Anda di halaman 1dari 62

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Problem Solving

1. Pengertian metode problem solving

Metode Problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya

sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,

sebab dalam metode problem solving dapat menggunakan metode-metode

lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.1

Metode problem solving yaitu metode yang dilakukan dengan cara

langsung menghadapi masalah, mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan

menemukan kesukaran-kesukarannya sehingga dapat dipecahkan.2

Metode Problem solving (Pemecahan masalah) Berasal dari John

Dewey, maksud utama metode ini adalah memberikan latihan kepada

murid dalam berfikir. Metode ini dapat menghindarkan untuk membuat

kesimpulan tergesa-gesa, menimbang-nimbang berbagai kemungkinan

pemecahan, dan menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat

bukti-bukti yang cukup.

Metode pemecahan masalah dapat dilakukan melalui langkahlangkah

sebagai berikut:

a. Pengenalan kesulitan masalah

1
Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1987), hlm. 85
2
Abdulkadir Munsyi dkk, Pedoman mengajar, (Surabaya: Al- Iklas, 1981) hal. 77
15
16

b. Pendefinisian masalah

c. Saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan

d. Pengujian hipotesis

e. Memverifikasi kesimpulan3

Jadi dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

problem solving merupakan merupakan metode yang mengajak siswa

untuk berpikir, bukan hanya untuk sekedar mendengarkan, tetapi mencari

solusi untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Metode

pemecahan masalah ini lebih baik jika dilakukan secara individu tetapi

juga bisa dilakukan secara kelompok. Dengan adanya metode ini siswa

akan menjadi aktif dan termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan di

sekolahan. Selain itu metode ini juga bisa diartikan suatu metode untuk

memperoleh berbagai macam ide dari sekelompok siswa.

2. Langkah-langkah metode problem solving:

Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, masalah ini harus

tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku,

meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain.

3
Muhaimin,dkk, op, cit., hal. 88
17

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan

sementara ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,

pada langkah kedua di atas.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini

siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin

bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan

jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji

kebenaran jawaban ini tentu saja diperoleh metode-metode lainnya

seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan

terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Catatan: Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri

dengan bimbingan dari para pengajar.4

Dalam pelaksanaannya metode ini tugas guru adalah memberikan

masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka

menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa

itu benar/salah; juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung

semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas

mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi. Sedangkan murid

bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar

atau bertanya; atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan

melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik.

4
Ibid., hlm.85-86
18

Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar

turut berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya. Yang

mana jika siswa tersebut hanya diam disaat proses belajar mengajar maka

siswa tersebut akan ketinggalan dan tidak bisa memperoleh hasil yang

diharapkan.

Jadi dari langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa guru

dengan siswa sama-sama berpikir, tetapi siswa yang lebih diprioritaskan

untuk berpikir sampai mencapai harapan yang telah diinginkan. Tetapi

pikiran siswa itu sendiri yang diutamakan, supaya siswa melatih otaknya

untuk berpikir.

3. Kelebihan dan kelemahan metode problem solving

Kelebihan metode problem solving

a. Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.

b. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

c. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan

dengan masalah yang diberikan oleh guru.

d. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.

e. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai

atau guru.

f. Anak merasa bebas dan gembira.

g. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.5

5
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),hlm. 75
19

Kelebihan metode problem solving:

a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih

releven dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara

terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam

keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang

sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa

banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari

berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.6

Dari kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa setiap siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi

untuk mengeluarkan ide-idenya yang ada dipikirannya masing-masing.

Sehingga ketika siswa berada di sekolahan tidak sia-sia dan mendapat

ide-ide dari tiap individu.

Kelemahan metode problem solving

a. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir

dengan baik.

b. Anak yang kurang selalu ketinggalan.

6
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 92-93
20

c. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

saja.

d. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan.

e. Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau salah.

f. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.

g. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.

Namun demikian teknik ini sering menguntungkan, supaya berhasil

sebaiknya digabung dengan teknik yang lain.7

Kekurangan Metode Problem Solving:

1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan

tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan

dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan

kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru

bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA,

dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan

dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf

kemampuan berpikir anak.

2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering

memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil

waktu pelajaran lain.

7
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),hlm. 75
21

3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir

memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-

kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan

tersendiri bagi siswa.8

Jadi dari adanya kelemahan-kelemahan di atas, guru harus bisa

mencari metode untuk selanjutnya yang cocok untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan tersebut dan siswa bisa menyelesaikan

permasalahnya yang dihadapi dengan benar. Soalnya jika tidak

dilanjutkan dengan metode yang bisa menyelesaikan masalah tersebut,

maka hasil pemikiran mereka tidak ada penyelesaiannya.

4. Tujuan metode problem solving

Tujuan metode Problem Solving yaitu untuk menguras habis apa yang

dipikirkan siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke

kelas tersebut.9

Jadi dari tujuan metode Problem Solving di atas maka sangat berarti

peran siswa di dalam kegiatan belajar mengajar, yang mana menjadikan

siswa yang kurang/tidak aktif menjadi aktif untuk berpikir. Oleh karena itu

siswa tidak hanya sebagai pendengar saja tetapi menjadi aktif berbicara

dan berpikir. Yang mana jika hanya aktif mendengar maka ilmu yang telah

diperoleh cepat lupa dan kurang bisa mengena di hati dan pikiran siswa.

8
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 93
9
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),hlm. 74
22

B. Metode Diskusi

1. Pengertian metode diskusi

Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan

unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat

pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau

untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama.10

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa

dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau

pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan

bersama.

Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang

dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar

mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang

terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan

masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai

pendengar saja.11

Jadi diskusi tidak hanya merupakan percakapan melainkan cara untuk

mendapatkan jawaban dari suatu permasalahan dan juga dapat melatih

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara verbal.

2. Macam-macam metode diskusi

Dilihat dari teknik pelaksanaannya, diskusi dapat digolongkan ke dalam

dua macam, yaitu:

10
Ibid., hlm.79-80
11
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 87-88
23

a. Debate. Di dalam debate terdapat dua kelompok mempertahankan

pendapatnya masing-masing yang bertentangan. Pendengar (Audience)

dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan

mana yang salah dalam keputusan akhir. Agar debate tidak

berkepanjangan harus dibatasi sesuai dengan waktu yang tersedia.

b. Diskusi. Diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari

titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari

pelaksanaannya dapat digolongkan kedalam:

1). Diskusi kelas. Diskusi kelas adalah semacam brain storming

(pertukaran pendapat). Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan

kepada seluruh siswa. Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa

lain atau dapat pula meminta pendapat siswa lain tentang hal itu.

Sehingga terjadi pertukaran pendapat secara serius dan wajar.

2). Diskusi kelompok. Guru mengemukakan suatu masalah. Masalah

dipecah ke dalam sub masalah. Siswa dibagi ke dalam kelompok-

kelompok kecil mendiskusikan sub-sub masalah tersebut. Hasil

diskusi kelompok dilaporkan di depan kelas dan ditanggapi.

Kesimpulan akhir adalah kesimpulan hasil laporan kelompok yang

sudah ditanggapi oleh seluruh siswa.

3). Panel. Panel merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang

saja. Biasanya antara 3 sampai dengan 7 orang panelis. Siswa yang

lain hanya bertindak sebagai pendengar (Audiens). Dengan diskusi

yang dilakukan oleh panelis itu, audiens dapat memahami maksud


24

terkandung pada masalah yang didiskusikan; dan merangsang

berpikir untuk mendiskusikan lebih lanjut. Oleh karena itu panel

harus dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli memahami seluk

beluk masalah yang akan didiskusikan. Panel tidak bertujuan

memperoleh kesimpulan, tetapi merangsang berpikir agar siswa

mendiskusikan lebih lanjut.

4). Konferensi. Dalam konferensi anggota duduk saling menghadap,

mendiskusikan suatu masalah. Setiap peserta/siswa harus memahami

bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang

akan diajukan.

5). Simposium. Pelaksanaan simposium dapat menempuh dua cara. Cara

pertama, mengundang dua orang pembicara atau lebih. Setiap

pembicara dimintakan untuk menyajikan prasaran yang sudah

ditulis. Masalah yang di bahas oleh pembicara adalah sama. Namun

masing-masing menyoroti dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Cara kedua, membagi masalah kedalam beberapa aspek. Setiap

aspek dibahas oleh setiap pemrasaran. Selanjutnya disiapkan

penyanggah umum yang akan menyoroti prasaran-prasaran tersebut.

Setelah selesai penyanggah umum memberikan sanggahan, baru

diberikan kesempatan memberikan jawaban sanggahan.

6). Seminar. Seminar merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan

dalam meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang

dibahas. Pembahasan seminar bertolak dari kertas kerja yang disusun


25

oleh pemrasaran. Kertas kerja itu berisi uraian teoritis sesuai dengan

tujuan dan maksud yang terkandung dalam pokok seminar (tema).

Pelaksanaannya sering diawali dengan pandangan umum atau

pengarahan dari pihak tertentu yang berkepentingan.12

Jadi, setelah dilihat dari berbagai macam teknik pelaksanaannya

maka peneliti menggunakan diskusi kelompok. Yang mana di dalam

diskusi kelompok ini nanti siswa bisa berdiskusi tentang pengetahuan

yang dimiliki oleh setiap individu untuk dimusyawarahkan untuk

mencapai hasil yang diharapkan.

Berhasil tidaknya diskusi banyak bergantung pada faktor:

(a). Kepandaian dan kelincahan pimpinan diskusi.

(b). Jelas tidaknya masalah dan tujuan yang dirumuskan.

(c). Partisipasi dari setiap anggota.

(d). Terciptanya situasi yang merangsang jalannya diskusi.

(e). Mengusahakan masalahnya supaya cukup problematik dan

merangsang siswa berpikir. Biasanya masalah tersebut dirumuskan

dalam bentuk pertanyaan pikiran.13

Dari penjelasan di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa

dalam penggunaan metode diskusi seseorang harus melalui langkah-

langkah yaitu persiapan, pelaksanaan diskusi dan tindak lanjut diskusi.

Diskusi akan berjalan dengan lancar dan baik tidaknya tergantung pada

12
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2008), hlm. 81-82
13
Sudjana Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1987), hlm. 81
26

pimpinan atau ketua diskusi melainkan masalah yang didiskusikan harus

menarik partisipasi peserta diskusi serta situasi pada waktu pelaksanaan

diskusi.

3. Langkah-langkah metode diskusi

Pada dasarnya metode Diskusi diaplikasikan dalam proses belajar

mengajar. Langkah-langkah tersebut antaralain:

a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.

b. Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.

c. Dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan.

d. Rasa sosial mereka dapat dikembangkan, karena bisa saling membantu

dalam memecahkan soal, mendorong rasa kesatuan.

e. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.

f. Merupakan pendekatan yang demokratis.

g. Memperluas pandangan.

h. Menghayati kepemimpinan bersama-sama.

i. Membantu mengembangkan kepemimpinan.14

Metode diskusi ini digunakan oleh guru, pelatih, dan instruktur bila:

a. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan.

b. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan

studi kasus kepada siswa sebelum menyelenggarakan diskusi

c. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas.

d. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.

14
Ibid., hlm.5
27

e. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya.

f. Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan

dengan tidak menentu.

g. Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.15

Dari penjelasan di atas penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa

dalam penggunaan metode diskusi seseorang harus melalui langkah-langkah

yaitu persiapan, pelaksanaan diskusi dan tindak lanjut diskusi. Diskusi akan

berjalan dengan lancar dan baik tidaknya tergantung pada pimpinan atau

ketua diskusi melainkan masalah yang didiskusikan harus menarik

partisipasi peserta diskusi serta situasi pada waktu pelaksanaan diskusi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode

diskusi adalah:

1). Persiapan/ perencanaan diskusi:

(a). Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.

(b). Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu, dan jumlahnya

di sesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.

(c) Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus

jelas.

(d).Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-

larut.

15
Yamin, Martinis, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008) hlm. 159
28

2). Pelaksanaan diskusi:

(a). Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretaris, anggota).

(b). Membagi-bagi tugas dalam diskusi.

(c). Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi.

(d). Mencatat ide-ide/saran-saran yang penting.

(e). Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.

(f). Menciptakan situasi yang menyenangkan.

3). Tidak lanjut diskusi.

(a). Membuat hasil-hasil/kesimpulan dari diskusi.

(b). Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan lagi koreksi

seperlunya.

(c). Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk

dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi

yang akan datang.16

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode diskusi akan

berhasil jika hal-hal diatas dilaksanakan. Selain itu diskusi dapat

dipimpin oleh guru yang bersangkutan, atau dapat meminta salah satu

siswa untuk memimpinnya. Pemimpin diskusi dikenal dengan nama

moderator, moderator di bantu oleh sekretaris, yang mana sekretaris itu

tugasnya untuk mencatat pokok-pokok pikiran penting yang

dikemukakan oleh peserta diskusi. Persiapan, pelaksanaan dan tindak

lanjut diskusi harus benar-benar dipersiapkan oleh guru.

16
Ibid., hlm.80
29

4. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi :

Kelebihan metode diskusi:

a. Memberikan perluasan pengetahuan dan bisa memecahkan masalah serta

dapat mengambil keputusan.

b. Membiasakan siswa untuk berargumentasi dan berpikir rasional.

c. Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan,

interpretasi, dan kepribadian.

d. Bisa menghadapi masalah secara berkelompok.17

Kebaikan metode diskusi:

a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa,

dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.

c. Memperluas wawasan.

d. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan

suatu masalah.18

Mengingat adanya kelebihan-kelebihan metode diskusi di atas maka

guru dapat mengurangi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, menjadikan

siswa menjadi aktif untuk mengeluarkan pendapat dihadapan orang lain,

serta memperlancar proses kegiatan belajar mengajar di sekolahan tersebut.

17
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 6
18
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 88
30

Kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut:

a. Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi

masalah yang dipecahkan; bahkan mungkin pembicaraan menjadi

menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. Untuk

mengatasi hal ini instruktur harus menguasai benar-benar

permasalahannya, dan mampu mengarahkan pembicaraan, sehingga bisa

membatasi waktu yang diperlukan.

b. Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari

fakta-fakta dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-

coba saja. Maka pada siswa dituntut kemampuan berpikir ilmiah, yang

mana hal itu tergantung pada kematangan, pengalaman dan pengetahuan

siswa.

c. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

d. Peserta mendapatkan informasi yang terbatas.

e. Mungkin dikuasai orang-orang yang suka berbicara. Biasanya orang

menghendaki pendekatan yang lebih formal.19

Kelemahan metode diskusi:

a. Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang

panjang.

b. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

c. Peserta mendapat informasi yang terbatas.

19
Ibid., hlm. 6
31

d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin

menonjolkan diri.20

Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, maka Guru yang

berkehendak menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan

segala sesuatunya dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan dalam hal

ini, peran seorang Guru sebagai untuk memberikan motivasi sangat

diperlukan, terutama oleh peserta yang tergolong kurang pintar atau

pendiam.

C. Metode Pemberian Tugas/Resitasi

1. Pengertian metode pemberian tugas/resitasi

Pemberian tugas/resitasi adalah suatu metode dengan cara menyusun

laporan sebagai hasil dari apa yang dipelajari. Resitasi (penugasan) dapat

berupa perintah kemudian siswa mempelajari bersama teman atau sendiri

dan menyusun laporan atau resume kemudian diesok harinya hasil laporan

didiskusikan dengan seluruh siswa di kelas.21

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana

guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Masalahnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilaksakan di dalam

kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di

rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.

20
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 88
21
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),hlm.133
32

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak,

sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan

waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu

yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk

mengatasinya.

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi

jauh lebih dari itu. Tugas biasanya bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah,

di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang

anak untuk aktif belajar, baik secara individual, atau dapat pula secara

kelompok.22

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi

merupakan metode yang dilakukan guru memberikan tugas kepada

muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk

mempertanggungjawabkan. Metode resitasi ini digunakan atau di berikan

untuk merangsang anak agar tekun, rajin, dan giat belajar, sehingga pada

pada saat kegiatan belajar mengajar mereka sudah siap. Selain itu metode

ini diberikan karena dirasa bahan pelajaran terlalu banyak sementara

waktu sedikit, dalam artian bahan banyak tapi waktu kurang seimbang.

Agar bahan yang diberikan dapat sesuai dengan waktu yang ada maka

metode ini bisa diberikan.

22
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 85
33

2. Macam-macam metode pemberian tugas/resitasi

a. Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan

mengenai mata pelajaran tertentu.

b. Perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannnya

pada buku pelajaran.

c. Tugas tertulis atau tugas lisan yang lain.

d. Mengumpulkan sesuatu.

e. Membuat sesuatu.

f. Mengadakan observasi terhadap sesuatu.

g. Melakukan eksperimen.23

Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis.

Karena itu, tugas sangat banyak macamnya, tergantung pada tujuan yang

akan dicapai; seperti tugas meneliti, tugas menyusun laporan

(lisan/tulisan), tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas di laboratorium,

dan lain-lain.24

Dengan adanya tugas-tugas di atas maka dapat disimpulkan bahwa

siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan waktu

yang lama, sehingga siswa bisa belajar dengan hasil yang memuaskan.

3. Langkah-langkah metode pemberian tugas/resitasi

Langkah-langkah yang dilakukan Guru dalam melakukan metode

pemberian tugas/resitasi adalah :

a. Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.

23
Ibid., hlm. 133
24
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 85-86
34

b. Pertimbangan betul-betul apakah pemilihan teknik resitasi itu telah

tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan.

c. Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah

dimengerti. Namun sebelumnya anda perlu mendalami alasan-alasan

anda untuk memberi tugas itu, perlu tidaknya, bermanfaat atau tidak

bagi siswa. Perlu anda pertimbangkan pula penggunaan teknik resitasi

itu apakah tugas-tugas itu wajar anda berikan, tidak memberatkan

siswa? Juga selama siswa melaksanakan tugas apakah dapat berjalan

biasa? Serta dapat di laksanakan pengawasan dengan baik.

d. Perlu menetapkan bentuk resitasi yang akan dilaksanakan, sehingga

siswa pasti mengerjakannya, karena bentuknya telah pasti. Untuk hal ini

anda perlu memahami bentuk-bentuk resitasi yang mungkin dapat

digunakan, sehingga anda dapat memilih dengan tepat. Serta meneliti

apakah kemungkinan tindak lanjut setelah anda menggunakan teknik

resitasi.

e. Anda telah menyiapkan alat evaluasi; sehingga setelah resitasi selesai

dilaporkan di depan kelas; atau didiskusikan atau untuk tanya jawab,

maka guru segera bisa mengevaluasi hasil kerja siswa itu.25

Ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode

pemberian tugas/ resitasi, yaitu:

a. Fase pemberian tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

25
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 136
35

1). Tujuan yang akan dicapai

2). Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut.

3). Sesuai dengan kemampuan siswa.

4). Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.

5). Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

b. Langkah pelaksanaan tugas

1). Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru.

2). Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3). Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang

lain.

4). Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan

baik dan sistematik.

c. Fase mempertanggungjawabkan tugas

Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:

1). Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

2). Ada Tanya jawab/diskusi kelas.

3). Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau

cara lainnya.

Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut resitasi.26

26
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 86
36

Jadi dengan memperhatikan langkah-langkah metode Pemberian tugas/

resitasi di atas maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan

lancar dan sesuai dengan harapkan guru kepada siswa.

4. Kelebihan dan kelemahan metode pemberian tugas/resitasi

a. Kelebihan metode pemberian tugas/resitasi :

Siswa mengalami sendiri pengetahuan itu akan tinggal lama di dalam

jiwanya. Apalagi dalam melaksanakan tugas ditunjang dengan minat dan

perhatian siswa, serta kejelasan tujuan mereka bekerja. Pada kesempatan

ini siswa juga dapat mengembangkan daya berpikirnya sendiri, daya

inisiatif, daya kreatif, tanggungjawab dan melatih berdiri sendiri.27

Kelebihan Metode Pemberian Tugas/resitasi:

1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual

maupun kelompok.

2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.

3. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.28

Dari kelebihan metode pemberian tugas/resitasi diatas maka siswa

dapat menyelesaikan materi pelajaran sosiologi yang dianggap sulit

dan dapat dikerjakan dengan waktu yang cukup lama.

27
Ibid., hlm.135
28
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 87
37

b. Kelemahan metode pemberian tugas/resitasi:

Siswa kemungkinan hanya meniru pekerjaan temannya, itu

kelemahannya bila guru tidak dapat mengawasi langsung pelaksanaan

tugas itu; jadi siswa tidak menghayati sendiri proses belajar mengajar

itu sendiri. Kemungkinan lain orang lain yang mengerjakan tugas itu,

maka perlu diminta bantuan orang tua, dengan memberi tahu bahwa

anaknya mempunyai tugas yang harus di kerjakan di rumah; sehingga

orang tua turut mengawasi pelaksanaan tugas; dapat menjadi tempat

mengecek apakah itu pekerjaan siswa sebenarnya atau bukan.29

Kekurangan metode pemberian tugas/resitasi:

1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas

ataukah orang lain.

2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan

dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan

anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan

individu siswa.

4. Sering memberikan tugas yuang monoton (tidak bervariasi) dapat

menimbulkan kebosanan siswa.

Dari adanya kelemahan metode pemberian tugas/resitasi diatas,

maka siswa akan semaunya sendiri dalam mengerjakan tugasnya.

Tetapi guru tidak mau kalah untuk mengecek itu hasil mereka sendiri

29
Ibid., hlm. 135
38

atau bukan maka guru memeriksa satu persatu, dan jika ketahuan ada

yang sama maka siswa tersebut secara bergantian untuk maju kedepan

untuk diuji hasil pekerjaannya. Dalam hal ini siswa diberi tugastugas,

kemudian pendidik bertugas untuk mengevaluasi tugas yang telah

dikerjakan oleh siswa.30

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin moveers yang berarti menggerakkan.

Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan (Printich dan

Schunk, 1996). Secara istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi

yang disampaikan oleh para ahli, antara lain :

a. Devinisi motivasi menurut Atkinson (1997) yang menyatakan motivasi

adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan

bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh.

b. Freud (1966) menyatakan bahwa motivasi adalah energi phisik yang

memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu

(dalam Printich dan Schunk, 1996).

c. Beberapa ahli yang lain seperti Halpin Payne, dan Ellert (1975),

Freehill dan Mc Donald, (1971), Zilli (1971) menekankan bahwa

motivasi merupakan karakteristik personal yang menjadi energi,

antusiasme, semangat, kekuatan, keteguhan, dan kebutuhan untuk

30
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 87
39

berperilaku dan mencapai prestasi (dalam Dai, Moon, dan Fedhusen,

1998). 31

Jadi dari berbagai macam pengertian yang telah dijelaskan oleh

beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan

dorongan yang mengarah kepada adanya kecenderungan untuk bertindak,

dimana kebutuhan siswa dalam hal motivasi dapat dipenuhi.

Motif/ motivasi secara umum juga dapat diartikan sebagai daya upaya

yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardirman,

1990:73). Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan

di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi untuk

mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada

dalam diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Manrihu, 1989 : 31).32

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang

oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri

seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

31
Wahyuni Esa Nur, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN Malang PRESS, 2009),
hlm. 12
32
Hadis Abdul, Psikologi dalam Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2006),hlm. 29
40

yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.33

Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi

mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan yang sangat

penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga

siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan

kegiatan belajar. 34

Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat

menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-

potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk

mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan

nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, antara

lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat,

menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat resume, mempraktekkan

sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan

pembelajaran. Didalam aktivitas belajar sendiri, motivasi individu

dimanifestasikan dalam bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar,

kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran, kesungguhan dan ketelatenan

dalam mengerjakan tugas dan sebagainya. Sebaliknya siswa-siswa yang

tidak atau kurang memiliki motivasi, umumnya kurang mampu bertahan

33
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hlm. 75
34
Winkel. Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hlm,169
41

untuk belajar lebih lama, kurang sungguh-sungguh di dalam mengerjakan

tugas. Sikap yang kurang positif di dalam belajar ini semakin Nampak

ketika tidak ada orang lain (guru, orang tua) yang mengawasinya. Oleh

karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, karena

hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang

diharapkan.35

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang

timbul dari seseorang untuk melakukan sesuatu. Bisa juga sebagai

kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan

suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong individu tersebut

melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Macam-macam motivasi

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari dalam diri

individu dan telah menjadi fenomena yang penting dalam pendidikan,

bukan hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru, dosen dan semua

personil yang terlibat dalam pendidikan. Karena motivasi intrinsik

menghasilkan belajar dan kreativitas yang berkualitas serta

menghasilkan kekuatan dan faktor-faktor penting lain yang dibutuhkan.

Pada manusia, motivasi intrinsik tidak hanya sekedar untuk membentuk

35
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 180
42

motivasi atau keinginan untuk berkreativitas, tetapi juga menjadi salah

satu bagian yang penting dalam hidup mereka.36

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu

motivasi yang didapat dari diri sendiri. Motivasi ini bisa diketahui

dengan menginstropeksi dirinya sendiri.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik merupakan sebuah konstruk yang berkaitan

dengan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan beberapa

hasil karena faktor di luar individu.37

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik merupakan suatu

motivasi yang didapat dari orang lain. Orang lain itu bisa dari guru,

teman, orang tua dan lain-lain.

Bentuk-bentuk motivasi yang dapat digunakan guru dalam dalam

kegiatan belajar mengajar adalah:

1). Memberi angka

Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil

aktivitas belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap

anak didik biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah

mereka peroleh dari hasil penilaian guru. Angka merupakan alat

motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik

untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi

36
Wahyuni Esa Nur, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN Malang PRESS, 2009),
hlm. 25-26
37
Ibid., hlm.30
43

belajar mereka. Angka ini biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai

dengan jumlah mata pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.

Angka atau nilai yang baik memberikan motivasi kepada anak

didik untuk belajar. Apabila angka yang diperoleh anak didik lebih

tinggi dari anak didik lainnya, maka anak didik cenderung untuk

mempertahankannya. Namun guru sebaiknya berhati-hati dalam

memberikan angka. Berbagai pertimbangan tentu lebih dahulu

diperhatikan, betulkah hasil yang dicapai anak didik itu atas usahaya

sendiri. Siapa tahu bukan hasil usahanya, tetapi hasil menyontek

hasil pekerjaan temannya. Disini kearifan guru dituntut agar

memberikan penilaian tidak sembarangan, sehingga tidak merugikan

anak didik yang betul-betul belajar. Bila tidak, maka anak didik

merasa kecewa atas sikap guru dan kemungkinan besar guru akan

dibenci oleh anak didik yang merasa dirugikan. Akhirnya, umpan

balik yang diharapkan dari anak didik yang merasa dirugikan itu

tidak terjadi.

2). Hadiah

Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai

penghargaan atau kenang-kenangan/cinderamata. Hadiah yang

diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari

keinginan pemberi. Atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang

dicapai oleh seseorang. Penerima hadiah tidak tergantung dari


44

jabatan, profesi dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima

hadiah dari seseorang dengan motif-motif tertentu.

Pemberian hadiah bisa diterapkan disekolah. Guru dapat

memberikan hadiah kepada anak didik yang berprestasi. Pemberian

hadiah tidak mesti dilakukan pada waktu kenaikan kelas. Tidak

mesti pula hadiah itu diberikan ketika anak didik menerima buku

rapor dalam setiap catur wulan(cawu). Tetapi dapat pula dilakukan

dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar,

guru dapat memberikan hadiah berupa apa saja kepada anak didik

yang berprestasi dalam menyelesaikan tugas, benar menjawab

ulangan formatif yang diberikan, dapat meningkatkan disiplin dalam

belajar, taat pada tata tertib sekolah, dan sebagainya.

Pemberian hadiah bisa dilakukan kepada semua anak didik,

kepada sebagian anak didik, maupun kepada anak didik

perseorangan. Namun yang perlu diingat, kapan guru harus

memberikan hadiah kepada semua anak didik, kepada sebagian anak

didik atau kepada anak didik perseorangan. Dalam bentuk apa

hadiah itu? Hadiah yang diberikan kepada anak didik tidak mesti

yang mahal, yang murah juga bisa selama tujuannya untuk

menggairahkan belajar anak didik.

Hadiah berupa benda seperti buku tulis, pensil, pena, bolpoint,

penggaris, buku bacaan, dan sebagainya dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan belajar anak didik. Demikian juga halnya hadiah berupa


45

makanan seperti gula-gula, permen, roti, dan sejenisnya dapat

digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik di dalam

kegiatan belajar mengajar. Tentu saja pemberian hadiah tersebut

tidak dilakukan ketika anak didik sedang belajar, tetapi setelah anak

didik menunaikan tugasnya dengan baik. Misalnya, anak didik dapat

menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat pada waktunya,

diberikan gula-gula seberapa butir.

Keampuhan hadiah sebagai alat untuk mendapatkan umpan

balik dari anak didik akan merasa jika penggunaannya tepat. Terlalu

sering memberikan hadiah tidak dibenarkan, sebab hal itu akan

menjadi kebiasaan yang kurang menguntungkan kegiatan belajar

mengajar. Dikhawatirkan anak didik giat belajar bila hasil kerjanya

mendapatkan imbalan dari guru. Karena ada hadiah, baru anak didik

mau bekerja dengan giat. Tetapi bila tidak, anak didik malas bekerja.

Karena itu, alangkah bijaksana jika guru tidak memberitahukan

terlebih dahulu kepada anak didik sebelum dia menyelesaikan tugas

yang diberikan dengan baik. Dengan kata lain, berilah hadiah secara

tiba-tiba (spontanitas) kepada anak didik yang menunjukkan prestasi

kerjanya yang gemilang di akhir kegiatan pengajaran. Dengan

begitu, maka dia merasa bangga karena hasil kerjanya dihargai

dalam bentuk materi. Hal itu juga menjadi dorongan bagi anak didik

lainnya untuk selalu bersaing dalam belajar.


46

Pada pertemuan lain, dengan pertimbangan tertentu, guru dapat

memberikan terlebih dahulu mengenai hadiah yang akan

dihadiahkan kepada anak didik yang menunjukkan prestasinya dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan begitu, anak didik

dengan semangat yang tinggi berusaha untuk menyelesaikan

tugasnya dengan baik. Persainganpun terjadi di dalam kelas, karena

semua anak didik ingin mendapatkan hadiah dari guru setelah

mereka menyelesaikan tugas mereka.

3). Pujian

Pujian adalah alat motivasi yang positif. Setiap orang senang

dipuji. Tak peduli tua atau muda, bahkan anak-anak pun senang

dipuji atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya

dengan baik. Orang yang dipuji merasa bangga karena hasil kerjanya

mendapat pujian dari orang lain. Kata-kata seperti kerjamu bagus,

kerjamu rapi, selamat sang juara baru, dan sebagainya adalah

sejumlah kata-kata yang biasanya digunakan orang lain untuk

memuji orang-orang tertentu yang dianggap berprestasi.

Dalam kegiatan belajar mengajar, pujian dapat dimanfaatkan

sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia

juga senang dipuji. Guru dapat memakai pujian untuk

menyenangkan perasaan anak didik. Anak didik senang mendapat

perhatian dari guru. Dengan pemberian perhatian, anak didik merasa

diawasi dan dia tidak akan dapat berbuat menurut kehendak hatinya.
47

Pujian dapat berfungsi untuk mengarahkan kegiatan anak didik pada

hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran.

Namun begitu, pujian harus betul-betul sesuai dengan hasil kerja

anak didik. Jangan memuji secara berlebihan. Pujian secara

berlebihan akan terkesan sebaliknya, yaitu pujian yang dibuat-buat.

Pujian yang baik adalah pujian keluar dari hati seorang guru secara

wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada anak

didik atas jerih payahnya dalam belajar.

Pujian tidak hanya dapat diberikan kepada seorang anak didik,

tetapi dapat juga diberikan kepada semua anak didik. Tetapi pujian

tidak diberikan kepada anak didik sebelum mereka menyelesaikan

pekerjaannya. Misalnya, guru memberikan ujian kepada si A, setelah

si A memberikan jawaban yang benar atas persoalan yang guru

ajukan kepadanya. Pujian yang diberikan kepada si A berupa

Jawabanmu tepat dan benar, kamu memang anak ibu yang cerdas.

Sungguh pun begitu, guru dapat pula memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan. Jawabanmu bagus Lalu pertanyaan

yang kurang tepat dijawab oleh anak itu diajukan lagi kepada teman-

temannya yang lain. Siapa lagi yang dapat menyempurnakannya?

Demikianlah, pujian dapat digunakan untuk mendapatkan

umpan balik dari setiap anak didik dari setiap anak didik dalam

proses belajar mengajar.


48

4). Gerakan tubuh

Gerakan tubuh dalam bentuk mimik yang cerah, dengan

senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi

salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan

dan lain-lain adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan

umpan balik dari anak didik.

Gerakan tubuh merupakan penguatan yang dapat

membangkitkan gairah belajar anak didik, sehingga proses belajar

mengajar lebih menyenangkan. Hal ini terjadi karena interaksi yang

terjadi antara guru demgan anak didik seiring untuk mencapai tujuan

pengajaran. Anak didik memberikan tanggapan atas stimulus yang

guru berikan. Gerakan tubuh dapat meluruskan perilaku anak didik

yang menyimpang dari tujuan pembelajaran. Misalnya, suatu ketika

guru dapat bersikap diam untuk memberhentikan kelas yang gaduh.

Diamnya guru dapat diartikan oleh anak didik sebagai menyuruh

mereka untuk mengakhiri kegaduhan di kelas, karena keadaan kelas

yang gaduh pelajaran tak dapat diberikan/dimulai.

Gerakan guru berjalan kebelakang dalam waktu yang tepat,

kesamping di waktu yang lain, dan kemudian kembali kedepan kelas,

dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang jauh dari

kegaduhan. Perhatian anak didik dapat dipertahankan. Bahan

pelajaran pun dapat disampaikan dalam suasana kelas yang tenang.

Dengan suasana kelas begitu interaksi guru dengan anak didik


49

mudah terjadi secara harmonis. Jadi, gerakan tubuh yang bagaimana

pun bentuknya dapat melahirkan umpan balik dari anak didik, jika

dilakukan dengan tepat.

5). Memberi tugas

Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk

diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik

sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar anak

didik. Tugas dapat diberikan dapat diberikan dalam berbagai bentuk.

Tidak hanya dalam bentuk tugas kelompok, tetapi dapat juga dalam

bentuk tugas perseorangan.

Tugas dapat diberikan oleh guru setelah selesai menyampaikan

bahan pelajaran. Caranya, sebelum bahan diberikan, guru dapat

memberitahukan kepada anak didik bahwa setelah penyampaian

bahan pelajaran semua anak didik akan mendapat tugas yang

diberikan oleh guru. Tugas yang diberikan dapat berupa membuat

rangkuman dari bahan pelajaran yang baru dijelaskan, membuat

kesimpulan, menjawab masalah tertentu yang telah dipersiapkan, dan

sebagainya.

Anak didik yang menyadari akan mendapat tugas dari guru

setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan memperhatikan

penyampaian bahan pelajaran. Mereka berusaha meningkatkan

perhatian dengan konsentrasi terhadap penjelasan demi penjelasan

yang disampaikan oleh guru. Sebab bila tidak, tentu mereka khawatir
50

tidak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan itu dengan

baik.

Dalam rangka penyelesaian tugas diperlukan rentangan waktuy.

Jumlah masalah yang diajukan dan waktu yang disediakan untuk

suatu tugas harus seimbang, sesuai dengan tingkat berat ringannya

sifat tugas yang diberikan, sehingga anak didik tidak merasa dikejar-

kejar waktu.

6). Memberi ulangan

Ulangan adalah salah satu strategi yang penting dalam

pengajaran. Dalam rentangan waktu tertentu guru tidak pernah

melupakan masalah ilangan ini. Sebab dengan ulangan yang di

berikan kepada anak didik, guru ingin mengetahui sampai dimana

dan sejauh mana hasil pengajaran yang telah dilakukannya (evaluasi

proses) dan sampai sejauh mana tingkat penguasaan anak didik

terhadap bahan yang telah diberikan dalam rentangan waktu tertentu

(evaluasi produk).

Selain dari kedua fungsi ulangan tersebut, yaitu evaluasi proses

dan evaluasi produk, kepentingan lainnya lagi adalah untuk

mendapatkan umpan balik dari anak didik. Biasanya anak didik akan

giat belajar (baik di sekolah atau di rumah) ketika diketahuinya akan

dilaksanakan ulangan. Buku catatan dan buku paket diupayakan anak

didik untuk dibaca agar di kuasai sebelum ulangan. Seolah-olah

tidak ada lagi waktu untuk bersantai-santai, tapi waktu untuk belajar.
51

Dalam kegiatan belajar mengajar, ulangan dapat guru

manfaatkan untuk membangkitkan perhatian anak didik terhadap

bahan yang diberikan di kelas. Ulangan dapat diberikan pada setiap

akhir dari kegiatan pengajaran. Agar perhatian anak didik terhadap

bahan yang akan diberikan dapat bertahan dalam waktu yang relative

lama, guru sebaiknya memberitahukan kepada anak didik bahwa di

akhir pelajaran akan diadakan ulangan.

Sungguhpun begitu, ulangan yang diberikan itu tidak terkesan

asal-asalan, hanya untuk memnyembunyikan kelemahan diri, tetapi

harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Langkah apa yang perlu diambil setelah ulangan, patut

dipertimbangkan agar hasil dari kegiatan ulangan itu tidak sia-sia,

tapi berguna bagi guru dan anak didik di hari mendatang.

7). Mengetahui hasil

Ingin mengetahui hasil adalah suatu sifat yang sudah melekat di

dalam diri setiap orang. Jadi, setiap orang selalu ingin mengetahui

sesuatu yang belum diketahuinya. Dorongan ingin mengetahui

membuat seseorang berusaha dengan cara apa pun agar

keinginannya itu menjadi kenyataan atau terwujud. Jarak dan waktu,

tenaga maupun materi tidak menjadi soal, yang penting hal-hal yang

belum diketahuinya dapat dilihat secara langsung.

Karena anak didik adalah manusia, maka di dalam dirinya ada

keinginan anak didik untuk mengetahui, tetapi memanfaatkannya


52

untuk kepentingan pengajaran. Setiap tugas yang telah diselesaikan

oleh anak didik dan telah diberi angka (nilai) sebaiknya, guru

bagikan kepada setiap anak didik agar mereka dapat mengetahui

prestasi kerjanya. Kebenaran kerja yang dilakukan oleh anak didik

dapat dipertahankan, sedangkan kesalaham kerja yang dilakukan

oleh anak didik dapat diperbaiki dimasa mendatang. Tentu saja

kesalahan kerja anak didik itu perbaikannya dengan bantuan atau

bimbingan dari guru. Guru memberikan penjelasan bagaimana

menyelesaikan suatu tugas dengan baik dan benar.

Dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan oleh

anak didik, apa lagi hasilnya dengan prestasi yang tinggi, dapat

mendorong anak didik untuk mempertahankannya, dan bahkan anak

didik berusaha untuk meningkatkannya dikemudian hari dengan cara

giat belajar di rumah atau di sekolah. Jika di dalam diri setiap anak

didik sudah tertanam suatu dorongan untuk giat belajar, maka tidak

sukar bagi guru untuk membelajarkan anak didik.

Tetapi dengan mengetahui hasil bisa juga berdampak negative

bagi si anak. Anak didik yang mengetahui hasil kerjanya dengan

nilai yang rendah akan merasa kecewa. Kekecewaan itu

dilampiaskannya dengan menyobek kertas hasil kerjanya.

Pemandangan ini sering terjadi sebagai sublimasi dari rasa

ketidakpuasan anak didik. Untuk hal ini hanya kearifan gurulah yang

dituntut, bagaimana menanamkan pengertian kepada anak didik dan


53

apa yang harus dilakukan untuk menanamkan sikap positif pada diri

anak didik agar tidak kecewa dengan prestasi belajar yang rendah.

Tetapi dia sadar akan kesalahannya dan mau mengakuinya,

kemudian meminta bimbingan guru untuk membetulkannya agar

kesalahan itu tidak terulang lagi.

8). Hukuman

Hukuman adalah reinforcement yang negatif, tetapi diperlukan

dalam pendidikan. Hukuman dimaksudkan disini tidak seperti

hukuman penjara atau hukuman potong tangan. Tetapi adalah

hukuman yamg bersifat mendidik. Hukuman yang mendidik inilah

yang diperlukan dalam pendidikan. Kesalahan anak didik karena

melanggar disiplin dapat diberikan hukuman berupa sanksi menyapu

lantai, mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan, atau apa saja

yang sifatnya mendidik.

Dalam proses belajar mengajar, anak didik yang membuat

keributan dapat diberikan sanksi untuk menjelaskan kembali bahan

pelajaran yang baru saja dijelaskan oleh guru. Sanksi segera

dilakukan dan jangan ditunda, karena tujuannya untuk mendapatkan

umpan balik dari anak didik terhadap bahan pelajaran yang baru saja

dijelaskan oleh guru tersebut. Anak didik yang merasa mendapat

sanksi itu sadar atas kesalahan yang ia lakukan dan tentu saja dia

tidak akan mengulangi kembali perbuatannya itu, karena khawatir

akan mendapat sanksi untuk kedua kalinya dan tentu akan mendapat
54

malu, karena tidak dapat menjelaskan kembali apa yang baru saja

guru jelaskan ketika dia membuat keributan.

Dengan upaya itu anak didik berusaha bersikap tenang dengan

memfokuskan perhatiannya kepada bahan pelajaran yang dijelaskan

kembali oleh guru.

Bentuk hukuman sebenarnya dapat saja dilakukan oleh guru

tanpa persetujuan anak didik. Gurulah yang membijaksanainya dan

anak didik menunggu sanksi apa yang akan dikenakan atas dirinya,

karena kesalahannya. Tetapi bentuk hukuman yang lain dapat

dilakukan oleh guru setelah atas kesepakatan antara guru dengan

anak didik sebelumnya. Disini suatu perjanjian perlu disepakati.

Misalnya, guru mengajukan lima buah soal setelah memberikan

bahan pelajaran dan kepada anak didik disuruh untuk menjawabnya.

Berdasarkan kesepakatan biula anak didik dapat menjawab soal

dengan benar hanya dua soal, maka dikenakan sanksi, yaitu

mendapat tugas untuk dikerjakan di rumah. Tentang bentuk tugas

yang di berikan kepada anak didik terserah guru asal sesuai dengan

bidang studi yang di pegang dan tidak mengganggu kesehatan anak.

Selain itu juga untuk meningkatkan penguasaan anak didik terhadap

bahan pelajaran yang telah diberikan itu.

Demikian pembahasan mengenai bentuk-bentuk motivasi yang

dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendapatkan umpan balik dari

anak didik dalam proses belajar mengajar. Pemilihan bentuk-bentuk


55

motivasi tersebut harus selektif untuk mendapatkan efek yang efektif

dari dalam diri anak didik.38

3. Karakteristik motivasi

Karakteristik menurut Seifert (1991) adalah kecenderungan untuk

bertindak, membangkitkan dan mengarahkan, memelihara atau menjaga

lebih lama, dan motivasi dipelajari ataukah pembawaan.

a. Kecenderungan untuk bertindak

Sulit bagi guru untuk mengobservasi motivasi berprestasi siswanya,

tetapi guru dapat mengamati pekerjaan rumah dan partisipasi setiap hari

siswa di dalam kelas, serta bagaimana siswa memilih proyek-proyek

tugas yang diberikan kepadanya. Jadi guru dapat mengurangi problem

ini dengan mengobservasi setiap siswa dalam periode waktu yang

selama mungkin dan dalam situasi-situasi yang beragam. Misalnya

dengan mengetahui lebih banyak dan lebih lama aktivitas-aktivitas yang

dilakukan siswa, dapat mengobservasi pekerjaan sehari-hari siswa baik

secara langsung maupun tidak langsung, dan mendiskusikan tugas-

tugas atau pekerjaan dengan siswa. Dari semua pengamatan-

pengamatan dan data-data informasi, guru akan dapat menyimpulkan

dengan lebih baik tentang apa motivasi siswa-siswa.

38
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),hlm. 149-
157
56

b. Membangkitkan dan mengarahkan

Membangkitkan dan mengarahkan merupakan aspek-aspek yang

penting dari motivasi. Pada saat seorang termotivasi, maka akan muncul

dorongan-dorongan baik secara fisik maupun psikologi untuk berusaha.

c. Permanen atau temporer

Walau semua definisi menyatakan bahwa motivasi ada dalam diri

seseorang dalam periode waktu yang lama, namun demikian ada dua

motive yang memiliki waktu yang relatif pendek atau kadang-kadang

(temporary) dalam lingkungan atau situasi tertentu dan terdapat juga

motif-motif permanen (permanent motives). Salah satu contoh

temporary motive, adalah kecemasan. Banyak siswa yang merasa cemas

pada saat menghadapi ujian, sehingga ada sebuah keinginan untuk dapat

mengerjakan soal dengan baik dan sekaligus ada perasaan takut gagal

dalam mengerjakan tugas dengan baik. Sedangkan motivasi yang

bersifat permanen (permanent motives). Misalnya anak-anak usia dasar

yang menunjukkan kesabaran kebutuhan untuk mengeksplore situasi-

situasi, objek-objek yang diamati, dan orang-orang yang ada

disekitarnya. Pada masa yang sekarang ini segala sesuatu yang baru

akan memicu motif-motif. Ketika tidak ada sesuatu yang baru, maka

anak-anak pada usia ini mungkin akan menemukan sesuatu untuk

dieksplor. Dalam proses pembelajaran di kelas, berbagai macam

motivasi yang ada pada diri setiap siswa. Dari perilaku yang mereka

lakukan dapat mengekspresikan seperti apa motivasi mereka, permanen


57

ataukah motivasi yang bersifat temporer. Yang terpenting adalah

bagaimana dalam sebuah pembelajaran yang baik seorang guru, atau

orang-orang yang berkaitan dengan siswa (orang tua, kepala sekolah,

konselor, dan lain sebagainya) mampu memahami perbedaaan-

perbedaan tersebut secara tepat dan mengambil manfaat darinya untuk

mendorong siswa dalam belajar.

d. Motivasi, dipelajari atau pembawaan

Motivasi juga mempunyai berbagai macam jenis apakah merupakan

hasil belajar (dibutuhkan pengalaman) ataukah pembawaan sejak lahir.

Cemas menghadapi ujian, dan motivasi berprestasi, adalah salah satu

motivasi yang dipelajari, dan dapat dilatihkan. Sedang lapar,

keingintahuan, dan kreativitas merupakan motivasi yang tidak

dipelajari.39

Jadi karakteristik motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik merupakan kecenderungan untuk bertindak, membangkitkan

dan mengarahkan, memelihara atau menjaga lebih lama, dan motivasi

dipelajari ataukah pembawaan. Untuk mengetahui karakteristik motivasi

setiap siswa maka guru dapat melihat mengetahui lebih banyak dan lebih

lama aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa, dapat mengobservasi

pekerjaan sehari-hari siswa baik secara langsung maupun tidak langsung,

dan mendiskusikan tugas-tugas atau pekerjaan dengan siswa.

39
Ibid.,hlm.15-21
58

4. Sumber motivasi

Dalam belajar dikelas maupun diluar kelas, motivasi sangat berperan

penting dalam memberi energi dan arah bagi aktivitas belajar siswa.

Dorongan, kebutuhan, insentif, ketakutan-ketakutan, tujuan-tujuan,

tekanan sosial, self confidance, minat, keingintahuan, atribusi untuk sukses

dan gagal, ekspektasi-ekspektasi, kepercayaan-kepercayaan, nilai-nilai dan

lain sebagainya merupakan variabel-variabel yang menentukan intensitas

motivasi siswa dalam belajar dan memberikan energi serta mengarahkan

perilaku individu. Faktor-faktor seperti kebutuhan, dorongan, minat, nilai,

kepercayaan adalah faktor internal yang ada dalam diri individu dan

mempengaruhi motivasi. Faktor-faktor ini disebut motivasi intrinsik.

Sedangkan tekanan sosial, hadiah, hukuman, dan lain sebagainya

dikategorikan sebagai faktor eksternal yang berasal dari luar individu

tetapi juga dapat mempengaruhi motivasi, disebut motivasi ekstrinsik.

Tabel 2.1 berikut ini menjelaskan tentang kebutuhankebutuhan


motivasional dari tiap-tiap domain sumber-sumber motivasi.

Domain Kebutuhan Motivasional

Behavioral/  Mendapatkan apa yang diinginkan,

eksternal konsekuen yang menyenangkan (reward)

atau menghindari sesuatu yang tidak

diinginkan atau tidak menyenangkan.

Sosial  Meniru model-model yang positif


59

 Menjadi bagian dalam suatu kelompok atau

mempunyai nilai sebagai anggota suatu

kelompok.

Biologi  Meningkatkan/menurunkan stimulation

Mengaktifkan indera perasa (menyentuh,

membau, merasakan, dan lain-lain).

Kognitif  Menjaga konsentrasi atau perhatian untuk

sesuatu yang menarik atau membahayakan.

 Mengembangkan makna/pemahaman

 Meningkatkan/menurunkan

ketidakseimbangan

 Memecahkan suatu problem/membuat

keputusan.

 Menggambarkan sesuatu

 Mengeliminasi ancaman atau risiko

Affektif  Meningkatkan perasaan positif

 Menurunkan perasaan negatif

 Meningkatkan rasa aman atau mengurangi

rasa yang mengancam self esteem

 Menjaga antusiasme dan optimism

Konatif  Menetapkan harapan-harapan

 Mengembangkan atau menjaga self efficacy

 Mengontrol hidup sendiri


60

 Mengurangi atau menurunkan hambatan

mencapai tujuan

 Mengurangi kontrol orang lain pada diri

sendiri

Spiritual  Memahami tujuan hidup sendiri

 Menjaga hubungan dengan Yang Maha

Kuasa

Table 1.1: Sumber-sumber Motivasi40

Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber motivasi dapat

diperoleh melalui memahami tujuan hidup sendiri pujian dari orang lain,

dari diri sendiri, hasil ujian yang dicapai. Bisa juga diperoleh melalui

memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada orang lain, begitu juga hadiah

kepada siswa yang berprestasi.

5. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Faktor yang bisa menghambat motivasi belajar siswa ini ada dua, yaitu

motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri.

Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar individu,

rangsangan dari luar. Ini bisa berupa metode mengajar yang digunakan

oleh guru, media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar

mengajar, bahkan sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah juga

sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

40
Esa Nur Wahyuni, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2009),hlm.
21-25
61

Motivasi dan belajar juga merupakan faktor-faktor yang sama

pentingnya bagi performansi siswa. Dengan belajar siswa dapat menguasai

pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru, sedangkan motivasi

memberikan dorongan dan arah terhadap apa yang akan siswa pelajari

(Elliot, Kratochwill, Travers, Cook, 2003). Motivasi merupakan sebuah

konstruk psikologi yang memberikan banyak pengaruh terhadap belajar

dan performansi melalui empat cara, yaitu:

a. Motivasi meningkatkan energi siswa untuk melakukan aktivitas dengan

sungguh-sungguh, intensif, dan memunculkan usaha yang keras.

b. Motivasi memberi arah bagi individu untuk mencapai tujuan yang telah

di tetapkan. Ini berarti motivasi dapat mempengaruhi pilihan-pilihan

manusia dalam membuat dan menghasilkan apa yang membuat mereka

rasakan sebagai bentuk kepuasan.

c. Motivasi meningkatkan keinginan dan kesungguhan dalam melakukan

aktivitas tertentu, serta memengaruhi kemungkinan siswa akan memulai

segala sesuatu berdasarkan tanggungjawab terhadap diri sendiri, dan

siap menghadapi kesulitan.

d. Motivasi memengaruhi strategi belajar dan proses kognitif yang di

gunakan siswa, sehingga mereka akan memberikan perhatian terhadap

sesuatu, mempelajari dan mempraktikannya, dan mencoba belajar

secara penuh makna, juga meningkatkan kemauan untuk mencari

bantuan pada saat siswa menghadapi kesulitan.41

41
Ibid., hlm.40
62

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi dan belajar merupakan faktor-

faktor yang sama pentingnya bagi performansi siswa, yang mana siswa

dalam proses belajar selalu di ikuti oleh adanya motivasi, baik motivasi

yang berasal dari diri sendiri maupun dari orang lain. Dilihat dari faktor

internal bahwa minat kita mempengaruhi motivasi belajar. Jadi, dengan

adanya minat maka motivasi belajar siswa akan terlaksana. Sedangkan jika

dilihat dari faktor eksternal bahwa nasihat orang tua atau guru merupakan

faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.

6. Fungsi motivasi

a. Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia. Motivasi

sering diasosiasikan sebagai pembimbing, pengarah, dan berorientasi

pada tujuan, sehingga tingkah laku yang termotivasi akan bergerak

dalam suatu arah secara spesifik. Tingkah laku tersebut memiliki

maksud, ketekunan, dan kegigihan.

b. Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Dengan adanya motivasi,

maka tingkah laku individu mempunyai arah pada tujuan yang dipilih

oleh individu itu sendiri. Misalnya, seorang siswa yang ingin lulus

ujian, maka ia berkonsentrasi dengan menggunakan strategi-strategi

yang terpilih untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini motivasi

dideterminir oleh tujuan.

c. Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku. Motivasi sebagai

alasan atau predisposisi perbuatan, menjadi menjadi tenaga pendorong

dan peningkatan tenaga sehingga terjadilah perbuatan yang tampak


63

pada organism. Energi psikis yang tersedia pada diri individu

tergantung pada besar kecilnya motivasi yang dia miliki. Jika motivasi

kuat (besar), maka akan tersedia energi yang lebih besar. Sebaliknya

jika energi yang tersedia lemah (kecil), maka energi yang tersedia kecil.

Semakin besar sebuah motif, maka akan semakin bertambah efisien

sebuah tingkahlaku. Motivasi juga berfungsi untuk mempertahankan,

agar perbuatan (minat) dapat berlangsung terus (lebih lama).42

Jadi fungsi motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi

motivasi sangat berpengaruh terhadap kepribadian siswa. Yang mana

dengan motivasi menjadikan siswa menjadi terbimbing untuk belajar,

bisa memberikan semangat dan sungguh-sungguh untuk belajar

dimanapun ia berada dan kapanpun juga, dan bisa merubah daya pikir

siswa untuk memahami betapa pentingnya artinya belajar.

7. Cara membangkitkan motivasi belajar

Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar. Maka

guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya.

Dalam usaha ini banyak cara yang dapat dilakukan. Menciptakan kondisi-

kondisi tertentu dapat membangkitkan motivasi belajar.

Sehubungan dengan pemeliharaan dan peningkatan motivasi siswa,

DeCecco & Grawford (1974) mengajukan 4 fungsi pengajar:

a. Menggairahkan siswa

42
Ibid., hlm.14-15
64

Guru harus memelihara minat siswa dalam belajar, yaitu dengan

memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain

aspek pelajaran dalam situasi belajar.

b. Memberikan harapan realistis

Seorang guru harus memelihara harapan-harapan yang realistis, dan

memodifikasikan harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis.

Untuk itu pengajar perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

keberhasilan atau kegagalan akademis siswa pada masa lalu, dengan

demikian pengajar dapat membedakan antara harapan-harapan yang

realistis, pesimistis atau terlalu optimis.

c. Memberikan insentif

Bila siswa memperoleh keberhasilan, pengajar diharapkan memberikan

hadiah kepada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik dan yang

lain sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk

melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

e. Mengarahkan. Pengajar harus mengarahkan tingkah laku siswa, dengan

cara menunjukkan pada siswa hal-hal yang dilakukan secara tidak benar

dan meminta kepada mereka lakukan yang sebaik-baiknya.43

Beberapa cara guru mempengaruhi motivasi siswa adalah dengan

menciptakan situasi eksternal sehingga siswa akan bertindak sesuai

43
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm.175-176
65

dengan yang diharapkan. Beberapa cara untuk itu adalah sebagai

berikut:

1). Buat sedemikian rupa agar kegiatan-kegiatan dan potensi belajar itu

nampak sebagai sesuatu yang berfaedah.

a. Guru sendiri harus menyenangi tugasnya.

b. Menghubungkan tugas-tugas dan kegiatan siswa sesuai dengan

kehidupan

c. Tekankan segera nilai yang baik dan jangan menunda.

d. Anjurkan siswa untuk turut serta dalam perencanaan.

e. Hindari agar siswa tidak bergantung pada angka dan tingkat.

f. Berikan berbagai kemungkinan agar siswa menemukan kegiatan

bahan-bahan yang menarik minat serta bermakna.

2). Gunakan motif.

a. Sesuaikan pengajaran anda dengan sikap, minat, cita-cita dan

tujuan mereka.

b. Besarkan keingintahuan mereka.

c. Berikan berbagai kemungkinan bagi keberhasilan mereka dan

pengakuan orang lain dan berikan pujian pada saat yang tepat.

d. Ciptakan belajar menjadi tantangan yang menyenangkan.

e. Gunakan kegiatan kelompok agar siswa dapat meningkatkan

kemampuan sosialisasinya.

3). Bantu siswa menyusun tujuan-tujuagn dan tugas-tugasnya.

a. Mengajar dan memberikan tugas dengan jelas.


66

b. Siswa yakin dengan apa yang akan dilakukan.

c. Yakin bahwa siswa mengetahui alasan melakukan sesuatu yang

seharusnya dilakukan.

d. Yakin bahwa siswa mengetahui bagaimana melakukan apa yang

seharusnya dilakukan.

4). Langkah-langkah harus tetap terpelihara.

a. Hidupkan kegiatan-kegiatan belajar.

b. Libatkan siswa dalam belajar menurut kemampuannya.

c. Siapkan berbagai kegiatan.

d. Beritahukan tentang kemajuan mereka.

5). Siapkan mereka untuk menerima.

6). Ciptakan suasana kelas yang menggembirakan, penuh tawa dan

kegembiraan, kerjasama dan menyenagkan, penuh kesopanan yang

secara keseluruhan dapat membuat kelas menjadi tempat yang

menggembirakan.44

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa guru

mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberhasilan siswa.

Disamping itu daya upaya dan motivasi siswa itu sendiri juga sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Disamping itu motivasi

belajar dapat dibangkitkan dengan perilaku yang membuat respon orang

lain. Misalnya guru memberikan stimulus kepada siswanya dengan

baik, maka siswa akan memberikan respon terhadap apa yang telah

44
Wahab Abdul Azis, Metode dan Model-Model Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2007) hlm
26-27
67

disampaikan atau yang telah diberikan. Dan jika suasana kelas

menyenangkan maka siswa akan betah di dalam kelas.

8. Cara mengukur motivasi

Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:

a. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan

dorongan dalam diri seseorang.

b. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi

ungkapan dari motif tertentu.

Laboratorium penelitian tentang motivasi umumnya menggunakan

cara yang pertama, yaitu berusaha menciptakan kondisi yang dapat

menimbulkan dorongan/kebutuhan tertentu. Dapat juga dengan cara

pemberian hadiah/insentif verbal berupa pengarahan-pengarahan yang

dapat memperkuat motif seseorang.

Dapat disimpulkan, salah satu cara yang lebih tepat mengetahui

motif seseorang yang sebenarnya adalah mengamati obyek-obyek yang

menjadi pusat perhatiannya. Obyek yang selalu dikejar itulah yang

menjadi cerminan atas motif yang sedang menguasainya. Selain itu bisa

juga dikenal melalui hadiah yang paling mengena baginya. Ada tidaknya

motif yang sedang menguasai seseorang juga bisa dijadikan ukuran,

misalnya: kekuatan tenaga yang dikeluarkan (usahanya), frekwensinya,

kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, fantasi dan impiannya. 45

45
Martin hartono, Motivasi Daya penggerak Tingkah Laku. (Yogyakarta: Pusrtaka insan
madani, 1992), hlm. 61-62
68

9. Hubungan motivasi dengan belajar

Salah satu tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah

menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk

menemukan aktivitas belajar yang bermakna dan berharga sehingga

mereka merasakan keuntungan dari aktivitas belajar tersebut. Motivasi

belajar siswa dibangun dari karakteristik siswa serta situasi dan kondisi

tertentu (Brophy, 1988).

Menurut Blumenfeld (1992) ada tiga tugas penting untuk guru

berkaitan dengan memotivasi siswa belajar, yaitu:

a. Mengajak siswa untuk secara produktif berpartisipasi dalam proses

belajar dikelas, atau dengan kata lain guru menciptakan kondisi

motivasi belajar.

b. Merancang tujuan jangka panjang untuk mengembangkan kepribadian

siswa yang termotivasi untuk belajar sehingga akan mampu untuk

mendidik diri mereka sendiri sepanjang hidupnya.

c. Mengajak siswa untuk dapat memiliki kemampuan berpikir secara

mendalam terhadap apa yang mereka pelajari.46

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan motivasi dengan belajar

sangat erat kaitannya dan dapat diketahui melalui proses belajar mengajar

dikelas. Yang mana seorang siswa dalam belajar harus dimotivasi

46
Wahyuni Esa Nur, Motivasi dalam Pembelajaran (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm.
38-40
69

terlebih dahulu. Motivasi tersebut dapat diperoleh dari individu itu

sendiri maupun dari orang lain.

Dengan adanya motivasi seseorang bisa diajari untuk membaca dan

menulis. Seperti yang telah di cantumkan dalam QS. Al-Alaq, Ayat 1-5

-  
*+ ,   ()) #"$ %
 & '((!)   
 
   ()   
 

  

(1) -  /+ 

 
+ 0 (.)
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.47

Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang akan bisa pandai jika orang

tersebut mempunyai motivasi untuk belajar membaca atau menulis. Selain

itu juga mendapatkan motivasi belajar dari orang lain, orang itu bisa bisa

dari orang tua, guru, teman dan lain sebagainya.

E. Mata Pelajaran Sosiologi

1. Pengertian mata pelajaran sosiologi

Mata pelajaran sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial yang ada

ditingkatan kurikulum SMA sederajat yang merupakan salah satu mata

pelajaran yang penting dari sekian banyak mata pelajaran yang ada di

MAN Malang 1. Dikatakan penting, karena sosiologi menyangkut tentang

ilmu sosial dan juga mata pelajaran sosiologi mengandung pesan moral

47
Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: PT. Almaarif, 1986), hlm. 537
70

yang dapat diaplikasikan oleh siswa di MAN Malang 1. Oleh sebab itu,

salah satu tugas guru adalah menyampaikan pesan moral dan kehidupan

sosial yang ada di lingkungan kehidupan siswa dengan berbagai cara,

metode dan pendekatan yang relevan.

Devinisi sosiologi oleh beberapa ahli:

a. Pitirin Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang

mempelajari:

1). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala

sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga

dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan

politik, dan sebagainya);

2). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan

gejala-gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan

sebagainya);

3). Ciri-ciri umum semua gejala-gejala sosial.

b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok.

c. William F. Ogburn dan F. Nimkoff Meyer berpendapat bahwa sosiologi

adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya

yaitu organisasi sosial.

d. J.A.A van Doon dan C.J. Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah

ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses

kemasyarakatan yang bersifat stabil.


71

e. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan sosiologi

merupakan ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses

sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah

keseluruhan jaringan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu

kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial,

kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial.48 Sementara itu,

proses-proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi

kehidupan bersama, misalnya antara kehidupan ekonomi dan politik.49

Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang interaksi manusia

dengan manusia lain dalam kelompok (seperti keluarga, kelas sosial atau

masyarakat), seperti nilai, norma, seperti kebiasaan yang dianut oleh

kelompok atau masyarakat tertentu.

Sosiologi di kelas X-D MAN Malang 1 masih kurang mendapat

respon baik dari siswa/siswi, siswanya terkenal rame sekali saat kegiatan

belajar mengajar, menyepelekan mata pelajaran sosiologi, bahkan mereka

kurang bisa mengartikan betapa pentingnya seorang guru di dalam kelas,

dan mereka motivasinya sangat kurang untuk mempelajari sosiologi.

Berdasarkan pengalaman peneliti, mata pelajaran sosiologi itu

sebenarnya mengasyikkan, tetapi yang terjadi di sekolahan MAN Malang

1 khususnya kelas X-D terlalu diremehkan, kurang mempunyai motivasi

ekstrinsik dan intrinsik untuk belajar sosiologi, disaat kegiatan belajar

mengajar rame/ribut sekali, dan kurang perhatian. Maka dari itu peneliti
48
SoekantoSoerjono, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad, 1990),
hlm. 20
49
Ibid., hlm.4
72

ingin membangkitkan motivasi belajar siswa kelas X-D yang melalui

metode problem solving, diskusi, dan pemberian tugas/resitasi. Dimana

pembelajaran ini pada awal dimulainya pembelajaran ditekankan pada

pemikiran siswa itu sendiri secara individu, setelah itu siswa dibentuk

kelompok untuk melakukan diskusi atas hasil pemikiran mereka sendiri

tadi untuk dicari jawaban yang benar, dan yang terakhir saat jam pelajaran

selesai siswa disuruh mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan

materi tersebut untuk dikerjakan di rumah/di perpustakaan dan sebagainya.

Jadi mata pelajaran sosiologi yang telah dipaparkan di atas

mengandung makna bahwa di dalam mata pelajaran sosiologi ini penting,

karena menyangkut tentang ilmu sosial dan juga mata pelajaran sosiologi

mengandung pesan moral.

2. Objek mata pelajaran sosiologi

Sebagaimana halnya ilmu-ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah

masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses

yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.50

Devinisi menurut para ahli di atas memberikan batasan pengertian

yang berbeda, hal ini menggambarkan betapa luasnya masyarakat sebagai

objek kajiannya. Berdasarkan batasan di atas, definisi sosiologi

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sebagai ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan manusia lain.

b. Dalam kelompok (seperti keluarga, kelas sosial atau masyarakat) dan

50
SoekantoSoerjono, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1990),
hlm. 23.
73

c. Produk-produk yang timbul dari interaksi tersebut seperti nilai, norma,

serta kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Dari paparan diatas objek kajian sosiologi adalah masyarakat, yakni

hubungan antara manusia dan proses sebab akibat yang timbul dari

hubungan masyarakat. Dan tujuan sosiologi untuk menyesuaikan diri

dalam masyarakat dan lingkungan hidup.

F. Konsep Islam Tentang Motivasi

Sebagai agama yang menjadi rahmatan lil alamin, Islam telah

menyebutkan di dalam Al-Quran bahwa salah satu dasar belajar yang di

gunakan untuk mendidik kaum muslimin adalah motivasi. Dengan dorongan

atau motivasi memiliki makna yang sangat besar dalam belajar. Apabila ada

motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu dan kondisi yang

memungkinkan, orang akan berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari cara-

cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila menghadapi masalah

dan merasa sangat membutuhkan solusi bagi permasalahan itu, biasanya ia

akan melakukan berbagai macam usaha untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun ayat yang berkenaan dengan motivasi dalam Islam terutama

motivasi untuk menuntut ilmu atau motivasi belajar adalah:

1. Q.S. Al-Mujadilah : 11

t=ys? $y/ !$#u 4 ;My_uy z=9$# (#?& t%!$#u 3 (#t#u t%!$# !$# st

7yz
74

Artinya:
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)51

2. Q.S. Az-Zumar : 9

=t79F{$# (#9'& .xtGt $y) 3 tn=t t%!$#u ts>t t%!$# tGo y %

Artinya:

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan


orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar: 9)52

3. Q.S. Al-Alaq: 1-5

y7/uu &t%$# @,n=t z|M}$# t,n=y{ t,n=y{ %!$# y7n/u $$/ &t%$#

s>t s9 $t z|M}$# z=t n=s)9$$/ z=t %!$# t.F{$#


Artinya:

1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,


2). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.53

51
Al-Quran dan terjemahnya (Bandung: J-ART, 2005) hlm. 544
52
Al-Quran dan terjemahannya, op.cit.,hlm. 460
53
Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: PT. Almaarif, 1986), hlm. 537
75

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang berilmu dengan orang yang

tidak berilmu tidak sama. Karena orang berilmu atau berakal dapat menerima

dan mudah dalam menangkap pelajaran. Sedangkan orang yang tidak berilmu

atau tidak berakal sudah pasti dia tidak belajar dan sulit menerima pelajaran.

Dalam belajar juga memerlukan adanya motivasi, belajar akan berhasil kalau

ada motivasi. Dalam setiap individu pasti sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu, orang yang memiliki motivasi dalam belajar pasti dia

ingin maju, dan ingin mencapai tujuan yang diinginkannya. Selain itu ayat

tersebut memberikan informasi tentang pentingnya membaca dan juga

memberikan semangat kepada umat islam untuk senantiasa melakukan semua

aktivitas apapun dengan didasarkan pada Bismi Rabbik.

Jika segala sesuatu yang manusia lakukan sudah didasarkan atas nama

Allah, maka ia (manusia) akan mempunyai motivasi untuk melakukan dan

mempunyai sikap yang positif terhadap segala sesuatu pasti ada hikmah yang

positif dan bagaimana serta tidak akan merasa rugi dalam melakukan segala

hal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep Islam dalam motivasi sangat

penting untuk dilakukan, karena Islam telah menyebutkan di dalam Al-

Quran bahwa salah satu dasar belajar yang di gunakan untuk mendidik kaum

muslimin adalah motivasi. Dengan dorongan atau motivasi memiliki makna

yang sangat besar dalam belajar. Apabila ada motivasi yang kuat untuk

mencapai tujuan tertentu dan kondisi yang memungkinkan, orang akan


76

berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari cara-cara yang tepat untuk

mencapai tujuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai