan rumus sloivin :
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error
tolerance).
D. Variabel penelitian
Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat
yang termasuk variabel bebas dalam penulisan penelitian ini adalah pengetahuan dan hygiene
perorangan.
Adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Yang
termasuk variabel terikat dalam penulisan penelitian ini adalah penyakit skabies.
E. Defenisi oprasional
Untuk memberikan pengertian yang diteliti dalam penelitian ini, maka penulis
1. Pengetahuan
Yang dimaksud dalam pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang diketahui oelh
responden tentang hygiene perorangan terhadap tejadinya penyakit skabies di Desa Wani 3
2. Hygiene perorangan
Adalah kebersihan perorangan yang bias dilihat dari kebersihan kuku, kebersihan
d. Hasil ukur : - Diberi skor 0 apabila kategori hygiene perorangan tidak bersih
1. Data primer
terhadap subjek penelitian yaitu pengetahuan dan hygiene perorangan dengan menggunakan
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari instasnsi terkait misalnya dari Kepala Desa Wani 3
G. Pengolahan data
a. Editing
b. Coding
c. Cleaning
d. Tabulating
Pemeriksaan data dan melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar atau
belum
H. Analisa data
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa Bivariat dengan Uji- Chi-Square
a. Analisa univariat
Analisa univariat untuk menggambarkan variabel bebas dengan variabel terikat yang
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan variabel bebas yaitu hygiene perorangan
dengan variabel terikat kejadian skabies menggunakan uji che-square dengan tingkat
kemaknaan 5% ( = 0,05).