A. Gambaran Umum
CUSTOMS (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini adalah suatu organisasi yang
keberadaannya amat essensial bagi suatu negara, demikian pula dengan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia) adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting
dari negara dalam melakukan tugas dan fungsinya untuk :
Untuk itu, kebijaksanaan Pemerintah dengan disahkannya UU No.10/1995 tentang Kepabeanan yang
telah berlaku secara efektif tanggal 1 April 1997, jelas merupakan langkah antisipatif yang menyentuh
dimensi strategis, substantif, dan essensial di bidang perdangangan, serta diharapkan mampu
menghadapi tantangan-tantangan di era perdagangan bebas yang sudah diambang pintu.
Pemberlakuan UU No.10/1995 tentang Kepabeanan juga telah memberikan konsekuensi logis bagi
DJBC berupa kewenangan yang semakin besar sebagai institusi Pemerintah untuk dapat memainkan
perannya sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi yang diemban, dimana kewenangan yang semakin
besar ini pada dasarnya adalah keinginan dari para pengguna jasa internasional ( termasuk dengan
tidak diberlakukannya lagi pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment inspection oleh PT.
Surveyor Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada DJBC), yang nota bene bahwa
kewenangan tersebut adalah kewenangan Customs yang universal, serta merupakan konsekuensi
logis atas keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi GATT Agreement maupun AFTA, APEC, dan lain-
lain.
Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kerangka
acuan yang diinginkan oleh ICC yang pada dasarnya mengajukan kriteria-kriteria yang sebaiknya
dimiliki oleh Customs yang sifatnya modern.
Dengan beralihnya fungsi dan misi dari Tax Collector menjadi Trade Facilitator , maka sebagai institusi
global, DJBC masa kini dan masa depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
umum yang bercirikan save time, save cost, sefety, dan simple.
Semua ciri tersebut harus menjadi bagian yang integral dari sistem dan prosedur kepabeanan, jika
DJBC ingin berperan dalam upaya pembangunan ekonomi secara umum dalam era persaingan yang
semakin tajam, era liberalisasi perdagangan dan investasi serta globalisasi dalam arti seluas-luasnya.
Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi perlindungan
terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self Assessment, maka secara
ringkas DJBC diharapkan dapat do more with less ( berbuat lebih banyak dengan biaya lebih rendah ).
DJBC juga dituntut untuk melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available ( saat
dibutuhkan ) dan adjustable.
Totalitas pelayanan ini kerangka dasarnya bersumber pada fenomena speed dan flexibility sebagai
formula penting.
Hal yang terpenting adalah bagaimana mengubah visi masa lalu yang amat dominan bahwa revenue
collection dan law enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus barang sehingga akan
menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi selanjutnya mengakibatkan produk-produk
dalam negeri tidak mampu bersaing di area perdagangan internasional. Selain itu, perlu juga
diketahui bahwa bussiness operation akan semakin tergantung pada performance Customs
dimanapun. Effisiensi usaha mereka juga tergantung pada mutu dan kecepatan pelayanan Customs.
Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja akan mengakibatkan
kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat oppotunity, mengubah keuntungan komparatif menjadi
keuntungan kompetitif, tetapi juga secara substansial dapat mengakibatkan larinya para investor yang
semula akan melakukan investasinya di Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya.
Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional tersebut adalah syarat mutlak yang
harus dipenuhi, dan sudah menjadi kewajiban moral bagi DJBC untuk melakukan berbagai perubahan
yang cukup mendasar, baik dari segi penyempurnaan organisasi dan tatalaksana DJBC, simplifikasi
dan sekaligus transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan, serta pengembangan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa dan
kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri.
Sebagai produk hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka bentuk UU
Kepabeanan yang bersifat proaktif dan antisipatif ini sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan
yang lebih luas dalam mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan internasional.
Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur, seperti penerapan sistem self
Assessment, dan Post entry Audit yang merupakan back-up sistem atas sistem self Assessment.
Post audit yang tidak lain bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dari para pengguna jasa,
ternyata juga mampu berperan ganda yaitu mengoptimalkan penerimaan negara dan meningkatkan
kelancaran arus barang.
Disamping itu, untuk memberikan alternatif kepada para pengguna jasa dalam penyerahan
pemberitahuan pabean, diterapkan pula EDI-system atau yang lebih dikenal dengan Electronic Data
Interchange.
Adanya kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga telah menunjukkan kesungguhan DJBC
untuk benar-benar serius dalam melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam meningkatkan
kualitas kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa kepabeanan.
Struktur Organisasi
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT CUKAI
DIREKTORAT AUDIT
LUKISAN
MAKNA
Sayap melambangkan Hari Keuangan R.I. 30 Oktober dan melambangkan Bea dan Cukai
sebagai unsur pelaksana tugas pokok Departemen Keuangan di bidang Kepabeanan dan
Cukai.
Lingkaran Malai Padi melambangkan tujuan pelaksanaan tugas Bea dan Cukai adalah
kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
WARNA
Disesuaikan dengan warna dasar dan penggunaanya.
VISI, MISI, STRATEGI, DAN LIMA KOMITMEN HARIAN
DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
Visi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sejajar dengan institusi kepabeanan dan cukai
dunia dibidang kinerja dan citra
Misi
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada industri, perdagangan, dan masyarakat
Strategi
Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam organisasi dan pelayanan
FUNGSI
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
mempunyai fungsi :
1. perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku ;
2. perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis
operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu
lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai dengan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3. perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis
operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya
yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ;
4. perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan,
kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Semua pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukal (DJBC), yang selanjutnya disebut pegawai,
wajib :
a. mengangkat dan mentaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan sumpah/ janji jabatan
berdasarkan peraturan perundang-undengan yang berlaku;
b. saling menghormati antara sesama warga negara yang berbeda agama / kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
d. menghindari diri untuk melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau
martabat negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil;
f. bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara;
g. menqhindari memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau
martabat pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan;
l. menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya;
s. berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
sesama pegawai negeri sipil dan atasan;
Semua pegawai harus tunduk dan patuh pada undang-undang dan ketentuan formal yang berlaku.
Hal ini berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, yang berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang ditegakan oleh Bea dan Cukai, atau peraturan perundang-undangan
dimana Bea dan Cukai mempunyal kepentingan di dalamnya dapat dianggap sebagai pelanggaran
yang serius / parah yang dapat mencemarkan nama baik institusi DJBC. Oleh sebab itu pegawai
wajib :
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pegawai wajib memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat sebagai wujud kesadaran akan kedudukannya sebagai pelayan masyarakat, oleh
sebab itu setiap pegawai wajib :
c. berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap
masyarakat namun tegas, responsif, transparan dan profesional sesuai ketentuan yang
berlaku.
Setiap pegawai harus sadar sepenuhnya tentang perlunya membangun citra yang positif tentang
kinerja, perilaku dan integritas pegawai. Dalam melayani masyarakat seringkali tidak terhindarkan
adanya masukan dalam bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan yang berasal dari masyarakat,
rekan sekerja maupun pihak terkait lainnya terhadap kinerja dan perilaku pegawai. Menghadapi hal
demikian, pegawal wajib untuk bersikap :
a. membuka diri, menunjukan sikap simpatik dan bersedia menampung berbagai bentuk kritik,
protes, keluhan dan keberatan tersebut;
b. menyelidiki duduk masalah dan kemudian menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
masalah tersebut;
c. menyelesaikan masalah secara cepat dan obyektif serta mengacu kepada ketentuan yang
berlaku;
Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan
tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana
tersebut di atas, maka pegawai wajib :
a. bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;
b. menghindari diri menjadi anggota dan / atau pengurus partai politik.
Dalam melaksanakan tugasnya seringkali pegawai berhubungan dengan organisasi, pengguna jasa
atau anggota masyarakat yang mengharapkan adanya penyimpangan prosedur dari ketentuan
yang berlaku, dengan menjanjikan hadiah atau imbalan untuk pegawai tersebut.
Dalam hal ini pegawai wajib untuk:
a. menolak melakukan penyimpangan prosedur don menolak pemberian hadiah atau imbalan
dalam bentuk apapun dari pihak manapun yang diketahui atau patut diduga bahwa
pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan
pegawai negeri sipil yang bersangkutan;
b. menghindari untuk bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan
untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi pernerintah.
Konflik kepentingan dapat timbul dari pegawai yang berurusan dengan, atau dari pegawai yang
keputusannya dibuat untuk, orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Oleh sebab itu
pegawai wajib :
a. mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri, serta
menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh
kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain,
b. menghindari melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara.
c. menghindari melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam
melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
e. menghindari kepemilikan saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada
dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa
sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung
menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;
f. menghindari melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan
menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat
Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.
Seringkali karena kedudukan dan / atau jabatannya scorang pagawai memperolah, mengolah dan
menyimpan informasi resmi negara yang sifatnya rahasia. Oleh sebab itu maka pegawai wajib:
a. menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya dan
menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan dan / atau
jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;
b. menghindari diri menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa ijin pemerintah
Barang dan jasa dinas adalah aset institusi untuk mendukung pelaksanaan tugas penegakan
hukum. Kecuali jika diberi wewenang secara khusus, penggunaan sumber daya atau jasa dinas
untuk kepentingan atau keuntungan pribadi sangat dilarang, Oleh sebab itu setiap pegawai wajib:
Suasana tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi dan gangguan akan dapat
meningkatkan gairah bekerja sehingga tujuan individu dan organisasi akan lebih cepat tercapai.
Oleh sebab itu pegawai wajib :
c. mengbindari diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud
membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar
lingkungan kerjanya;
f. menghindari diri dari pernyalahgunaan senjata api dan barang-barang berbahaya lainnya.
Setiap pegawai harus menyadari dan mentaati dengan sungquh-sunqguh mengenai semua
ketentuan mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Segala bentuk tindakan korupsi
sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut akan dikenakan sanksi pidana dengan
maksimal hukuman yang dapat berupa pidana mati.
Bagi pegawai yang menjadi penyelenggara negara yang meliputi jabatan-jabatan sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus menyadari dan mentaati dengan
sungguh-sungguh mengenai kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 undang-undang
tersebut, yaitu;
f. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan
tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok,
dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan
katentuan perundang-undangan yang berlaku; dan
g. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta dalam perkara
lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang beriaku.
Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap ketentuan pasal tersebut diatas akan dikenakan
sanksi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20, 21 dan 22 Undang-undang Nomor 26 Tahun
1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.