Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN ILMU GERIATRI


Oma Liza Malasan

Pembimbing:
dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp.KJ
Oleh:
Patrick Gianny Warouw
406151073

KEPANITERAAN ILMU GERIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PANTI WERDHA SASANA TRESNA
KARYA BAKTI PEMBANGUNAN, CIBUBUR

PERIODE 5 JUNI 2017 15 JULI 2017


KASUS GERIATRI
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan
Cibubur
Pembimbing : dr. Noer Saelan Tadjudin, Sp.KJ

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.Liza Malasan
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 4 April 1932
Umur : 85 tahun
Status Perkawinan : menikah
Pendidikan Terakhir : Akademik dinas Luar Negeri
Pekerjaan Terakhir : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Nusa Indah A 25 Kelapa Gading, Jakarta Utara
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Masuk STW : 25 Juni 1998
Alasan Masuk STW : Oma ingin menikmati masa tua dengan kegiatan bermanfaat
serta tidak mau merepotkan anak dan cucu
Pembiayaan : Biaya ditanggung oleh istri anak pertama

Kepaniteraan Klinik Geriatri 1


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
ANAMNESA (AUTOANAMNESA)
Tanggal Pemeriksaan : 16 17 Juni 2017
Keluhan Utama : Nyeri pada punggung

Keluhan Tambahan : Punggung kaki kanan dan kiri terasa gatal


Riwayat Penyakit Sekarang :
Oma mengeluh nyeri didaerah punggung dan nyeri dirasakan 2 bulan terakhir ini
dimana nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum. Nyeri terkadang terasa menjalar hingga ke
tungkai bawah dan dan nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri bertambah jika oma berjalan terlalu
lama, melakukan aktivitas fisik dan duduk yang terlalu lama tetapi nyeri membaik jika oma
beristirahat dengan cara berbaring. Oma mengaku tidak pernah memiliki riwayat cidera pada
tulang belakang sebelumnya ataupun operasi pada tulang belakang.
Oma juga merasa gatal pada kedua puggung kaki sejak 1 tahun lalu, gatal sangat terasa
saat oma sedang menonton tv atau sebelum tidur dan gatal berkurang apabila menjelang siang.
Selain itu Oma memiliki riwayat penyakit hipertensi grade I terkontrol dengan obat.
Hipertensi diketahui sejak oma masuk STW dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg.
Oma mengkonsumsi obat amlodipin 5 mg tablet peroral sehari sekali setiap siang dan Valsartan
160 mg tablet peroral sehari sekali setiap malam untuk hipertensinya. Saat ini tekanan darah oma
terkontrol obat dengan baik (Rata -rata tekanan darah 120/70 mmHg). Oma mengatakan ibunya
juga memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Oma mengeluh pandangan mata kanan dan kiri seperti tertutup kabut, lalu konsul ke
spesialis mata dan didiagnosis katarak. oma menjalani operasi katarak pada mata kiri sejak 6
bulan lalu, sedangkan mata kanan masih belum bisa dioperasi karena pada saat mau operasi, oma
merasa tegang dan tidak bisa dilakukan operasi

Kepaniteraan Klinik Geriatri 2


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Riwayat Makanan :
Nafsu makan baik, porsi cukup dan teratur. Oma mengkonsumsi makanan yang
disediakan dari STW seperti nasi, telur, tempe, dan sayur. Oma memakan nasi setengah porsi
setiap makan. Oma dalam sehari biasanya mengkonsumsi air putih sekitar 750-1000 ml /hari.

Riwayat Kebiasaan :
Oma sejak dahulu hobi main memasak sehingga Oma mengisi waktu luangnya dengan
memasak. Selain memasak oma suka bermain scrable bersama oma lainnya saat siang hari
menjelang makan siang. Setelah sore hari oma lebih senang diam di kamar sambil menonton
ataupun mencuci pakaian. Oma tidur sekitar pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 04.00 WIB,
setelah itu oma mandi, memasak dan melakukan sholat subuh. Oma mengaku tidak ada
permasalahan dalam jam tidur beliau,
Setiap hari, Oma mandi dua kali sehari, pagi dan sore tanpa bantuan orang lain. Oma
tidak pernah merokok dan minum minuman beralkohol sejak muda.

Riwayat BAK :
Oma BAK 4-6 kali sehari. BAK lancar, warna kuning jernih, darah (-), nyeri waktu
berkemih (-).

Riwayat BAB :
Teratur, oma mengaku biasanya BAB 1 hari sekali setiap pagi, warna kuning kecoklatan,
konsistensi lunak, nyeri (-), darah segar (-), lendir (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Post OP Katarak ODS
- Penyakit paru disangkal
- Penyakit ginjal (+)
- Asma dan alergi disangkal

Riwayat Operasi :
1. Post op katarak OS 6 bulan lalu
Kepaniteraan Klinik Geriatri 3
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :
a. Hipertensi : (+)
b. Kencing manis : (-)
c. Penyakit jantung koroner : (-)
d. Keganasan : (-)
e. Stroke : (-)
f. Flek paru : (-)
g. Asma : disangkal
h. Alergi : disangkal
Riwayat Kehidupan Pribadi
I. Riwayat prenatal, perinatal, masa kanak-kanak dan remaja
Oma merupakan anak ke lima dari delapan bersaudara. Oma lahir di Jakarta,4 April 1932.
Sejak kecil oma tinggal bersama kedua orang tuanya. Kegiatan oma waktu muda adalah
memasak
Oma tinggal di Jl. Nusa Indah A 25 Kelapa Gading, Jakarta Utara, kebutuhan hidup oma
dipenuhi oleh anak-anaknya. Oma dapat hidup mandiri

II. Riwayat masa dewasa


a. Riwayat Pendidikan
Oma menjalankan pendidikan di Jakarta sampai dengan SMA.
b. Riwayat Pekerjaan
Oma waktu muda sering memasak dan oma senang dengan pekerjaan tersebut.
c. Riwayat Perkawinan
Oma menikah dan mempunyai 4 orang anak
d. Riwayat Keluarga
Oma merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Saat ini, oma dan adik
dibawah oma yang masih hidup. Kakak Oma meninggal karena sakit tua dan adik bungsu
oma meninggal setelah 2 hari lahir.
e. Riwayat Kehidupan sosial-ekonomi
Oma dikenal sebagai orang yang suka bergaul mempunyai motivasi yang kuat
untuk mandiri, tidak suka tergantung dengan orang lain. Oma masih aktif melakukan
Kepaniteraan Klinik Geriatri 4
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
kegiatan-kegiatan yang ada di STW seperti senam dan kerajinan tangan keluarga. Semua
kebutuhan oma di STW ditanggung oleh anaknya.
f. Riwayat Agama
Oma lahir dan besar dalam agama Islam. Hingga saat ini Oma tetap menjadi
penganut Islam yang taat menjalankan sholat 5 waktu, membaca Al-quran setiap hari.
Oma puas dan senang dengan agama dan kehidupannya beragama saat ini
g. Situasi Kehidupan sekarang
Saat ini Oma tinggal di asrama cempaka Sasana Tresna Werdha yang dihuni
bersama werdha lainnya. Oma masuk ke STW karena oma ingin menikmati masa tua
dengan kegiatan bermanfaat serta tidak mau merepotkan anak dan cucu. Oma merasa
senang tinggal di STW karena dapat bersosialisasi dengan teman sebaya, banyak kegiatan
di STW, dapat berolah raga. Oma juga dapat bersosialisasi dengan baik dengan orang lain
dan juga selalu mengikuti kegiatan dari STW
h. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Oma merasa puas dengan kehidupannya sekarang karena pasien merasa bersyukur
bisa ditempatkan di STW sehingga oma tidak perlu terlalu merepotkan orang di
sekitarnya. Oma selalu merasa bersyukur atas apa yang sudah didapatnya sampai
sekarang ini.

STATUS INTERNIS ( 16 Juni 2017 Pk. 11.00)


TANDA VITAL
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
IMT : 22,05 kg/m2

IMT berdasarkan kriteria WHO Asia Pasifik : Normoweight: 18,5 22,9


Underweight : < 18,5
Normoweight : 18,5 22,9
BB lebih : > 23
Kepaniteraan Klinik Geriatri 5
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Dengan resiko : 23,00 24,9
Obesitas grade I : 25 29,9
Obesitas grade II : > 30
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 65x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Pernafasan : 18x/menit, tipe pernapasan torakoabdominal
Status gizi : Normoweight
Usia klinik : Sesuai

STATUS INTERNIS
1. Kulit : Kulit keriput, warna kulit kuning langsat, ikterus(-), sianosis(-), kering(-),
pigmentasi (-), Status dermatologikus : ditemukan papul, eritem
hiperpigmentasi, dengan skuama halus, ukuran plakat multiple, bentuk lesi
tidak teratur, lokalisata bilateral.
2. Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna putih
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak tampak kelainan kulit
kepala.
3. Mata :
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Xantelasma (-) Xantelasma (-)
Konjungtiva Anemis (-) Anemis (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Kornea Jernih Jernih
Arcus senilis (+) Arcus senilis (+)
Reflek kornea (+) Reflek kornea (+)
Pupil Bulat, isokor, 3 mm, RCL (+), Bulat, isokor, 3 mm, RCL (+),
RCTL (+) RCTL (+)
Lensa Keruh, Shadow test (-), IOL(-) Pseudofakia,jernih, IOL(+)

Kepaniteraan Klinik Geriatri 6


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Retina Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Visus VOD 1/60 VOS 6/60
TIO (digital) Normal Normal
Pem. Lain Lapang pandang kurang Lapang pandang baik

4. Telinga :
AD AS
Bentuk Normotia Normotia
Daun telinga Fistel preaurikuler (-) Fistel preaurikuler (-)
Fistel retroaurikuler (-) Fistel retroaurikuler (-)
Abses mastoiditis (-) Abses mastoiditis (-)
Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Nyeri tarik aurikuler (-) Nyeri tarik aurikuler (-)
Liang telinga Serumen (-) Serumen (-)
Lapang Lapang
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Membran timpani Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
5. Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada deviasi, mukosa tidak
hiperemis, sekret -/-, nyeri tekan hidung dan sinus paranasal (-)
6. Mulut : Bentuk simetris, perioral sianosis (-), lidah kotor (-), letak uvula di
tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1
7. Gigi :

M3M2M1P2P1C1I2I1 I1I2C1P1P2M1M2M3
M3M2M1P2P1C1I2I1 I1I2C1P1P2M1M2M3

8. Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar


JVP 5 2 cmH2O

Kepaniteraan Klinik Geriatri 7


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
9. Kelenjar Getah Bening :Preauricular, postauricular, submental, submandibula, cervical,
supraclavicula, inguinal tidak teraba membesar
10. Pulmo :
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
11. Cor :
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra
Perkusi : Redup
Batas atas : ICS II parasternal line sinistra
Batas kanan : ICS IV sternal line dextra
Batas kiri : ICS IV midclavicula line sinistra
Auskultasi : BJ I&II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
12. Abdomen :
Inspeksi : Datar, sikatriks (-), striae (-), gerakan usus (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, nyeri ketok ginjal (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-) , hepar dan lien tidak teraba
membesar
13. Ekstremitas :
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
CRT < 2 detik < 2 detik
Kuku Spoon nails - Spoon nails -
Krepitasi -/- -/-

Kepaniteraan Klinik Geriatri 8


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Deformitas -/- -/-
Kesan : -

14. Tulang Belakang


Inspeksi : tegak, kifosis (-), skoliosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) , benjolan (-)
Perkusi : nyeri ketok (-)

Kesimpulan Kesan Status Internis :


IMT : 22,05 kg/m2
Status dermatologikus : ditemukan papul, eritem hiperpigmentasi, dengan skuama
halus, ukuran plakat multiple, bentuk lesi tidak teratur, lokalisata bilateral.
Pada pemeriksaan mata terdapat arcus senilis ODS, pseudofakia OS dan lensa mata
kanan keruh , shadow test (-)

STATUS NEUROLOGIS
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Rangsang meningeal
a. Kaku kuduk : (-)
b. Brudzinsky I : (-)
c. Brudzinsky II : (-)
d. Laseque : (+)
e. Kernig : (+)
3. Peningkatan TIK : (-)
4. Pupil : Bulat, isokor, 3mm, reflek cahaya +/+
5. Motorik
a. Ttrofi (lengan, tungkai) : Normotrofi
b. Tonus (lengan, tungkai) : Normotonus
c. Kekuatan : 5555 5555
5555 5555

Kepaniteraan Klinik Geriatri 9


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
6 Sensorik
a. Ekseroseptif
Raba halus : Baik
Raba tajam : Baik
b. Propioseptif
Getar : Baik
Posisi : Baik
7. Sistem otonom : Baik
8. Fungsi cerebellum&koordinasi: Baik
a. Telunjuk-hidung : Baik
b. Tumit-lutut : Baik
9. Fungsi luhur : Baik
10. Reflek fisiologis : (+)
a. Biceps : ++/++
b. Triceps : ++/++
c. Patella : ++/++
d. Achilles : ++/++
11. Reflek patologis : (-)
A. Hoffman tromner : (-)
B. Babinski : (-)
C. Chaddock : (-)
D. Schaefer : (-)
E. Gordon : (-)
F. Oppenheim : (-)
G. Klonus paha : (-)
H. Klonus kaki : (-)
12. Tanda regresi & dementia : (-)
Kesimpulan Status Neurologis:
- Tes laseque dan kernig menunjukkan hasil positif

Kepaniteraan Klinik Geriatri 10


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Oma seorang wanita berusia 84 tahun, berperawakan sedang, tinggi badan yang sedang,
dengan cara berpakaian rapi dan bersih, menggunakan alat bantu jalan.
2. Pembicaraan
Oma berbicara dengan suara yang jelas dan pelontaran kata serta kalimat yang
jelas dan lantang serta menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari.
Pembicaraan oma tertata rapi dengan tata bahasa baik dan pilihan kata yang baik.
Pertanyaan pemeriksa dapat dijawab dengan jawaban yang memiliki asosiasi baik dan
koheren.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Oma kooperatif terhadap pemeriksa, ramah dan murah senyum, bicara sesuatu hal
yang dapat dipercaya, tidak ragu ragu, ekspresif, dan bersahabat.
4. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Oma saat ini merasa cukup nyaman dan senang tinggal di STW. Sehari hari oma
mengikuti sebagian besar kegiatan yang diadakan di STW. Oma mudah akrab dan
terbuka untuk bersosialisasi dan sering tampak mengobrol dengan penghuni STW yang
lain. Oma masih mampu melakukan segala aktivitas sehari hari tanpa bantuan orang
lain.

b. Keadaan Mood, Afektif Dan Keserasian


Mood : eutimik
Afek : luas
Keserasian : sesuai
C. Gangguan Persepsi Dan Kognitif
Halusinasi auditorik : tidak ada
Halusinasi visual : tidak ada
Ilusi : tidak ada
Depersonalisasi : tidak ada
Derealisasi : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Kepaniteraan Klinik Geriatri 11
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Agnosia : tidak ada
c. Pikiran
o Arus Pikir
Produktivitas : baik
Kontinuitas Pikiran : baik
Hendaya Bahasa : tidak ada
o Bentuk Pikir
Asosiasi Longgar : tidak ada
Ambivalensi : tidak ada
Flight of Ideas : tidak ada
Inkoherensi : tidak ada
Verbigrasi : tidak ada
Persevarasi : tidak ada
o Isi Pikir
Fobia : tidak ada
Obsesi : tidak ada
Kompulsi : tidak ada
Ideas of reference : tidak ada
Waham : tidak ada

d. Pengendalian Impuls
Oma duduk tenang, berperilaku sopan, dan tidak agresif saat wawancara.
e. Fungsi Intelektual
o Orientasi
- Waktu : baik, Oma mengetahui waktu dengan baik (tanggal, bulan, tahun) saat
wawancara
- Tempat : baik, Oma mengetahui tempat dimana dirinya sekarang
- Orang : baik, Oma mengetahui dan mengenal dokter yang memeriksanya,
perawat dan nama nama teman Oma di STW
o Atensi
- Mengalihkan : baik
Kepaniteraan Klinik Geriatri 12
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
- Memusatkan : baik
- Mempertahankan : baik
o Memori
- Jangka Panjang : baik, Oma ingat masa kecilnya.
- Jangka Sedang : baik, Oma ingat kapan masuk ke STW.
- Jangka Pendek : baik, Oma ingat menu makan hari ini.
- Jangka Segera : baik, Oma dapat mengulang dengan benar 3 macam benda
o Kemampuan Baca Dan Tulis : baik, Oma dapat menuliskan namanya sendiri, dan
membaca tulisan tersebut.
o Kemampuan Visuospasial : baik, Oma dapat menggambarkan jam bulat, lengkap dengan
semua angka, serta menempatkan jarumnya sesuai.
o Pikiran Abstrak : baik, Oma dapat mengartikan peribahasa ada udang dibalik batu.
o Intelegensi & Kemampuan Informasi : baik, Oma dapat menyebutkan nama presiden
Indonesia saat ini.
o Bahasa : Baik
o Agnosia : Tidak ditemukan

f. Uji Daya Nilai


o Daya Nilai Sosial : Baik
o Discriminative Insight : Derajat 6, Oma menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.
o Discriminative Judgment : Baik (Oma berusaha memadamkan api jika terjadi
kebakaran kecil dan menyelamatkan diri jika terjadi
kebakaran besar)
o Reality Testing Ability : Tidak terganggu

g. Taraf dapat dipercaya : secara umum dapat dipercaya

Kesimpulan : Status mental baik.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 13


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
a. Pemeriksaan laboratorium
Hema I Nilai Rujukan Hasil Hasil
24/03/17 19/05/17
Hemoglobin 11,7 1,5 g/dl 9,7 g/dl
Hematokrit 32 37 % 29%
Eritrosit 3,8 5,2 jt/ul 3,2 jt/ul
Leukosit 3,611,00 (103/ ul) 5,00 (103/ ul)
Trombosit 150-440 (ribu/ul) 145 (ribu/ul)
Kimia Klinik
SGOT 0-35 u/L 18 u/L
SGPT 0-35 u/L 10 u/L
Ureum 20-40 mg/dL 79 mg/dL
Creatinin Darah 0,35 0,93 mg/dL 1,40 mg/dL 1,40 mg/dL
eGFR 38,1 38
LDL <130 mg/dL 118 mg/dL 114 mg/dL
Trigliserida 40-155 mg/dL 71 mg/dL 57 mg/dL
Asam Urat 2,0-7,0 mg/dL 6,4 mg/dL 7,2 mg/dL
GDP 70-125 mg/dL 90 mg/dL
GD2PP <140 mg/dL 111 mg/dL

Kepaniteraan Klinik Geriatri 14


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
b. MRI :

c. Foto rontgen :

Kepaniteraan Klinik Geriatri 15


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Kesan:
- Laboratorium
Terjadi peningkatan ureum dan kreatinin
Anemia
- Foto Rontgen
o Susp. Kardiomegali
- MRI
o Spondylolisthesis L4-L5 grade 1
o Degenerasi corpus vertrebrae lumbosacral
o HNP L3-L4 dan L4-L5 dengan penekanan radiks ke kanan dan kiri
o Kista perineural setinggi S2 Kanan dan kiri
- EKG
o Tidak ada kelainan
o
STATUS KOGNITIF
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONER (SPSMQ )
Tanggal berapa hari ini ? Jawaban : Benar
Hari apa sekarang ? Jawaban : Benar
Apa nama tempat ini ? Jawaban : Benar
Kapan anda lahir ? Jawaban : Benar
Dimana tempat anda lahir ? Jawaban : Benar
Berapa umur anda ? Jawaban : Benar
Berapa saudara yang anda miliki ? Jawaban : Benar
Siapa nama teman di sebelah kamar anda ? Jawaban : Benar
Siapa nama kakak anda ? Jawaban : Benar
Kurangi 1 dari 10 dan seterusnya ? Jawaban : Benar
Kesimpulan : Salah 0 (Fungsi Intelektual Utuh)
Interpretasi hasil :
Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh
Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual ringan
Salah 6-8 : Kerusakan Intelektual sedang
Kepaniteraan Klinik Geriatri 16
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Salah 9-10 : Kerusakan Intelektual berat

STATUS KOGNITIF
MINI MENTAL STATE EXAMINATION ( MMSE )

Nilai
Item Test Nilai
Max
1 ORIENTASI
5 5
Sekarang (tahun),( musim),(bulan),(tanggal), hari apa?
2 Kita berada di mana? (Negara), (propinsi) ,(kota), (rumah sakit), (lantai/
5 5
kamar) ?
3 REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda yang tidak berkaitan ( jeruk, uang, mawar
) tiap benda disebut dalam 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama 3 3
benda tersebut. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai
pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
4 ATENSI DAN KALKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan
setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (Nilai 5 1
diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan misalnya UYAHW
nilai = 2)
5 MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
3 3
Pasien disuruh mengingat kembali 3 nama benda di atas.
6 BAHASA
2 2
Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukan (pensil, arloji).
7 Pasien diminta mengulang kata-kata: tanpa kalau dan atau tetapi. 1 1
8 Pasien diminta melakukan perintah: Ambil kertas ini dengan tangan
3 3
kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah Angkatlah tangan
1 1
kiri anda.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 17


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
10 Klien disuruh menulis sebuah kalimat dengan spontan. 1 1
11 Klien disuruh menggambarkan bentuk di bawah ini

1 1

JUMLAH 30 27

Kesimpulan : Skor = 27 (tidak ada gangguan kognitif)

Nilai MMSE:
25-30 : Tidak ada gangguan kognitif
20-24 : Dicurigai ada gangguan kognitif
<20 : Ada gangguan kognitif
CLOCK DRAWING TEST
Instruksi :
Oma diminta membuat jam dinding bulat lengkap dengan angka angkanya, lalu Oma
diminta menggambarkan jarum jam yang menunjukkan pukul dua belas lewat sepuluh menit.

Komponen yang dinilai Nilai


Menggambar lingkaran yang tertutup 1
Meletakan angka angka dalam posisi yang benar 1
Ke 12 angka komplit 1
Meletakan jarum jarum jam dalam posisi yang tepat 1
Total nilai 4

Kesimpulan : Tidak terdapat gangguan fungsi kognitif

STATUS EMOSIONAL
Kepaniteraan Klinik Geriatri 18
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
GERIATRIC DEPRESSION SCALE

No PERTANYAAN YA TIDAK Score


1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda? 0
2 Apakah anda meninggalkan banyak kegiatan / minat
0
kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda kosong? 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? 0
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap hari? 0
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada
0
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
0
anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 0
9 Apakah anda lebih sering tinggal di dalam rumah daripada
0
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda mempunyai banyak masalah dengan daya ingat
0
anda dibandingkan sengan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
0
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda
0
saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 0
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
0
harapan?
15 Apakah anda berpikir orang lain lebih baik keadaannya
0
daripada anda?

Total score : 0 (Tidak depresi)


Penilaian GDS versi Indonesia

Kepaniteraan Klinik Geriatri 19


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
1) Jawaban TIDAK untuk butir 1, 5, 7, 11, 13 mendapat skor 1
2) Jawaban YA untuk butir 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14,15 mendapat skor 1
3) Butir-butir pertanyaan lainnya bila dijawab YA mendapat skor 1 dan bila
TIDAK mendapat skor 0
4) Skor <5 : Tidak depresi
5) Skor 5-9 : Kemungkinan besar depresi
6) Skor >10 : Depresi

STATUS FUNGSIONAL
ACTIVITIES OF DAILY LIVING (INDEKS ADL BARTHEL) RSCM
Fungsi Nilai Keterangan
0 Inkontinensia
1. Mengontrol BAB 1 Kadang2 inkontinensia
2 Kontinen teratur
0 Inkontinensia
2. Mengontrol BAK 1 Kadang2 inkontinensia
2 Kontinen teratur
3. Membersihkan diri (lap
0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat
1 Mandiri
gigi)
Tergantung pertolongan orang lain
0
Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas
1
4. Toileting tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
aktivitas
2
Mandiri
Tidak mampu
0
Perlu seseorang menolong memotong
5. Makan 1
makanan
2
Mandiri
6. Berpindah tempat dari tidur 0 Tidak mampu

Kepaniteraan Klinik Geriatri 20


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
2 orang)
3 Bantuan minimal 1 orang
Mandiri
Tidak mampu
0
Bisa berjalan dengan kursi roda
1
7. Mobilisasi atau berjalan Berjalan dengan bantuan orang lain atau
2
walker
3
Mandiri
0 Tergantung orang lain
8. Berpakaian 1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
0 Tidak mampu
9. Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri (naik turun)
0 Tergantung orang lain
10. Mandi
1 Mandiri
Total nilai 19

Kesimpulan : Total nilai = 18 (Ketergantungan ringan)


Activities of Daily Living (Indeks ADL Barthel) RSCM
Catatan : jawaban pasien adalah yang tercetak tebal
Interpretasi nilai
20 : Mandiri
12 19 : Ketergantungan ringan
9 11 : Ketergantungan sedang
58 : Ketergantungan berat
04 : Ketergantungan total

RESUME

Kepaniteraan Klinik Geriatri 21


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Telah diperiksa Oma Liza M berusia 85 tahun. Oma mengeluh nyeri pada punggung dan
sudah dirasakan sejak 2 bulan terakhir, sebelumnya oma pernah merasakan keluhan yan
serupa 1 tahun lalu dimana nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum.. Nyeri tekadang terasa
menjalar hingga ke tungkai bawah dan nyeri bertambah jika oma berjalan terlalu lama,
melakukan aktivitas fisik dan duduk yang terlalu lama tetapi nyeri membaik jika oma beristirahat
dengan cara berbaring. Oma mengaku tidak pernah memiliki riwayat cidera pada tulang
belakang sebelumnya ataupun operasi pada tulang belakang.
Oma juga merasa gatal pada kedua puggung kaki sejak 1 tahun lalu, gatal sangat terasa
saat oma sedang menonton tv atau sebelum tidur dan gatal berkurang apabila menjelang siang.
Oma menderita hipertensi grade I terkontrol dengan obat. Hipertensi diketahui sejak oma
masuk STW dengan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg. Oma mengkonsumsi obat
amlodipin 5 mg tablet peroral sehari sekali setiap siang dan Valsartan 160 mg tablet peroral
sehari sekali setiap malam untuk hipertensinya. Saat ini tekanan darah oma terkontrol obat
dengan baik (Rata -rata tekanan darah 120/70 mmHg).Oma mengatakan ibunya juga memiliki
riwayat tekanan darah tinggi.
Oma mengeluh pandangan mata kanan dan kiri seperti tertutup kabut, lalu konsul ke
spesialis mata dan didiagnosis katarak. oma menjalani operasi katarak pada mata kiri sejak 6
bulan lalu, sedangkan mata kanan masih belum bisa dioperasi karena pada saat mau operasi, oma
merasa tegang dan tidak bisa dilakukan operasi

- Keadaan umum : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.


- Tanda vital
o Tekanan: 110/60 mmHg , nadi: 65x/menit regular kuat angkat, RR : 20x/menit,
T : 35,8 c,
o Status gizi : IMT 22,05 kg/m (normoweight)
- Kesan Status Internis
o Status dermatologikus : ditemukan papul, eritem hiperpigmentasi, dengan
skuama halus, ukuran plakat multiple, bentuk lesi tidak teratur, lokalisata
bilateral.
o Pada pemeriksaan mata terdapat arcus senilis ODS, pseudofakia OS dan lensa
mata kanan keruh , shadow test (-)
Kepaniteraan Klinik Geriatri 22
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
- Status Neurologis:
o Kesimpulan: Tes laseque dan kernig menunjukkan hasil positif
- Status Mental : tidak ada kelainan
o Geriatric Depresion Scale : 0 pasien tidak depresi
o Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ) : Benar semua (salah 0)
fungsi intelektual utuh
o Mini Mental Status Examination (MMSE) : nilai 27 tidak ada gangguan fungsi
kognitif.
o Indeks ADL Barthel : Total nilai 18 Ketergantungan ringan
- Pemeriksaan penunjang
Kesan:
- Laboratorium
Terjadi peningkatan ureum dan kreatinin
Anemia
- Foto Rontgen
o Susp. Kardiomegali
- MRI
o Spondylolisthesis L4-L5 grade 1
o Degenerasi corpus vertrebrae lumbosacral
o HNP L3-L4 dan L4-L5 dengan penekanan radiks ke kanan dan kiri
o Kista perineural setinggi S2 Kanan dan kiri
- EKG
o Tidak ada kelainan
- Masalah
Biologi
Nyeri punggung
Gatal pada punggung kaki
Pandangan mata kabur

Psikososial
Tidak ada masalah
Kepaniteraan Klinik Geriatri 23
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Lingkungan
Tidak ada masalah
III. Diagnosa Kerja
a. Diagnosa Utama
i. LBP e.c HNP L3-L4, L4-L5 dan spondilolisthesis L4-L5 DD?
b. Diagnosa tambahan
i. Hipertensi grade I terkontrol obat.
ii. Gagal ginjal kronik grade?
iii. Katarak Senilis matur OD
iv. Pseudofakia?
v. LSK lokasi?
c. Pemeriksaan yang dianjurkan
MRI vertebra lumbosakral
Pemeriksaan darah rutin setiap 6 bulan sekali
Pemeriksaan ureum kreatinin setiap 1 bulan sekali
Cek tekanan darah rutin
Apusan darah tepi

d. RENCANA PENGELOLAAN

1. LBP yang disebabkan HNP L3-L4, L4-L5 dan Spondilolisthesis


Farmakologis : -
Non farmakologis :
- Tidak melakukan aktifitas berat/mengangkat
- Tidak terlalu lama duduk ataupun berdiri
- Alat bantu jalan four wheel dan quad-canes
Usul :
Farmakologis :
- Natrium diklofenak tab 50 mg 2x1 p.c (p.r.n Nyeri )
Non Farmakologis :
- Lumbosacral brace
Kepaniteraan Klinik Geriatri 24
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
- Fisioterapi diathermi
Prognosis :
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad Functional : Dubia
- Ad Sanationam : Dubia ad malam
2. Gagal Ginjal Kronis
Farmakologis :
- Lenal ACE mg tab 1-0-0 p.c (Calcium Acetat USP (setara dengan
169 mg calcium)
- Aminefron mg tab 1-0-1 p.c (Alpha-keto isoleucine 67 mg, alpha-
keto leucine 101 mg, alfa-keto phenylalanine 68 mg, alfa-
Hydoroksi methionin 59 mg, alpha-keto valin 86 mg, L-tryptophan
23 mg, L-threonin 53 mg, L-histidin 38 mg, l-tyrosine 30 mg, L-
lysine acetate 105 mg, Ca 50 mg)
Non-Farmakologis :
- Diet tinggi kalori, rendah protein, rendah fosfat, dan rendah garam
Diet protein (0,60-0,75 g/KgBB), fosfor (8-12 mg/g/kgBB)
- Restriksi cairan sesuai dengan 500ml 800ml (IWL) + jumlah
urine yang keluar
Usul :
- Farmakologis : -
- Non-Farmakologis :
Pemeriksaan rutin fungsi ginjal
Pemeriksaan rutin elektrolit
Prognosis :
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad Functional : Dubia ad malam
- Ad Sanationam : Dubia ad malam

Kepaniteraan Klinik Geriatri 25


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
3. Anemia : hapus
Farmakologis :
- Mecobalamin 500 mcg caps 3x1
Non farmakologis :
Usul :
- Farmakologis :
Epoglobin Inj 6000 IU ( 25-50 u/KgBB 2-3x/minggu )
Adfer caps 1 x 1 ac (Fe gluconate 250 mg, manganese
sulfate 200 mcg, copper sulfate 200 mcg, vit C 50 mg, folic
acid 1,000 mcg, vit B12 7.5 mcg, sorbitol 25 mg)
- Non Farmakologis :
Cek darah rutin
Trial dengan tablet Fe
Apusan darah tepi
Prognosis :
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad Functional : Dubia ad bonam
- Ad Sanationam : Dubia
4. Hipertensi grade I terkontrol obat.
Farmakologis :
- Amlodipine tab 5mg 1x1 siang hari
- Valsartan tab 160 mg 1x1 malam hari
Non farmakologis :
- Makan obat teratur
- Pemeriksaan tekanan darah setiap hari
Usul :
- Farmakologis : Lanjutkan terapi
- Non farmakologis :
Diet protein (0,60-0,75 g/KgBB), fosfor (8-12 mg/g/kgBB)

Kepaniteraan Klinik Geriatri 26


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Hindari makanan mengandung tinggi garam (MSG,
makanan instan / kaleng, makanan yang diasinkan)
Melakukan olahraga rutin 3-4x/minggu dengan durasi
masing-masing minimal 30 menit dan jenis olahraga
aerobik, seperti bersepeda statis, jalan pagi, berenang.
Prognosis :
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad Functional : Dubia ad bonam
- Ad Sanationam : Dubia
5. LSK (Liken Simpleks Kronis) lokasi?
Farmakologis
- CTM tab (2mg) 0-0-1 p.r.n gatal
- Desoximetasone salep 1x1 sore (Desoximetasone 2,5 mg/ml)
Non Farmakologis
- Hindari garukan
Usul
- Farmakologis : Terapi di lanjutkan
- Non-Farmakologis : observasi keluhan gatal
Prognosis :
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad Functional : Dubia ad bonam
- Ad Sanationam : Dubia ad bonam
6. Katarak Senilis OD Matur
Farmakologis : -
Non farmakologis :-
Usul :
- Farmakologis :
catarlent eye drops 5 ml, 3x1 gtt OD
- Non Farmakologis :
Memberikan motivasi untuk dilakukan operasi katarak
(EKEK)
Kepaniteraan Klinik Geriatri 27
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Prognosis :
- Ad vitam : Dubia ad bonam
- Ad Functional : Dubia ad malam
- Ad Sanationam : Dubia ad malam

Kepaniteraan Klinik Geriatri 28


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
LOW BACK PAIN

BAB 1
PENDAHULUAN

Low Back Pain (LBP) atau yang biasa disebut Nyeri Punggung Bawah (NBP) merupakan
suatu gejala yang sering dirasakan dalam masyrakat yang disebabkan oleh banyak penyakit baik
dari usia maupun infeksi. Rasa nyeri yang dirasakan biasanya sangat beragam dan biasanya
diperberat oleh gerakan ataupun aktifitas dan 70-85% dari populasi pernah mengalami episode
ini dalam hidupnya

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defnisi
Low back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di
daerah punggung bawah, yang dapat merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau
keduanya, atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang dapat menjalar ke daerah lain atau
sebaliknya (referred pain).
NPB juga dapat diartikan merupakan perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan
sakroiliaka yang disertai penjalaran ke tungkai dan kaki.
2.2 Anatomi
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang
dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Di bagian dalam
tulang terdapat rongga yang memanjang ke bawah yang berisi sumsum tulang belakang yang
merupakan jaringan saraf, bagian dari susunan saraf pusat. Saraf tersebut mengatur gerakan otot
dan organ lain, seperti usus, jantung dan lainnya.
1. Tulang belakang cervical: terdiri atas 7 tulang yang memiliki bentuk tulang yang kecil
dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang
pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang yang mendukung
bagian leher.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 29


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
2. Tulang belakang thorax: terdiri atas 12 tulang yang juga dikenal sebagai tulang dorsal.
Procesus spinosus pada tulang ini terhubung dengan tulang rusuk. Kemungkinan
beberapa gerakan memutar dapat terjadi pada tulang ini.
3. Tulang belakang lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya. Bagian ini
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan rotasi dengan
derajat yang kecil.
4. Tulang sacrum: terdiri atas 5 tulang dimana tulang-tulangnya tidak memiliki celah dan
bergabung (intervertebral disc) satu sama lainnya. Tulang ini menghubungkan antara
bagian punggung dengan bagian panggul.
5. Tulang belakang coccyx: terdiri atas 4 tulang yang juga tergabung tanpa celah antara 1
dengan yang lainnya. Tulang coccyx dan sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan
membentuk tulang yang kuat.
Tulang belakang adalah struktur yang kompleks, yang terbagi menjadi bagian anterior dan
posterior. Tulang belakang terdiri dari korpus vertebra yang silindris, dihubungkan oleh diskus
intervertebralis, dan dilekatkan oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Bagian
posterior lebih lunak dan terdiri dari pedikulus dan lamina yang membentuk kanalis spinalis.
Bagian posterior dihubungkan satu sama lain oleh sendi facet (disebut juga sendi apofisial atau
zygoapofisial) superior dan inferior. Sendi facet dan sendi sacroiliaka, yang dilapisi oleh sinovia,
diskus intervertebralis yang kompresibel, dan ligamen yang elastic, yang berperan dalam gerak
fleksi, ekstensi, rotasi, dan gerak lateral dari tulang belakang.

Gambar 2. Struktur
Tulang Belakang
Bagian Anterior dan
Posterior (Anatomy
of spine, 2013)

Kepaniteraan Klinik Geriatri 30


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Gambar 3. Struktur Tulang Belakang Potongan Transversal dan Sagital
(Anatomy of spine, 2013).

Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae, diskus intervertebralis dan
struktur penunjang yakni otot dan ligament. Meskipun ligamen yang menopang tulang belakang
sangat kuat, stabilitas tulang belakang tetap dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunteer dari
otot sacrospinalis, abdomen, gluteus maximus, dan otot hamstring.

2.3 Faktor Resiko


1. Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden
tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat
mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih

Kepaniteraan Klinik Geriatri 31


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause
juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
3. Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang lebih
besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
4. Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama
adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi
atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
5. Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah
dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk
dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah
yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti
tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai
lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban
dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang
salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan
aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan
posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari
10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
6. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami
gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.
7. Abnormalitas struktur

Kepaniteraan Klinik Geriatri 32


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis, maupun kifosis,
merupakan faktor resiko untuk terjadinya LBP.
2.4 Etiologi
1. LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh,
juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri
hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP spondilogenik
akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu untuk menghilangkan nyerinya.
2. LBP Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri
menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteri glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di daerah
bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak terpengaruh oleh
presipitasi tertentu misalnya : membungkuk, mengangkat benda berat yang mana dapat
menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis. Kaludikatio intermitten nyerinya
menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
3. LBP Neurogenik
a. Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan
terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
b. Stenosis kanalis spinalis :
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus intervertebralis
dan biasanya di sertai ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio
intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
4. LBP spondilogenik
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang
terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di artikulatio
sacroiliaka.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 33


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
5. LBP psikogenik
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran
kedunaya.
6. LBP osteogenik
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis tuberculosa,
trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis, keganasan, kongenital
misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan
selaput artikulasi posterior satu sisi, metabolik mislnya osteoporosis, osteofibrosis,
alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
7. LBP diskogenik
Spondilosis/ Spondylolisthesis
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga jarak antar
vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan
foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh
terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang
mengakibatkan iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena gangguan pada
radiks yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi otot). Nyeri
akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan dengan cara penderita disuruh mengejan
(percobaan valsava) atau dengan menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger).
Hernia nucleus pulposus (HNP):
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah
kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu
degenerasi discus intervertebralis. Pada umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang
berlebihan misalnya mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih
banyak dialami oleh laki-laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul yaitu rasa
nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan di tempat
tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme ini menyebabkan
berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan
paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-
S1 dan L4-L5 pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat di punggung bawah, ditengah-
tengah antara kedua bokong dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Kekuatan
Kepaniteraan Klinik Geriatri 34
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
ekstensi jari V kaki juga berkurang dan reaksi achilles negative. Pada HNP lateral L4-L5
rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong,
tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan
radiks yang terkena, menurun. Pada tes laseque akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian
belakang. Percobaan valsava dan naffziger akan memberikan hasil positif.
Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas, ke daerah leher.
Gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang
setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran yang mirip dengan
ruas-ruas bamboo sehingga disebut bamboo spine.
8. LBP miogenik
Ketegangan otot :
Sikap tegang yang berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekan otot yang
akhirnya akan timbul rasa nyeri. Rasa nyeri timbul karena iskemia ringan pasa jaringan otot
regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada
kapsula.
Spasme otot atau kejang otot :
Disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya dalam
kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Gejalanya yaitu adanya
kontraksi otot yang disertai dengan nyeri hebat. Setiap gerakan akan memperberat
rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.

Defisiensi otot :
Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisme yang berlebihan, tirah
baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
Otot yang hipersensitif :
Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan
menjalar ke daerah tertentu.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 35


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
2.5 Patogenesis
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun atas
banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat satu sama
lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung
yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang.
Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila
tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat beban berat pada
posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi
tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari
samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot di
daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang.
Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang dapat
berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matrik
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan
perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan penekanan pada akar saraf
ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
Secara umum LBP mekanik disebabkan oleh trauma akut atau trauma berulang yang
sering terjadi pada faktor pekerjaan. Mekanisme LBP sendiri sangatlah kompleks dan mulifaktor,
oleh karena semua komponen seperti ligamen, tendon, diskus intervertrebralis, dan otot sangatlah
berperan. Semua komponen tulang belakang mememilir saraf sensoris yang berasal radiks dorsal
yang dapat memberikan rangsangan nyeri yang berasal dari noiceptive reseptor maupun secara
neuropatik.
Mekanisme terjadinya gangguan tulang belakang dapat terjadi akibat beban yang berlebihan
akibat perubahan struktur dari tulang belakang, gerakan berulang, akibat diskus intervertrebralis
yang menyempit akibat usia maupun trauma. Mekanisme juga dapat terjadi secara kimiawi

Kepaniteraan Klinik Geriatri 36


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
dimana enzim fosfolipase dan glutamat berperan dalam merangsang nyeri yang dibuktikan pada
kasus HNP dengan cara mensekresiskan substansi P didalam dorsal root ganglion (DRG).

2.6 Diagnosis
2.6.1 Tanda dan Gejala
Nyeri pada LBP dapat bersifat akut ataupun kronik (>3bulan) namun dalam tanda dan gejala
LBP dapat dikategorikan ke dalam kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
1. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari aktivitas
fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih tanda atau
gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di daerah
nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi patologis yang
berat pada spinal. Karakteristik umum :
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan
bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis lainnya
yang dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atu demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
Kepaniteraan Klinik Geriatri 37
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada usia kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 55 tahun
2.6.2 Anamesis
1. Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah
posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau
iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap19
2. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu
3. Lokasi penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di
daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai
bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat
disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola
penyebaran yang tetap.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 38


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Tabel 2.1 Gambaran efek dari kompresi pada saraf akibat hernasi diskus intervetrebralis

4. Faktor yang memperberat/memperingan


Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver
valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap
jika berbaring.
5. Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan
berjalannya waktu. Harus dibedakan antara nyeri punggung dengan nyeri tungkai, mana
yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya
merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri
punggung dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin
memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak daripada
nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala nyeri punggung yang sudah lama

Kepaniteraan Klinik Geriatri 39


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB
yang terjadinya secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar
episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau memungut barang yang enteng. Harus diketahui pula gerakan-gerakan
mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai
mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang
bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri,
juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada
malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu
kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
2.6.3 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.
Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
a. Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
b. Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
c. Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).

Kepaniteraan Klinik Geriatri 40


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
d. Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi
atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan
adanya HNP pada sisi yang sama.
e. Nyeri pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.
2. Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa
ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan
intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya
ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan
dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur
pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
3. .Pemeriksaan motoris :
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
4. Pemeriksaan sensorik :
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu
menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik
lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.22
5. Tanda-tanda rangsangan meningeal :
Tanda Laseque:
o menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau
S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan mengangkat tungkai
pasien secara perlahan tanpa fleksi di lutut. Gerakan ini akan

Kepaniteraan Klinik Geriatri 41


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
menghasilkan nyeri menjalar mulai dri bokong sampai ujung kaki
(perjalanan nervus ischiadicus) pada sudut kurang dari 60 derajat.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya.
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign)
o dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri
diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai
kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard:
o Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes
laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard:
o Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava:
o Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul nyeri
Tes kernig::
o Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah
sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat
spasme involunter otot semimembraneus, semitensinous, biceps femoris
yang membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
6. Test Lain yang berhubungan dengan LBP
Tes Patrick dan anti-patrick:
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika gerakan diluar
kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi
panggul, negative pada ischialgia.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 42


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Tes Naffziger:
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat, akan
menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis
Spasme m. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat kuat pada
meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain menggerakkan tungkai
ke posisi vertical dengan lutut dalam keadaan fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif
mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan
ditimbulkan oleh spasme involunter m.psoas.
Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering
menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbosacral. Dengan pasien berbaring
terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah dengan kedua belah
tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi maksimal. Kemudian
pemeriksa menekan kuat kuat ke bawah kearah meja dan ke atas kearah kepala
pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.
Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf autonom, dan
dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan yang ada yaitu sesuai dengan radiks
atau saraf spinal yang terkena.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 43


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis :
a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor
spinal
b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah
jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang
c. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI
sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
d. Diskografi
Dapat dilakukan dengan menyuntikkan suatu zat kontras ke dalam nukleus pulposus
untuk menentukan adanya suatu annulus fibrosus yang rusak, dimana kontras hanya
bisa penetrasi/menembus bila ada suatu lesi. Dengan adanya MRI maka pemeriksaan
ini sudah tidak begitu populer lagi karena invasif.
e. Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat
berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
2.8 Tatalaksana
Terapi digolongkan sebagai konservatif apabila bersifat non invasive. Tindakan
pembedahan baru dipertimbangkan apabila ditemukan kelainan anatomis atau terapi konservatif

Kepaniteraan Klinik Geriatri 44


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
gagal, sehingga nyeri punggung bawah (low back pain) atau nyeri tungkai menetap untuk waktu
yang lama
2.8.1 Farmakologis
Terdapat dua jenis obat-obatan bebas yang disarankan untuk mengurangi nyeri punggung
bawah, yaitu asetaminofen dan obat-obatan anti inflamasi non steroid (OAINS). Golongan obat
yang lain (seperti obat-obatan antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga dapat berguna
mengurangi sensasi nyeri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Asetaminofen
Tidak seperti aspirin atau OAINS, asetaminofen tidak memiliki efek anti inflamasi. Obat
ini mengurangi nyeri dengan bekerja secara sentral di otak untuk mematikan persepsi rasa
nyeri. Tylenol merupakan salah satu contoh obat dengan kandungan aktif asetaminofen
yang banyak dikenal. Dosis sebesar 1000 mg asetaminofen dapat dikonsumsi setiap
empat jam sekali, dengan dosis maksimal 4000 mg per 24 jam.
Selain efektivitasnya, asetaminofen sering dianjurkan karena efek sampingnya yang
minimal. Terutama:
a) Sama sekali tidak menimbulkan kecanduan
b) Pasien tidak mengalami efek toleransi terhadap obat
c) Pada penggunaan jangka panjang tidak menimbulkan gangguan gastrointestinal
(lambung)
e) Hanya sedikit pasien yang alergi terhadap obat ini
Suatu hal yang pelu diperhatikan, asetaminofen dimetabolisme oleh hepar,
sehingga pasien dengan gangguan hepar harus memeriksakan diri terlebih dahulu pada
dokternya. Pasien tidak boleh mengkonsumsi lebih dari 1000 mg setiap empat jam
(dosis maksimal yang dianjurkan), karena dosis lebih tinggi tidak memberikan efek anti
nyeri tambahan dan memperberat risiko kerusakan hepar.
Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Karena sebagian besar serangan nyeri punggung bawah melibatkan suatu komponen
inflamasi, obat-obatan anti inflamasi sering menjadi pilihan terapi yang efektif. OAINS
bekerja seperti aspirin dengan menghambat terjadinya proses inflamasi, namun memiliki
efek samping gastrointestinal yang lebih sedikit dibandingkan dengan aspirin.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 45


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Penggunaan OAINS lebih baik secara terus menerus agar terbentuk suatu
konsentrasi obat anti inflamasi di dalam darah, dan efektivitas OAINS berkurang apabila
hanya digunakan setiap merasa nyeri. Karena OAINS dan asetaminofen bekerja dengan
mekanisme yang berbeda, maka kedua obat ini dapat digunakan secara bersamaan.
OAINS dimetabolisme dari aliran darah oleh ginjal, dengan demikian bagi pasien
diatas usia 65 tahun yang mengidap kelainan ginjal sangat penting untuk berkonsultasi
dengan dokter sebelum memulai penggunaan obat-obatan ini. Apabila seorang pasien
mengkonsumsi OAINS dalam jangka waktu yang lama (6 bulan atau lebih), maka perlu
dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda awal kerusakan
ginjal. OAINS juga dapat menimbulkan gangguan lambung, sehingga pasien dengan
riwayat ulkus lambung perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Kelas baru OAINS, yaitu penyekat COX-2, sudah tersedia. Perbedaan utama
antara kelompok obat ini dengan obat-obatan OAINS sebelumnya adalah penyekat COX-
2 menghambat secara selektif reaksi kimiawi yang berujung pada inflamasi, tetapi di lain
pihak tidak menghambat produksi kimiawi lapisan pelindung lambung. Karena efek
samping utama dari OAINS adalah pembentukan ulkus lambung, maka obat-obatan ini
memiliki angka komplikasi yang lebih rendah dan cenderung untuk tidak menghasilkan
ulkus. Celebrex merupakan penyekat COX-2 yang pertama dipasarkan, dan Vioxx
merupakam obat yang baru saja dipasarkan.
Obat Anti Nyeri Narkotika
Untuk serangan nyeri punggung bawah yang berat, obat anti nyeri narkotika dapat
diresepkan. Jelas, golongan narkotik lebih kuat dan memiliki potensi adiksi yang tinggi,
sehingga hanya boleh diberikan oleh dokter.
Semua obat narkotika memiliki efek disosiatif yang membantu pasien mengatasi
nyerinya. Jadi obat-obat ini tidak mengurangi sensasi nyeri secara langsung, melainkan
mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri. Narkotika yang umum digunakan adalah
sebagai berikut:
o Kodein (misalnya Tylenol)
o Propoksifen (misalnya Darvocet) hidrokodon (misalnya. Vicodin)
o Oksikodon (misalnya Percocet, Oxycontin)

Kepaniteraan Klinik Geriatri 46


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Obat-obatan narkotika sangat efektif dalam mengatasi nyeri punggung bawah
untuk periode watu yang singkat (kurang dari dua minggu). Setelah dua minggu
pertama, tubuh secara cepat membangun toleransi alami terhadapi obat-obatan narkotika
tersebut,sehingga efektivitas obat-obatan tersebut berkurang.
Obat-obatan narkotika memiliki efek samping utama dan risiko yang berat seperti:
o Gangguan fungsi mental dan rasa kantuk
o Konstipasi yang signifikan
o Adiksi
o Interaksi obat dengan asetaminofen
Relaksan otot
Obat-obatan ini tidak bekerja secara langsung pada otot, melainkan bekerja secara sentral
(di otak) dan merupakan relaksan tubuh dan memiliki efek sedatif.
Biasanya, relaksan otot diresepkan lebih dini dalam perjalanan penyakit nyeri
punggung bawah, dan biasanya dalam jangka waktu yang singkat, dengan tujuan
mengurangi nyeri punggung bawah yang diakibatkan spasme otot. Tersedia beberapa
obat-obatan yang sering digunakan untuk mengobati nyeri punggung bawah:
Carisoprodol (Soma), Cyclobenzaprine (Flexeril) dan Diazepam (Valium).
Steroid oral
Steroid oral, obat resep jenis non-narkotik, obat anti inflamasi yang sangat kuat kadang-
kadang efektif untuk nyeri punggung bawah. Seperti jenis narkotik, steroid oral
digunakan untuk jangka waktu yang singkat (satu hingga dua minggu). Efek sampingnya
antara lain kenaikan berat badan, radang perut, osteoporosis, runtuhnya sendi panggul,
serta komplikasi lainnya.
Penting untuk dicatat bahwa penderita diabetes tidak boleh menggunakan steroid oral sejak obat
tersebut meningkatkan kadar gula darah. Steroid juga tidak boleh diberikan kepada pasien
dengan infeksi aktif (misalnya infeksi sinus, infeksi saluran kemih) karena dapat membuat
infeksi lebih parah

2.8.2 Non Farmakologi


1. Pada rehat baring, penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas keras dan atau bisa juga
Kepaniteraan Klinik Geriatri 47
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
dengan posisi semi Fowler. Posisi ini berguna untuk mengelimir gravitasi,
mempertahankan kurvatura anatomi vertebra, relaksasi otot, mengurangi hiperlordosis
lumbal dan mengurangi tekanan intradiskal.
2. Mobilisasi, pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan korset. Manfaat
pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak, mengurangi aktivitas otot, membantu
mengurangi beban terhadap vertebra dan mendukung vertebra dengan peninggian
tekanan intra abdominal. Mobilisasi sebaiknya dimulai dengan gerakan-gerakan ringan
untuk jangka pendek, kemudian diperberat dan diperlama.
3. Pada fisioterapi : biasanya dalam bentul diathermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam). Terapi panas bertujuan memperbaiki sirkulasi lokal,
merelaksasi otot dan memperbaiki extensibilitas jaringan ikat.
4. Traksi pelvis : bermanfaat untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis serta memaksa
pasien melakukan tirah baring total. Bukti-bukti menunjukkan bahwa traksi tidak
bermanfaat untuk meregangkan diskus yang menyempit. Traksi pelvis dilarang dilakukan
jika da infeksi tulang, kegansan tulang dan adanya kompresi myelum.
5. Terapi operatif dikerjakan apabila tindakan konservatif selama 2-3 minggu tidak
memberikan hasil nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung menyebabkan defisit
neurologis.
6. Back Braces
Mengurangi pergerakan tulang belakang biasanyamakan mengurangi insidensi nyeri atau
rasa tidak nyaman pada pinggang. Terdapat dua jenis back braceyang sering digunakan
untuk mengurangi pergerakan tulang belakang:

Rigid Braces
Rigid braces, seperti Boston Overlap braces atau Thoracolumbar Sacral Orthosis (TLSO),
merupakan brace plastic yang mengikuti lekuk tubuh. Apabila ukuran rigid brace tepat,
penggunaannya dapat menghambat kurang lebih 50% pergerakan tulang belakang.
Fraktur sering dapat ditangani dengan penggunaan rigid brace yang juga dapat digunakan
pasca operasi fusi. Rigid braces cukup berat, panas, dan cenderung tidak nyaman bagi
pasien. Sebaiknya dipakai saat pasien sedang dalam posisi tegak namun tidak dipakai saat
pasien sedang berbaring.
Kepaniteraan Klinik Geriatri 48
Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Corset Braces (Braces Elastis)
Sebuah corset brace sering dianjurkan untuk membatasi pergerakan tulang belakang
pasca fusi lumbalis. Brace ini membantu mengurangi pergerakan tulang belakang
sementara fusi sedang menyembuh dengan cara menghambat pergerakan membungkuk
ke depan. Tulang tumbuh dengan lebih baik apabila pergerakan lebih sedikit, dan
terutama pada kasus-ksus tanpa penggunaan instrumentasi (alat-alat yang membantu
stabilisasi), penggunaan brace dapat membantu terbentuknya fusi yang solid.
Brace ini bekerja dengan menghambat pergerakan dan sekaligus mengingatkan
pemakainya untuk mempertahankan postur tubuh yang baik saat mengangkat. Dengan
memakai corset brace, seseorang yang mengangkat beban akan melakukannya dengan
posisi punggung yang lurus (tidak membungkuk), dan mengandalkan otot tungkai yang
besar untuk mengangkat.
2.9 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini meruapakan paya untuk mempertahankan orang yang
sehat (tetap memiliki faktor resiko) agar tetap sehat ayau mencegah orang yang sehat
menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
Lakukan aktivitas yang cukup dan tidak terlalu berat.
Selalu duduk dalam posisi yang tepat. Duduk harus tegap, sandaran tempat duduk
harus tegak lurus, tidak boleh melengkung. Posisi duduk berarti membebani
tulang belakang 3-4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat.
Sementara pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu setengah kali berat
badan normal.
Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu setengah jam hingga
dua jam. Setelah itu sebaiknya berdiri dan lakukan peregangan lalu duduk lagi
lima menit kemudian.
Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri, jaga titk berat
badan agar seimbang pada kaki.
Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik misalnya memiliki matras yang kuat
sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling baik adalah tidur miring

Kepaniteraan Klinik Geriatri 49


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
dengan satu bantal di bawah kepala dan dengan lutut yang dibengkokkan. Bila
tidur terlentang sebaiknya diletakkan bantal kecil dibawah lutut.
Lakukan olahraga teratur. Pilij olahraga yang berfungsi menguatkan otot-otot
perut dan tulang belakang, misalnya sit up. Postur tubuh yang baik akan
melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan akrena beban disebarkan
merata ke seluruh bagian tulang belakang.
Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak.
Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke belakang hingga
posisi tungkai hampir lurus.
Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.
Jangan mengangkat benda dengan membungkuk. Angkat objek dengan menekuk
lutut dan berjongkok untuk mengambil objek. Jaga punggung lurus dan terus
dekatkan objek ke tubuh. Hindari memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik
mendorong daripada menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta
bantuan orang lain bila mengangkat benda yang berat.
Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah berat badan
berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet harian yang cukup kalsium,
fosfor, dan vitamin D membantu menjaga pertumbuhan tulang baru.
Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang punggung bagian
bawah dan menyebabkan cakram tulang belakang mengalami degenerasi.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan komplikasi dan
mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah sakit. Pencegahan sekunder ini daoat
dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang
cepat dan tepat.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi dan mengadakan
rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik dan menolong
penderita nyeri punggung agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat
menjalani kehidupan yang lebih normal.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 50


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017
Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita nyeri punggung menghindari
pekerjaan atau aktivitas berat.
Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan atau stress yang dapat
memicu atau memperberat kembali terjadinya nyeri punggung.
Bagi penderita nyeri punggung yang obesitas sebaiknya melakukan diet untuk
menurunkan berat badan.
Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan fungsional direkomendasikan
dengan program back exercise.
Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang benar.
2.10 Prognosis
Setelah 1 bulan pengobatan, 35% pasien dengan nyeri punggung dilaporkan membaik dan 85%
pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan tingkat kekumatan nyeri punggung mencapai 62%
pada tahun pertama. Setelah 2 tahun, 80% pasien setidaknya mengalami satu kali kekumatan.

Kepaniteraan Klinik Geriatri 51


Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Ria Pembangunan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 5 Juni 15 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai