Anda di halaman 1dari 7

Anatomi Sistem Respirasi

September 13, 2015 Medicinesia 0 Comment alveolus, Anatomi, bronkus, faring, hidung, laring, paru,
respirasi, trakea

Oleh Nur Atikah

Sistem respirasi terdiri dari hidung, faring (tenggorokan), laring (kotak suara), trakea, bronkus, dan paru-
paru. Bagian-bagiannya dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur dan fungsinya. Secara structural,
sistem respirasi terdiri dari sistem pernapasan atas, yaitu hidug, farin, dan struktur yang terkait, dan
sistem pernapasan bawah, yaitu laring, trakea bronkus, dan paru-paru. Secara fungsional, sistem
respirasi terdiri dari 2 bagian, yaitu zona konduksi yang terdiri dari rangkaian interkoneksi rongga dan
tabung baik di luar ataupun di dalam paru-paru. Ini termasuk hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan bronkiolus terminal yang fungsinya untuk menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara dan menghubungkannya ke dalam paru-paru. Zona kedua adalah zona respiratori
yang terdiri dari jaringan di dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Ini termasuk bronkiolus
respiratori, duktus alveolar, kantung alveolar, dan alveoli yang mereka merupakan tempat utama
pertukaran gas antara air dan darah.

Anatomi Organ Respirasi Bagian Anterior

Anatomi Organ Respirasi Bagian Anterior

Hidung

Hidung dibagi menjadi bagian eksternal dan internal. Hidung eksternal merupakan bagian dari hidung
yang terlihat pada wajah dan terdiri dari kerangka penunjang tulang dan kartilago hialin yang dilingkupi
dengan otot dan kulit, dan dibatasi oleh membrane mukosa. Rangka tulang hidung eksternal dibentuk
dari tulang frontalis, tulang nasale, dan maksilae. Rangka kartilago hidung eksternal terdiri dari kartilago
septi nasi yang membentuk bagian anterior septum nasalis, kartilago nasi lateralis yang terletak inferior
ke tulang nasale, dan kartilago ala nasi yang membentuk dinding nostril. Di permukaan inferior hidung
terdapat dua pintu masuk yang disebut nares atau nostril.
Anatomi Tulang pada Hidung

Struktur inferior hidung eksternal memiliki 3 fungsi, yaitu:

Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk

Mendeteksi stimulus olfaktori

Memodifikasi vibrasi suara ketika melewati ruang yang besar beresonasi.

Anatomi Hidung Potongan Sagital

Anatomi Hidung Potongan Sagital

Hidung internal merupakan suatu rongga besar di anterior tulang yang membentang inferior ke os nasale
dan superior mulut. Secara anterior, hidung internal berbatasan dengan hidung eksternal, dan di
posterior berhubungan dengan faring melalui dua pintu bernama nares internal atau choana. Sinus
paranasalis adalah rongga-rongga di tulang cranium dan wajah tertentu yang dibatasi membrane mukosa
yang berlanjut dengan rongga hidung. Sinus ini terdiri dari sinus frontalis, ethmoidalis, sphenoidalis, dan
maksilaris. Fungsi sinus-sinus ini tidak diketahui pasti; sinus meringankan tulang tengkorak dan
menambah resonansi suara.

Lantai hidung dibentuk oleh palatum yang memisahkan rongga hidung dari rongga mulut di bawahnya.
Di anterior, di mana palatum disokong oleh processuss maksilaris dan tulang palatum, dinamakan
palatum durum (hard palate). Di posterior yang tidak disoking adalah otot palatum molle (soft palate).

Rongga hidung memiliki 3 regio, yaitu:

Vestibulum : sebuah pelebaran tepat di sebelah dalam nares yang dilapisi kulit yang mengandung bulu
hidung, berguna untuk menahan aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihisap

Penghindu : di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung meluas sampai setinggi concha nasalis
superior dan bagian septum nasi di hadapan concha tersebut. Region ini terdiri dari reseptor bau.

Pernapasan : bagian rongga hidung selebihnya

Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi, yaitu concha nasalis puperior, medius, dan inferior.
inferolateral terhadap masing-masing concha nasalis ini terdapat meatus nasi yang sesuai. Susunan
concha dan meatus meningkatkan area permukaan hidung internal dan mencegah dehidrasi dengan
menangkap tetesan air selama ekshalasi.
Faring

Faring atau tenggorokan adalah sebuah pipa muskulomembranosa, panjang 12-14 cm, membentang dari
basis crania sampat setinggi vertebra C6 atau tepi bawah kartilago cricoidea. Faring membentang
posterior dari rongga hidung dan mulut, superior dari laring, dan anterior vertebra cervicalis. Dindingnya
terdiri dari otot rangka dan dibatasi membrane mukosa. Kontraksi otot rangka membantu menelan.
Fungsi laring sebagai jalan untuk udara dan makanan, memberika ruang resonansi untuk suara, dan
tempat tonsil yang berperan dalam reaksi imunologis melawan benda asing.

Faring dapat dibagi menjadi 3 daerah anatomis:

Nasofaring

Nasofaring merupakan bagian superior dari faring, membentang posterior dari rongga hidung dan
meluas ke palatum molle. Terdapat 5 bukaan pada dindingnya, yaitu dua nares internal, dua bukaan ke
tuba auditorius (tuba eustachius), dan bukaan ke orofaring. Nasofaring dan orofaring berhubungan
melalui isthimus praringeum yang dibatasi tepi palatum molle dan dinding posterior faring. Sewaktu
proses menelan dan ebrbicara, isthimus pharingeum akan terturup oleh elevasi palatum molle dan
pembentukan lipatan Passavant di dinding dorsal faring. Dinding posteriornya terdiri dari tonsil faringeal
(adenoid).

Orofaring

Orofaring merupakan bagian tengah dari faring, membentang dari posterior rongga mulut dan meluas
dari palatum molle inferior ke tulang hyoid. Orofaring hanya memiliki 1 bukaan, yaitu faucium (isthimus
orofaringeum), bukaan dari mulut. Bagian faring ini memiliki fungsi respirasi dan digestif, terdapat dua
pasang tonsil, yaitu tonsila palatine dan lingual.

Laringofaring

Laringofaring adalah bagian inferior dari faring, dimulai dari tulang hyoid. Pada ujung inferiornya,
laringofaring terbuka ke esophagus di posterior dan laring di anterior. Laringofaring juga sebagai jalur
respirasi dan digesti.
Laring

Laring atau kotak suara adalah jlur pendek yang menghubungkan laringofaring dengan trakea. Dia
membentang di midline leher anterior ke esophagus dan vertebra C4-C6. Dinding laring dibentuk dari 9
cartilago. Terdiri dari kartilago thyreoidea, kartilago cricoidea, dan kartilago epiglottis yang masing-
masing satu buah; serta kartilago arytaenoidea, kartilago cuneiforme, dan kartilago corniculatum yang
masing-masing sepasang.

LaringKartilago thyreoidea (Adams apple) merupaka tulang rawan laring terbesar, terdiri dari dua lamina
kartilago hyaline yang menyatu yang membentuk dinding anterior laring, membuat bentuk segitiga. Ini
terdapat pada laki-laki dan perempuan, tetapi biasanya lebih besar pada laki-laki karena pengaruh
hormone seks laki-laki saat pertumbuhan selama pubertas.

Epiglottis merupakan kartilago elastic berbentuk daun yang ditutupi dengan epitel. Batang epiglottis
meruncing ke inferior yang menempel ke tepi anterior kartilago thyroid dan tulang hyoid. Daun superior
epoglotis tidak menempel dan bebas maju ke atas dan bawah. Selama menelan, faring dan laring
terangkat. Elevasi faring memperluas faring untuk menerima makanan, sedangkan elevasi laring
menyebabkan epiglottis bergerak ke bawah dan menutupnya. Glottis terdiri dari sepasang lipatan
membrane mukosa, lipatan vocal (true vocal cords) di laring, dan ruang antara mereka yang disebut rima
glottidis. Kartilago cricoids merupakan cincin kartilago hyaline yang membentuk dinding inferior laring.
Kartilago ini merupakan tanda untuk membuat jalan napas darurat bernama tracheotomy.

Kartilago arytenoids berbentuk triangular yang sebagian besar kartilago hyaline. Dia berlokasi di batas
posterior, superior dari kartilago cricoids. Kartilago corniculatum yang merupakan kartilago elastic
berbentuk tanduk, berlokasi di apeks dari tiap kartilago arytenoids. Cartilago cuneiforme merupakan
kartilago elastic di anterior kartilago curniculatum, menyokong lipatan vocal dan epiglottis lateral.

Trakea

Trakea atau pipa udara adalah suatu jalur tubular untuk udara sepanjang 12 cm dan berdiameter 2,5 cm.
trakea berlokasi di anterior esophagus dan meluas dari laring ke batas superior vertebra T5, di mana
dibagi menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Lapisan dinding trakea dari dalam ke luar adalah mukosa,
submukosa, kartilago hyaline, dan adventisia. Trakea memiliki 16-20 cincin tulang rawan hyaline yang
masing-masing membentuk gambaran huruf U, yang membatasi 2/3 bagian anterior.
TrakeaKarena elemen elastiknya, trakea dapat cukup fleksibel untuk meregang dan bergerak inferior
selama inspirasi dan recoil selama ekspirasi, tetapi cincin kartilago mencegahnya kolaps dan menjaga
jalan napas paten walaupun tekanan berubah selama bernapas. Bagian posterior yang terbuka dari
cincin kartilago yang berbatasan dengan esophagus dihubungkan dengan serat otot polos dari otot
trakealis dan dengan jaringan ikat lunak. Karena bagian dinding trakea sebelah sini tidak rigid, esophagus
dapat mengembang ke anterior ketika menelan makanan yang melaluinya.

Bronkus

Di batas superior vertebra T5, trakea terbagi menjadi bronkus utama kanan yang masuk ke paru kanan,
dan bronkus utama kiri yang masuk ke paru kiri. Bronkus utama kanan lebih vertikal, lebih pendek, dan
lebih luas dibandingkan dengan yang kiri. Seperti trakea, bronkus utama terdiri dari cincin kartilago yang
tidak komplit. Pada titik di mana trakea terbagi menjadi bronkus utama kanan dan kiri, terdapat carina
yang dibentuk dari proyeksi posterior dan inferior kartilago trakea terakhir. Membrane mukosa carina
merupakan salah satu area paling sensitive dari seluruh laring dan trakea untuk memicu refleks batuk.

Bronkus

Bronkus

Paru-paru

Paru-paru merupakan sepasang organ berbentuk kerucut di rongga toraks. Keduanya dipisahkan oleh
hati dan struktur lain di mediastinum. Setiap paru ditutup dan dilindungi oleh membrane serosa lapis
dua bernama membrane pleura. Lapisan superficial disebut pleura parietal yang berbatasan dengan
rongga toraks, lapisan dalam disebut pleura visceral yang menutupi paru-paru. Di antara pleura parietal
dan visceral terdapat ruang kecil bernama rongga pleura yang mengandung sedikit cairan lubrikan yang
disekresikan oleh membrane. Cairan pleura ini mengurangi friksi antara membrane.

Paru (Tampak Lateral)

Paru (Tampak Lateral)

Paru (Tampak Medial)


Paru (Tampak Medial)

Bagian inferior yang luas dari paru, basis, berbentuk cekung dan cocok di atas daerah cembung
diafragma. Bagian superior paru yang sempit adalah apeks. Permukaan paru-paru membentang
terhadap tulang rusuk, permukaan costalis, sesuai dengan kelengkungan tulang rusuk. Permukaan
mediastinalis dari tiap paru berisi hilus yang dilalui bronkus, pembuluh darah paru, pembuluh limfa, dan
nervus.

Di medial, paru kiri terdapat cekungan, cardiac notch, tempat di mana ada jantung. Karena ruang yang
ditempati jantung, paru kiri 10% lebih kecil daripada paru kanan. Walaupun paru kanan lebih tebal dan
lebih luas, dia juga lebih pendek daripada paru kiri karena diafragma lebih tinggi di sisi kanan untuk
mengakomodasi hati yang ada di inferiornya.

Setiap paru dibagi oleh 1 atau 2 fissura. Kedua paru-paru mempunyai sebuah fissure oblik yang
memanjang inferior dan anterior. Paru kanan juga memiliki fissure horizontal. Fissure oblik di paru kiri
memisahkan lobus superior dengan lobus inferior. di paru kanan, bagian superior dari fissure oblik
memisahkan lobus superior dengan lobus inferior; bagian inferior dari fissure oblik memisahkan lobus
inferior dengan lobus medius yang berbatasan dengan fissure horizontal di superior.

Setiap lobus menerima bronkus sekunder, jadi bronkus utama kanan memberi 3 bronkus sekunder
(bronkus superior, media, dan inferor), dan bronkus utama kiri memberi 2 bronkus sekunder (bronkus
superior dan inferior). Di dalam paru, bronkus sekunder bercabang menjadi bronkus
tersier/segmentorum (terdapat 10 bronkus tersier di tiap paru) yang masing-masing bercabang lagi
menjadi segmen bronkopulmonalis. Selanjutnya, masing-masing bronkus segmentorum memberikan 20-
25 percabangan dan akhirnya menjadi bronkus terminalis. Masing-masing bronkus terminalis bercabang
banyak menjadi bronkiolus respirasi dan masing-masing bronkiolus respirasi mempercabangkan 2-11
duktus alveolaris. Masing-masing duktus alveolaris mempercabangkan 5-6 saccus alveolaris.

Alveolus

Alveolus

Supply Darah ke Paru-Paru

Paru-paru menerima darah melalui 2 set arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. Darah
deoksigenasi mengalir melalui trunkus pulmonalis, yang dibagi menjadi arteri pulmonalis kanan dan
arteri pulmonalis kiri. Kembalinya darah oksigenasi ke jantung terjadi melalui 4 vena pulmonalis yang
masuk ke atrium kiri. Arteri bronkialis yang merupakan cabang aorta, mengantarkan darah oksigenasi ke
paru-paru. Darah ini melakukan perfusi ke dinding muscular bronkus dan bronkiolus

Anda mungkin juga menyukai