Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

THYPOID FEVER

Oleh:
dr. Muhammad Fersi Pratama
2013730058

Pembimbing:
dr. Irlisnia, SpA.

PEDIATRI
RS ARSANI
PRORGAM INTERNSIP
ANGAKATAN 1
2022
Identitas :
• Nama : An. ES Nama ayah : Tn.AN
• Jenis kelamin : Perempuan Usia ayah : 39 tahun
• Usia : 13 tahun 9 bulan Pendidikan : SMA
• Tanggal lahir : 27 September 2008 Pekerjaan : Wirawasta
• Alamat : Jl Karang Panjang Kenanga Nama ibu : Ny. VA
• Rekam medis : 06-95-xx Usia ibu : 38 tahun
• Tanggal masuk RS : 26 Juni 2022 Pendidikan : SMA
• Lama rawat : 5 hari Pekerjaan : IRT
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan tiba-tiba demam tinggi, demam turun menjelang pagi ke siang hari kurang lebih
pada pukul 07.00 sampai pukul 09.00 dan kembali muncul menjelang sore ke malam hari kurang lebih
pukul 18.00 sampai pukul 21.00. Sakit kepala seperti terikat hilang timbul juga dirasakan pasien,
terdapat mual dan tetapi tidak muntah, tidak epistaksis, nafsu makan berkurang sejak siang hari ini,
hanya 3 suap dari 1 porsi makanan. Badan pasien terasa lemas. Pasien semakin sulit beraktivitas, dan
tidak nyenyak ketika tidur. Tidak terdapat Sesak napas pada pasien. Keluhan nyeri sendi,
keterbatasan bergerak tidak ada, perubahan perilaku, ruam kemerahan, atau benjolan pada kulit
sebelumnya disangkal. Tidak ada bengkak di kedua mata atau kaki. Tidak ada batuk/pilek/sakit
tenggorokan. Pasien tidak ada luka di kulit, tidak ada benjolan di kulit, tidak ada bengkak di
sendi yang berpindah. Pasien juga tampak sedikit pucat. Tidak ada perdarahan, tidak ada nyeri
tulang, BAB dalam batas normal dan tidak ada BAK merah. Pasien belum sempat dibawa ke
fasilitas kesehatan lainnya.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga
 Riwayat kejang demam ketika usia 9 bulan.
 Riwayat batuk, pilek, dan sakit tenggorokan saat
kecil, namun tidak tahu/ingat berapa kali dalam  Riwayat sakit jantung atau sakit ginjal
setahun.   dalam keluarga disangkal.
 Pasien tidak pernah bengkak di kaki, kelopak
mata atau kebiruan di ujung-ujung jari  Riwayat asma dalam keluarga
sebelumnya. disangkal.
 Pasien tidak pernah mendapat transfusi darah
sebelumnya.  Riwayat alergi dalam keluarga
 Riwayat cacingan tidak ada. disangkat
 Riwayat luka/bisul pada kulit disangkal.
 Riwayat gerakan tidak terkontrol, gangguan .
emosi, ruam kemerahan, atau benjolan pada kulit
disangkal. Kesan: tidak terdapat riwayat penyakit
 Riwayat alergi obat atau makanan tidak ada. serupa di keluarga
Kesan: terdapat riwayat kejang pada pasien ketika
usia 9 bulan.
Riwayat Sosial ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu PT di Sungailat


dengan rerata penghasilan perbualan Rp.3.000.000. Ibu bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Pasien tinggal di rumah permanen dengan dapur di dalam rumah
dan kamar mandi yang ada di dalam rumah. Jalan di depan rumah dapat dilalui 2
mobil. Sarana kesehatan puskesmas dekat rumah dengan jarak 2 KM Saat ini
pembiayaan pengobatan pasien dengan jaminan Badan Pelaksana Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.
Kesan: sosioekonomi menengah ke bawah dengan lingkungan tempat tinggal
yang padat
 
Riwayat Imunisasi Riwayat Nutrisi

Imunisasi dasar yang sudah diberikan adalah Pasien mendapatkan ASI dan diselingi
ketika pasien berusia kurang dari 24 jam susu formula sampai usia 2 tahun dan
diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia mulai makan makanan tambahan sejak
1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 usia 6 bulan. Pasien mulai makan nasi
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio
lunak dan sayuran sejak usia 6. Jumlah
2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2
makanan cukup, dengan sumber protein
dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-
HB-Hib 3, Polio 4). Pasien selalu  imunisasi
berupa ikan, tahu, tempe, telur atau ayam.
dasar baik itu diposyandu dan puskesmas. Pasien jarang mengkonsumsi daging
Kesan: imunisasi lengkap merah. Pasien tidak suka mengkonsumsi
 diberikan sayuran. Pasien tidak terlalu suka buah-
buahan.
Kesan: kualitas dan kuantitas asupan
makanan kurang adekuat.
Kehamilan
Riwayat

Riwayat
Pasien adalah anak pertama dari 2

persalinan
Ibu tidak pernah minum
bersaudara, lahir normal, cukup bulan,
susu dan suplemen berat lahir 2.900 gram, panjang lahir 48
cm. Saat lahir langsung menangis, tidak
apapun selama kehamilan.
ada sesak, kuning atau biru. Riwayat
Selama hamil tidak pernah ibu menderita sakit atau minum obat-
obatan selama kehamilan disangkal. Ibu
mengalami perdarahan.
kontrol ke dr.Sp.A 1 kali selama
kehamilan..
Riwayat Tumbuh Kembang Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik Kasar Motorik Halus
• 4 bulan : Tengkurap bolak balik, • 3 bulan : Memegang mainan
menegakkan kepala • 15 bulan : Mencorat – coret
• 6 bulan : Duduk tanpa pegangan • 30 bulan : Meniru garis vertikal
• 9 bulan : Merangkak Bahasa
• 12 bulan: Berdiri tanpa berpegangan
• 6 bulan : Mengoceh
• 13 bulan: Berjalan tanpa bantuan
• 12 bulan : Memanggil mama, papa
• 2 tahun : Melompat
• 24 bulan : Berbicara sebagian dimengerti
• 30 bulan : Menyebut 4 gambar
Personal Sosial
• 8 bulan : Memasukkan makanan ke mulut
• 12 bulan : Minum langsung dari cangkir
• 24 bulan : Memakai baju
• 30 bulan : Mencuci tangan sendiri
• Kesan : Perkembangan sesuai dengan usia.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Suhu : 40,50C
Nadi : 90 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit

Antropometri Status Gizi


BB skr : 37 kg BB/U: 16/18 X100% = 88,88%
TB : 145 cm  gizi baik
TB/U: 105/108 X 100% = 97,22%
 gizi baik
BB/TB
Status Generalis
 Kepala : Normocephali. Rambut warna hitam tidak mudah rontok
 Mata : Conjungtiva anemis -/-. Sklera ikterik -/-. Refleks pupil +/+
isokor.
 Leher: Pembesaran KGB (-), Retraksi Suprasternal (-)
 Thoraks : Bentuk dan gerak simetris. Pernapasan Vesikuler antara
kanan dan kiri. Ronki -/-, Wheezing -/-. Bunyi Jantung I dan II
murni regular. Retraksi ICS (-)
 Abdomen: Perut supel, distensi abdomen (-), Bising usus (+) normal,
hepar-lien tidak teraba. terdapat nyeri tekan pada regio epigastrium
 Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+, CRT<2 dtk +/+, sianosis -/-
Bawah : Akral hangat +/+, CRT<2 dtk +/+, sianosis -/-
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Nilai Normal 26/6/2022 28/6/2022 29/6/2022
  (RS X) (RS X) (RS X)
Darah        
Hb (g/dL) 12-15 10,5 8,9 12.0
Ht (%) 36-46 30 26 35
MCV (fL) 78-95 70 69 73
MCH (pg) 26-32 24 23 24
MCHC (g/dL) 32-36 37 33 33
Leukosit (/µL) 4000-10.500 16.500 10.500 5.900
Trombosit (/µL) 150-400.000 306.000 311.000 332.000
Hitung Jenis  
Neutrofil 17-60% 87.4 77.0 86.2
Lymphocy 20-70% 9.7 18.5 13.0
te 1-10% 2.3 3.7 0.0
Monocyte 1-4% 0.2 0.2 0.1
Eosinofil 0-1% 0.4 0.6 0.7
Basofil
Gula Darah 60-200 mg/dl 95    
Sewaktu
NS1 Negatif Negetif    
S. Thypi O Negatif 1/320    
S. Paratypi OA Negatif Negatif    
S. Paratypi OB Negatif 1/80    
S. Paratypi OC Negatif 1/160    
S. Typi H Negatif 1/80    
S. Paratypi HA Negatif Negatif    
S. Paratypi HB Negatif Negatif    
S. Paratypi HC Negatif 1/80    
ALT (U/L) 0-27      
Ureum (mg/dL) 0-49      
Kreatinin (mg/dL) 0,6-1,2      
         
Pemeriksaan Penunjang
(RSA, 28 Juni 2022) Hepar : ukuran tidak membesar, sudut tajam, permukaan rata, tekstur
parenkim homogen halus, kapsul tidak menebal, tidak tampak bayangan
nodul/massa. Vena porta dan vena hepatika tidak melebar. Tidak tampak
cairan di sekitarnya.
Kandung empedu : Besar normal, dindinhg normal, tidak tampak batu/massa.
Duktus biliaris interna/eksterna tidak melebar, tidak tampak bayangan
hiperekhoik acoustic shadow.
Spleen : Ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogen halus, tidak
tampak nodul atau massa. Vena lienalis tidak melebar.
Pankreas : Besar normal, kontur normal, tekstur parenkim homogen, tidak
tampak massa/kalsifikasi. Duktus pankreatikus tidak melebar.
Ginjal kanan : Ukuran normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitasgema normal. Batas tekstur parenkim dengan central echocomplek
normal. Tidak tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow. Sistem
pelvokalises tidak melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Ginjal kiri : Ukuran normal, kontur normal, parenkim normal, intensitasgema
normal. Batas tekstur parenkim dengan central echocomplek normal. Tidak
tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow. Sistem pelvokalises
tidak melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Vesika Urinaria : Terisi cukup penuh cairan, dinding tidak menebal, tidak
tampak batu/massa.
Scan Abdomen kanan bawah : Tampak bayangan tubuler buntu peristaltik
berdiameter +7,7 mm di abdomen kanan bawah. Tampak gambaran koleksi
cairan bebas minimal di sekitarnya, tidak tampak massa/infiltrat.
Kesan:
Kesan:
- Mencurigai gambaran appendicitis akut ?
- USG hepar, kantung empedu, pankreas, limpa, ginjal kanan/kiri dan
vesika urinaria saat ini tidak tampak kelainan
Resume
Pasien, anak perempuan inisial An. ES berusia 13 tahun 10 minggu, seorang pelajar SMP di Sungailiat datang ke IGD RS Arsani
bersama orang tuanya, pasien merasakan tiba-tiba demam tinggi, demam turun menjelang pagi ke siang hari kurang lebih pada pukul 07.00
sampai pukul 09.00 dan kembali muncul menjelang sore ke malam hari kurang lebih pukul 18.00 sampai pukul 21.00. Sakit kepala seperti terikat
juga dirasakan pasien, tidak terdapat mual dan muntah, tidak epistaxis, nafsu makan berkurang sejak siang hari ini, hanya 3 suap dari 1 porsi
makanan. Badan pasien terasa lemas. Pasien semakin sulit beraktivitas, dan tidak nyenyak ketika tidur. Tidak terdapat sesak napas pada
pasien. Keluhan nyeri sendi, gerakan tidak tidak ada, perubahan perilaku, ruam kemerahan, atau benjolan pada kulit sebelumnya
disangkal. Tidak ada bengkak di kedua mata atau kaki. tidak ada batuk/pilek/sakit tenggorokan. Pasien tidak ada luka di kulit, tidak
ada benjolan di kulit, tidak ada bengkak di sendi yang berpindah. Pasien juga tampak sedikit pucat. Tidak ada perdarahan, tidak ada
nyeri tulang. Pasien belum sempat dibawa ke fasilitas kesehatan lainnya.

Badan pasien terasa lemas rasa tidak nyaman. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati ketika berada di IGD, pada pemeriksaan fisik abdomen
terdapat nyeri tekan pada regio epigastric serta pada iliac dextra. Datar, lemas, perkusi timpani, hepar teraba 3 cm di bawah arcus
costae dan 2 cm di bawah prosesus sifoideus dengan tepi tumpul, permukaan rata dan konsistensi kenyal, dan lien tidak teraba.
Bising usus positif normal. Perkusi timpani. Mual tidak dirasakan pasien, muntah (-), epistaxis disangkal, nafsu makan berkurang karena rasa
tidak nyaman pada perut pasien, pasien hanya mau makan 3 suap dari 1 porsi makanan, BAB 1x sehari dengan konsistesi padat, tidak ada darah serta
lendir dan BAK normal dengan warna tidak kekuningan. Flatus normal. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi, riwayat penggunaan obat yang
dikonsumsi lama tidak ada. Pasien mempunyai riwayat kejang demam pada saat usia 9 bulan. Pada pemeriksaan darah rutin dan widal terdapat
peningkatan leukosit dan terdapat peningkatan titer widal S. Typhi O dan S. Parathypi. Pasien di diagnose awal dengan observasi febris-5 ec thypoid
fever ec Salmonela Thypi dan Salmonela Parathypi Pada pasien direncanakan pemantauan gejala klinis, balans diuresis, pemantauan
elektrolit, darah rutin ulang.

 
Diagnosis Kerja
Thypoid Fever
Penatalaksanaan

• IVFD RL 15 x 100 / 96 = 16 tetes/menit


• Inj. Sefotaxim 2 x 750 mg
Ondancentron 2 x 4 mg
• Oral: PCT 4x1 cth
Follow Up
Follow Up
Tinjauan Pustaka . . .
Definisi

Demam Typhoid adalah suatu infeksi akut yang disebabkan


oleh bakteri Salmonella.

Epidemiologi
Insidensi demam tifoid masih cukup tinggi di masyarakat yaitu
360-810 kasus /100.000 penduduk / tahun.
Penderita terbanyak adalah kelompok umur 3-19 tahun (77%).
Etiologi
• Salmonella Typhi
• Salmonella Paratyphi

Penularan
Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau

urin penderita demam tifoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam

tifoid.
Patofisiologi
Makanan
Lumen Respon imun humoral (IgA) Kuman menembus
terkontaminasi
usus mukosa usus kurang baik sel-sel epitel usus
Salmonella

duktus Magrofag melakukan Berkembangbiak di


torasikus fagositosis lamina propria

Kuman Masuk kedalam Kelenjar Kuman dibawa Kuman dapat hidup


sirkulasi darah mesenterika ke Plaque peyeri dalam makrofag

berkembangbiak
Bakterimia I
Menyebar ke organ
di luar sel atau
asimptomatik retikuloendotelial : Hepar dan lien
ruang sinusoid

Sebagian masuk kembali disekresikan ke


kandung empedu
ke sirkulasi darah dalam lumen usus

Feses
Bakterimia II simptomatik
Bakterimia II fagositosis Salmonella
Makrofag telah teraktifasi
simptomatik kembali

Sejumlah mediator
radang dilepaskan
(sitokin)

GEJALA reaksi inflamasi

Demam
Malaise
Mialgia
Sakit kepala
Sakit perut
Instabilitas vaskuler
Koagulasi
FAKTOR RESIKO

Penderita carrier Pengetahuan


kesehatan kurang

Kebiasaan makan Higiene yang


yang jelek jelek
Sanitasi lingkungan kurang
mendukung
Gejala Klinis
• Masa inkubasi : 7 – 14 hari
– Demam
– Ggn sal. cerna
– Ggn kesadaran
• 1. Demam :
– Mgg I : meningkat, berangsur meningkat
– Mgg II : merata
– Mgg III : menurun, berangsur menurun
– Setiap hari, sore & malam lebih tinggi
2. Gangguan Saluran Cerna

Bibir  kering, terkelupas, pecah-pecah


Lidah kotor (Coated tongue)
Anorexia
Mual
Muntah
Meteorismus
Konstipasi / Diare
Hepatomegali / Splenomegali
3. Gangguan Kesadaran :

Apatis  Somnolen, Suporous, Koma


Gejala lain :
Kulit & rambut kering
Bradikardi relatif
Roseola
Lesu, pusing & sakit kepala
Diagnosis

• Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik


• Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium
1. Darah Tepi :
Anemia ringan
Lekosit = normal, turun atau naik
 Lekopeni
Aneosinofili & limfopenia
Trombosit = normal atau trombositopenia
2. Bakteriologik :
Isolasi S. typhosa
Darah  mgg I
Tinja  mgg II
Urine  mgg III
3. Serologik

Reaksi Widal = suatu reaksi aglutinasi antara antibodi (aglutinin) dan antigen yang bertujuan untuk
menentukan adanya antibodi.

O  Spesifik

Vi
Akhir mgg I / awal mgg II

Antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap


Salmonella akan positif dalam serum pada :
- Pasien demam tifoid.
- Orang yang pernah tertular Salmonella.
- Orang yang pernah divaksinasi terhadap demam tifoid.

Nilai diagnosis Titer O :


Tube / Tabung : > 1/160
Tubex TF
Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif 10 menit
untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella typhi,
melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi lgM tersebut dalam
menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel partikel lateks
magnetik (reagen warna coklat) dan

Intrepetasi Hasil
Diagnosis
1. Klinis :
Demam tiap hari > 1 mgg
Sore & malam > tinggi
Kesan Tifosa / status Tifosa
 Kesadaran menurun
 Rambut & kulit kering
 Bibir kering, pecah-pecah
 Lidah kotor, muka pucat
2. Laboratorium :
Biakan darah (+)
Test Widal
 Tube = titer O > 1/160
 Kenaikan titer O progresif
Penatalaksaan
• Penatalaksanaan demam typhoid yaitu :
(1)Istirahat dan perawatan
(2)Diet dan terapi penunjang
(3)Pemberian antibiotik.
Terapi Simptomatik
1. Tirah baring
– Mobilisasi
2. Masukan cairan & makanan
– Makan biasa
– Cukup cairan, kalori, tinggi
protein, vitamin,
– tidak merangsang
– Tidak banyak serat & gas
3. Hiperpireksia  kompres &
Antipiretik
Terapi Kausal
2.1. Pilihan pertama :
– Kloramfenikol 50 – 100 mg/kgBB/hari
10 hari
2.2. Pilihan lain :
– Kotrimoxazole : 6mg/kgBB/hari  10 hari
– Amoksisilin : 50-150 mg/KgBB/hari selama
2 minggu
– Seftriakson : 80 mg/kgBB/hari  5 hari
PENCEGAHAN
Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni:
1. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam tifoid.
2. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai
penularan.
3. Perlindungan dini agar tidak tertular.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai