Anda di halaman 1dari 9

Santoso et al.

: Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi

Laporan Kasus:
Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi,
Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUD Dr. Soetomo

Cucuk Santoso1, H. Suhatno1, Dyah Fauziah2


1
Departemen Obstetri dan Ginekologi
2
Departemen Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

ABSTRAK

Kanker ovarium adalah keganasan ginekologi terbanyak kedua pada wanita. Belum ada metode skrining efektif untuk kanker
ovarium. 70% kasus ditemukan pada stadium akhir. Sarkoma ovarium memiliki perkembangan yang cepat dan prognosis yang
paling buruk, oleh karena itu manajemen skrining, diagnostik dan terapi yang efektif sangat sulit dicapai.Presentasi kasus: Wanita
usia 49 tahun didagnosis dengan fibrosarkoma ovarium. Ia menjalani kistektomi di RS lain sebelum dirujuk ke RSUD dr. Soetomo.
Ia menjalani kemoterapi Cyclophosphamide-Doxorubicine-Actinomycin-D namun pada evaluasi terjadi peningkatan ukuran massa
tumor lalu diputuskan untuk dilakukan prosedur suboptimal debulking dilanjutkan dengan kemoterapi dengan rejimen MAID.
Sayangnya rejimen ini tidak ditanggung dalam asuransi sehingga tim onkologi mengganti dengan doxorubicine and
cyclophosphamid. Evaluasi dengan MRI menunjukkan peningkatan ukuran tumor, lalu tim onkologi melanjutkan dengan radioterapi
paliatif. Kesimpulan:Pada sarkoma ovarial, pemeriksaan histopatologi dan imunohistokimia untuk menentukan diagnosis dan
manajemen. Terapi utama untuk sarkoma ovarium adalah pembedahan karena reduksi tumor yang optimal dapat meningkatkan
efektivitas kemoterapi. Pemberian kemoterapi neoajuvan masih kontroversial karena terapat penurunan survival rate pasien namun
terjadi peningkatan progression free survival rate. (MOG 2012;20:102-110)

Kata kunci:sarkoma ovarium, fibrosarkoma ovarium, MAID, kemoterapi ajuvan

ABSTRACT

Ovarial cancer is the second most of the gynecology malignancy in women, There hasnt been any efective screening methods for
ovarial cancer. 70% of the cases were found on the late stage. Ovarial sarcoma has rapid progression and the poorest prognosis,
therefor effective screening, diagnostic and therapy management is quite difficult to achieve. Case presentation: 49 years old woman
was diagnosed with ovarial fibrosarcoma. She had a cystectomy in another hospital before she was admitted to dr. Soetomo hospital.
She got Cyclophosphamide-Doxorubicine-Actinomycin-D chemotherapy but there was an increase in tumor size then it was decided
to do suboptimal debulking procedure followed with chemotherapy using MAID regiment.Unfortunately, the regiment wasnt covered
by the insurance, so the oncology team switched to doxorubicine and cyclophosphamid. An MRI evaluation showed the increase of
tumor size, then the oncology team decide to do paliative radiotherapy. In conclusion: In ovarial sarcoma, histopathology and
immunohistochemistry examination are needed to determine the diagnosis and the management. The main therapy of ovarial
sarcoma is still surgery because an optimal tumor reduction can increase the chemotherapy effectiveness. Neoadjuvant
chemotherapy administration is still controversial because it shows failure of patient survival but theres an increase in progression
free survival rate. (MOG 2012;20:102-110)

Keywords: ovarian sarcoma, ovarian fibrosarcoma, MAID, adjuvant chemotherapy

Correspondence: Divisi Ginekologi Onkologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
RSUD Dr Soetomo, Surabaya, dr.cucuk@yahoo.com, dr.cucuk@mail.com

PENDAHULUAN setiap tahunnya. Angka kematian akibat kanker ovarium


berkisar 14.300 wanita pada tahun 2003 di Amerika
Kanker ovarium menempati urutan kedua setelah kanker Serikat. Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia di
serviks pada keganasan ginekologi wanita. Kanker bawah 40 tahun. Angka kejadian meningkat dengan
ovarium terjadi sebanyak 3% dari seluruh keganasan makin tuanya usia; dari 15-16 per 100.000 pada usia 40-
pada wanita dan menjadi penyebab kematian nomor 44 tahun, menjadi paling tinggi dengan angka 57 per
lima akibat kanker pada wanita di Amerika Serikat.1,2 Di 100.000 pada usia 70-74 tahun. Usia median saat
Amerika Serikat pada tahun 2003 terdapat per- diagnosis adalah 63 tahun dan 48% penderita berusia
tumbuhan jumlah kasus baru sekitar 25.400 kasus baru diatas 65 tahun.

102
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 20 No. 3 September Desember 2012: 102-110

Tumor ovarium ganas sebagian besar berasal dari sel ditemukan dalam stadium lanjut bahkan telah
epitel, dapat pula berasal dari sel-sel lain yang terdapat bermetastasis. Bahkan sarcoma ovarium ini seringkali
dalam ovarium itu sendiri. Misalnya tumor yang berasal ditemukan saat pemeriksaan rutin ginekologi oleh
dari sel germinal dikenal dengan germ cell tumor, antara karena tidak terdapat gejala yang spesifik.11 Factor-
lain dysgerminoma dan teratoma; tumor yang berasal faktor yang mempengaruhi prognosis sarkoma hingga
dari sel folikel dikenal dengan sex-cord stromal tumor, saat ini belum diketahui. Beberapa ahli berpendapat
tersering adalah granulose cell tumor; sel yang berasal bahwa tipe sel yang menyusun suatu sarcoma tidak
dari stroma ovarium dikenal dengan sarkoma (misalnya mempengaruhi prognosisnya.12 Kebanyakan pasien
fibrosarkoma ovarium). Belum ada metode skrining meninggal dalam waktu 2 tahun setelah diagnosis di-
yang efektif untuk kanker ovarium, 70% kasus tegakkan.6
ditemukan pada keadaan yang sudah lanjut yakni
setelah tumor menyebar jauh di luar ovarium. Beberapa hal yang mendasari kesulitan dalam diagnosis
dan terapi serta menentukan factor-faktor yang berperan
Neoplasma ovarium pada umumnya dibagi menjadi dalam menentukan prognosis adalah informasi yang
beberapa golongan, antara lain epithelial tumor, germ didapatkan untuk kasus-kasus sarkoma ovarium hanya
cell tumor, sex cord stromal tumor, tumor sel lipid, didapatkan dari sedikit laporan kasus dan rangkaian
sarkoma dan tumor metastasis.3,4 Seperti telah diketahui penelitian yang sangat terbatas jumlahnya. Jumlah kasus
bersama bahwa sarcoma genetalia wanita merupakan yang sangat sedikit menyebabkan pengalaman peng-
tumor yang sangat jarang. Angka kejadian sarkoma obatan sarkoma sangat terbatas sehingga belum ada
genetalia wanita berkisar 5% dari seluruh keganasan terapi yang optimal untuk pengobatan sarkoma ovarium
ginekologi.5 sampai saat ini.11 Interpretasi hasil pemeriksaan histo-
patologi dapat membantu untuk menetapkan manajemn
Sarkoma ovarium merupakan tumor yang jarang dan klinik terbaik bagi pasien sarcoma ovarium. Secara
memiliki prognosis yang sangat buruk.6 Akibatnya keseluruhan, pasien yang menderita kanker ovarium
sangat sedikit data-data dan pengalaman klinis terkait memiliki prognosis yang buruk. Belum ada metode
pengobatan terhadap wanita yang menderita sarkoma skrining yang efektif untuk kanker ovarium.4
ovarium dan kebanyakan pengobatan dengan berbagai
klaim keberhasilan itu hanya berdasarkan laporan kasus
dengan jumlah sedikit dan dapat digolongkan sebagai KASUS
anekdot belaka.5 Jarangnya kasus tersebut serta belum
ada terapi yang efektif tentunya akan membuat hal ini Dalam laporan kasus ini kami akan melaporkan satu
menjadi sangat menarik untuk dibahas. kasus sarkoma ovarium jenis fibrosarkoma yang dirawat
di Ruang Kandungan, Departemen Obstetri Ginekologi,
Stadium sarkoma ovarium mengikuti acuan FIGO RSUD Dr. Soetomo pada bulan November 2008. Pada
layaknya kanker ovarium lainnya. Secara umum terapi kasus fibrosarkoma ovarium yang diderita oleh pasien
kanker ovarium meliputi operasi, kemoterapi, radiasi, (Ny. Suti/ 49 tahun) terdapat beberapa permasalahan
dan terapi biologi serta imunologi.7,8 Terapi sarkoma yaitu kasus sangat jarang dan diagnosis yang sulit. Sulit
ovarium lebih sulit daripada kanker ovarium pada membedakan sarkoma ovarium pada umumnya dengan
umumnya. Sarcoma ovarium memiliki pola pertumbuh- kebanyakan tumor ovarium lainnya, begitu pula mem-
an yang serupa dengan kanker ovarium pada umumnya bedakan fibroma ovarium, leiomyosarkoma, dan
tetapi memiliki prognosis yang sangat buruk. Hal ini fibrosarkoma ovarium juga sangat sulit dan menjadi
disebabkan oleh karena sarkoma tidak sensitif terhadap problematika tersendiri. Pada kasus-kasus sarkoma
radiasi maupun kemoterapi.9,5 Hingga saat ini terapi ovarium belum terdapat modalitas terapi yang efektif.
utamanya adalah operasi terutama pada stadium awal.9,5 Keterbatasan jumlah kasus sarkoma ovarium (kasus
sangat jarang) menyebabkan sulit untuk menentukan
Sangat sedikit bukti yang mendukung terapi adjuvant modalitas terapi yang tepat untuk memperbaiki survival
pada sarkoma ovarium stadium lanjut atau yang telah pasien.
bermetastasis. Tetapi terdapat beberapa rekomendasi
terhadap pemberian kemoterapi adjuvant pasca operasi.5 Pasien telah diberikan kemoterapi Cyclophosphamide-
Dalam hal mendiagnosis pasien secara klinis me- Doxorubicine-Actinomycin-D dua seri tetapi tidak
nunjukkan bahwa ternyata sangat sulit membedakan menunjukkan hasil yang memuaskan (ukuran tumor
sarkoma ovarium dengan neoplasma ovarium lainnya cenderung membesar). Sarkoma tidak sensitif terhadap
karena presentasinya sangat mirip.10 kemoterapi maupun radiasi. Terapi utama hingga saat
ini operasi tetapi operasi tidak dapat mencegah terjadi-
Sarkoma ovarium merupakan tumor yang progresif nya rekurensi. Pasien telah menjalani operasi untuk
sebab pertumbuhannya sangat cepat sehingga seringkali

103
Santoso et al.: Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi

kedua kalinya tetapi tidak bisa mengangkat massa tumor ginekologi onkologi untuk menghentikan kemoterapi
seluruhnya (sub-optimal debulking). dan melanjutkan pasien dengan radiasi paliatif. Pada
kasus fibrosarkoma ovarium ini sangat sulit mem-
Pasien memiliki prognosis yang buruk. Pasien dengan bedakannya dengan fibroma ovarium. Hal ini dikarena-
kanker ovarium secara keseluruhan memiliki prognosis kan sel-sel yang menyusun fibroma ovarium dapat pula
yang buruk. Pertumbuhan tumor cepat (progresif), dan menyusun fibrosarkoma ovarium. Yang dapat mem-
belum diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi bedakannya adalah penilaian aktivitas mitosisnya.
prognosis. Selain itu, masalah yang dihadapi pasien
adalah status sosial ekonomi yang rendah, sedangkan Dari hasil pemeriksaan PA tersebut ternyata tumor ini
obat-obatan kemoterapi dan beberapa pemeriksaan memiliki aktivitas mitosis 10/10 HPF. Lagi pula
penunjang yang tersedia di RS Dr. Soetomo belum terdapat sel-sel spindle yang hiperkromatik dan nukleus
semuanya dalam pertanggungan JPS (Jaring Pengaman pleomorfik. Semuanya memperkuat dasar diagnosis PA
Sosial). yaitu fibrosarkoma. Pemeriksaan imunohistokimia me-
nunjukkan bahwa vimentin positif dan desmin negatif;
hal ini menyokong diagnosis fibrosarkoma.13
TATA LAKSANA KASUS
Seperti diketahui bahwa belum ada modalitas terapi
Tampilan fisik sarkoma ovarium tidak bisa dibedakan yang optimal pada kasus sarkoma ovarium. Sebagian
dari tumor ovarium lainnya terutama tipe epitelial. besar laporan kasus mengenai keberhasilan maupun
Untuk membedakannya harus melalui pemeriksaan kegagalan terapi pada sarkoma ovarium hanya memiliki
histopatologi, pemeriksaannya pun sangat sulit. Walau- sedikit kasus.14 Hingga saat ini belum ada rekomendasi
pun pemeriksaan klinis yang cermat oleh dokter ahli yang dikeluarkan oleh International Oncologic Associa-
ginekologi onkologi memegang peranan penting dalam tion untuk pengobatan sarkoma ovarium. Rekomendasi
upaya mendiagnosis tumor ovarium, dokter ahli radio- terapi sarkoma jaringan lunak adalah operasi dengan/
logi masih memiliki peranan dalam melakukan identifi- tanpa kemoterapi ajuvan maupun radiasi.6 Terapi yang
kasi memakai imaging untuk membantu mengarahkan direkomendasikan untuk sarkoma ovarium adalah
diagnosis. Hal ini disebabkan ultrasonography (USG) debulking surgery diikuti dengan kemoterapi adjuvant.1
dan CT scan dapat digunakan untuk mengindentifikasi
adanya extraovarian tumor dan metastasis.5 Operasi terhadap tumor ganas ovarium ini telah
dilakukan di RS Baptis Kediri pada tahun 2007, tetapi
Beberapa laporan penelitian berusaha menentukan peran kemudian terjadi rekurensi. Tetapi patut menjadi
diagnostic imaging MRI dalam hal menunjang pertanyaan pula apakah operasi di RS Baptis dilakukan
diagnosis sarkoma ovarium. Wang et al. menyatakan dengan atomical view yang adekuat karena dari hasil
bahwa malignant mixed mesodermal tumor (MMMT) laporan operasi dilaporkan bahwa ureter sulit di-
ovarium dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan MRI identifikasi. Hasil laporan operasi dan konfirmasi
dengan tanda-tanda massa heterogen dengan komponen dengan SpOG RS Baptis menggambarkan kesulitan
solid dan kistik. Daerah solid menunjukkan intensitas operasi yang cukup tinggi sehingga optimalisasi
sinyal yang relative tinggi dan hanya sedikit pembedahan masih perlu dilakukan di RSUD Dr.
enhancement setelah pemeberian injeksi bahan kontras. Soetomo. Bila ternyata operasi tidak optimal maka
Tetapi Saito et al. menyatakan bahwa diagnosis sarkoma kemunginan rekurensi tumor akan semakin besar.
ovarium hanya bisa diduga apabila terdapat tanda Rekurensi sarkoma ovarium setelah operasi di RS baptis
spesifik berupa elemen chondromatous.5 membuktikan bahwa operasi tidak dapat mencegah
terjadinya rekurensi tumor pada kasus sarkoma
Terdapat kemiripan hasil pemeriksaan imaging canggih ovarium.14
di RSUD Dr. Soetomo yaitu dari hasil CT scan
didapatkan massa solid kistik dengan kalsifikasi dan Pada kasus ini di RSUD Dr. Soetomo diputuskan untuk
tampak sedikit peningkatan intensitas sinyal dari 39,6 melakukan operasi ulang pada pasien tersebut dilandas-
HU menjadi 54,2 HU. Saito et al. menyatakan terdapat kan tidak hanya pada rekomendasi terapi pada sarcoma
peranan MRI dalam hal evaluasi respon terapi sistemik ovarium yaitu debulking surgery dan kemo-terapi tetapi
pada pengobatan MMMT.5 juga sebagian besar ahli menganjurkan bahwa pada
wanita yang diketahui secara histopatologi menderita
Di RSUD Dr. Soetomo dilakukan pemeriksaan MRI sarkoma ovarium maka terapi operasi minimal harus
pre-kemoterapi dan pasca kemoterapi untuk menilai meliputi total abdominal histerektomi dan bilateral
respon sarkoma ovarium terhadap pemberian ooforektomi.5
kemoterapi MAID. MRI pasca kemoterapi MAID
tersebut digunakan sebagai salah satu dasar oleh tim

104
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 20 No. 3 September Desember 2012: 102-110

Hal ini disebabkan di RS Baptis operasi tidak dilakukan optimal debulking dan 8% pada pasien dengan
oleh ahli ginekologi onkologi yaitu operasi tidak suboptimal debulking.5
optimal oleh karena dilaporkan hanya mengangkat
tumor ovarium kiri saja. Besarnya massa tumor akan Tim ginekologi onkologi melakukan reopen/
mempengaruhi efektifitas kemoterapi dimana akan optimalisasi pembedahan dikarenakan ukuran massa
semakin banyak sel kanker yang berada dalam kondisi tumor yang besar berarti banyak sel tumor yang berada
tidak aktif. Tindakan debulking akan menyebabkan dalam kondisi hipoksik sehingga tidak memungkinkan
berkurangnya massa tumor sehingga sel-sel kanker yang untuk dilakukan radiasi oleh karena sel tumor hipoksik
berada dalam fase istirahat akan kembali memasuki tidak sensitif terhadap radiasi. Pemberian radiasi
siklus sel (aktif) dimana sel-sel dalam fase aktif ini sebelum operasi berhubungan dengan peningkatan
sensitif terhadap kemoterapi.14 komplikasi luka operasi yang lebih tinggi daripada
pasca operasi. Hal ini diperkuat dengan penelitian
Penelitian mengenai pemberian radiasi sebelum operasi randomized controlled trial (RCT) yang menyatakan
pada extremity soft tissue sarcoma yang dilakukan di St. bahwa terdapat peningkatan komplikasi luka operasi
Vincents Hospital dan Peter MacCallum Cancer pada pasien yang mendapatkan radiasi pre-operatif
Institute, Victoria, Australia, melaporkan bahwa dibandingkan radiasi pasca operasi. Tetapi perlu diingat
pemberian radiasi sebelum operasi tidak meningkatkan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang menentukan
komplikasi luka operasi yang berkepanjangan ataupun terjadinya komplikasi luka operasi yaitu umur, lokasi
amputasi sehingga pre-operative radiotherapy dapat tumor, ukuran tumor dan besar irisan operasi.15
diberikan pada penderita soft tissue sarcoma. Dasar
penelitian tersebut adalah pemberian kombinasi operasi Pasien dengan sarkoma ovarium rekurens merupakan
dan radiasi akan dapat meningkatkan efektifitas local kandidat yang tepat untuk pemberian kemoterapi
control pada pasien soft tissue sarcoma. Saat yang tepat walaupun hanya sedikit kasus saja yang dilaporkan
untuk memberikan radiasi (sebelum atau setelah memiliki efek yang baik.17 Dari hasil tumor board I di
operasi) masih menjadi perdebatan hingga saat ini.15 divisi ginekologi-onkologi diputuskan untuk mem-
berikan kemoterapi cyclophosphamide-doxorubicine-
Bujiko et al. melaporkan terjadinya komplikasi luka actinomycin-D sebanyak 2 seri kemudian akan
operasi hingga 42% pada 59 pasien yang mendapatkan dievaluasi ulang. Pada tumor board I tidak merekomen-
radiasi preoperatif. Pesat et al. melaporkan kejadian dasikan pemberian radiasi pasca operasi dikarenakan
komplikasi luka operasi sebesar 28% pasien dari total tim gineokologi onkologi hanya bisa melakukan
56 pasien yang mendapatkan radiasi preoperatif .15 suboptimal debulking dimana masih massa tumor masih
Walaupun penelitian mengenai pemberian radiasi berukuran besar dimana pada tumor yang besar terdapat
sebelum operasi pada extremity soft tissue sarcoma banyak sel-sel tumor yang berada dalam kondisi
telah dilakukan, tetapi ide pemberian radiasi neoajuvan hipoksik sehingga tidak akan sensitif terhadap radiasi
sebelum operasi pada sarkoma ovarium masih belum ditambah pula sarkoma tidak sensitif terhadap radiasi.
ada.
Dasar pemilihan rejimen kemoterapi tersebut adalah
Tujuan dilakukannya operasi ulang di RSUD Dr. mengikuti rekomendasi kemoterapi MAID yang
Soetomo adalah untuk optimalisasi pembedahan dan dilaporkan memberikan hasil yang baik terhadap
dilanjutkan dengan rekomendasi yang dianjurkan survival pasien. Rejimen kemoterapi MAID tersebut
hingga saat ini yaitu mesna, epirubicine, ifosfamide, dan antara lain epirubicine 20 mg/m2 pada hari ke-1 s/d 3,
dacarbazine (MAID). Saat itu tidak semua tumor bisa Ifosfamide 2,5 mg/m2 pada hari ke-1 s/d 3.6 Didahului
diangkat dikarenakan perlekatan hebat dengan organ dengan pemberian mesna untuk mencegah iritasi pada
sekitar dan secara anatomical view tidak memungkin- buli-buli dan DTIC/ dacarbazine 30mg/m2 pada hari ke-
kan. Oleh karena hanya bisa dilakukan suboptimal 1 s/d 3.
debulking maka tentu saja akan berpengaruh terhadap
prognosis.16 Terdapat kendala ketersediaan obat kemoterapi yang
ditanggung oleh Jaring Pengaman Sosial (JPS) saat itu
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sood et al. sehingga diputuskan pemberian dengan golongan
mengenai peranan operasi sitoreduksi (debulking) pada rejimen terapi yang sama dan disesuaikan dengan apa
47 wanita yang menderita sarkoma ovarium yang telah yang menjadi tertanggung JPS. Dalam daftar obat yang
meluas ke luar ovarium disimpulkan bahwa dari analisis ada dalam cakupan JPS (Jaring Pengaman Sosial),
multivariat operasi sitoreduksi yang optimal merupakan ternyata obat-obatan dalam rejimen MAID tersebut
variabel prognosis yang paling signifikan. Sood et al. tidak termasuk dalam tanggungan JPS sehingga
melakukan penelitian pada pasien stadium lanjut dengan diputuskan mengganti dengan obat-obatan kemoterapi
5 years survival rate mencapai 45% pada pasien dengan

105
Santoso et al.: Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi

yang digunakan pada pengobatan sarkoma dan masuk Untuk membedakannya harus melalui pemeriksaan
dalam tanggungan JPS. histopatologi, pemeriksaannya pun sangat sulit.
Walaupun pemeriksaan klinis yang cermat oleh dokter
Cyclophosphamide termasuk dalam golongan alkylating ahli ginekologi onkologi memegang peranan penting
agent yang bekerja pada DNA dengan menyebabkan dalam upaya mendiagnosis tumor ovarium, dokter ahli
terjadinya gangguan formasi atau kode molekul DNA radiologi masih memiliki peranan dalam melakukan
sel tumor. Akibatnya sel tumor yang terpapar dapat identifikasi memakai imaging untuk membantu
mengalami kematian. Doxorubicine dan actinomycin-D mengarahkan diagnosis. Hal ini disebabkan ultra-
termasuk dalam golongan antibiotik yang bekerja pada sonography (USG) dan CT scan dapat digunakan untuk
semua siklus sel. Doxorubicine bekerja, terutama pada mengindentifikasi adanya extraovarian tumor dan
fase S dan G2, dengan menghambat replikasi DNA, metastasis.5
transkripsi RNA dan menyebabkan gangguan replikasi
DNA. Actinomycin D bekerja, terutama pada fase G1 Beberapa laporan penelitian berusaha menentukan peran
dan S, dengan menghambat sintesis DNA dan RNA.18 diagnostic imaging MRI dalam hal menunjang
diagnosis sarkoma ovarium. Wang et al. menyatakan
Morrow et al. melaporkan hasil penelitian dari GOG bahwa malignant mixed mesodermal tumor (MMMT)
(The Gynecologic Oncology Group) bahwa 2 dari 6 ovarium dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan MRI
pasien yang diterapi dengan doxorubicine dan cyclo- dengan tanda-tanda massa heterogen dengan komponen
phosphamide tetap hidup hingga 11 bulan kemudian.11 solid dan kistik. Daerah solid menunjukkan intensitas
Doxorubicine memiliki efek yang baik terhadap pure sinyal yang relative tinggi dan hanya sedikit enhance-
sarcoma.17 Dari hasil meta-analisis dinyatakan bahwa ment setelah pemeberian injeksi bahan kontras. Tetapi
pemberian doxorubicine berhubungan dengan adanya Saito et al. menyatakan bahwa diagnosis sarkoma ovari-
peningkatan yang signifikan pada recurrence free um hanya bisa diduga apabila terdapat tanda spesifik
survival, distant relaps free interval, walaupun tidak berupa elemen chondromatous.5 Terdapat kemiripan
terdapat peningkatan terhadap survival pasien secara hasil pemeriksaan imaging canggih di RSUD Dr.
keseluruhan.9 Soetomo yaitu dari hasil CT scan didapatkan massa
solid kistik dengan kalsifikasi dan tampak sedikit
Dengan dua seri pemberian kemoterapi tersebut ternyata peningkatan intensitas sinyal dari 39,6 HU menjadi 54,2
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hasil HU. Saito et al. menyatakan terdapat peranan MRI
pemeriksaan MRI 1T yang dilakukan dua kali yaitu dalam hal evaluasi respon terapi sistemik pada
sebelum dan sesudah kemoterapi untuk menilai pengobatan MMMT.5
efektifitas kemoterapi yang diberikan ternyata me-
nunjukkan ukuran tumor makin membesar. Dari hasil Di RSUD Dr. Soetomo dilakukan pemeriksaan MRI
diskusi tumor board II dinyatakan bahwa bila dengan pre-kemoterapi dan pasca kemoterapi untuk menilai
dua kali pemberian kemoterapi yang adekuat tidak ada respon sarkoma ovarium terhadap pemberian kemo-
perbaikan maka pemberian kemoterapi dihentikan oleh terapi MAID. MRI pasca kemoterapi MAID tersebut
karena tidak terbukti bermanfaat bagi pengobatan digunakan sebagai salah satu dasar oleh tim ginekologi
pasien. Dari hasil tumor board II tersebut diputuskan onkologi untuk menghentikan kemoterapi dan melanjut-
pasien diterapi radiasi paliatif. kan pasien dengan radiasi paliatif. Pada kasus fibro-
sarkoma ovarium ini sangat sulit membedakannya
Kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia masih dengan fibroma ovarium. Hal ini dikarenakan sel-sel
rendah sehingga walaupun pengobatan dibiayai oleh yang menyusun fibroma ovarium dapat pula menyusun
negara tetapi untuk biaya hidup selama pasien menjalani fibrosarkoma ovarium. Hal yang dapat membedakannya
pengobatan tidak ditanggung oleh negara. Hal ini akan adalah penilaian aktivitas mitosisnya.
berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam berobat
sebab pasien harus bekerja dulu untuk mengumpulkan Dari hasil pemeriksaan PA tersebut ternyata tumor ini
dana (juga menunggu kiriman uang dari anaknya yang memiliki aktivitas mitosis 10/10 HPF. Lagi pula
bekerja di Malaysia) untuk membiayai keperluan sehari- terdapat sel-sel spindle yang hiperkromatik dan nukleus
hari selama menjalani pengobatan sehingga operasi pleomorfik. Semuanya memperkuat dasar diagnosis PA
tertunda lama. yaitu fibrosarkoma. Pemeriksaan imunohistokimia me-
nunjukkan bahwa vimentin positif dan desmin negatif;
hal ini menyokong diagnosis fibrosarkoma.13
PEMBAHASAN
Seperti diketahui bahwa belum ada modalitas terapi
Tampilan fisik sarkoma ovarium tidak bisa dibedakan yang optimal pada kasus sarkoma ovarium. Sebagian
dari tumor ovarium lainnya terutama tipe epitelial. besar laporan kasus mengenai keberhasilan maupun

106
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 20 No. 3 September Desember 2012: 102-110

kegagalan terapi pada sarkoma ovarium hanya memiliki penelitian tersebut adalah pemberian kombinasi operasi
sedikit kasus.14 Hingga saat ini belum ada rekomendasi dan radiasi akan dapat meningkatkan efektifitas local
yang dikeluarkan oleh International Oncologic Associa- control pada pasien soft tissue sarcoma. Saat yang tepat
tion untuk pengobatan sarkoma ovarium. Rekomendasi untuk memberikan radiasi (sebelum atau setelah
terapi sarkoma jaringan lunak adalah operasi dengan/ operasi) masih menjadi perdebatan hingga saat ini.15
tanpa kemoterapi ajuvan maupun radiasi.6 Terapi yang
direkomendasikan untuk sarkoma ovarium adalah Bujiko et al. melaporkan terjadinya komplikasi luka
debulking surgery diikuti dengan kemoterapi adjuvant.1 operasi hingga 42% pada 59 pasien yang mendapatkan
radiasi preoperatif. Pesat et al. melaporkan kejadian
Operasi terhadap tumor ganas ovarium ini telah komplikasi luka operasi sebesar 28% pasien dari total
dilakukan di RS Baptis Kediri pada tahun 2007, tetapi 56 pasien yang mendapatkan radiasi preoperative.15
kemudian terjadi rekurensi. Tetapi patut menjadi Walaupun penelitian mengenai pemberian radiasi
pertanyaan pula apakah operasi di RS Baptis dilakukan sebelum operasi pada extremity soft tissue sarcoma
dengan atomical view yang adekuat karena dari hasil telah dilakukan, tetapi ide pemberian radiasi neoajuvan
laporan operasi dilaporkan bahwa ureter sulit sebelum operasi pada sarkoma ovarium masih belum
diidentifikasi. Hasil laporan operasi dan konfirmasi ada.
dengan SpOG RS Baptis menggambarkan kesulitan
operasi yang cukup tinggi sehingga optimalisasi Tujuan dilakukannya operasi ulang di RSUD Dr.
pembedahan masih perlu dilakukan di RSUD Dr. Soetomo adalah untuk optimalisasi pembedahan dan
Soetomo. Bila ternyata operasi tidak optimal maka dilanjutkan dengan rekomendasi yang dianjurkan
kemungkinan rekurensi tumor akan semakin besar. hingga saat ini yaitu mesna, epirubicine, ifosfamide, dan
Rekurensi sarkoma ovarium setelah operasi di RS baptis dacarbazine (MAID). Saat itu tidak semua tumor bisa
membuktikan bahwa operasi tidak dapat mencegah diangkat dikarenakan perlekatan hebat dengan organ
terjadinya rekurensi tumor pada kasus sarkoma sekitar dan secara anatomical view tidak memungkin-
ovarium.14 kan. Oleh karena hanya bisa dilakukan suboptimal
debulking maka tentu saja akan berpengaruh terhadap
Pada kasus ini di RSUD Dr. Soetomo diputuskan untuk prognosis.16
melakukan operasi ulang pada pasien tersebut
dilandaskan tidak hanya pada rekomendasi terapi pada Dari penelitian yang dilakukan oleh Sood et al.
sarcoma ovarium yaitu debulking surgery dan mengenai peranan operasi sitoreduksi (debulking) pada
kemoterapi tetapi juga sebagian besar ahli menganjur- 47 wanita yang menderita sarkoma ovarium yang telah
kan bahwa pada wanita yang diketahui secara meluas ke luar ovarium disimpulkan bahwa dari analisis
histopatologi menderita sarkoma ovarium maka terapi multivariat operasi sitoreduksi yang optimal merupakan
operasi minimal harus meliputi total abdominal hister- variabel prognosis yang paling signifikan. Sood et al.
ektomi dan bilateral ooforektomi.5 Hal ini disebabkan di melakukan penelitian pada pasien stadium lanjut dengan
RS Baptis operasi tidak dilakukan oleh ahli ginekologi 5 years survival rate mencapai 45% pada pasien dengan
onkologi yaitu operasi tidak optimal oleh karena optimal debulking dan 8% pada pasien dengan
dilaporkan hanya mengangkat tumor ovarium kiri saja. suboptimal debulking.5

Besarnya massa tumor akan mempengaruhi efektifitas Tim ginekologi onkologi melakukan reopen/ optimal-
kemoterapi dimana akan semakin banyak sel kanker isasi pembedahan dikarenakan ukuran massa tumor
yang berada dalam kondisi tidak aktif. Tindakan yang besar berarti banyak sel tumor yang berada dalam
debulking akan menyebabkan berkurangnya massa kondisi hipoksik sehingga tidak memungkinkan untuk
tumor sehingga sel-sel kanker yang berada dalam fase dilakukan radiasi oleh karena sel tumor hipoksik tidak
istirahat akan kembali memasuki siklus sel (aktif) sensitif terhadap radiasi. Pemberian radiasi sebelum
dimana sel-sel dalam fase aktif ini sensitif terhadap operasi berhubungan dengan peningkatan komplikasi
kemoterapi.14 luka operasi yang lebih tinggi daripada pasca operasi.
Hal ini diperkuat dengan penelitian randomized
Penelitian mengenai pemberian radiasi sebelum operasi controlled trial (RCT) yang menyatakan bahwa terdapat
pada extremity soft tissue sarcoma yang dilakukan di St. peningkatan komplikasi luka operasi pada pasien yang
Vincents Hospital dan Peter MacCallum Cancer mendapatkan radiasi pre-operatif dibandingkan radiasi
Institute, Victoria, Australia, melaporkan bahwa pem- pasca operasi. Tetapi perlu diingat bahwa banyak sekali
berian radiasi sebelum operasi tidak meningkatkan faktor-faktor yang menentukan terjadinya komplikasi
komplikasi luka operasi yang berkepanjangan ataupun luka operasi yaitu umur, lokasi tumor, ukuran tumor dan
amputasi sehingga pre-operative radiotherapy dapat besar irisan operasi.15
diberikan pada penderita soft tissue sarcoma. Dasar

107
Santoso et al.: Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi

Pasien dengan sarkoma ovarium rekurens merupakan terhadap pure sarkoma.17 Dari hasil meta-analisis
kandidat yang tepat untuk pemberian kemoterapi dinyatakan bahwa pemberian doxorubicine berhubung-
walaupun hanya sedikit kasus saja yang dilaporkan an dengan adanya peningkatan yang signifikan pada
memiliki efek yang baik.17 Dari hasil tumor board I di recurrence free survival, distant relaps free interval,
divisi ginekologi-onkologi diputuskan untuk memberi- walaupun tidak terdapat peningkatan terhadap survival
kan kemoterapi cyclophosphamide-doxo-rubicine- pasien secara keseluruhan.9
actinomycin-D sebanyak 2 seri kemudian akan di-
evaluasi ulang. Pada tumor board I tidak me- Dengan dua seri pemberian kemoterapi tersebut ternyata
rekomendasikan pemberian radiasi pasca operasi di- tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hasil
karenakan tim gineokologi onkologi hanya bisa pemeriksaan MRI 1 T yang dilakukan dua kali yaitu
melakukan suboptimal debulking dimana masih massa sebelum dan sesudah kemoterapi untuk menilai efektif-
tumor masih berukuran besar dimana pada tumor yang itas kemoterapi yang diberikan ternyata me-nunjukkan
besar terdapat banyak sel-sel tumor yang berada dalam ukuran tumor makin membesar. Dari hasil diskusi tumor
kondisi hipoksik sehingga tidak akan sensitif terhadap board II dinyatakan bahwa bila dengan dua kali
radiasi ditambah pula sarkoma tidak sensitif terhadap pemberian kemoterapi yang adekuat tidak ada perbaikan
radiasi. maka pemberian kemoterapi dihentikan oleh karena
tidak terbukti bermanfaat bagi pengobatan pasien. Dari
Dasar pemilihan rejimen kemoterapi tersebut adalah hasil tumor board II tersebut diputuskan pasien diterapi
mengikuti rekomendasi kemoterapi MAID yang radiasi paliatif.
dilaporkan memberikan hasil yang baik terhadap
survival pasien. Rejimen kemoterapi MAID tersebut Kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia masih
antara lain epirubicine 20 mg/m2 pada hari ke-1 s/d 3, rendah sehingga walaupun pengobatan dibiayai oleh
Ifosfamide 2,5 mg/m2 pada hari ke-1 s/d 3. Didahului negara tetapi untuk biaya hidup selama pasien menjalani
dengan pemberian mesna untuk mencegah iritasi pada pengobatan tidak ditanggung oleh negara. Hal ini akan
buli-buli, dan DTIC/ dacarbazine 30mg/m2 pada hari berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam berobat
ke-1 s/d 3.6 sebab pasien harus bekerja dulu untuk mengumpulkan
dana (juga menunggu kiriman uang dari anaknya yang
Terdapat kendala ketersediaan obat kemoterapi yang bekerja di Malaysia) untuk membiayai keperluan sehari-
ditanggung oleh Jaring Pengaman Sosial (JPS) saat itu hari selama menjalani pengobatan sehingga operasi
sehingga diputuskan pemberian dengan golongan tertunda lama.
rejimen terapi yang sama dan disesuaikan dengan apa
yang menjadi tertanggung JPS. Dalam daftar obat yang
ada dalam cakupan JPS (Jaring Pengaman Sosial), KESIMPULAN
ternyata obat-obatan dalam rejimen MAID tersebut
tidak termasuk dalam tanggungan JPS sehingga Telah dibahas laporan kasus sarkoma ovarium residif
diputuskan mengganti dengan obat-obatan kemoterapi yang dirawat di Ruang Kandungan Departemen Obstetri
yang digunakan pada pengobatan sarkoma dan masuk Ginekologi RSU Dr. Soetomo yang merupakan rujukan
dalam tanggungan JPS. SpOG RS Baptis Kediri. Pasien sebelumnya mengeluh-
kan adanya benjolan di perut yang makin membesar.
Cyclophosphamide termasuk dalam golongan alkylating Telah dilakukan operasi tahun 2007 di RS Baptis Kediri
agent yang bekerja pada DNA dengan menyebabkan dan didapatkan hasil PA suatu pleomorfic malignant
terjadinya gangguan formasi atau kode molekul DNA fibrous histiositoma, mixoid variant = high grade
sel tumor. Akibatnya sel tumor yang terpapar dapat sarcoma, myxoid variant. Lalu pasienpun dirujuk ke RS
mengalami kematian. Doxorubicine dan actinomycin-D Dr. Soetomo di Surabaya. Saat itu pasien menjalani
termasuk dalam golongan antibiotik yang bekerja pada serangkaian terapi dan telah didiskusikan dalam tumor
semua siklus sel. Doxorubicine bekerja, terutama pada board dengan berbagai divisi onkologi di RS Dr.
fase S dan G2, dengan menghambat replikasi DNA, Soetomo. Akhirnya pasienpun menjalani operasi
transkripsi RNA dan menyebabkan gangguan replikasi (surgical staging) dan ternyata tidak dapat dilakukan
DNA. Actinomycin D bekerja, terutama pada fase G1 operasi yang adekuat.
dan S, dengan menghambat sintesis DNA dan RNA.18
Dari hasil surgical staging dinyatakan sebagai kanker
Morrow et al. melaporkan hasil penelitian dari GOG ovarium stadium IIIc. Sangat sulit membedakan fibroma
(The Gynecologic Oncology Group) bahwa 2 dari 6 ovarium dan fibrosarkoma ovarium disebabkan banyak
pasien yang diterapi dengan doxorubicine dan kemiripan dalam sel-sel penyusunnya. Pemeriksaan
cyclophosphamide tetap hidup hingga 11 bulan histopatologi yang akurat dengan interpretasi yang tepat
kemudian.11 Doxorubicine memiliki efek yang baik serta pemeriksaan penunjang lain seperti

108
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 20 No. 3 September Desember 2012: 102-110

imunohistokimia diperlukan dalam manajemen klinik. 3. Crowder S, Lee C dan Santoso JT. Ovarian cancer,
Operasi hingga saat ini masih tetap merupakan terapi dalam Handbook of Gyn-Oncology (editor Santoso
yang paling utama pada sarkoma ovarium terutama pada J.T. dan Coleman R.L.) edisi internasional. 2001; h:
stadium dini dimana pembedahan bisa dilakukan secara 50-58, McGraw-Hill, USA.
adekuat. 4. Nurseta T. Kanker ovarium, dalam Panduan
Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan
Dari hasil diskusi Tumor Board I diputuskan untuk Evidence Base (editor Rasjidi I). 2007; h: 83-103,
memberikan kemoterapi adjuvant. Saat itu diputuskan Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
menggunakan rekomendasi dari Huang et al. yaitu 5. Stuart GCE dan Dawson LM. Ovarian sarcomas,
MAID mengingat keberhasilannya dalam terapi. Dari dalam Gynecologic Cancer: Controversies in
hasil evaluasi dengan membandingkan hasil pe- Management (editor Gershenson DM, McGuire WP,
meriksaan MRI I dan II ternyata tumor bertambah besar Gore M, Quinn MA dan Thomas G). 2004; h: 509-
dan telah metastasis jauh sehingga diskusi Tumor Board 517, Elsevier, USA.
II memutuskan untuk menghentikan kemoterapi dan 6. Huang YC, Hsu KF, Chou CY, Dai YC dan Tzeng
merekomendasikan pemberian radiasi sebagai terapi CC. Ovarian fibrosarcoma with long-term survival:
paliatif. Pemberian kemoterapi di RS Dr. Soetomo A case report. Int. J. Gynecol. Cancer 11. 2001; 331-
dengan mengacu pada rekomendasi keberhasilan oleh 333.
Huang et al. ternyata tidak memberikan keberhasilan 7. Busmar B. Kanker ovarium, dalam Onkologi
yang sama walaupun obat yang diberikan berada dalam Ginekologi (editor Azis MF, Andrijono dan
golongan yang sama. Obat-obatan yang diberikan tidak Saifuddin AB) edisi ke-1. 2006; h: 468-527,
persis sama dengan yang direkomendasikan oleh Huang Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
et al., hal ini dikarenakan obat-obatan tersebut tidak Jakarta.
dalam pertanggungan JPS (Jaring Pengaman Sosial).6 8. Brennan KM, Baker VV dan Dorigo O.
Premalignant and malignant disorders of the ovaries
Pemberian kemoterapi adjuvan hingga saat ini masih and oviducts, dalam Current Diagnosis and
kontroversial. Dari hasil studi metaanalisis yang di- Treatment Obstetrics and Gynecology (editor
publikasikan tahun 1997 ternyata menunjukkan DeCherney A, Nathan L, Goodwin TM dan Laufer
kegagalan secara statistik mengenai keuntungan terapi N) edisi ke-10. 2007; h: 871-884, McGraw-Hill,
adjuvan terhadap peningkatan survival pasien, tetapi USA.
harus diakui ternyata terdapat perbaikan dalam progres- 9. Pisters PWT, OSullivan B dan Demetri GD.
sion free survival.19 Sarcomas of nonosseous tissues. 2000. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.
Prognosis pasien dengan fibrosarkoma ovarium sangat fcgi? book=cmed&part=A32374.
buruk. Belum dapat dijelaskan faktor-faktor yang 10. Berek JS. Hacker NF. Nonepithelial Ovarian and
menentukan prognosis bagi pasien dengan sarkoma Fallopian Tube Cancers, dalam Practical
ovarium. Dari tulisan yang telah disebutkan di atas, Gynecologic Oncology, edisi ke-4. 2005; h: 511-
survival pasien berkisar 2 tahun sejak diagnosis 542, Lippincott Williams & Wilkins, USA.
ditegakkan. Jarangnya kasus sarkoma ovarium ini me- 11. Le T, Krepart G V, Lotocki RJ dan Heywood MS.
nyebabkan sulitnya ditemukan pengobatan yang tepat Malignant mixed mesodermal ovarian tumor
bagi pasien. Oleh karena kemoterapi adjuvant gagal, treatment and prognosis: a 20-year experience.
maka saat ini pasien menjalani terapi radiasi di bagian Gynecol. Oncol. 1997; 65, 237-240.
Radiologi RS Dr. Soetomo. Hingga saat ini pasien 12. Anderson B, Turner DA dan Benda. Ovarian
dalam keadaan masih hidup (tiga tahun sejak diagnosis sarcoma. Gynecol. Oncol. 1987; 26, hal. 183-192.
ditegakkan). 13. Weiss SW dan Goldblum JR. Fibrosarcoma, dalam
Soft Tissue Tumors, edisi ke-5. 2008a; h: 303-328,
Elsevier, USA.
DAFTAR PUSTAKA 14. Choi W, Ha M, Shin J dan Lee J. Primary ovarian
fibrosarcoma with long-term survival: a report of
1. Gari A, Souhami L, Arseneau J dan Stanimir G. two cases. J. Obstet. Gynaecol. 2006; Res. 32(5),
Primary malignant mesodermal ovarian sarcomas. 524-528.
Int. J. Gynecol. Cancer 16. 2006; 106-109. 15. Kunisada T, Ngan SY, Powel G dan Choong PFM.
2. Larma J dan Gardner GJ. Ovarian cancer, dalam The Wound complications following pre-operative
John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics radiotherapy for soft tissue sarcoma. 2002; EJSO
(editor Fortner KB, Szymanski LM dan Fox HE) 28, h: 75-79.
edisi ke-3. 2007; h: 508-525, Lippincott Williams & 16. Crotzer DR, Wolf JK, Gano JB, Gershenson DM
Wilkins, USA. dan Levenback C. A pilot study of cisplatin,

109
Santoso et al.: Kasus Sarkoma Ovarium Residif di Ruang Kandungan Divisi Onkologi Ginekologi

ifosfamide and mesna in the treatment of malignant 18. Rasjidi I. Regimen kemoterapi yang umum
mixed mesodermal tumors of the ovary. Gynecol digunakan pada tumor ginekologi, dalam
Oncol. 2007; 105, 399-403. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik
17. Leyvraz S, Zweifel M, Jundt G, Lissoni A, Cerny T. Sehari-hari, Edisi ke-1 hal. 2007; 15-54, Sagung
Sessa C, Fey M, Dietrich D dan Honegger HP. Seto, Jakarta.
Long-term results of a multicenter SAKK trial on 19. Judson I. Systemic therapy of soft tissue sarcoma: an
high-dose ifosfamide and doxorubicin in advanced improvement in outcome. Ann. Oncol. 2004; 15,
or metastatic gynecologic sarcomas. Ann. Oncol. 193-196.
2006; 17, 646-651.

110

Anda mungkin juga menyukai