Anda di halaman 1dari 14

SEKILAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

A. Gambaran Umum
CUSTOMS (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini adalah suatu organisasi yang
keberadaannya amat essensial bagi suatu negara, demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia) adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting
dari negara dalam melakukan tugas dan fungsinya untuk :

melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya;


melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak sehat
dengan industri sejenis dari luar negeri;
memberantas penyelundupan;
melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang berkepentingan dengan
lalu lintas barang yang melampaui batas-batas negara;
memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara maksimal untuk
kepentingan penerimaan keuangan negara;

B. Peran Kebijaksanaan Fiskal di bidang Kepabeanan


Seperti diketahui bahwa perkembangan perdagangan internasional, baik yang menyangkut kegiatan di
bidang impor maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Pesatnya kemajuan di bidang tersebut ternyata menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur
kepabeanan yang lebih efektif dan efisien serta mampu meningkatkan kelancaran arus barang dan
dokumen.
Dengan kata lain, masalah birokrasi di bidang kepabeanan yang berbelit-belit merupakan
permasalahan yang nantinya akan semakin tidak populer.
Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya pemerintah untuk terus melakukan
berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan pertumbuhan
perekonomian nasional.
Apalagi dengan adanya berbagai prakarsa bilateral, regional, dan multilateral di bidang perdagangan
yang semakin diwarnai oleh arus liberalisasi dan globalisasi perdagangan dan investasi, sudah barang
tentu permasalahan yang timbul di bidang perdagangan akan semakin kompleks pula.
Perubahan-perubahan pada pola perdagangan internasional yang menggejala dewasa ini pada
akhirnya akan memberikan peluang yang lebih besar bagi negara maju untuk memenangkan
persaingan pasar.
Disamping itu, pola perdagangan juga akan berubah pada konteks Borderless World, atau paling tidak
pada nuansa liberalisasi perdagangan dan investasi dimana barriers atas perdagangan menjadi
semakin tabu.

Untuk itu, kebijaksanaan Pemerintah dengan disahkannya UU No.10/1995 tentang Kepabeanan yang
telah berlaku secara efektif tanggal 1 April 1997, jelas merupakan langkah antisipatif yang menyentuh
dimensi strategis, substantif, dan essensial di bidang perdangangan, serta diharapkan mampu
menghadapi tantangan-tantangan di era perdagangan bebas yang sudah diambang pintu.

Pemberlakuan UU No.10/1995 tentang Kepabeanan juga telah memberikan konsekuensi logis bagi
DJBC berupa kewenangan yang semakin besar sebagai institusi Pemerintah untuk dapat memainkan
perannya sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi yang diemban, dimana kewenangan yang semakin
besar ini pada dasarnya adalah keinginan dari para pengguna jasa internasional ( termasuk dengan
tidak diberlakukannya lagi pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment inspection oleh PT.
Surveyor Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada DJBC), yang nota bene bahwa
kewenangan tersebut adalah kewenangan Customs yang universal, serta merupakan konsekuensi
logis atas keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi GATT Agreement maupun AFTA, APEC, dan lain-
lain.

Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kerangka
acuan yang diinginkan oleh ICC yang pada dasarnya mengajukan kriteria-kriteria yang sebaiknya
dimiliki oleh Customs yang sifatnya modern.

Dengan beralihnya fungsi dan misi dari Tax Collector menjadi Trade Facilitator , maka sebagai institusi
global, DJBC masa kini dan masa depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
umum yang bercirikan save time, save cost, sefety, dan simple.
Semua ciri tersebut harus menjadi bagian yang integral dari sistem dan prosedur kepabeanan, jika
DJBC ingin berperan dalam upaya pembangunan ekonomi secara umum dalam era persaingan yang
semakin tajam, era liberalisasi perdagangan dan investasi serta globalisasi dalam arti seluas-luasnya.

Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi perlindungan
terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self Assessment, maka secara
ringkas DJBC diharapkan dapat do more with less ( berbuat lebih banyak dengan biaya lebih rendah ).

DJBC juga dituntut untuk melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available ( saat
dibutuhkan ) dan adjustable.

Totalitas pelayanan ini kerangka dasarnya bersumber pada fenomena speed dan flexibility sebagai
formula penting.
Hal yang terpenting adalah bagaimana mengubah visi masa lalu yang amat dominan bahwa revenue
collection dan law enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus barang sehingga akan
menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi selanjutnya mengakibatkan produk-produk
dalam negeri tidak mampu bersaing di area perdagangan internasional. Selain itu, perlu juga
diketahui bahwa bussiness operation akan semakin tergantung pada performance Customs
dimanapun. Effisiensi usaha mereka juga tergantung pada mutu dan kecepatan pelayanan Customs.

Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja akan mengakibatkan
kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat oppotunity, mengubah keuntungan komparatif menjadi
keuntungan kompetitif, tetapi juga secara substansial dapat mengakibatkan larinya para investor yang
semula akan melakukan investasinya di Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya.

Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional tersebut adalah syarat mutlak yang
harus dipenuhi, dan sudah menjadi kewajiban moral bagi DJBC untuk melakukan berbagai perubahan
yang cukup mendasar, baik dari segi penyempurnaan organisasi dan tatalaksana DJBC, simplifikasi
dan sekaligus transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan, serta pengembangan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa dan
kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri.

Sebagai produk hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka bentuk UU
Kepabeanan yang bersifat proaktif dan antisipatif ini sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan
yang lebih luas dalam mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan internasional.

Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur, seperti penerapan sistem self
Assessment, dan Post entry Audit yang merupakan back-up sistem atas sistem self Assessment.
Post audit yang tidak lain bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dari para pengguna jasa,
ternyata juga mampu berperan ganda yaitu mengoptimalkan penerimaan negara dan meningkatkan
kelancaran arus barang.

Disamping itu, untuk memberikan alternatif kepada para pengguna jasa dalam penyerahan
pemberitahuan pabean, diterapkan pula EDI-system atau yang lebih dikenal dengan Electronic Data
Interchange.

Adanya kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga telah menunjukkan kesungguhan DJBC
untuk benar-benar serius dalam melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan
kualitas kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan.

Struktur Organisasi
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan


administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi :

1. koordinasi kegiatan Direktorat Jenderal;


2. penyelenggaraan pengelolaan urusan organisasi dan ketatalaksanaan,
kepegawaian, dan keuangan, serta pembinaan jabatan fungsional pada
Direktorat Jenderal;
3. koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan
akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal;
4. koordinasi dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat;
5. pelaksanaan tata usaha, dan dokumentasi Direktorat Jenderal;
6. pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan Direktorat Jenderal.

DIREKTORAT TEKNIS KEPABEANAN

Direktorat Teknis Kepabeanan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan


standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang impor dan
ekspor, identifikasi dan klasifikasi barang, tarif bea masuk dan nilai pabean.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pabean menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang impor dan ekspor;
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang identifikasi dan klasifikasi barang
dan tarif bea masuk;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang nilai pabean, profil komoditi dan
data harga;
4. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN

Direktorat Fasilitas Kepabeanan mempunyai tugas menyiapkan perumusan


kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang
keringanan pembebasan dan pengembalian bea masuk, kemudahan tata niaga impor,
serta tempat penimbunan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Fasilitas Kepabeanan
menyelenggarakan fungsi,

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pembebasan relatif dalam rangka
pembangunan dan pengembangan industri serta pencegahan pencemaran
lingkungan, dan keringanan pembebasan bea masuk serta kemudahan tata
niaga atas impor dalam rangka proyek pemerintah;
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pertambangan;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang penimbunan, pembebasan dan
pengembalian bea masuk serta kemudahan tata niaga atas impor barang dan
atau bahan baku dalam rangka pengembangan ekspor;
4. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT CUKAI

Direktorat Cukai mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi


dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang cukai, serta pelaksanaan
pemberian perizinan dan fasilitas dibidang cukai, dan urusan pita cukai, .
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Cukai menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang cukai hasil tembakau,
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang cukai etil alkohol, minuman
mengandung etil alkohol dan barang kena cukai lainnya;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan pengkajian tarif cuka, harga dasar, produksi,
ekspor, impor, perkembangan harga pasar, dalam rangka intensifikasi cukai,
penambahan dan pengurangan jenis Barang Kena Cukai;
4. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pita cukai
5. pelaksanaan pemberian perizinan dan fasilitas dibidang cukai;
6. pelaksanaan urusan penyediaan, penyimpanan, pendistribusian, penukaran
dan perusakan pita cukai;
7. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT PENINDAKAN DAN PENYIDIKAN

Direktorat Penindakan dan Penyidikan mempunyai tugas menyiapkan perumusan


kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang
intelijen, penindakan peraturan perundang-undangan dan penyidikan tindak pidana
kepabeanan dan cukai, serta pelaksanaan intelijen dalam rangka pencegahan
pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Penindakan dan Penyidikan
Penyelundupan menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis dan evaluasi pelaksanaan intelijen dalam rangka pencegahan
pelanggaran peraturan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan
cukai;
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang patroli dan opersi dalam rangka
pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan
kepabeanan dan cukai;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang penyidikan tindak pidana
kepabeanan dan cukai;
4. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan penyediaan dan pemeliharaan sarana
operasi;
5. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT AUDIT

Direktorat Audit mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan standardisasi


dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan dibidang audit kepabeanan dan
cukai.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Audit menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang perencanaan audit kepabeanan dan
cukai
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pelaksanaan audit kepabeanan dan
cukai;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis dan evaluasi hasil pelaksanaan audit kepabeanan dan cukai;
4. pelaksanaan registrasi kepabeanan;
5. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT KEPABEANAN INTERNASIONAL

Direktorat Kepabeanan Internasional mempunyai tugas menyiapkan perumusan


kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan kerjasama
internasional dibidang kepabeanan
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kepabeanan Internasional
menyelenggarakan fungsi :
1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan kerjasama internasional dibidang
kepabeanan yang berhubungan dengan World Customs organization (WCO)
dan World Trade Organization (WTO);
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan kerjasama internasional dibidang
kepabeanan yang berhubungan dengan lembaga bilateral;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan kerjasama internasional dibidang
kepabeanan yang berhubungan dengan forum regional dan multilateral
lainnya;
4. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT PERENCANAAN DAN PERATURAN KEPABEANAN DAN CUKAI

Direktorat Perencanaan Penerimaan Bea dan Cukai mempunyai tugas menyiapkan


perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan
dibidang penerimaan, penelaahan dan publikasi peraturan perundang-undangan
kepabeanan dan cukai, bantuan hukum, keberatan dan banding, serta pelaksanaan
publikasi, bantuan hukum, penelitian atas keberatan terhadap penetapan dibidang
kepabeanan dan cukai, dan urusan banding.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perencanaan Penerimaan Bea dan
Cukai menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis dan evaluasi pelaksanaan dibidang pelaporan penerimaan, penagihan
serta pengembalian atas pungutan bea masuk, cukai dan pungutan negara
lainnya yang dipungut Direktorat Jenderal
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang penelaahan, evaluasi dan
rekomendasi penyempurnaan rancangan dan/atau pelaksanaan kebijakan dan
peraturan perundang-undangan dibidang kepabeanan dan cukai;
Direktorat Jenderal serta pengembalian bea masuk dan cukai;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang penyuluhan dan publikasi
peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai;
4. epenyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap
penetapan dibidang kepabeanan dan cukai, dan urusan banding;
5. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan pemberian bantuan hukum dibidang
kepabeanan dan cukai;
6. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

DIREKTORAT INFORMASI KEPABEANAN DAN CUKAI


Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai mempunyai tugas menyiapkan
perumusan kebijakan standardisasi dan bimbingan teknis, dan evaluasi pelaksanaan
dibidang manajemen resiko, pengembangan teknologi informasi, otomasi sistem
dan prosedur, pengolahan data serta pelaporan kepabeanan dan cukai

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Pirektorat Informasi Kepabeanan dan Cukai


menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan


teknis evaluasi dan pelaksanaan dibidang manajemen resiko kepabeanan
dan cukai;
2. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan pengembangan teknologi informasi dalam
rangka otomasi sistem dan prosedur kepabeanan, cukai, dan administrasi
lainnya;
3. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan perencanaan, penyediaan, pemeliharaan,
pengendalian dan pengoperasian sarana otomasi Direktorat Jenderal;
4. penyiapan penyusunan rumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan
teknis evaluasi dan pelaksanaan pengolahan data kepabeanan dan cukai
dalam rangka pelayanan informasi dan pelaporan kepabeanan dan cukai;
5. pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

LOGO DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DASAR HUKUM : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI


No : 52/KMK.05/1996 TANGGAL 29 JANUARI 1996

LUKISAN

Segi lima dengan gambar laut, gunung, dan angkasa di dalamnya;


Tongkat dengan ulir berjumlah 8 di bagian bawahnya;

Sayap yang terdiri dari 30 sayap kecil dan 10 sayap besar;

Malai padi berjumlah 24 membentuk lingkaran

MAKNA

Segi lima melambangkan negara R.I. yang berdasarkan Pancasila;


Laut, gunung dan angkasa melambangkan Daerah Pabean Indonesia, yang merupakan
wilayah berlakunya Undang-undang Kepabeanan dan Undang-undang Cukai.

Tongkat melambangkan hubungan perdagangan internasional R.I. dengan mancanegara


dari/ke 8 penjuru angin

Sayap melambangkan Hari Keuangan R.I. 30 Oktober dan melambangkan Bea dan Cukai
sebagai unsur pelaksana tugas pokok Departemen Keuangan di bidang Kepabeanan dan
Cukai.

Lingkaran Malai Padi melambangkan tujuan pelaksanaan tugas Bea dan Cukai adalah
kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
WARNA
Disesuaikan dengan warna dasar dan penggunaanya.
VISI, MISI, STRATEGI, DAN LIMA KOMITMEN HARIAN
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Visi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sejajar dengan institusi kepabeanan dan cukai
dunia dibidang kinerja dan citra

Misi
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada industri, perdagangan, dan masyarakat

Strategi
Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam organisasi dan pelayanan

Lima Komitmen Harian


1. Tingkatkan Pelayanan
2. Tingkatkan transparansi keadilan dan konsistensi
3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan
4. Hentikan perdagangan ilegal
5. Tingkatkan Integritas

TUGAS POKOK DAN FUNGSI


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
TUGAS POKOK
Melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan
cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan mengamankan
kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar
Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

FUNGSI
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
mempunyai fungsi :
1. perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku ;
2. perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis
operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu
lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3. perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis
operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya
yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ;
4. perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan,
kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai dan penindakan di


bidang kepabeanan dan cukai serta penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

KODE ETIK DAN PERILAKU PEGAWAI


DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
I. Prinsip Dasar

Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

II. Tanggung Jawab Pribadi

Semua pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukal (DJBC), yang selanjutnya disebut pegawai,
wajib :

a. mengangkat dan mentaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan sumpah/ janji jabatan
berdasarkan peraturan perundang-undengan yang berlaku;
b. saling menghormati antara sesama warga negara yang berbeda agama / kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

c. melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian,


kesadaran dan tanggung jawab;

d. menghindari diri untuk melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau
martabat negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil;

e. menghindari penyalahgunaan wewenangnya;

f. bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara;
g. menqhindari memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau
martabat pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;

h. menghindari diri untuk menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

i. mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;

j. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya;

k. mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya;

l. menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya;

m. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kariernya;

n. memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima


mengenai pelanggaran disiplin;

o. menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat;

p. menjalankan pola hidup sederhana di dalam kehidupan bermasyarakat;

q. selalu berusaha meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan profesionalisme dalam


melaksanakan tugas;

r. mentaati ketentuan jam kerja;

s. berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
sesama pegawai negeri sipil dan atasan;

t. memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan korps


pegawai negeri sipil.

III. Ketaatan Pada Undang-Undang

Semua pegawai harus tunduk dan patuh pada undang-undang dan ketentuan formal yang berlaku.
Hal ini berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, yang berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang ditegakan oleh Bea dan Cukai, atau peraturan perundang-undangan
dimana Bea dan Cukai mempunyal kepentingan di dalamnya dapat dianggap sebagai pelanggaran
yang serius / parah yang dapat mencemarkan nama baik institusi DJBC. Oleh sebab itu pegawai
wajib :

a. mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;


b. memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung
menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum;

c. mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan.

IV. Hubungan Dengan Masyarakat


4.1. Tanggung Jawab Pada Masyarakat

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pegawai wajib memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat sebagai wujud kesadaran akan kedudukannya sebagai pelayan masyarakat, oleh
sebab itu setiap pegawai wajib :

a. memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang


tugasnya masing-masing;
b. menghindari untuk melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau
mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi
pihak yang dilayani dan / atau pihak lainnya;

c. berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
masyarakat namun tegas, responsif, transparan dan profesional sesuai ketentuan yang
berlaku.

4.2. Keberatan Dan Kritik Masyarakat

Setiap pegawai harus sadar sepenuhnya tentang perlunya membangun citra yang positif tentang
kinerja, perilaku dan integritas pegawai. Dalam melayani masyarakat seringkali tidak terhindarkan
adanya masukan dalam bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan yang berasal dari masyarakat,
rekan sekerja maupun pihak terkait lainnya terhadap kinerja dan perilaku pegawai. Menghadapi hal
demikian, pegawal wajib untuk bersikap :

a. membuka diri, menunjukan sikap simpatik dan bersedia menampung berbagai bentuk kritik,
protes, keluhan dan keberatan tersebut;
b. menyelidiki duduk masalah dan kemudian menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tersebut;

c. menyelesaikan masalah secara cepat dan obyektif serta mengacu kepada ketentuan yang
berlaku;

d. menyelenggarakan upaya pencegahan agar masalah yang serupa tidak terulang


dikemudian hari.

4.3. Kegiatan Politik

Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan
tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana
tersebut di atas, maka pegawai wajib :

a. bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. menghindari diri menjadi anggota dan / atau pengurus partai politik.

4.4. Pemberian Berupa Hadiah Atau Imbalan Bagi Pegawai

Dalam melaksanakan tugasnya seringkali pegawai berhubungan dengan organisasi, pengguna jasa
atau anggota masyarakat yang mengharapkan adanya penyimpangan prosedur dari ketentuan
yang berlaku, dengan menjanjikan hadiah atau imbalan untuk pegawai tersebut.
Dalam hal ini pegawai wajib untuk:

a. menolak melakukan penyimpangan prosedur don menolak pemberian hadiah atau imbalan
dalam bentuk apapun dari pihak manapun yang diketahui atau patut diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan
pegawai negeri sipil yang bersangkutan;
b. menghindari untuk bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan
untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi pernerintah.

4.5. Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan dapat timbul dari pegawai yang berurusan dengan, atau dari pegawai yang
keputusannya dibuat untuk, orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Oleh sebab itu
pegawai wajib :

a. mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta
menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh
kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain,
b. menghindari melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara.

c. menghindari melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;

d. menghindari kepemilikan saham / modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya


berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;

e. menghindari kepemilikan saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa
sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung
menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;

f. menghindari melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat
Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.

V. Kerahasiaan Dan Penggunaan Informasi Resmi

Seringkali karena kedudukan dan / atau jabatannya scorang pagawai memperolah, mengolah dan
menyimpan informasi resmi negara yang sifatnya rahasia. Oleh sebab itu maka pegawai wajib:

a. menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya dan
menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan dan / atau
jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
b. menghindari diri menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa ijin pemerintah

c. segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui adanya tindakan permbocoran


rahasia dan informasi resmi yang dapat membahayakan atau merugikan negara /
pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil.
VI. Penggunaan Barang Dan Jasa Dinas

Barang dan jasa dinas adalah aset institusi untuk mendukung pelaksanaan tugas penegakan
hukum. Kecuali jika diberi wewenang secara khusus, penggunaan sumber daya atau jasa dinas
untuk kepentingan atau keuntungan pribadi sangat dilarang, Oleh sebab itu setiap pegawai wajib:

a. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;


b. menghindari penyalahgunaan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara,

c. menghindari untuk memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau


meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara
tidak sah.

VII. Lingkungan Kerja

Suasana tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi dan gangguan akan dapat
meningkatkan gairah bekerja sehingga tujuan individu dan organisasi akan lebih cepat tercapai.
Oleh sebab itu pegawai wajib :

a. menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;


b. bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya;

c. mengbindari diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya;

d. mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan tentang standar berpakaian


seragam dinas yang berlaku;

e. menghindari diri dari penyalahgunaan alkohol dan narkoba;

f. menghindari diri dari pernyalahgunaan senjata api dan barang-barang berbahaya lainnya.

VIII. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Setiap pegawai harus menyadari dan mentaati dengan sungquh-sunqguh mengenai semua
ketentuan mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Segala bentuk tindakan korupsi
sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut akan dikenakan sanksi pidana dengan
maksimal hukuman yang dapat berupa pidana mati.

Bagi pegawai yang menjadi penyelenggara negara yang meliputi jabatan-jabatan sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus menyadari dan mentaati dengan
sungguh-sungguh mengenai kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 undang-undang
tersebut, yaitu;

a. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku


jabatannya;
b. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat;
c. melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat;

d. tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme;

e. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan,

f. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan
tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok,
dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan
katentuan perundang-undangan yang berlaku; dan

g. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta dalam perkara
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang beriaku.

Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap ketentuan pasal tersebut diatas akan dikenakan
sanksi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20, 21 dan 22 Undang-undang Nomor 26 Tahun
1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Anda mungkin juga menyukai