Anda di halaman 1dari 53

BED SIDE TEACHING

TETANUS
PEMBIMBING:
dr. Roberto Soehartono

OLEH :
Agnes Tiurmaida Silaban
1765050076
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama Lengkap : An. P
Tanggal Lahir : 24 Agustus 2014
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Kramat Jati
Tanggal Datang : 24 Agustus 2020
IDENTITAS ORANG TUA/WALI
AYAH IBU
 Nama : Tn. A
 Nama : Ny. L
 Tanggal Lahir : 18 Februari 1988
 Tanggal Lahir : 16 Januari 1990
 Usia : 32 tahun
 Usia : 30 tahun
 Pendidikan : SMA
 Pendidikan : SMA
 Alamat : Kramat Jati
 Alamat : Kramat Jati
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Pekerjaan : IRT
 Penghasilan : Rp. 3.500.000,-

Hubungan dengan orang tua: Anak kandung


RIWAYAT KEHAMILAN
Perawatan Antenatal :

Trimester I 1 kali/bulan di RSU UKI


Trimester II 1 kali/bulan di RSU UKI
Trimester III 2 kali/bulan di RSU UKI

Penyakit kehamilan : Disangkal oleh ibu pasien


RIWAYAT KELAHIRAN
Riwayat Kelahiran

Tempat lahir : Rumah Sakit


Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Persalinan normal
Penyulit :-
Masa gestasi : Cukup bulan

Keadaan Bayi

Bayi laki laki lahir dengan BBL 2.6 kg, ibu tidak ingat PBL psien, LK (ibu pasien tidak ingat)
saat lahir bayi langsung menangis, tidak pucat/biru/ikterik/kejang. Ibu pasien tidak mengetahui
nilai APGAR. Tidak ada kelainan bawaan.
RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
 Gigi pertama : 6 bulan
 Psikomotor
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Menulis : 60 bulan
Membaca : 60 bulan

Kesan : Tahapan perkembangan sesuai usia menurut Milestones


RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG 0 bulan - - - - -
DPT 2 bulan - - - - -

POLIO 0 bulan - - - - -

Campak - -
Hepatitis B - - - - - -

MMR - - - - - -

Kesan: Imunisasi tidak lengkap menurut IDAI 2014


RIWAYAT MAKANAN
USIA JENIS MAKANAN
0 – 5 bulan
• Asi tiap 2 jam
6 – 8 bulan • Asi
• Susu formula 3x sehari
• Bubur saring halus 4x sehari
8 – 10 bulan • Susu formula 3x sehari
• Nasi tim 3x sehari (nasi, daging ayam suir)
10 bulan – 1 tahun • Susu formula 3x sehari
• Bubur kasar 3x sehari (nasi, daging ayam potongm sayur sop)
1 tahun – 5 tahun • Susu formula
• Nasi, 2 potong daging, sayur sop

Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan sesuai dengan tahapan usia


RIWAYAT PENYAKIT YANG
DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteri - Peny. Jantung -

Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -


Demam berdarah - Kejang demam - Peny. Darah -

Demam tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -

Otitis 5 tahun Morbili - Tuberkulosis -


Parotitis - Operasi - Asma -
RIWAYAT DAN DATA
KELUARGA
Jenis Lahir Mati Keterangan
No Tanggal Lahir Hidup Abortus
Kelamin Mati (sebab) Kesehatan

24 Agustus 2014 Perempuan  Hidup - - - sakit


1

Keterangan Ayah/Wali Ibu/Wali


Perkawinan ke 1 1

Umur saat menikah 26 tahun 24 tahun

Keadaan kesehatan Sehat Sehat


DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah : pribadi, milik orang tua
Keadaan rumah : ukuran +/- 170 m2
dinding terbuat dari tembok permanen
atap terbuat dari genteng
ventilasi baik, 1 kamar 2 jendela jarak
septic tank ke sumber air bersih +/- 10 meter
Keadaan Lingkungan: Berupa perumahan padat penduduk
Ada tempat pembuangan sampah
jarak samping rumah antar tetangga dekat
ANAMNESIS

Keluhan Utama : kekakuan otot yang hilang timbul bila disentuh sejak 2
hari SMRS

Keluhan Tambahan : mulut sulit dibuka dan kesulitan saat makan sejak 5
hari SMRS.
ANAMNESIS

Pasien datang ke IGD RS UKI dengan keluhan kekakuan pada otot sejak 2
hari SMRS. Ibu pasien mengatakan pasien mengeluh kaku pada otot yang
hilang timbul bila disentuh. Ibu pasien mengatakan saat terjadi kekakuan otot,
pasien selalu kesakitan dan menangis. Pasien sebelumnya belum pernah
berobat ke dokter untuk mengatasi keluhannya. Sejak 5 hari SMRS, pasien
mengalami kesulitan saat makan dan saat ini mulut pasien sulit dibuka.
Keluhan batuk dan pilek disangkal. Keluhan kejang disangkal. Keluhan
demam disangkal, Keluhan BAB dan BAK disangkal. Riwayat aktifitas fisik
berlebihan tidak ada, Riwayat tertusuk benda tajam tidak ada, Riwayat infeksi
gigi dan mulut tidak ada. Riwayat imunisasi tidak lengkap (+).
 Riwayat Penyakit Dulu

Sejak usia 5 tahun sering mengeluarkan cairan berbau dari telinga kiri yang
hilang timbul terutama saat batuk dan pilek.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga tidak ada yang mengeluhkan keluhan yang sama.

 Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat, susu sapi, dan makanan
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : 15 (E4V5M6)
 Tanda Vital

Tensi : 100/60 mmHg


Frekuensi nadi : 92 kali / menit (Regular, isi cukup, kuat angkat)
Frekuensi nafas : 30 kali / menit (Regular, kedalaman cukup)
Suhu : 36.7 (axilla)
 Data Antropometri
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 115 cm
Berat Badan Ideal (WHO 2006) : 20 kg
Indeks Massa Tubuh : 16,63 kg/M2

BB/U : 110% BB Normal


TB/U : 100% TB Normal
◦ Data Antropometri
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 115 cm
Berat Badan Ideal (WHO 2006) : 20 kg
Indeks Massa Tubuh : 16,63 kg/M2

BB/PB : 107 % Gizi Baik


IMT :16,63 kg/M2
PEMERIKSAAN SISTEM
Kepala Mulut
 Mulut : trismus 1 cm (+), sianosis sirkum
 Bentuk : Normocephali oral (-), mukosa bibir kering (-)
 Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah  Gigi : sulit dinilai
dicabut
 Wajah : rhisus sardonicus (+)
 Lidah : sulit dinilai
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), Mata  Tonsil : sulit dinilai
cekung (-/-), edem palpebra -/-
 Faring : sulit dinilai
 Telinga :
 Auricula dextra : bengkak (-), hiperemis (-), sikatrik (-), liang telinga
lapang, membran timpani utuh, reflex cahaya (+)
 Auricula sinistra : bengkak (-), hiperemis (-), sikatrik (-), liang
telinga lapang, membran timpani perforasi, secret mukopurulen
(+)
 Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), sekret
(-/-), pernafasan cuping hidung (-)
Leher : Kelenjar Getah Bening retroauricula, infraauricula, submandibular, submentalis, coli
anterior et posterior tidak teraba membesar. Nyeri tekan (-)

Thoraks Jantung

 Dinding thoraks : Diameter laterolateral >  Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
anteroposterior  Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada ICS IV
linea midclavicularis sinistra
 Paru
 Inspeksi : Pergerakan dinding thorax  Perkusi : batas jantung kanan di linea
simetris, retraksi sela iga (-) parasternalis dextra ICS IV, batas jantung kiri di
 Palpasi : Stem fremitus simetris kanan linea midclavicula sinistra ICS V
dan kiri  Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler,
murmur (-), gallop (-)
 Perkusi : Sonor / sonor
 Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
 Anus dan rektum : Tidak ada kelainan
 Inspeksi : Perut tampak datar  Genitalia : Tidak ada kelainan
 Auskultasi : Bising Usus (+),  Anggota gerak
 Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-), Atas dan bawah : Akral hangat, CRT < 2”,
undulasi (-), pekak alih (-) edema -/-, spastik (+)
 Palpasi : keras seperti papan pada
otot punggung (opistotonus), nyeri tekan
(-), hepar dan limpa tidak teraba
membesar (-),
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Rangsang Meningen
 Kaku kuduk :+
 Brudzinski I :-/-
 Brudzinski II : - / -
 Brudzinski III : Tidak dilakukan
 Brudzinski IV : Tidak dilakukan
 Kernig : >135 ˚ / >135 ˚
 Laseque : > 70˚ / > 70˚
 
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Nervus Kranialis

 I : Normosmia

 II : Visus kasar baik

 III : Pergerakan bola mata ke segala arah baik, pupil isokor 3 mm/3 mm

 IV : Refleks cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+

 V : Rahang tidak deviasi

 VI : Pergerakan bola mata ke segala arah baik

 VII : Sikap wajah simetris

 VIII : Pendengaran baik

 IX : Arcus faring simetris, hiperemis (-)

 X : Disfoni (-), disfagi (-)

 XI : Menoleh dan angkat bahu normal

 XII : sulit dinilai


Pemeriksaan Refleks
 Refleks fisiologis : Biceps +/+, Triceps +/+, KPR +/+, APR +/+

 Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock -/-Oppenheim -/-, Gordon -/-, Schaffer -/-,
Rossolimo -/-MendelBechtrew -/-, Hoffman-Tromner -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hemoglobin 12 g/dL 10,5 - 18 g/dl
Leukosit 12 ribu/µL 4,0 –12,0 ribu/ µL
Hematokrit 34% 32 -52%
Trombosit 300 x 103/µL 150.000-400.000/ µL
RESUME
Seorang anak perempuan usia 6 tahun datang ke rumah sakit karena dirujuk dari puskesmas dengan
keluhan sering mengalami kekakuan otot yang bersifat hilang timbul bila disentuh. Pada saat terjadi
kekakuan otot pasien selalu menangis dan tampak kesakitan. Pasien sudah mengalami kesulitan
makan sejak 5 hari lalu dan saat ini mulut sulit dibuka. Sejak usia 5 tahun pasien sering mengeluarkan
cairan berbau dari telinga kiri yang hilang timbul terutama saat batuk dan pilek. Riwayat imunisasi
DPT hanya 1 kali saat berusia 2 bulan. Pada saat pemeriksaan pasien beberapa kali kekakuan otot.

Riwayat penyakit dahulu:


- Riwayat infeksi telinga berulang sejak 1 tahun lalu
RESUME
Pemeriksaan Fisik di dapatkan
 TTV : stabil Pemeriksaan Lab didapatkan
 Wajah : tampak rhesus sardonicus dengan - Hb: 17%
trismus 1 cm - Leukosit : 12000
 Kaku kuduk (+) - Ht : 34%
 Tampak krusta kekuningan pada auricula - Trombosit : 300.000
sinistra dengan membrane timpani tidak intak
 Palpasi abdomen teraba keras
 Ektremitas atas dan bawah tampak kaku
Diagnosis Kerja Meningitis
Tetanus Hipokalsemi
OMSK AS rabies
Pemeriksaan Anjuran
Laboratorium elektrolit
Diagnosis Banding Pungsi lumbal
TATALAKSANA
• Rawat inap
• Diet : - kalori : 90 x 20 kg = 1800 kkal
- karbohidrat : 60% x 1800 = 1080 kkal
- Protein : 20% x 1800 = 360 gram
- lemak : 20% x 1800 kg = 360 ml

• IVFD: KAEN 4B 20 tpm/24jam


• IV/IM : ATS 50.000 IM (skin test)
ATS 50.000 IV (pelan-pelan)

• Mm/ : Metronidazol 150mg/6jam (IV) selama 7 hari


Diazepam 6mg/2jam (IV) bolus perlahan
Tindakan bila sudah stabil
Ear toilet sinistra ampisilin 140mg/6jam (IV)
Konsul spesialis THT
EDUKASI
 Anak harus istirahat
 Cukup minum
 Selain air putih dapat diberikan susu, jus buah
 Pantau frekuensi BAK anak tiap 4-6 jam  menentukan kecukupan minum
 Pasien harus segera di bawa ke RS bila ditemukan
Suhu turun namun keadaan anak memburuk
Nyeri perut hebat
Muntah terus menerus
Tangan dan kaki dingin
Anak gelisah/rewel
Sesak nafa
Tidak BAK >4-6 jam
kejang
PROGNOSIS
 Ad Vitam : bonam
 Ad Functionam : bonam
 Ad Sanationam : bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
TETANUS
DEFINISI
 Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran.
 Ini disebabkan eksotoksin (tetanospasmin) yang di hasilkan kuman
 Pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, neuro muscular junction dan
saraf autonom
In developing countries, neonatal tetanus is a leading cause of
neonatal mortality, accounting for over 250,000 deaths
annually.

EPIDEMIOLOGI

It’s often called the silent killer, since infants often


die before their birth is recorded.
A sharp decrease after
tetanus toxoid was
introduced into routine
childhood immunization in
the late 1940s.
All time low in 2002 – 25
cases (0.4 cases in 100,000
1950 1960 1970 1980 1990 2000
population)

* Affects those over the age


of 40 the most  is taken
to mean that waning
immunity is a significant
risk factor.

<5 5-14 15-24 25-39 40+


EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA
ETIOLOGI
 Clostridium tetani
Relatively large, Gram-positive, rod-
shaped bacteria

Spore-forming, anaerobic.
Left. Stained pus from a mixed anaerobic infection. At least three different clostridia ar
apparent.

Found in soil, especially heavily-manured Right. Electron micrograph of vegetative Clostridium tetani cells.

soils, and in the intestinal tracts and feces


of various animals.
VIRULENCE &
PATHOGENICITY
 Not pathogenic to humans and animals by
invasive infection but by the production of
a potent protein toxin
 tetanus toxin or tetanospasmin
 The second exotoxin produced is tetanolysin—
function not known.
 tanus toxin is produced in vitro in amounts up to 5 to
10% of the bacterial weight.
 Estimated lethal human dose of Tetanospamin = 2.5
nanograms/kg body
 Because the toxin has a specific affinity for
nervous tissue, it is referred to as a neurotoxin.
The toxin has no known useful function to C.
tetani.
PORT D’ENTRE
 Luka tusuk, patah tulang komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka bakar luas
 Luka operasi, luka yang tidak di debri demant dengan baik
 Otitis media, karies gigi, luka kronik
 Pemotongan tali pusat tidak steril
PATOFISIOLOGI Paralisis flaksid akibat gangguan pelepasan
asetilkolin di taut serat otot. Tetanus toksin
dapat menyebar secara rettograde di LMN ->
medula spinalis serta batang otak
C. Tetani masuk kedalam
tubuh, toksin yang dihasilkan
dapat menyebar melalui
pembuluh darah dan saluran Toksin di trasportasikan menyebrangi
sinaps dan diambil oleh ujung saraf
limfatik. Toksin juga dapat inhibitor GABA (gamma aminobutyric
diabsorbsi di tautan saraf otot acid) dan atau saraf glisinergik yang
-> bermigrasi melalui jarinfan mengontrol aktivitas LMN
perineural ke susunan saraf
pusat (SSP).
Menyebabkan hambat pelepasan GABA
dan glisin -> hiperaktivasi dan peningkatan
aktivitas otot
KLASIFIKASI
Tetanus lokal
 Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka.
Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.
Tetanus sefalik
 Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah
kepala atau otitis media kronis. Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial.
Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya biasanya jelek.
Tetanus umum/generalisata
 Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut
(opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan
seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
Tetanus neonatorum
 Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering timbul adalah
ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme.
INKUBASI
 Waktu antara terjadinya luka sampai timbul gejala pertama berupa spasme otot rahang.
 Umumnya antara 7 – 14 hari, dapat berkisar antara 2 hari sampai beberapa minggu
 Makin singkat masa inkubasinya makin berat penyakitnya.
MANIFESTASI KLINIS
1. Kekakuan otot atau Rigiditas
 m. masseter → trismus atau lockjaw ( kesulitan membuka mulut )
 otot-otot wajah →’risus sadonicus’ (mata menutup sebagian dan berkurangnya frekuensi
mengedip, dahi berkerut dan m. corrugator berkontraksi menghasilkan garis vertikal di antara
alis, lipatan nasolabial tampak menonjol, bibir berkerut, dengan sudut bibir mengarah keluar)
 otot-otot leher →retraksi pada kepala dan tekanan occiput pada tempat tidur.
 otot-otot faring → dysphagia
 Otot dada, termasuk m.intercostal → gangguan Pernafasan
 Otot-otot abdomen → board like rigidity
 Otot-otot punggung → opisthotonos
2. Spasme Otot
 Spasme atau kejang ditandai oleh refleks yang berlebihan akibat kontraksi tonik dari otot-otot
yang kaku.
 Spasme biasanya dirangsang oleh sentuhan, rangsangan auditory, visual dan emosi.
  Biasanya berlangsung dalam beberapa detik, tiba-tiba dan nyeri.
 Fulminant tetanus ditandai oleh kejang yang spontan, sering,lama, sangat nyeri, dan pasien
tampak berada dalam status konvulsi.
 Spasme yang lama menyebabkan kesulitan bernafas, menjadi dangkal, irregular dan inefektif
→ hipoksia, sianosis dan hiperkapnia → kerusakan otak dan kematian.
3. Gangguan Sistem Otonom
 Melibatkan sistem simpatis dan parasimpatis.

Peningkatan aktivitas simpatis :


 Sinus takikardi
 Berkeringat (tidak berhubungan dengan fluktuasi suhu tubuh)
 Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
 Transient supraventricular arrhythmia
Peningkatan aktivitas parasimpatis :
 Salivasi yang berlebihan. Spasme otot faring menyebabkan saliva tidak tertelan → akumulasi
saliva → sering teraspirasi ke dalam paru → komplikasi system pernafasan
 Peningkatan tonus vagal
KRITERIA DIAGNOSIS
 Tingkat keparahan tetanus:

Kriteria Pattel Joag


 Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang
 Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat keparahan
 Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari
 Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam
 Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100ºF ( > 400 C), atau aksila 99ºF ( 37,6 ºC).

Grading
 Derajat 1 (kasus ringan), terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak ada kematian)
 Derajat 2 (kasus sedang), terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2. Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48
jam (kematian 10%)
 Derajat 3 (kasus berat), terdapat 3 Kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7 hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%)
 Derajat 4 (kasus sangat berat), terdapat minimal 4 Kriteria (kematian 60%)
 Derajat 5, bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum (kematian 84%).
Derajat tetanus dari klasifikasi Albleet’s :
 Grade 1 (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit
pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.
 Grade 2 (sedang) Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun
singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu
 Grade 3 (berat) Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan sering,
serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks,
penyulit pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang
yang terus meningkat.
 Grade 4 (sangat berat) Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering kali
menyebabkan “autonomic storm”.
TERAPI
 Mengeliminasi bakteri dalam tubuh untuk mencegah pengeluaran tetanospasmin lebih lanjut
 Menetralisir tetanospasmin yang beredar bebas dalam sirkulasi (belum terikat dengan sistem
saraf pusat)
 Meminimalisasi gejala yang timbul akibat ikatan tetanospasmin dengan sistem saraf pusat
Umum:
a. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi dengan pemberian ASI atau susu formula melalui sonde
lambung, atau pemberian cairan intra vena bila terdapat kekakuan otot baik spontan maupun bila
dirangsang.
b. Dirawat dalam suasana yang tenang
c. Menjaga saluran nafas tetap bebas
d. Memberikan O2 dengan sungkup atau masker bila perlu
e. Antikonvulsan pada tetanus neonatorum diazepam 45-60 mg/24 jam dengan pompa semprit
(syringe pump) atau dibagi dalam 12 dosis antikonvulsan.
f. Pada tetanus anak diberikan (diazepam180-200mg/24 jam atau terbagi dalam 12 dosisi) diazepam
0,1-0,3 mg/kgBB perkali IV tiap 2-4 jam dalam keadaan berat 20 mg/kgBB perhari drip, dosis
rumatan 8mg/kgBB/hr dibagi 6-8 dosis.
Khusus
 ATS pada tetanus neonatorum 10.000 IU (setengahnya diberikan im, bila toleransi baik
sisanya diberikan iv pelan-pelan) atau TIG (tetanus immune globin) 550 IU dosis tunggal im.
 ATS pada tetanus anak 100.000 IU (setengahnya diberikan im, bila toleransi baik sisanya
diberikan iv pelan-pelan) atau TIG (tetanus immune globin) 3000 - 6000 IU dosis tunggal im.
Sebelum pemberian ATS harus dilakukan tes sensitifitas.
 Lini pertama :Antibiotika Metronidazole iv/oral dengan dosis inisial 15mg/kgbb dilanjutkan
30 mg/kg BB/hari setiap 6 jam oral atau IV selama 7 – 10 hari
 Lini kedua : Penicillin prokain 50.000 - 100.000 U/kg BB/hari IV setiap 6 jam selama 7-10
hari. Bila alergi penisilin dapat di berikan Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari bila lebih dari 8 tahun.
PROGNOSIS
 Prognosis tetanus ditentukan :

1) Masa inkubasi
2) Period of onset
3) Jenis luka
4) Keadaan status imunitas pasien

Anda mungkin juga menyukai