BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam akuntansi, dikenal dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan
(FRAUD). Kedua jenis kesalahan ini dapat bersifat material dan non material. Perbedaan antara
kedua jenis kesalahan ini hanya dibedakan oleh jurang yang sangat tipis, yaitu ada atau tidaknya
unsur kesengajaan. Untuk itu dibutuhkan keahlian profesional untuk bisa membedakan antara
kedua jenis kesalahan tersebut. Standar pun mengenali bahwa sering kali mendeteksi kecurangan
lebih sulit dibandingkan dengan kekeliruan karena pihak manajemen atau karyawan akan
berusaha menyembunyikan kecurangan itu. Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang
disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan
tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan.Kesalahan dapat dideskripsikan
sebagai Unintentional Mistakes (kesalahan yang tidak di sengaja). Kesalahan dapat terjadi
pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi, pencatatan
dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan.
Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi prinsip-prinsip
akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena penghilangan / kelalaian, atau
kesalahan dalam interprestasi fakta.
FRAUD atau kecurangan dalam akuntansi merupakan penyimpangan dari Prosedur Akuntansi
yang benar. Jika Prosedur akuntansi diterapkan dengan benar maka informasi akuntansi yang
dihasilkan akan sangat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Informasi akuntansi yang
dihasilkan dari proses akuntansi dari suatu entiti sangatlah penting, dimana informasi ini menjadi
pertimbangan terhadap program atau kebijakan entiti tersebut untuk mencapai tujuannya. Selain
itu informasi akuntansi yang benar juga dapat berfungsi untuk mengetahui gambaran keuangan
atau keadaan suatu entiti atau perusahaan. Bagaimanakah jika Informasi Akuntansi yang
dihasilkan tidak sesuai dengan prosedur akuntansi yang benar atau terkandung kecurangan.
Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau
dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara
umum) terhadap tindakan tersebut. FRAUD merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh pihak didalam maupun luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau kelompok yang secara langsung merugikan orang lain. Secara
umum FRAUD terdiri dari dua golongan, yaitu pengelapan aktiva (misapporopriation) dan
kecurangan pelaporan keuangan (FRAUDulent financial reporting). Dalam tulisan ini akan
dibahas khusus mengenai kecurangan dalam laporan keuangan (financial statement FRAUD).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 PENGERTIAN KECURANGAN (FRAUD)
Sebelum kita bahas lebih lanjut ada baiknya kita bahas dulu mengenai kecurangan itu
sendiri. Kecurangan (FRAUD) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors). Kesalahan dapat
dideskripsikan sebagai Unintentional Mistakes (kesalahan yang tidak di sengaja). Kesalahan
dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi,
pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan
keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi
prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena penghilangan /
kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta. Commission merupakan kesalahan prinsip
(error of principle), seperti perlakuan pengeluaran pendapatan sebagai pengeluaran modal.
Sedangkan Omission berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan
informasi tidak benar. Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut
merupakan kecurangan (FRAUDulent). Istilah Irregulary merupakan kesalahan penyajian
keuangan yang disengaja atas informasi keuangan.
G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells mendifinisikan kecurangan
FRAUD is criminal deception intended to financially benefit the deceiver ( 1993,hal 3 ) yaitu
kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada
si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan
maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya
secara financial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/theact., (2)
Penyembunyian atau the concealment dan (3) konversi atau the conversion.Misalnya pencurian
atas harta persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku akan menyembunyikan kecurangan
tersebut misalnya dengan membuat bukti transaksi pengeluaran fiktif.
FRAUD (kecurangan) adalah tindakan ilegal yang dilakukan satu orang atau sekelompok
orang secara sengaja atau terencana yang menyebabkan orang atau kelompok mendapat
keuntungan, dan merugikan orang atau kelompok lain.FRAUDulent financial
reporting (kecurangan laporan keuangan) adalah salah saji atau pengabaian jumlah dan
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan. Kecurangan dibagi
ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement FRAUD).
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation).
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas
Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(FRAUDulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption).
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian
korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam
pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal
gratuity), dan pemerasan (economic extortion).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. KASUS KECURANGAN (FRAUD) DALAM PRAKTEK AKUNTANSI
A. WorldCom.
Perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Amerika Serikat,
mengakui telah Melakukan skandal akuntansi yang menyebabkan perdagangan
sahamnya di bursa NASDAQ terhenti. Beberapa minggu kemudian, WorldCom
menyatakan diri bangkrut. Perusahaan telah memberi gambaran yang salah tentang kinerja
perusahaan dengan cara memalsukan milyaran bisnis rutin sebagai belanja
modal, sehingga labanya overstated sebesar $11 milyar pada awal 2002. Perusahaan juga
meminjamkan uang lebih dari $400 juta kepada Chief Executive Officer (CEO)-
nya waktu, Bernard Ebbers, untuk menutupi kerugian perdagangan pribadinya.
Ironisnya meski di dakwa telah melakukan pemalsuan, konspirasi dan laporan
keuangan yang salah, mantan CEO WorldCom tersebut mengaku tidak bersalah (Mehta,
2003; Klayman, 2004; Reuters, 2004).
B. Enron Corp.
Perusahaan terbesar ke tujuh di AS yang bergerak di bidang industri energi, para
manajernya memanipulasi angka yang menjadi dasar untuk memperoleh kompensasi moneter
yang besar. Praktik kecurangan yang dilakukan antara lain yaitu di Divisi Pelayanan
Energi, para eksekutif melebih-lebihkan nilai
kontrak yang dihasilkan dari estimasi internal. Pada proyek perdagangan luar
negerinya misal di India dan Brasil, para eksekutif membukukan laba yang
mencurigakan. Strategi yang salah, investasi yang buruk dan pengendalian
keuangan yang lemah menimbulkan ketimpangan neraca yang sangat besar dan
harga saham yang dilebih-lebihkan. Akibatnya ribuan orang kehilangan pekerjaan
dan kerugian pasar milyaran dollar pada nilai pasar (Schwartz, 2001; Mclean, 2001).
Kasus ini diperparah dengan praktik akuntansi yang meragukan dan tidak
independennya audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur
Andersen terhadap Enron. Arthur Anderson, yang sebelumnya merupakan salah satu The
big six tidak hanya melakukan memanipulasi laporan keuangan Enron
tetapi juga telah melakukan tindakan yang tidak etis dengan menghancurkan dokumen-
dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. Independensi
sebagai auditor terpengaruh dengan banyaknya mantan pejabat dan senior KAP Arthur
Andersen yang bekerja dalam department akuntansi Enron Corp. Baik Enron
maupun Anderson, dua raksasa industri di bidangnya, sama-sama kolaps dan menorehkan
sejarah kelam dalam praktik akuntansi.
C. Indonesia.
Kasus skandal akuntansi bukanlah hal yang baru. Salah satu kasus yang
ramai diberitakan adalah keterlibatan 10 KAP di Indonesia dalam praktik
kecurangan Keuangan. KAP-KAP tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank
sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan
bahwa laporan Keuangan bank-bank tersebut sehat. Saat krisis menerpa Indonesia, bank-bank
tersebut kolaps karena kinerja keuangannya sangat buruk. Ternyata baru terungkap
dalam investigasi yang dilakukan pemerintah bahwa KAP-KAP tersebut
terlibat dalam praktik kecurangan akuntansi. 10 KAP yang dituduh melakukan
praktik kecurangan akuntansi adalah Hans Tuanakotta and Mustofa (Deloitte
Touche Tohmatsu's affiliate), Johan Malonda and Partners (NEXIA International's
affiliate), Hendrawinata and Partners (Grant Thornton International's affiliate),
Prasetyo Utomo and Partners (Arthur Andersen's affiliate), RB Tanubrata and Partners,
Salaki and Salaki, Andi Iskandar and Partners, Hadi Sutanto (menyatakan tidak bersalah), S.
Darmawan and Partners, Robert Yogi and Partners. Pemerintah pada waktu itu hanya
melakukan teguran tetapi tidak ada sanksi. Satu-satunya badan yang berhak untuk
menjatuhkan sanksi adalah BP2AP (Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik) yaitu lembaga
non pemerintah yang dibentuk oleh Ikatan Akuntan Indonesa (IAI). Setelah melalui investigasi
BP2AP menjatuhkan sanksi terhadap KAP-KAP tersebut, akan tetapi sanksi yang dijatuhkan
terlalu ringan yaitu BP2AP hanya melarang 3 KAP melakukan audit terhadap klien dari bank-
bank sementara 7 KAP yang lainnya bebas (Suryana, 2002).