Ked (406070080)
BAB IX
GANGGUAN MATA
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
membaca bab ini dengan seksama diharapkan anda sudah dapat :
1. Mengetahui Anatomi Organ Mata
Menceritakan kembali anatomi organ mata
Mengetahui fisiologi organ mata.
2. Mengetahui perubahan organ mata pada lanjut usia.
Mengetahui perubahan anatomi mata pada lanjut usia
Mengetahui perubahan fungsi mata pada lanjut usia
3. Mengetahui penyakit-penyakit yang mengenai organ mata yang biasanya terdapat
pada lanjut usia dan penanganannya, seperti pada :
Presbiopia
Entropion
Ektropion
Blefaroptosis Akuisita
Dermatokalasis
Dacryostenosis Akuisita
Arcus Senilis
Penurunan Sensitivitas Kornea
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca bab ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda
sudah akan dapat :
1. Mengerti betapa kompleksnya gangguan organ mata pada Lanjut Usia
1.1 Mencoba menggali lebih jauh permasalahan pada Lanjut Usia berkaitan
dengan mata.
1.2 Mencoba menangani permasalahan Lanjut Usia dengan gangguan mata
2. Menunjukan besarnya perhatian pada lanjut usia akan permasalahnnya yang
berkaitan dengan gangguan pada mata.
182
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
I. Pendahuluan
Gangguan penglihatan merupakan masalah penting yang menyertai lanjutnya
usia. Akibat dari masalah ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, para ahli,
bahkan oleh para lanjut usia sendiri. Dengan berkurangnya penglihatan, para lanjut
usia seringkali kehilangan rasa percaya diri, berkurang keinginan untuk pergi keluar,
untuk lebih aktif atau bergerak ke sana kemari. Mereka akan kehilangan kemampuan
untuk membaca atau melihat televisi. Kesemua ini akan menurunkan aspek sosialisasi
dari para lanjut usia, mengisolasi mereka dari dunia luar yang pada gilirannya akan
menyebabkan depresi dan berbagai akibatnya. Atas berbagai alasan itulah maka
masalah gangguan penglihatan merupakan topik penting bagi disiplin geriatri.
II. Perubahan-perubahan Pada Jaringan Dalam Bola Mata Yang Menyertai Usia
Lanjut
1. Perubahan Refraksi
PRESBIOPIA
2. Perubahan Struktur Kelopak Mata
ENTROPION
EKTROPION
BLEFAROPTOSIS AKUISITA
DERMATOKALASIS
3. Perubahan Sistem Lakrimal
DACRYOSTENOSIS AKUISITA
4. Perubahan Kornea
ARCUS SENILIS
PENURUNAN SENSITIVITAS KORNEA
5. Perubahan Produksi Aqueous Humor
Pada mata sehat dengan pemeriksaan fluorofotometer diperkirakan produksi
Aqueous Humor 2,4 0,06 L/menit. Beberapa faktor berpengaruh pada
produksi Aqueous Humor. Dengan pemeriksaan fluorofotometer menunjukkan
bahwa dengan bertambahnya usia terjadi penurunan produksi Aqueous Humor
2% (0,06 L/menit) tiap dekade. Penurunan ini tidak sebanyak yang
diperkirakan, oleh karena dengan bertambahnya usia sebenarnya produksi
Aqueous Humor lebih stabil dibanding perubahan tekanan intra okuler atau
volume COA.
6. Perubahan Iris
Pada usia lanjut iris akan mengalami proses degenerasi, menjadi kurang
cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda
sampai putih.
7. Perubahan Pupil
Pupil mengalami konstriksi, mula-mula berdiameter 3 mm, pada usia lanjut
terjadi penurunan 1 mm dan refleks cahaya langsung melemah.
8. Perubahan Lensa
Pada usia muda lensa tidak bernukleus, pada usia 20 tahun nukleus mulai
terbentuk. Semakin bertambah umur nukleus semakin membesar dan padat,
sedangkan volume lensa tetap, sehingga bagian korteks semakin menipis,
elastisitas jadi berkurang (membias sinar jadi lemah). Lensa yang mula-mula
bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis).
183
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
1. PRESBIOPIA
Gambar 1. Proyeksi benda pada mata presbiopia Gambar 2. Gaya membaca pada penderita
presbiopia
Merupakan gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat :
Kelemahan otot akomodasi
Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan
memberikan keluhan berupa :
Mata lelah, berair dan sering terasa pedas setelah membaca
Membaca selalu dijauhkan agar lebih jelas
Sukar melihat dekat terutama pada malam hari atau pada ruangan yang kurang
terang.
Terapinya adalah :
Kacamata lensa spheris positif dengan kekuatan tertentu sesuai dengan usia,
biasanya :
+ 1,0 D untuk usia 40 tahun
+ 1,5 D untuk usia 45 tahun
+ 2,0 D untuk usia 50 tahun
+ 2,5 D untuk usia 55 tahun
+ 3,0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 D adalah lensa positif terkuat
yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi
bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa +
3,0 Dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar.
184
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja
pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subyektif sehingga angka-angka di atas
tidak merupakan angka yang tetap.
2. ENTROPION
Entropion merupakan suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra ke arah dalam. Hal ini menyebabkan bulu mata tumbuh ke arah dalam sehingga
menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Keadaan ini disebut trikiasis. Pada lanjut
usia, entropion diakibatkan oleh degenerasi jaringan kelopak mata, disebut entropion
senilis.
Gejala dan tanda :
Mata merah
Berair
Rasa gatal
Hal ini disebabkan oleh karena iritasi dan abrasi kornea. Bila berlanjut dapat
menyebabkan ulcus kornea.
Penanganannya adalah dengan mengkoreksi entropion yaitu dengan cara :
Jahitan eversi
Prosedur Weis ( splitting palpebra transversa + jahitan eversi ) dengan atau tanpa
pemendekkan horisontal
Aplikasi retraktor palpebra inferior
3. EKTROPION
Ektropion merupakan keadaan dimana tepi kelopak mata membeber atau mengarah
keluar sehingga bagian dalam kelopak atau konjungtiva tarsal berhubungan langsung
dengan dunia luar. Hal ini men yebabkan mata selalu berair karena air mata tidak
dapat disalurkan ke punctum lakrimalis inferior. Pada lanjut usia ektropion
disebabkan oleh relaksasi atau kelumpuhan otot orbicularis okuli, disebut
ektropion Senilis.
185
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
4. BLEFAROPTOSIS AKUISITA
Kelainan ini terjadi karena aponeurosis m. levator palpebra mengalami disinsersi dan
terjadi penipisan akibat bertambahnya usia. Meskipun terjadi perubahan pada aponeurosis
m. levator palpebra namun m. levatornya sendiri relatif stabil sepanjang usia. Bila
blefaroptosis ini mengganggu penglihatan atau secara kosmetik menjadi keluhan dapat
diatasi dengan tindakan operasi.
5. DERMATOKALASIS
Gambar
Gambar 7. 8. Post-Blefaropati
Dermatokalasis
Pada lanjut usia kulit palpebra mengalami atrofi dan kehilangan elastisitasnya
sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini
biasanya diperberat dengan terjadinya peregangan septum orbita dan migrasi lemak
preaponeurotik ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun
inferior dan disebut sebagai dermatokalasis.
Merupakan suatu keadaan di mana kulit kelopak atas maupun bawah menjadi longgar
karena proses penuaan, sehingga kelopak mata tampak menggantung.
6. DACRYOSTENOSIS AKUISITA
Kegagalan fungsi pompa pada sistem lakrimalis disebabkan oleh karena kelemahan
palpebra, eversi punctum atau malposisi palpebra sehingga akan menimbulkan epifora,
namun sumbatan sistem kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering
juga dijumpai pada usia lanjut, dimana dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut
lebih banyak dijumpa pada wanita dibanding pria. Salah satu patogenesis yang pasti
terjadinya sumbatan duktus nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena
terjadi proses jaringan mukosa dan berakibat terjadinya sumbatan.
Setelah usia 40 tahun khususnya wanita pasca menopause sekresi basal kelenjar
lakrimal secara progresif berkurang. Sehingga seringkali pasien dengan sumbatan pada
duktus nasolakrimalis tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya
sedikit. Akan tetapi bilamana sumbatan sistem lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan
mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada
pasir, mata terasa lelah dan keringbahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang
didapatkan diantaranya konjungtiva bulbi kusam dan menebal, kadang hiperemi, pada
kornea terdapat erosi dan filamen. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah Schirmer,
Rose Bengal, Tear film break up time.
7. ARCUS SENILIS
Merupakan manifestasi proses penuaan pada kornea yang sering dijumpai.
Keberadaan arcus senilis ini tidak memberikan keluhan, hanya secara kosmetik sering
menjadi masalah. Kelainan ini berupa infiltrasi bahan lemak yang berwarna keputihan,
berbentuk cincin di bagian tepi kornea. Mula-mula timbulnya di bagian inferior kemudian
diikuti bagian superior, berlangsung meluas dan akhirnya membentuk cincin.
Etiologi arcus senilis diduga ada hubungannya dengan peningkatan kolesterol dan
Low Density Lipoprotein ( LDL ). Bahan-bahan yang membentuk cincin tersebut terdiri
dari ester kolesterol, kolesterol dan gliserid.
Arcus senilis mulai dijumpai pada 60% individu usia 40 60 tahun dan terjadi pada
hampir semua orang yang berusia diatas 80 tahun dimana laki-laki lebih awal timbulnya
dibanding wanita.
hampir 2 kalinya CTT usia 10 tahun. Penyebab dari penurunan sensitivitas kornea
kemungkinan disebabkan penebalan jaringan fibrous kornea, penurunan kandungan air
atau atrofi serabut-serabut saraf.
Fragilitas kornea diukur dengan menentukan seberapa besar tekanan yang diperlukan
untuk mencapai ambang kerusakan secara mekanis. Sampai usia 40 tahun fragilitas
kornea masih tetap sama. Berdasarkan pengalaman klinis hal ini sejalan dengan
peningkatan fragilitas kulit pada usia yang makin lanjut.
9. KATARAK
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Merupakan kelainan lensa dimana lensa yang seharusnya bening dan transparan berubah
menjadi keruh sehingga kehilangan daya akomodasinya.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyakit penyulit mata lokal menahun.
Etiologinya dapat berupa proses penuaan, kongenital, penyakit lain ( Diabetes melitus,
Glaukoma, Uveitis, Ablatio retina ), keracunan obat, dan kecelakaan.
Tanda dan gejala :
Penurunan penglihatan secara perlahan-lahan tanpa disertai dengan mata
merah
Lebih nyaman pada daerah yang lebih redup ( sore hari lebih nyaman
daripada malam hari )
Myopia karena hidrasi, lensa menjadi lebih cembung
Tidak ada gangguan lapangan pandang
Klasifikasi :
Katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Katarak developmental : kongenital atau juvenil
Katarak degeneratif : katarak senile
Katarak komplikata
Katarak traumatik
Katarak sekunder
Katarak Senille secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu :
Stadium Insipien
Stadium Intumesen
Stadium Imatur
Stadium Matur
Stadium Hipermatur
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk antara selat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda
Morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama.
Masuknya air ke dalam celah lensa mangakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
189
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel
serat lensa.
190
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat katarak adalah :
Glaukoma
Ada beberapa fase dari katarak yang dapat menyebabkan glaukoma, yaitu :
1. Phacomorphic Glaucoma
Pada keadaan ini, lensa menjadi bertambah besar ukurannya akibat menyerap
cairan iris terdorong ke depan pendangkalan dari bilik mata depan
sudut bilik mata depan menjadi sempit bahkan menutup menghambat
trabecular meshwork aliran aqueous humor terhambat tekanan intraokuler
meningkat glaukoma sudut tertutup sekunder
2. Phacolytic Glaucoma
Pada katarak stadium hipermatur, terjadi pengkerutan korteks diikuti keluarnya
masa lensa ke bilik mata depan iris terdorong ke belakang trabecular
meshwork tehambat aliran aqueous humor terhambat tekanan intraokuler
meningkat glaukoma sudut terbuka sekunder
3. Phacotopic Glaucoma
o Kapsul lensa keriput dislokasi lensa blocking pupil aliran aqueous
menuju bilik mata depan terganggu peningkatan tekanan intraokular
glaukoma
o Perubahan bentuk vitreus mendorong lensa ke depan blokade pupil
aliran aqueous terganggu peningkatan tekanan intraokular glaukoma
Uveitis
Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak hipermatur, dimana pada katarak
hipermatur terjadi pencairan korteks lensa sehingga masa lensa keluar ke bilik mata
depan. Keadaan ini menyebabkan timbulnya reaksi imun dari tubuh, karena protein
pada masa lensa yang seharusnya terdapat dalam lensa, dianggap sebagai benda asing
oleh tubuh ketika protein tersebut terdapat pada bilik mata depan. Hal ini
menyebakan timbul reaksi inflamasi yang mengenai iris dan badan siliar disebut
Uveitis anterior.
Subluksasi dan dislokasi lensa, Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak
stadium hipermatur. Hal ini terjadi akibat Zonula Zinn yang merupakan penggantung
lensa menjadi lemah atau rapuh dan rusak pada keadaan katarak stadium hipermatur,
sehingga dapat menyebabkan subluksasi atau dislokasi lensa.
Indikasi Operasi
191
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Indikasi operasi atau ekstraksi pada katarak dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok,
yaitu :
Indikasi optik
Operasi katarak atas indikasi optik
dilakukan apabila visus dari pasien menurun
sehingga menyebabkan gangguan pada
aktivitas sehari-harinya. Hal ini dikeluhkan
oleh pasien sendiri.
Indikasi medis
perasi katarak atas indikasi medis dilakukan
apabila katarak dapat menimbulkan
komplikasi pada pasien, bila tidak dilakukan
tindakan operasi akan menimbulkan
kebutaan. Hal ini atas anjuran dari dokter.
Indikasi kosmetik
Operasi katarak atas indikasi kosmetik
dilakukan apabila terjadi perubahan warna
pupil, dimana pupil menjadi berwarna putih
akibat dari proses katarak yang sudah terjadi
kehilangan penglihatan yang permanen. Hal
ini semata-mata dilakukan hanya untuk
mengembalikan warna pupil menjadi hitam,
tetapi tidak memperbaiki penglihatan.
Gambar 15. Prosedur Phaco
Terapi
Pengobatan katarak senille adalah pembedahan atau ekstraksi, dimana lensa yang
sudah keruh tersebut diangkat.Dapat dilakukan dengan teknik intrakapsular ekstraksi dan
ekstrakapsular ekstraksi.
192
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Visual Rehabilitasi
193
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
10. Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit mata yang umumnya terjadi pada usia di atas 40
tahun, ditandai dengan :
1. Peningkatan tekanan intraokular
2. Penyempitan lapang pandang
3. Atrofi papil saraf optikus
Gambar 18. Peningkatan Gambar 19. Penyempitan Gambar 20. Atrofi Papil Saraf
tekanan intraokular Lapang Pandang Optikus
Glaukoma Primer
Glaukoma primer ada 2 macam yaitu :
Gambar 21. Glaukoma sudut sempit atau tertutup Gambar 22. Glaukoma sudut lebar atau terbuka
4. Stadium Absolut
Terjadi kebutaan ( Ophtalmological Blind ) dengan visus nol, tidak dapat melihat atau
menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.
Upaya pencegahan kebutaan dan glaukoma harus dilakukan sedini mungkin ialah pada
stadium prodormal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi perubahan ( Atrophy ) pada
papil saraf optik visus tidak lagi dapat normal.
b. Glaukoma Sudut Terbuka
Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang
mencolok, visus turun perlahan dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak
sakit umumnya penderita datang berobat terlambat, pada pemeriksaan funduskopi sudah
tampak terjadi Excavatio Glaucomatosa dan atofi papil saraf opticus. Pengelolaan
penyakit ini lebih ditekankan pada pemakaian obat-obat anti glaukoma. Operasi baru
dilakukan bila tekanan intraokuler tinggi menetap tidak dapat turun dengan pemberian
obat. Pemakaian obat anti glaukoma dengan jangka panjang sering menimbulkan keluhan
dan efek samping obat. Obat dapat dihentikan sementara dan digantikan dengan tindakan
Laser Trabeculoplasty. Obat digunakan lagi setelah kira-kira 2 bulan.
195
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Gambar 25. Retina Normal Pada Funduskopi Gambar 26. Retina AMD Pada Funduskopi
Sejalan dengan bertambahnya umur maka organ-organ pada manusia pun mengalami
perubahan. Salah satu bagian organ mata yang juga mengalami perubahan yaitu retina.
Perubahan retina karena usia merupakan hal yang fisiologis, berupa Degenerasi Retina
Senilis.
Pada pemeriksaan obyektif didapatkan suatu gambaran fundus senilis berupa Fundus
Tygroid.
Faktor-faktor yang mendukung dari gambaran fundus normal adalah :
Darah di dalam pembuluh darah besar dan Chorio-Capillaris Choroid merupakan
komponen merah.
Kepadatan pigmen dalam sel RPE dan sel melanosit di lapisan koroid merupakan
komponen coklat.
Jenis dan intensitas cahaya yang berasal dari alat yang untuk melakukan pemeriksaan
merupakan sinar gelombang panjang ( merah kuning ).
Perpaduan komponen merah dan coklat, yang mendapat pacuan sinar merah dan kuning
mendapatkan hasil merah jingga yang cemerlang, sebagai gambaran fundus mata normal.
Perubahan elemen-elemen di retina dan koroid yang menyebabkan terjadi gambaran
obyektif fundus Tygroid ialah :
196
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Sklerosis Involusional atau Sklerosis Senilis, terjadi pada arteriole di retina dan koroid,
menyebabkan berkurangnya komponen merah.
Kerusakan RPE dapat menimbulkan bercak hiperpigmentasi dan kepadatan pigmen
dalam sel melanosit koroid.
Beberapa perubahan atau penurunan fungsi pada degenerasi retina senilis yaitu :
Sebagai akibat dari hilangnya sel reseptor dalam sel saraf, kira-kira 2,5 % per dekade,
maka visus kurang tajam, kemunduran sensitivitas lapangan pandang, penurunan
sensitivitas kontras warna, dan kenaikan ambang adaptasi gelap.
Perubahan kualitas saraf optik
Mengakibatkan jumlah akson saraf optik berkurang terjadi penambahan jaringan ikat
serta warna papil saraf optik lebih pucat. Atrofi peripapiler, depigmentasi sekeliling
papil menimbulkan warna pucat sekeliling papil.
Gambar 27. Gambaran DRP pada funduskopi Gambar 28. Gambaran angiografi pada DRP
Pada usia lanjut, retina di bagian perifer ( antara Ora Serata dan Equator ) mengalami
proses degenerasi lebih awal bila dibandingkan dengan bagian sentral.
Jenis-jenis yang sering ditemukan :
1. Paving Stone Degeneration ( Meyer Schwickerath, 1960 )
2. Cystoid Degeneration
3. Retinoschisis
197
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
Tampak ada rongga-rongga pada lapisan pleksiformis luar umumnya area temporo-
inferior. Lesi dapat menyebabkan gangguan lapangan pandang dan dapat berkembang
menjadi Retinoschisis.
III.Kesimpulan
Pada lanjut usia terdapat banyak gangguan penglihatan yang disebabkan karena
adanya proses degenerasi seperti katarak, ARMD, penurunan tajam penglihatan seperti
presbiopia dll. Adanya gangguan penglihatan ini tidak hanya berakibat secara fisik tetapi
juga secara psikis dan sosial. Karena itulah maka masalah gangguan penglihatan
merupakan topik penting bagi disiplin geriatri. Gangguan tersebut harus ditangani secara
holistik, baik secara medis dan non medis sehingga dapat membantu para lanjut usia agar
dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta, Sp.M. Ilmu penyakit mata. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 2003
Lonergan, Edmund T. Et. Al., Geriatrics : A lange clinical manual. International edition.
Prentice-hall International Inc. 1996
Darmajo, R. Boedhi, H. Hadi Martono. Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi kedua/
Balai Penerbit FKUI. 2000
http://www.emedicine.com
http://www.yahoo/images
http://www.google/images
198
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008
Gangguan Mata Pada Lanjut Usia Grace, S. Ked (406070080)
199
Kepaniteraan Gerontologi Medik
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangunan, Cibubur
Periode 14 April 2008 18 Mei 2008