Anda di halaman 1dari 15

Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi.

Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada
perkembangannya, tahun 1912, kelinci diklasifikasikan dalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan
menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk di
dalamnya jenis kelinci dan terwelu). Asal kata kelinci berasal dari bahasa Belanda, yaitu konijntje yang
berarti "anak kelinci". Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara mula mengenali kelinci saat
masa kolonial, padahal di Pulau Sumatera ada satu spesies asli kelinci sumatera (Nesolagus netscheri)
yang baru ditemukan pada tahun 1972.

Jenis
Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci
peliharaan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan
kelinci liar (Oryctolagus cuniculus).

Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna
yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu.

Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American
Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan, dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil
dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya. Namun di kalangan peternak kelinci
hias, hasil persilangan itu disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian.

Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni jenis kelinci jawa (Lepus negricollis) dan
kelinci Sumatera (Nesolagus netseherischlgel). Kelinci jawa diperkirakan masih ada di hutan-
hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya cokelat perunggu kehitaman. Ekornya
berwarna jingga dengan ujungnya yang hitam. Berat Kelinci jawa dewasa bisa mencapai 4 kg.
Sedangkan Kelinci sumatera, merupakan satu-satunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya
adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera. Panjang badannya mencapai 40 cm. Warna
bulunya kelabu cokelat kekuningan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu
(Lepus curpaeums) dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus).

Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna
yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu.

Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American
Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan, dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil
dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya. Namun di kalangan peternak kelinci
hias, hasil persilangan itu disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian.

Data biologis
Bayi kelinci di dalam kandang.

Masa hidup: 5 - 10 tahun


Masa produksi: 1 - 3 tahun
Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
Masa penyapihan : 6-8 minggu
Umur dewasa: 4-10 bulan
Umur dikawinkan: 6-12 bulan
Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak
disapih.[rujukan?]
Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun bisa 5 kali bunting
Siklus berahi: Sekitar 2 minggu
Periode estrus : 11 - 15 hari
Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian)
Fertilitas: 1 - 2 jam sesudah kawin
Jumlah kelahiran: 4- 10 ekor (rata-rata 6 - 8)
Volume darah: 40 ml/kg berat badan
Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor
pemeliharaan.[rujukan?]

Kelinci di Indonesia
Dari catatan sejarah, kelinci pertama kali dibawa ke tanah Jawa oleh orang-orang dari Belanda
pada tahun 1835. Waktu itu, kelinci sudah jadi ternak hias. Di Indonesia, peternakan kelinci
dibagi dua yaitu peternakan daging dan hias.

1. Masa hidup: 5 - 10 tahun


2. Masa produksi: 1 - 3 tahun
3. Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
4. Masa penyapihan : 6-8 minggu
5. Umur dewasa: 4-10 bulan
6. Umur dikawinkan: 6-12 bulan
7. Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah Anak
disapih.[rujukan?]
8. Siklus kelamin : Poliestrus dalam setahun bisa 5 kali bunting
9. Siklus berahi: Sekitar 2 minggu
10. Periode estrus : 11 - 15 hari
11. Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian)
12. Fertilitas: 1 - 2 jam sesudah kawin
13. Jumlah kelahiran: 4- 10 ekor (rata-rata 6 - 8)
14. Volume darah: 40 ml/kg berat badan
15. Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor
pemeliharaan.

Kelinci di Indonesia, khususnya pulau Jawa,banyak diternakkan secara komersial oleh para
peternak kelinci di Lembang, dimana kelinci hias menjadi primadona para peternak. Sisa kelinci
yang tidak termasuk kategori hias, akan mereka jual sebagai kelinci pedaging, dimana Lembang
juga merupakan konsumen daging kelinci yang cukup besar dengan mengedepankan sate kelinci
sebagai komoditas utama. Selain di Lembang, sate kelinci dapat pula dijumpai di daerah
Sumedang.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelinci

Di tahun 1859, Thomas Austin seorang penduduk Australia, secara sengaja melepas 24 ekor
kelinci ke alam bebas Australia. Tanpa disadarinya, ia telah menciptakan sebuah bencana
ekologi.Hanya dalam waktu enam tahun, ke 24 kelinci tadi telah berkembang biak menjadi 2 juta
ekor lebih. Saat ini, kelinci liar Australia telah menjadi hama yang sangat sulit diberantas.Hewan
ini menjadi ancaman karena populasi yang berukuran raksasa kerap mengkonsumsi rumput
dalam jumlah berlebihan sehingga mempercepat proses desertifikasi, atau perubahanekologi dari
padang rumput menuju gurun pasir.

http://motivationplannet.wordpress.com/2009/06/05/kelinci-australia/

Angora ( Angora Inggris, Angora Prancis )

* Lyon
Fuzzy Lop ( American FZ, Inggris FZ )

Flemish Giant ( Pedaging )

Himalayan

Hotot

Dutch

Nederland Dwarf ( ND )
Rex ( Bulu Karpet )

Australia ( Pedaging ).

Sumber : Literatur dan Foto di Internet

http://artikelkelinci.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-kelinci.html

kelinci adalah hewan ternak alternative pangan di Indonesia mengingat daging ayam, sapi, kambing
harganya semakin melambung .

POPULASI KELINCI MULAI BERKURANG DAN


PROGRAM BANTUAN
.

Ditahun 2012, pemerintah atau pemodal menggelontorkan bantuan kelinci untuk para kelompok
ternak atau para petani, dengan tujuan untuk memperbesar populasi kelici di Indonesia. untuk
mendukung program pemerintah tersebut, impor pun dilakukan .

Tetapi kenyataan di lapangan, kebanyakan para peternak kesulitan untuk pengadaan kelinci ,
masyarakat banyak yang mengatakan kalau sulit mencari kelinci , yang memelihara sedikit
dan kelinci tidak bekembang, . Bahkan kerena di masyarakat kekurangan kelinci (karena
banyak dibeli pemerintah untuk proyek), maka kecenderungan harga kelinci pedaging naik
tajam.

Disatu sisi, pemerintah/pemodal memberikan bantuan kepada petani untuk memelihara kelinci
dengan program yang baik, tetapi di lapangan banyak kendala yang ditemukan yang akhirnya
kelinci bantuan pemerintah banyak gagalnya alias kelincinya banyak yang mati (padahal
pengadaan kelincinya berasal dari para peternak)

Kasus ini justru menjadi dilema di masyarakat perkelincian, karena sebenarnya para petani
merasa diuntungkan karena harga kelinci yang dibeli pemerintah lebih tinggi dari harga biasanya
, sampai sampai petani mengeluarkan kelinci yang berkualitas terutama calon indukan untuk
dijual dalam rangka proyek pengadaan kelinci tersebut. Sementara di tempat yang baru (para
penerima bantuan) banyak kendala yang dihadapi yaitu kematian kelinci semakin tinggi krn
petani penerima belum siap untuk melakukan usaha kelinci sesuai dengan harapan , yang
akhirnya populasi kelinci semakin kecil. tentunya akan menyebabkan harga kelinci semakin
mahal terutama kelinci pedaging

Akan ironis lagi bila petenak sudah mengurangi calon indukan yang berkualitas untuk proyek
bantuan tersebut, sementara yang penerima bantuan kelinci mengalami kegagalan beternak,
coba.. seandainya kelinci tdk dijual untuk pengadaan proyek dan masih dipelihara peternak
lama, pasti populasi kelinci akan bertambah dan berkembang terus

Bagaimana agar kelinci bantuan dari pemerintah/pemodal bisa berhasil sukses ??

Kita sepakat bahwa tujuan program pemerintah/pemodal untuk membudidayakan ternak kelinci
agar menjadi populasi kelinci menjadi banyak dan menjadikan kelinci sbg usaha peternakan
tentunya bisa meningkatan taraf hidup yang lebih tinggi,

Langkah apa agar program kelinci bisa berhasil ? ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.\ :

Sebelum calon peternak diberikan bantuan kelinci,

1. perlu adanya langkah langkah :

o Adanya seleksi tentang siapa yang akan menerima bantuan, jangan sampai
belum punya pengalaman ngarit (merumput), belum mengenal peternakan
kelinci atau belum pernah melihat kelinci , tetapi bisa menerima bantuan kelinci
o Jangan sampai hanya karena aturannya menerima bantuan kelinci harus
berkelompok dan ada nama kelompok, maka dibentuk kelompok dadakan
(karbitan) , ini yang sangat ironis
o Diberikan pengertian masalah pengetahuan kelinci dan ilmu kelinci

2. Perlu adanya studi Banding pada peternak yang telah berhasil.

o Calon peternak dimengertikan cara membuat kandang di peternak yang sudah


berhasil.
o Peternak yang masih baru (dibawah satu tahun), mestinya jangan dijadikan
rerferensi atau kunjungan, memang pada peternak awal(pemula) ini kandang dan
lokasi akan bagus dan terawat, tapi belum teruji tingkat keberhasilannya.
o Pelajari sikap dan perilaku peternak yang sudah berhasil, karena ini yang sangat
besar pengaruhnya pada kelinci, misalnya sifat sayang , sifat sabar dan sifat tekun
ini yang mendukung keberhasilan beternak kelinci.

3. Perlu adanya magang pada peternak yang sudah berhasil

o calon penerima bantuan disarankan untuk magang pada peternak yang sudah
berhasil, walau hanya satu hari saja, terutama dimalam hari dan pagi hari (ingat
kelinci adalah termasuk binatang malam)
o Dengan magang, peternak bisa melihat langsung cara beternak kelinci yang
sukses.
o Magang ini juga berguna dalam penanganan penyakit yang sering terjadi di
kelinci.

4. Perlu pendampingan yang serius

o Fungsi pendampingan adalah untuk mendampingi dilapangan dalam mengawal


keberhasilan beternak kelinci.
o Sehingga diperlukan seorang peternak yang sudah berpengalaman masalah
peternakan kelinci,
o Jangan dijadikan pendamping apabila beliau belum punya pengalaman tentang
kelinci atau tidak punya ternak kelinci, sehingga hanya bisa secara teoritik yang
diberikan. dan ini sangat jauh dari harapan pendampingan.
o Perlu adanya pendampingan serius dalam penanganan kelinci bermasalah
(misalnya anakan kembung, scabies/gudigan, anakan mati, tidak mau makan dan
lainya)

5. Perlu adanya pertemuan rutin

o Ini diperlukan untuk diskusi masalah pengalaman yang dialami oleh peternak
yang menerima bantuan.
o Setiap pertemuan, harus dihadiri pendamping, dinas peternakan dan semua
peternak yang menerima bantuan ternak kelinci.
o Pertemuan paling lama sebulan sekali, usahakan setiap minggu ada pertemuan
untuk mengetahui perkembangan kelincinya.

6. Perlu pemahaman tentang Pengelolan Limbah / kotoran/urine kelinci

o Untuk memanfaatkan limbah dari kelinci, petenak perlu diberi pengetahuan


tentang kandungan plus pada kotoran
o Pengertian cara memproses kotoran kelinci menjadi pupuk yang bermutu
dibanding kotoran ternak lain.
o Mempaktekkan hasil pupuk untuk para peternak sendiri (misal untuk tanaman di
lingkungan sekitar rumah peternak).

7. Perlu adanya pemahaman hubungan emosional peternak dengan ternaknya.


o Pengertian pentingnya psikologi ternak
o Pengertian atau pemahaman ciri ciri ternak akan sakit
o Pengetahuan cara pengobatan ternak secara sederhana

Dengan adanya 7 jurus tersebut, diharapkan apa yang menjadi tujuan pemerntah atiau pemodal
untuk pengusaha ternak kelinci sebagai usaha menjadi kenyataan.

prestasikelinci.wordpress.com/2013/02/01/populasi-kelinci-mulai-berkurang-dan-program-bantuan/

Kelinci di Sana-Sini

Kelinci Eropa [Oryctolagus cuniculus] mulai menyerbu ujung tenggara Australia pada tahun
1859. Awalnya mereka diimpor sebagai hewan buruan bagi pemburu setempat. Tetapi, tak lama
kemudian, mereka diburu bukan untuk hobi, melainkan dalam upaya habis-habisan untuk
mengendalikan jumlahnya.

Meskipun kelinci Eropa ini membutuhkan waktu 900 tahun untuk menduduki Inggris, hanya
dalam kurun waktu 50 tahun mereka telah menaklukkan wilayah Australia seluas lebih dari
setengah ukuran Eropa. Dengan kemampuan betina dewasa untuk menghasilkan sampai 40 ekor
anak setahun, kelinci memajukan garis depan serangan ke seantero benua ini dengan kecepatan
sampai 100 kilometer per tahun. Sebuah laporan dari Biro Ilmu Pedesaan (Bureau of Rural
Sciences/BRS) menyatakan, Ini merupakan tingkat kecepatan tertinggi dari semua mamalia
yang berkoloni di dunia. Dampaknya sungguh menghancurkan.

Kelinci memakan habis makanan binatang asli dan merebut liang-liang mereka; kelinci juga
dituding sebagai biang keladi kepunahan setempat banyak spesies. Mereka bahkan dianggap
bertanggung jawab atas penggundulan hutan. Seperti dijelaskan oleh seorang peneliti, mereka
memakan bibit-bibit pohon sehingga sewaktu pohon-pohon dewasa mati, tidak ada pohon-pohon
muda yang menggantikannya. Sewaktu mereka menyerbu sebuah pulau kecil, akibatnya adalah
bencana. Kelinci yang dibawa pada tahun 1903 ke Pulau Laysan telah melenyapkan tiga spesies
burung asli dan 22 dari ke-26 spesies tanaman pada tahun 1936. . . . Pada tahun 1923, pulau itu
adalah gurun pasir yang ditumbuhi beberapa pohon yang terbantut, kata sebuah laporan BRS.

Mengerahkan Senjata Pemusnah Massal

Di Australia, kelinci ditembaki, diperangkap, dan diracuni. Pagar Antikelinci yang termasyhur
sepanjang 1.830 kilometer yang membelah negara bagian Australia Baratdibangun untuk
menghentikan gerak maju mereka.* Tetapi, tampaknya tidak ada sesuatu pun yang dapat
memblokade serbuan bala tentara itu.

Kemudian, pada tahun 1950, serangan balasan dimulai dengan menggunakan senjata biologi
virus miksomatosis. Virus ini secara drastis mengurangi populasi kelinci, yang pada waktu itu
diperkirakan mencapai jumlah yang menakutkan, yaitu 600 juta ekor. Miksomatosis yang hanya
berpengaruh pada kelinci ditularkan melalui nyamuk dan kutu, dan hanya dalam dua tahun virus
itu membunuh 500 juta penyerbu itu. Akan tetapi, kelinci dengan cepat mengembangkan
kekebalan terhadap penyakit itu, dan yang selamat berkembang biak dengan sangat pesat. Oleh
karena itu, pada tahun 1990-an, jumlah mereka telah membubung hingga kira-kira 300 juta ekor.
Senjata yang lain sangat dibutuhkan.

Kabar BurukKabar Baik

Pada tahun 1995, senjata biologi yang kedua, penyakit hemoragik kelinci (rabbit hemorrhagic
disease/RHD), diperkenalkan di Australia. RHD pertama kali muncul di Cina pada tahun 1984.
Pada tahun 1998, penyakit itu telah menyebar ke Eropa dan tidak lama kemudian membunuh
30 juta kelinci ternak di Italia. RHD adalah kabar buruk untuk industri kelinci di Eropa tetapi
kabar baik untuk petani Australia, karena sepuluh juta kelinci dibasmi dalam dua bulan pertama
setelah senjata itu diperkenalkan. Virus itu tampaknya hanya menyerang kelinci, yang mati
30 sampai 40 jam setelah terinfeksi, tanpa ada tanda-tanda kesakitan. Pada tahun 2003, RHD
telah mengurangi jumlah kelinci di banyak daerah kering Australia sampai 85 persen atau lebih.

Tanpa kehadiran kelinci yang memakan daun-daun mereka, jumlah anggrek asli di sebuah taman
nasional Australia Selatan meningkat delapan kali lipat dalam waktu kurang dari lima tahun. Di
daerah lain negara bagian itu, semak-semak asli mengalami regenerasi awal yang signifikan . . .
di kawasan yang sebelumnya diserang wabah penyakit itu secara teratur, kata majalah Ecos.
Predator yang dibawa ke Australia, seperti rubah [Vulpes vulpes] dan kucing liar [Felis catus],
juga berkurang di beberapa daerah seiring dengan berkurangnya kelinci. Para ekolog dan petani
senang dengan keampuhan senjata baru ini, sebab kelinci telah merugikan perekonomian
Australia hingga $600 juta dolar Australia per tahun. Akan tetapi, dampak jangka panjang
penyakit itu atas populasi kelinci Australia yang tangguh masih belum diketahui.

Prof. Dr. Husmy Yurmiati, Ir. MS., Daging Kelinci Bisa


Jadi Alternatif Pemenuhan Daging di Indonesia
[Unpad.ac.id, 1/07/2013] Siapa yang tidak kenal kelinci? Hewan satu ini banyak dipelihara orang
karena memiliki bentuk tubuh yang lucu dan berbulu halus. Masyarakat pun rata-rata
memelihara kelinci untuk dijadikan binatang hias. Padahal, kelinci juga bisa menjadi alternatif
bagi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia.

Prof. Dr. Husmy Yurmiati, Ir., MS (Foto: Tedi Yusup)*


Adalah Prof. Dr. Husmy Yurmiati, Ir., MS., guru besar Fakultas Peternakan Unpad, yang
meneliti tentang hewan unik ini. Menurutnya, ada lima potensi yang bisa dihasilkan dari seekor
kelinci, yakni food (makanan), fur (kulit bulu), fancy (binatang hias), fertilizer (pupuk), dan
laboratory (penelitian). Kelinci itu hewan yang kecil, tapi prospeknya besar, ujar Prof. Husmy
selaku pakar Produksi Ternak.

Tidak mudah memang untuk mengenalkan kelinci sebagai produk pangan. Selain belum
memiliki pasar yang baik, tidak banyak orang mau memakan daging kelinci karena belum
terbiasa .

Memang tidak mudah untuk menyosialisakan daging kelinci. Pada tahun 1980 pemerintah telah
menggalakkan ternak kelinci sebagai ternak penghasil daging untuk mencukupi kebutuhan gizi
masyarakat, namun masih banyak kendala, karena masyarakat belum terbiasa makan daging
kelinci, dan faktor bunny syndrome, terang Prof. Husmy.

Padahal, dari segi kesehatan daging kelinci memiliki banyak manfaat. Tekstur daging kelinci
hampir sama dengan daging ayam, bertekstur halus dan berwarna putih. Daging kelinci memiliki
kadar protein yang sama dengan daging ayam namun memiliki kadar kolesterol yang rendah,
sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita darah tinggi, jantung dan kolesterol. Selain itu, daging
kelinci pun tidak banyak menggunakan bahan-bahan berbahaya yang mengancam tubuh
manusia.

Lebih lanjut ia mengatakan, daging kelinci bisa diolah menjadi penganan apa saja. Ia pun pernah
mengolah daging kelinci menjadi sate, bakso, burger, nugget, tongseng, bakso tahu, hingga
abon. Diakuinya, daging kelinci memiliki rasa yang enak. Setiap jenis kelinci pedaging memiliki
cita rasa tersendiri dan membutuhkan resep pembuatan yang khas.

Sayangnya, potensi tersebut belum didukung dengan manajemen pemasaran yang pas.
Diakuinya, pasar yang belum banyak juga ditambah dengan produksi kelinci yang belum banyak
pula. Hal inilah yang menyebabkan harga daging kelinci di pasaran masih relatif mahal.

Kita sempat akan mengisi daging kelinci sebagai menu gizi di rumah sakit, tapi sayangnya
pasokannya kurang karena pasarnya yang juga kurang. Kita juga mengadakan kegiatan untuk
membuka pasar, namun kelincinya yang sulit, ungkapnya.

Prof. Husmy merupakan pengurus dari Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia


(Himakindo) juga anggota dari Asian Rabbits Production Asociation (ARPA) dan Word Rabbits
Science (WRSA). Melalui organisasi ini ia terus melakukan penyuluhan mengenai potensi
kelinci kepada masyarakat, serta menjadi pembicara dalam seminar tentang kelinci di dalam dan
luar negeri.

Menurutnya perkembangan daging kelinci di luar negeri telah berkembang pesat, bahkan
peternakan kelinci sudah menjadi industri besar seperti halnya ternak unggas. Perkembangan
ternak kelinci sebagai bahan pangan di Indonesia, sudah mulai kearah yg menggembirakan,
terbukti dengan semakin banyak dijumpai tempat kuliner daging kelinci, diantaranya di
sepanjang jalan Bandung-Lembang, ungkapnya.
Prof. Husmy pun merintis penelitian mengenai kelinci di Fapet Unpad. Diakuinya, belum banyak
literatur mengenai kelinci pada saat ia merintis penelitian tersebut. Namun, upayanya tidak sia-
sia. Kelinci mampu menjadi daya tarik mahasiswa Fapet Unpad untuk menelitinya. Ada yang
fokus pada produksi daging, ada pula yang tertarik di bidang sainsnya.

Sampai saat ini, telah banyak penelitian mengenai kelinci yang dilakukan oleh mahasiswa arahan
Prof. Husmy. Bukan hanya dari Fapet Unpad, ada juga mahasiswa dari luar Fapet Unpad yang
meneliti mengenai kelinci untuk tugas akhirnya. Saat ini ada penelitian yang fokus pada
pengolahan kulit kelinci, baik untuk pembuatan kerupuk kulit kelinci, hingga pembuatan serat
pakaian dari kulit dan bulu kelinci, tambahnya.

Prof. Husmy pun menjadi pembina di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Rabbit Ranch Fapet
Unpad. Melalui Rabbit Ranch, Prof Husmy pun aktif memberikan seminar, penyuluhan, dan
pameran penganan dari daging kelinci kepada masyarakat banyak. Salah satu kegiatan yang
mencakup hal tersebut adalah Rabbit Day.

Rabbit ranch itu tempat kegiatan mahasiswa yang concern terhadap kelinci untuk mengenal
lebih jauh mengenai dunia perkelincian. Saya pun suka kasih motivasi kepada mahasiswa jangan
hanya memelihara kelinci, tapi fokus juga pada pakan, breeding serta manajemennya, katanya.

Guru besar yang baru saja dilantik pada April 2013 lalu ini menyimpan segudang harapan
mengenai kelinci. Impian terpendamnya adalah mengembangkan Kampung Kelinci, yakni
membina suatu desa yang bergerak di bidang perkelincian, mulai dari pemeliharaan, pembuatan
pakan, hingga pengolahannya.

Saya kira dengan hal tersebut, kelinci bisa semakin dikenal kepada masyarakat sebagai produk
pangan yang baik. Selain itu, juga bisa meningkatkan income masyarakat melalui Kampung
Kelinci, pungkasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana

http://www.unpad.ac.id/profil/prof-dr-husmy-yurmiati-ir-ms-daging-kelinci-bisa-jadi-alternatif-
pemenuhan-daging-di-indonesia/

WAWANCARA

Prihartini Mulyawati (Eva/dok)

2012-11-29 11:20:51 WIB

Prihartini Mulyawati: Saatnya Beralih


Mengkonsumsi Daging Kelinci
Politikindonesia - Pasokan daging sapi kini tengah bermasalah.
Setelah sempat langka dipasaran, kini harga daging sapi melambung
tinggi. Mahalnya sumber nutrisi ini menimbulkan pemikiran
perlunya protein alternatif hewani bagi masyarakat. salah satu yang cocok untuk dikembangkan
adalah daging kelinci. Selain punya kandungan nutrisi yang hampir sama dengan daging sapi, kelinci
juga merupakan hewan yang mudah dikembangbiakan.

Dalam setahun itu paling tidak kelinci akan beranak 6 kali. Dan setiap beranak minimal 6 ekor. Jadi
perkembangbiakannya cepat sekali. Saya kira sangat menarik untuk memenuhi kebutuhan protein
hewani keluarga," ujar Prihartini Mulyawati, Kepala Bidang Produksi Ternak Dinas Perternakan
Kabupaten Bogor, di sela-sela kegiatan Temu Koordinasi Kehumasan Dirjen Perternakan dan
Kesehatan Hewan Kementan bertema "Strategi dan Kebijakan Pengembangan Kelinci Sebagai Salah
Satu Sumber Penyediaan Daging", di Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/11).

Prihartini bercerita, pihaknya sejak 6 bulan lalu, pihaknya mengembangkan Kampoeng Kelinci di desa
Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pengembangan ini didasari oleh potensi
wilayah tersebut yang sebagian besar punya mata pencaharian sebagai peternak kelinci.

Tentunya pencanangan Kampoeng Kelinci ini bertujuan mempromosikan potensi dan peluang usaha
ternak kelinci sebagai penyedia daging guna pemenuhan protein hewani bagi keluarga. Karena daging ini
bisa dijadikan sebagai salah kebutuhan pokok pangan, lantaran memiliki kandungan gizi yang tak kalah
baik dibandingkan dengan daging ayam dan daging sapi," paparnya.

Kepada Elva Setyaningrum, dokter hewan ini menjelaskan potensi peternakan kelinci cocok
dikembangkan sebagai alternatif suplai protein hewani bagi masyarakat. Masih ada kendala, seperti
tingkat konsumsi masyarakat yang rendah, dan kesulitan dalam pengembangan peternakan kelinci.
Berikut petikan wawancaranya:

Mengapa daging kelinci cocok sebagai alternatif protein hewani?

Mungkin dalam benak banyak orang masih ada yang belum tega untuk mengonsumsi daging kelinci.
Padahal, daging kelinci merupakan protein hewani yang paling sehat untuk dikonsumsi. Di satu sisi,
dalam pandangan aspek produksinya, kelinci merupakan hewan prolifik. Artinya dapat menghasilkan
banyak anak. Kelinci merupakan hewan yang mudah beradaptasi. Ditinjau dari segi pemenuhan pakan,
hijauan yang melimpah di Indonesia menjadi sokongan yang kuat dalam aspek produksi kelinci.
Jadi dalam hal pemenuhan kebutuhan protein hewani, sudah bukan waktunya lagi kelinci dijadikan
sebagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat. Kelinci wajib dijadikan asset
pemenuhan kebutuhan protein utama dalam mencerdaskan bangsa layaknya ayam broiler dan sapi
potong.

Bisa dijelaskan, aApa saja kandungan yang terdapat pada daging kelici?

Daging kelinci memiliki kandungan protein tinggi sekitar 25 persen, rendah lemak sekitar 4 persen, dan
kadar kolesterol daging juga rendah yaitu 1,39 gram/kg. Kandungan lemak kelinci hanya 8 persen.
Sedangkan ayam kandungan lemaknya mencapai 12 persen, sapi 24 persen, domba 14 persen dan babi
21 persen. Sementara, kadar kolesterolnya sekitar 164 mg/100 gram daging. Kalau ayam, sapi, domba
dan babi berkisar 220250 mg/100 gram daging.

Bagaimana mengajak masyarakat untuk membiasakan diri mengkonsumsi daging kelinci?

Memang bukan soal yang mudah untuk menjadikan daging kelinci sebagai makanan alternatif. Banyak
masyarakat yang masih enggan mengkonsumsi daging kelinci. Tapi kami optimis bila disosialisasikan
dengan baik, keengganan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci bakal hilang. Untuk itu, kami
meminta bantuan dari semua pihak untuk mensosialisasikan gerakan makan daging kelinci. Seperti di
negara Cina, daging kelinci mampu dijadikan sebagai salah satu kebutuhan pokok pangan sebagi
penunjang protein.

Tentang kesedian pasokan daging sendiri dari peternak kelinci bagaimana?

Hingga saat ini perkembangan populasi kelinci di Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009 jumlahnya 14.165 ekor, meningkat menjadi 25.324 ekor pada tahun 2010. Sedangkan pada
tahun 2011 jumlahnya mencapai 37.892 ekor. Peningkatan jumlah tersebut karena ada permintaan dari
masyarakat. Untuk terus meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kelinci, hingga kini kami terus
mengembangkan kelinci pedaging. Caranya, dengan tukar menukar genetik kelinci antar negara.

Apa tujuan pengembangan Kampung Kelinci ini?


Tujuannya, untuk menjalankan agribisnis kelinci sebagai ekonomi andalan kawasan berlandasan ilmu
dan teknologi. Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan peternak dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi di kawasan pengembangan dan sekitarnya. Dengan meningkatnya produksi kelinci menjadikan
kantong ternak untuk mensuplai kebutuhan daging yang mandiri dalam kebutuhan konsumsi dan
ketahanan pangan per kapita. Sehingga saat swasembada daging nanti, kita bisa meningkatan populasi
ternak dan pemenuhan kebutuhan protein hewani secara mandiri dengan mengurangi ketergantungan
impor.

Jadi diperlukan diversifikasi penyediaan sumber protein hewani selain dari ternak besar maupun unggas.
Kelinci merupakan ternak alternatif yang mempunyai peluang sebagai penyedia sumber protein hewani
yang sehat dan berkualitas.

Kenapa pilihan pengembangannya di wilayah Desa Gunung Mulya ini?

Karena wilayah tersebut sejak puluhan tahun sudah bertebaran kelinci-kelinci di setiap pekarangan
rumah warga, bahkan hingga ke dalam rumah pemiliknya. Rata-rata setiap keluarga memiliki puluhan
ekor kelinci. Peternak kelinci di wilayah ini sudah turun temurun. Selain itu, lokasi geografisnya juga
mendukung untuk dijadikan sentral perternakan kelinci. Karena sumber bahan pakan hijau tersedia
melimpah dan tidak terlalu sulit mendapatkannya.

Apa yang dilakukan pihak Pemkab Bogor ntuk mengembangan Kampung Kelinci ini?

Selain memberi memberikan bimbingan, ilmu dan masukan-masukan tentang cara beternak secara
benar, kami juga membuatkan kelompok tani ternak agar kesejahteraan hidup mereka meningkat. Kini
jumlah kelompoknya sekitar 10 kelompok peternak. Hingga kini seluruh peternak yang ada adalah
menjadi anggota aktif dari Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI).

Adakah kendala yang dihadapi para peternak kelinci?

Kendala pasti ada. Yang paling utama adalah modal dan bibit kelinci yang unggul, serta sumber pakan
ternak disaat musim hujan tiba seperti saat ini. Kelinci banyak yang mati dimusim hujan lantaran sumber
pakannya tidak cocok. Sehingga kelinci-kelinci tersebut banyak yang terjangkit penyakit kembung atau
buang air cair. Akhirnya, warga menjual ternaknya dan lalu membeli bibit lagi setelah musim hujan usai
dan begitu seterusnya.

Apakah peternak diajarkan cara mengatasi penyakit ini?

Kita sosialisasikan cara penanganannya. Buang air cair adalah penyakit yang paling sering terjadi pada
kelinci. Biasanya disertai dengan kembung pada perut kelinci. Jika tidak diobati maka kelinci tersebut
bisa mati dalam keadaan kembung. Peternak kami pernah bercerita bahwa ada kelinci seorang peternak
yang mati karena perutnya pecah, perutnya kembung namun tidak diobati.

Mungkin bukan 100 persen salah peternak tersebut, karena penyakit ini memang susah-susah gampang
untuk dideteksi. Walau susah untuk dideteksi, tapi bukan berarti tidak ada tanda tandanya sama sekali.
Agar kelinci tetap sehat, jaga kebersihan kandang, ventilasi udara dan usahakan kena sinar matahari
pagi agar bakteri atau jamur tidak bisa berkembang biak.

Satu hal yang tidak kalah penting hindari kelinci kena angin secara langsung apalagi angin sewaktu
hujan, usahakan kandang tertutup rapi. Siapkan obat khusus kelinci agar kita tenang.

(eva/kap)

http://www.politikindonesia.com/index.php?k=wawancara&i=39843-
Prihartini%20Mulyawati:%20Saatnya%20Beralih%20Mengkonsumsi%20Daging%20Kelinci

Anda mungkin juga menyukai